Anda di halaman 1dari 39

BIOGRAFI NABI MUHAMMAD SAW

(SEJARAH PERADABAN ISLAM)

KELOMPOK : 3

ELINTINA : 70200116098
IRMA AYU NINGSIH WARDANA : 70200116096
FIRJA ANISAH : 70200116076

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah swt. Atas segala limpahan rahmat, berkah dan
hidayah-Nya sehingga penulisan Makalah ini dapat diselesaikan. Salam dan
shalawat atas junjungan Nabiullah Muhammad saw. yang telah menghantarkan
manusia dari zaman jahiliyah menuju zaman peradaban pada saat ini, sehingga
melahirkan insan-insan muda yang berwawasan dan berakhlak mulia.

Telah banyak kisah yang terukir dalam rangkaian perjalanan mengarungi


waktu dalam rangka penyusunan tugas akhir ini. Episode suka dan duka
terangkum dalam kisah ini sebagai bentuk harapan, kenangan dan tantangan.

Penulis menyadari bahwa Makalah ini dapat terselesaikan atas bantuan


berbagai pihak yang bukan saja dengan kerelaan waktu dan tenaga dalam
membantu penulis, juga dengan segenap hati, jiwa dan cinta yang tulus yang
insyaAllah hanya terbalas oleh-Nya. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih
yang tak terhingga kepada semua yang telah mensupport dan atas kasih sayang
yang tak terhingga, dukungan yang tak kenal lelah dan senantiasa memberikan
doa restu serta bantuan moril maupun material sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi di bangku kuliah. Semoga persembahan penyelesaian tugas
harian ini dapat menjadi kebanggaan dan kebahagian bagi semua orang.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR .............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Silsilah Nabi Muahammad SAW ............................................................ 3

B. Istri-istri dan Putra-putri Nabi Muhammad SAW ................................. 11

C. Sifat-sifat Nabi Muhammad SAW ........................................................... 27

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 33
B. Saran ................................................................................................................... 34
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nabi Muhammad adalah seorang insan yang diutus oleh Allah untuk
mengajarkan islam kepada seluruh umat di dunia. Beliau adalah sosok yang
sangat hebat dan sangat luar biasa, baik dalam pengetahuannya maupun
dalam keagamaannya. Beliau adalah satu satunya utusan Allah yang sangat
Allah sayangi. Nabi Muhammad adalah satu satunya Nabi dan Rosul yang
paling terakhir, sesudah beliau tidak akan ada Nabi dan Rosul lagi. Jika nabi-
nabi terdahulu di utus hanya untuk kaumnya saja. Maka Nabi Muhammad di
utus untuk seluruh manusia di dunia ini.
Kedatangan Nabi Muhammad di dunia ini sangat berperan penting
dalam merubah peradaban islam, khususnya penduduk Mekah. Beliau diutus
di tengah – tengah manusia disaat manusia berada dalam kesesatan dan
memuncaknya kerusakan akhlak manusia. Maka Nabi Muhammad diutus
untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Beliau terlahir dari keluarga
kaum Quraisy dan di besarkan di kota Mekah. Kota Mekah adalah salah satu
wilayah islam yang penduduknya terkenal dengan sebutan kaum Jahiliyah.
Kaum Jahiliyah adalah sebutan untuk kaum yang penduduknya tidak
mengenal tuhan dan memiliki kebiasaan buruk. Contohnya membunuh tiap
bayi perempuan, minum minuman arak, perempuan di jadikan harta warisan
dan lain – lain. Ketika melihat keadaan itulah Nabi Muhammad diutus untuk
merubah semua kebiasaan itu dan menyebarkan ajaran islam.1
Meskipun dalam proses merubah kebiasaan itu dan menyebarkan ajaran
islam mengalami banyak perlawanan dari semua pihak yakni dari kaum
Quraisy. Bahkan temannya sendiri juga sangat memusuhinya namun Nabi
Muhammad tidak pernah putus asa. Beliau terus berjuang dan menjalankan
semua perintah Allah. Karena beliau yakin bahwa Allah selalu ada untuk
membantunya dan selalu menjaganya. Namun akhirnya beliau berhasil
merubah peradaban penduduk islam menjadi peradaban islam yang luar biasa.

1
Abdurrahman, Muslim. Islam Transformatif. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995.
Bahkan sekarang Mekah merupakan pusat dari peradaban islam setelah Nabi
Muhammad berhasil menyebarkan ajaran islam di Mekah, kemudian beliau
menyebarkan ajaran islam ke kota Madinah. Namun lagi – lagi beliau
mengalami rintangan yakni perlawanan dari penduduk Madinah, tapi
akhirnya beliau juga berhasil.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Silsila Nabi Muahammad SAW?
2. Siapa Saja Istri – Istri dan Putra Putri Nabi Muhammad SAW?
3. Bagaimana Sifat – Sifat Nabi Muhammad SAW?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Silsila Nabi Muahammad SAW
2. Untuk Mengetahui Istri – Istri dan Putra Putri Nabi Muhammad SAW
3. Untuk Mengetahui Sifat – Sifat Nabi Muhammad SAW
BAB II
PEMBAHASAN
A. Silsila Nabi Muahammad SAW
1. Biografi Nabi Muhammad
Nabi Muhammad SAW berasal dari kabilah Quraisy, tepatnya
keturunan Hasyim. Ayah beliau adalah Abdullah bin Abdul Muthalib,
cucu Hasyim. Ibunda beliau adalah Aminah binti Wahb yang berasal dari
keturunan Bani Zuhrah, salah satu kabilah Quraisy. Setelah menikah,
Abdullah melakukan pepergian ke Syam. Ketika pulang dari pepergian itu,
ia wafat di Madinah dan dikuburkan di kota itu juga.
Dalam biografi Nabi Muhammad SAW diketahui bahwa setelah
beberapa bulan dari wafatnya sang ayah berlalu. Nabi pamungkas para
nabi lahir di bulan Rabi’ul Awal, tahun 570 Masehi di Mekah
menurut Caussin de Perceval dalam bukunya yang berjudul Essai sur
l’Histoire des Arabes. Dan dengan kelahirannya itu, dunia menjadi terang-
benderang.
Sesuai dengan kebiasaan para bangsawan Mekah, ibundanya
menyerahkan Muhammad kecil kepada Halimah Sa’diyah dari kabilah
Bani Sa’d untuk disusui. Beliau tinggal di rumah Halimah selama empat
tahun. Setelah itu, sang ibu mengambilnya kembali dengan tujuan untuk
berkunjung ke kerabat ayahnya di Madinah, sang ibunda membawanya
pergi ke Madinah. Dalam perjalanan pulang ke Mekah, ibundanya wafat
dan dikebumikan di Abwa, sebuah daerah yang terletak antara Mekah dan
Madinah. Setelah ibunda beliau wafat, secara bergantian, kakek dan
paman beliau, Abdul Muthalib dan Abu Thalib memelihara beliau. Dari
banyak sumber yang dihimpun mengenai biografi Nabi Muhammad SAW,
Pada usia dua puluh lima tahun, beliau menikah dengan Khadijah yang
waktu itu sudah berusia empat puluh tahun. Diangkat Menjadi Nabi di
Usia 40 Tahun sejarah mencatat bahwa pada usia empat puluh tahun,
beliau diutus menjadi nabi oleh Allah. Ia mewahyukan kepada beliau al-
Quran yang seluruh manusia dan jin tidak mampu untuk menandinginya.
Ia menamakan beliau sebagai pamungkas para nabi dan memujinya karena
kemuliaan akhlaknya. Dalam biografi Nabi Muhammad SAW diketahui
beliau hidup di dunia ini selama enam puluh tiga tahun. Menurut pendapat
masyhur, beliau wafat pada hari Senin bulan Shafar 11 Hijriah di
Madinah.2
Bukti Kenabian Rasulullah saw. Secara global, kenabian seorang
nabi dapat diketahui melalui dua jalan:
1) Pengakuan Sebagai Nabi
Telah diketahui oleh setiap orang bahwa Rasulullah saw telah
mengaku sebagai nabi di Mekah pada tahun 611 M., masa di mana
syirik, penyembahan berhala dan api telah menguasai seluruh dunia.
Hingga akhir usia, beliau selalu mengajak umat manusia untuk
memeluk agama Islam, dan sangat banyak sekali di antara mereka
yang mengikuti ajakan beliau itu.
2) Kelayakan Menjadi Nabi
Maksud asumsi di atas adalah seorang yang mengaku menjadi nabi
harus memiliki akhlak dan seluruh etika yang terpuji, dari sisi
kesempurnaan jiwa harus orang yang paling utama, tinggi dan
sempurna, dan terbebaskan dari segala karakterisitik yang tidak
terpuji. Semua itu telah dimiliki oleh Rasulullah saw. Musuh dan
teman memuji beliau karena akhlaknya, memberitakan sifat-sifat
sempurna dan kelakuan terpujinya dan membebaskannya dari setiap
karakterisitik yang buruk.
Kesimpulannya, akhlak beliau yang mulia, tata krama beliau yang
terpuji, perubahan dan revolusi yang beliau cetuskan di seanterao
dunia, khususnya di Hijaz dan jazirah Arab. Sabda-sabda beliau yang
mulia berkenaan dengan tauhid, sifat-sifat Allah, hukum halal dan
haram, serta nasihat-nasihat beliau telah membuktikan kelayakan
beliau untuk menduduki kursi kenabian, dan setiap orang yang insaf
tidak akan meragukan semua itu.

2
https://www.biografiku.com/biografi-nabi-muhammad-saw/
2. Silsila Nabi Muhammad SAW
a) Silsilah Nasab Nabi Muhammad dari Sisi Ayah.
Nabi Muhammad putra Abdullah bin Abdul Muthallib bin Hasyim
bin Abdi Manaf bin Qushoyyi bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin
Luai bin Ghalib bin Fihir bin Malik bin Nazhar bin Kinanah bin
Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Maad
bin Adnan.
b) Silsilah Nasab Nabi Muhammad dari Sisi Ibu.
Nabi Muhammad putra Aminah binti Wahab bin Abdi Manaf bin
Zuhrah bin Kilab. Inilah silsilah Nabi Muhammad Saw yang wajib
diketahui oleh setiap orang mukallaf, yaitu sampai ke Adnan. Ibu
Susuan Nabi Muhammad Saw. Sudah menjadi tradisi bangsa Arab
perkotaan untuk menyusukan anaknya di daerah gunung dan
pedalaman dengan maksud untuk meneguhkan pendiriannya,
menguatkan fisiknya dan kefasihan bahasanya.3 Atas dasar inilah,
Abdul Muthallib mengirimkan cucunya yang bernama Muhammad,
kepada seorang perempuan Bani Saad, yaitu Halimah putri Dhuaib
As-Sa’diyah untuk disusuinya. Halimah Sa’diyah merupakan salah
satu wanita yang pernah menyusui Nabi Muhammad Saw. Selain
Halimah, wanita yang pernah menyusui Nabi Muhammad ialah
Aminah, ibu kandungnya sendiri, kemudian Tsuwaibah Al
Aslamiyyah, bekas budaknya Abu Lahab yang dimerdekakan ketika
Nabi Muhammad lahir. Halimah Sa’diyah ketika menyusui dan
merawat Nabi Muhammad sering merasakan dan menyaksikan
beberapa keistimewaan dan keanehan pada diri Nabi Muhammad
Saw, yang belum pernah terjadi pada anak-anak lain yang pernah dia

3
Ridwan, M. Nur Khalis, Evan Hamzah, Diyah Kusumawardani, E. Sudarmaji berjudul, “Sepuluh
Subhat Menghujat Poligami”, dalam Majalah Islam Sabili, No. 12 Th. XIV 28 Desember 2006, h.
23.
susui. Peristiwa pengoperasian Nabi Muhammad oleh dua malaikat
membuat Halimah takut dan khawatir atas keselamatan Muhammad.
Apalagi dia pernah didatangi oleh orang-orang kristen Ethiopia yang
meminta agar Muhammad diserahkan kepada mereka. Atas kejadian-
kejadian ini, kemudian Halimah memutuskan untuk menyerahkan
kembali Nabi Muhammad kepada keluarganya.
Nama Anak Nabi Muhammad Saw. Nabi Muhammad Saw
memiliki 7 anak, 3 diantaranya laki-laki dan 4 perempuan. Adapun
urutan putra-putri Nabi Muhammad Saw adalah sebagai berikut: Al
Qasim, Zainab, Ruqaiyah, Fatimah Az-Zahra, Ummu Kultsum,
Abdullah dan Ibrahim dari istrinya yang bernama Mariyah Al
Qibtiyah. Al Qasim, wafat di Mekkah dalam usia 2 tahun. Zainab,
menikah dengan Abu Al ‘Ash bin Ar Robi’, anak bibinya sendiri yang
bernama Halah binti Khuwailid. Dia mempunyai anak bernama Ali
dan Umamah. Zainab wafat pada tahun 8 Hijriyah. Ruqaiyah, menikah
dengan Utsman bin Affan. Ruqaiyah wafat pada waktu sedang terjadi
Perang Badar, yaitu bulan Ramadhan tahun 2 Hijriyah. Fatimah Az
Zahra, menikah dengan Ali bin Abi Thalib ketika masih berusia 15
tahun, sedangkan Ali berusia 21 tahun 5 bulan. Mereka dikaruniai
enam anak. Tiga anak laki-laki, yaitu: Al hasan, Al Husain, Al
Muhassin dan tiga anak perempuan, yaitu: Zainab, Ummu Kultsum
dan Ruqaiyah. Fatimah wafat 6 bulan setelah Nabi Muhammad wafat,
tepatnya pada tanggal 3 Ramadhan tahun 11 Hijriyah. Ummu
Kultsum, menikah dengan Utsman bin Affan setelah ditinggalkan oleh
Ruqaiyah. Ummu Kultsum wafat pada tahun 7 Hijriyah.Abdullah,
yang memiliki gelar Thayib dan Thahir. Dia wafat di Mekah ketika
masih kecil. Ibrahim, lahir pada bulan Dzulhijah tahun ke 8 Hijriyah.
Ibu Ibrahim adalah Mariyah Al Qibthiyah (bangsa Mesir). Ibrahim
wafat pada tahun ke 10 Hijriyah dalam usia satu tahun empat bulan.
Ada juga yang mengatakan satu tahun delapan bulan.
Nama Istri-Istri Nabi Muhammad Saw. Istri Nabi Muhammad Saw
total semuanya ada sebelas. Ketika beliau wafat, meninggalkan
sembilan istri. Sedangkan yang dua sudah wafat sebelum Nabi
Muhammad wafat. Dua istri Nabi yang wafat sebelum beliau yaitu:
Siti Khadijah, merupakan istri Rasulullah Saw yang pertama. Nabi
Muhammad menikahi Khadijah di Mekkah sebelum beliau diutus
menjadi Rasul. Sebelum menikah dengan Nabi Muhammad, Khadijah
sudah pernah menikah dengan Abu Halah dan mempunyai anak
bernama Zainab dan Hindun. Sebelum menikah dengan Abu Halah,
Khadijah sudah pernah menikah dengan ‘Atiq Al Mahzumi dan
mempunyai anak bernama Abdullah dan Jariyah. Rasulullah Saw
membina rumah tangga dengan Siti Khadijah hingga Khadijah wafat,
dan selama itu tidak kawin dengan wanita lain, kecuali setelah
Khadijah meninggal dunia. Zainab binti Khuzaimah, terkenal dengan
panggilan Ummu Masakin atau ibunya orang-orang miskin. Hal ini
disebabkan karena beliau sangat cinta dan penuh kasih sayang kepada
orang-orang miskin. Zainab mendampingi Nabi Muhammad sebagai
istri hanya sekitar dua atau tiga bulan, lalu meninggal dunia. Adapun
istri Nabi Muhammad Saw yang masih hidup ketika beliau wafat itu
ada sembilan. Mereka itu ialah : Aisyah, merupakan putri dari Abu
Bakar Ash Shiddiq. Aisyah menikah dengan Rasulullah Saw di
Mekkah pada bulan Syawal dalam usia 7 tahun. Dua tahun kemudian,
yaitu ketika Aisyah berusia 9 tahun, Aisyah diajak ke Madinah,
tepatnya bulan Syawal, delapan bulan setelah Hijrah. Aisyah adalah
satu-satunya wanita yang ketika dikawin oleh Nabi Saw masih dalam
keadaan gadis. Aisyah adalah istri yang paling dicintai Nabi Saw.
Aisyah wafat dalam usia 67 tahun, pada bulan Ramadhan tahun 58
Hijriyah. Hafshah, putri dari Umar bin Khathab. Hafshah menikah
dengan Rasulullah Saw setelah suaminya yang bernama Khunais As
Sahimi meninggal dunia dan gugur sebagai syahid dalam Perang
Badar. Hafshah menikah dengan Rasulullah Saw pada usia 20 tahun
dan wafat dalam usia 60 tahun pada tahun 48 Hijriyah. Saudah, putri
dari Zam’ah. Saudah adalah janda dari suami yang bernama As
Sakron bin Amr, salah seorang anggota rombongan yang hijrah ke
Habasyah, lalu kembali ke Mekkah dan meninggal dunia. Saudah
yang janda itu dinikahi oleh Rasulullah Saw pada bulan Ramadhan
tahun ke-10 kenabian, yakni setelah Khadijah wafat. Saudah wafat
pada akhir pemerintahan Umar bin Khathab. Shofiyah, putri dari
Huyai bin Akhthob seorang tokoh Bani Nadhir. Sebelum menikah
dengan Rasulullah Saw, Shofiyah sudah pernah menikah dengan
Sallam bin Masykam, seorang Yahudi, lalu menikah dengan Kinanah.
Masykam dan Kinanah adalah penyair yang terkenal. Kinanah
meninggal ketika terjadi Perang Khaibar, dan Shofiyah, istrinya jatuh
ke tangan kaum muslimin sebagai tawanan. Karena Shofiyah tokoh
Bani Quraidhah, maka persoalannya diserahkan kepada Rasulullah
Saw. Oleh Rasulullah Saw diberi dua tawaran, yaitu : Merdeka dan
menikah dengan Rasulullah Saw, Dibebaskan begitu saja dan bisa
kembali kepada keluarganya. Shofiyah memilih merdeka dan menjadi
istri Rasulullah Saw. Ketika itu Shofiyah baru berusia 17 tahun.
Setelah menikah dengan Rasulullah, banyak dari kaumnya yang
kemudian masuk islam. Shofiyah wafat pada bulan Ramadhan tahun
50 Hijriyah. Maimunah, seorang putri dari Harits Hilaliyah.
Maimunah menikah dengan Rasulullah Saw pada tahun ke-7 Hijriyah,
dalam perjalanan Umrah Qadha. Maimunah meninggal pada tahun 51
Hijriyah dalam usia 80 tahun. Maimunah merupakan wanita yang
paling akhir yang dikawin Rasulullah Saw. 4Ummu Habibah, nama
aslinya adalah Romlah putri Abu Sufyan. Dia adalah janda dari
Ubaidillah bin Jahesy yang meninggal di Ethiopia. Ummu Habibah
menikah dengan Rasulullah Saw pada tahun ke-7 Hijriyah dengan
maskawin pemberian Raja Najasyi sebanyak 4000 dirham Ummu
Salamah, nama aslinya adalah Hindun putri dari Abu Umaiyah bin

4
http://id.wikipedia.org/wiki/Poligami.
Mughirah Al Mahzumi. Dia janda dari Abu Salamah, anak bibi
Rasulullah Saw yang bernama Barroh, dengan empat anak. Ummu
Salamah menikah dengan Rasulullah Saw pada bulan Syawal tahun
ke-4 Hijriyah, ketika itu dia berusia 30 tahun. Ummu Salamah wafat
dalam usia 84 tahun pada tahun 60 Hijriyah. Zainab putri Jahesy, putri
dari bibi Rasulullah Saw yang bernama Umaimah. Zainab menikah
dengan Rasulullah Saw pada tahun ke-5 Hijriyah. Sebelum dikawin
Rasulullah, Zainab adalah istri dari Zaid bin Haritsah. Pernikahan
Rasulullah Saw dengan Zainab merupakan pernikahan yang dilandasi
firman Allah : “Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluannya
terhadap istrinya (menceraikannya), maka kami kawinkan kamu
dengan dia.”Oleh karena itu, Zainab sering merasa bangga dengan
dirinya sebagai istri Rasulullah Saw, yang dikawinkan langsung oleh
Allah dengan turunnya ayat tersebut. Juwairiyah, putri dari Al Harits
seorang tokoh Bani Musththoliq. Juwairiyah adalah janda Musafi’ bin
Shofwan, orang yang paling semangat memusuhi islam dan paling
menentang Dakwah Nabi Muhammad Saw. Musafi’, suami
Juwairiyah terbunuh dalam perang Al Muraisisi dan Juwairiyah
menjadi tawanan kaum muslimin, bersama beberapa kabilah dan
keluarganya.Juwairiyah ingin dirinya bebas dari tawanan dengan cara
menebus dirinya, lalu dia menghadap kepada Rasulullah Saw hendak
meminta bantuan uang untuk menebus dirinya. Rasulullah Saw
memberikan apa yang diinginkannya dan beliau menawarkan hendak
mengawininya. Juwairiyah menerima tawaran dari Rasulullah Saw,
lalu menikahlah keduanya. Orang-orang islam pada waktu itu banyak
yang memegang tawanan Bani Mushtholiq. Sehingga ketika mereka
mengetahui bahwa Juwairiyah, janda tokoh bani Mushtholiq telah
dikawin oleh Rasulullah Saw, maka kaum muslimin merasa tidak
pantas menawan Bani Mushtholiq. Lalu mereka ramai-ramai
membebaskan dengan cara memerdekakan mereka. Ketika Bani
Mushtholiq mengetahui yang demikian itu, maka mereka berbondong-
bondong masuk Islam. Pernikahan Rasulullah Saw dengan lebih dari
empat itu boleh dan itu hanya khusus untuk Nabi. Sedangkan untuk
umatnya, hanya boleh menikah dengan empat istri saja.
Nama Paman-Paman Nabi Muhammad Saw Paman Nabi
Muhammad Saw jumlahnya ada 12 orang, mereka itu ialah : Hamzah,
dia adalah singa Allah. Hamzah ikut berjuang membela Islam dan
mengikuti Perang Badar dan Uhud. Hamzah gugur syahid dalam
Perang Uhud ketika dibunuh oleh Wahsyi.Abbas, dia adalah paman
Nabi Muhammad Saw yang paling muda. Abbas ikut Perang Badar
bersama orang-orang musyrik. Tetapi dia berhasil ditawan oleh kaum
muslimin dan akhirnya menebus dirinya, kemudian masuk islam
seketika itu pula.5 Abbas disuruh oleh Rasulullah Saw untuk
menyembunyikan keislamannya dan disuruh untuk tetap tinggal di
Mekah untuk memantau segala kegiatan orang-orang musyrik. Abbas
tetap menyembunyikan keislamannya hingga hari pembebasan kota
Mekah. Abbas wafat pada tahun 32 Hijriyah dalam usia 88 tahun.Abu
Thalib, pelindung Nabi Muhammad Saw sedari beliau berusia 8 tahun
hingga besar. Abu Thalib senantiasa melindungi Nabi Muhammad
Saw dari tekanan orang kafir Quraisy.Abu Lahab, nama aslinya adalah
Abdul ‘Uzza. Abu Lahab sangat gigih dalam menentang dakwah
Rasulullah Saw. Abu Lahab meninggal dunia akibat serangan
penyakit sejenis cacar yang terkenal ganas dan menular.Ketika
meninggal dunia, tidak ada seorangpun yang berani mendekatinya.
Anak-anaknya pun menjauhinya. Kemudian anak-anaknya dengan
terpaksa membuat galian, karena takut dimaki oleh orang banyak.
Lalu mereka mendorong mayat Abu Lahab dengan alat yang panjang
hingga masuk pada galian. Setelah itu mereka melemparinya dengan
batu-batu hingga galian itu penuh batu dan menutupi mayat Abu
Lahab. Al Harts, putra Abdul Muthalib yang paling tua. Al Harts

5
Al-Anshârî, Imâm Zakariya Tuhfah al-Thullâb uraian atas kitab Tahrîr Tanqîh al-Lubâb.
Surabaya: Maktabah Hidayah, t.th
meninggal sebelum agama islam datang atau sebelum Nabi
Muhammad Saw diutus oleh Allah Swt. Az Zubair, sudah meninggal
sebelum Nabi Muhammad Saw diutus oleh Allah Swt. Jahl, nama
aslinya adalah Al Maghirah. Abdul Ka’bah, sudah meninggal sebelum
Nabi Muhammad Saw diutus oleh Allah Swt. Qutsam, meninggal
dunia di waktu kecil. Dhiror, meninggal dunia pada hari turunnya
wahyu kepada Nabi Muhammad Saw, tetapi belum sempat masuk
Islam. Al Ghoidaq, nama aslinya adalah Mushab.Al Muqowwin
Nama Bibi Nabi Muhammad Saw Adapun bibi Nabi Muhammad
Saw itu ada 6 orang, mereka itu ialah, Shofiyah, saudara kandung dari
Hamzah. Shofiyah wafat pada tahun 20 Hijriyah, yaitu pada masa
pemerintahan Khalifah Umar bin Khathab dalam usia 73 tahun dan
dimakamkan di Baqi. Arwa‘ Atikah Ummu Hakim Barroh Umaimah
Paman Nabi Muhammad Saw yang satu ayah dan ibu dengan
Abdullah, ayah Nabi ada tiga, yaitu : Abu Thalib, Az Zubair dan
Abdul Ka’bah. Sedangkan bibi Nabi Muhammad yang satu ayah dan
ibu dengan ayah Nabi yaitu : Arwa, ‘Atikah, Ummu Hakim, Barroh
dan Umaimah. Nabi Muhammad Saw wafat pada hari Senin tanggal
12 Rabiul Awal tahun 11 Hijriyah, bertepatan dengan tanggal 8 Juni
633 Masehi. Nabi Muhammad Saw wafat dalam usia 63 tahun lebih 3
hari menurut kalender Qomariyah. Sedangkan menurut kalender
Syamsiyah, usia beliau 61 tahun lebih 84 hari.
B. Istri – Istri dan Putra Putri Nabi Muhammad SAW
1. Nama istri – istri Nabi Muhammad SAW
a) Khadîjah binti Khuwaylid (Wanita Pertama Masuk Islam, Penyokong
Perjuangan Nabi Saw)
Khadija adalah pedagang sukses di Makkah. Kelak, dialah
perempuan pertama yang masuk Islam. Nama lengkapnya, Khadîjah binti
Khuwaylid bin Asad bin ‘Abdul ‘Uzza bin Qushay bin Kilab al-
Qurasyiyyah al-Asadiyyah. Ia lahir dari keluarga terhormat, kira-kira
lima belas tahun sebelum tahun Gajah. Ibunya bernama Fâthimah binti
Za’idah bin Asamm.6 Ia adalah perempuan yang berpikiran tajam, cerdas,
berkepribadian luhur. Wajar bila banyak tokoh Quraisy yang menaruh
hati kepadanya. Wajar, jika ia memperoleh julukan “wanita suci”.
Sebelumnya, dia pernah dipinang oleh Waraqah bin Nawfal, tetapi
mereka urung menikah.7 Sebelum menikah dengan Muhammad Saw. dia
pernah menikah dua kali. Pertama, dengan Abû Halah bin Zurarah al-
Tamîmî (nama sebenarnya, Hindun bin Nabbash) yang menurunkan
seorang putra bernama Halah dan seorang putri bernama Hindun. Setelah
Abû Halah meninggal dunia, Khadîjah menikah lagi dengan `tiq bin
A`idz bin `Abdullâh al-Makhzûmi. Pernikahan yang kedua ini tidak
berlangsung lama, karena mereka akhirnya berpisah.8
Setelah cerai, janda cantik dan kaya ini telah menampik berpuluh-
puluh laki-laki yang meminangnya. Semuanya dia tolak. Ia tampaknya
ingin lebih berkonsentrasi mengasuh anak-anaknya dan mengurus
bisnisnya. Namun, saat dia menyaksikan Muhammad, laki-laki Quraisy
yang jujur dan berwibawa, hatinya menjadi bergetar. Hasratnya untuk
menikah kembali mulai terusik. Kejujuran Muhammad memang tidak
diragukan, bukan hanya di mata Khadîjah, tetapi juga masyarakat
Quraisy pada saat itu. Atas dasar kejujurannya itulah, Khadîjah berani
membayar tinggi saat Muhammad menjalankan bisnisnya: memberi
komisi 40%, sebelumnya kepada orang lain dia hanya memberi komisi
20%.9 Saat cintanya tidak lagi mampu dibendung, Khadîjah meminta
Nafîsah binti Munabbih, teman dekatnya, untuk menemui Muhammad
Saw., mengabarkan perihal keinginannya menikah dengan dirinya.
“Wahai Muhammad, apa yang menghalangimu untuk menikah?” “Aku
tidak mempunyai apa-apa untuk menikah.” Jawab Muhammad singkat.

6
Al-Maqdisî, Jamâluddîn Yûsuf ibn Hasan ibn ‘Abd Al-Hâdi. Al-Syajarah al-Nabawiyyah fî Nasb
Khair al-Bariyyah Shallallâhu ‘Alaihi Wa Sallam. Damaskus: Dar al-Kalm alThayyib, t.th.
7
Al-Maraghî. Tafsîr al-Maraghî. Mesir: Mushthafâ al-Bâbi alHalabî, 1963.
8
Al-Qaththân, Mannâ’ al-Khalîl. Mabâhits fî ‘Ulûm al-Qur’ân. t.tp.: Mansyûrât al-‘Ashr al-Hadîts,
1973.
9
Al-Rûm, Fahd ibn ‘Abdurrahmân ibn Sulaimân. Ittijâhât alTafsîr fî Qarn al-Râbi‘ ‘Asyr. Riyad:
Maktabah Rusyd, 2002
Nafîsah tersenyum, lalu berkata, “Seandainya ada yang mau
mencukupimu dan engkau diminta untuk menikahi seorang wanita yang
kaya, cantik, terhormat, apakah kamu mau?” “Tetapi siapa dia?”
Muhammad balik bertanya. “Khadîjah binti Khuwaylid.” “Jika ia setuju,
aku akan menerima.” Jawab beliau.10 Mengapa Nabi Muhammad Saw.
Berpoligami? Nafîsah lalu bergegas menemui Khadîjah untuk
menyampaikan kabar gembira tersebut. Muhammad juga memberitahu
paman-pamannya perihal keinginannya menikah dengan Khadîjah.
Selanjutnya, Abû Thâlib, Hamzah, dan paman-paman Muhammad yang
lain menemui paman Khadîjah, ‘Amr bin Asad, untuk meminang
Khadîjah dan menyerahkan maharnya. Pada acara akad pernikahan,
Khadîjah menyembelih beberapa ekor ternak untuk dibagikan kepada
fakir miskin. Halîmah al-Sa’diyah (ibu susuan Muhammad Saw.) dan
beberapa kerabatnya, juga hadir dalam acara itu. Saat mereka pulang,
Khadîjah menghadiahinya empat ekor kambing. Pernikahan itu dilakukan
dengan sangat meriah. Perkawinan itu terjadi pada saat Khadîjah berusia
40 tahun, sedangkan Muhammad Saw. berusia 25 tahun. Usia mereka
terpaut lama, namun keduanya menemukan apa yang mereka cita-
citakan: Muhammad pemuda yang bermoral dan jujur; Khadîjah wanita
terhormat, cerdas dan setia—sifat-sifat yang mereka berdua dambakan
untuk membangun mahligai rumah tangga. Dari pernikahannya dengan
Khadîjah ini, Nabi Muhammad Saw. dianugerahi dua putra, yaitu: Al-
Qâsim dan ‘Abdullâh al-Thâhir alMuthahhar (keduanya meninggal
sewaktu masih kecil), dan empat putri (Zainab, Ruqayyah, Umm
Kultsum dan Fatîmah). Kematian Al-Qâsim dan ‘Abdullâh membuat
Khadîjah dan Muhammad merasa kehilangan, dan menghadapi situasi
yang sulit. Sebab, mereka hidup pada suatu zaman yang membenarkan
anak-anak perempuan dikubur hidup-hidup dan menjaga keturunan laki-
laki sama dengan menjaga suatu keharusan hidup. Oleh karena itu, ketika
seorang budak bernama Zayd bin Harîtsah didatangkan, beliau meminta

10
Al-Shâbûnî, Muhammad ‘Ali. al-Tibyân fî ‘Ulûm al-Qur’ân. Beirut: lam al-Kutub, t.th.
kepada Khadîjah agar membelinya untuk kemudian dimerdekakan.
Namanya pun berubah. Orang-orang menyebutnya: Zayd bin Muhammad
(Dia kelak menjadi sahabat Nabi). Dalam situasi dan tradisi Arab yang
demikian, Muhammad Saw. tetap memberikan perhatian dan kasih
sayang yang penuh kepada anak-anaknya yang perempuan. Perkawinan
Muhammad Saw. dengan Khadîjah berlangsung selama 25 tahun, setelah
Khadîjah wafat pada hari kedua puluh bulan Ramadlan, tiga tahun
sebelum hijrah, dalam usia 65 tahun.11 Meninggalnya Khadîjah
merupakan peristiwa yang sangat berat bagi Nabi Muhammad Saw.,
apalagi tiga hari sebelumnya, Abû Thâlib, paman beliau, juga baru saja
meninggal dunia. Berat, karena Khadîjah demikian juga Abû Thâlib
adalah orang yang dengan terbuka menyokong sepenuh hati perjuangan
beliau dalam mendakwahkan Islam di dataran Arabia. Itulah sebabnya,
pada tahun itu dikenal dengan ‘amul khusnî, tahun duka. Selama dua
tahun, setelah kematian Khadîjah, Nabi Saw. hidup menduda. Ada hal-
hal yang patut dicatat dalam pernikahan Nabi Saw. dengan Khadîjah ini.
Fakta sejarah menunjukkan bahwa Khadîjahlah yang lebih dulu
menawari Nabi Muhammad Saw. untuk menikah dengan dirinya,
sebelum keluarga Nabi Saw. meminangnya. Mengapa Khadîjah jatuh hati
kepada Muhammad? Mengapa pula ia menolak banyak pinangan dari
laki-laki kongklomerat dan Mengapa Nabi Muhammad Saw.
Berpoligami? terkemuka saat itu? Khadîjah ternyata muak dengan para
laki-laki ambisius yang hanya ingin menikahinya demi kekayaannya.
Dan ternyata pada diri Muhammadlah dia menemukan sosok laki-laki
yang diimpikannya. Demikian halnya Nabi Saw., beliau menerima ajakan
untuk menikah dari Khadîjah sama sekali bukan demi meraup kekayaan
yang dimiliki Khadîjah. Bukan! Muhammad Saw. menemukan sosok
perempuan tangguh, bermoral dan suci pada diri Khadîjah. Dalam sejarah
kehidupannya, beliau selalu mengatakan bahkan setelah Khadîjah wafat,

11
al-Shibâ’î, Mushthafâ. Wanita di Antara Hukum PerundangUndangan, terj. Chadidjah Nasution.
Jakarta: Bulan Bintang, 1977
sebagaimana diriwayatkan oleh Imâm Bukhârî, “Sebaik-baik wanita
surga adalah Maryam bin ‘Imrân dan Khadîjah binti Khuwaylid—khairu
nisâ’ihâ maryamu bintu ‘imrâna wa khairu nisâ’ihâ khadîjatu bintu
khuwaylid.” Dan selama perkawinannya dengan Khadîjah, Nabi Saw.
tidak pernah menikah dengan perempuan lain. Nabi Saw. menjalani
pernikahan secara monogami, dengan Khadîjah yang notabene seorang
janda tua, selama 25 tahun12 dan menduda selama 2 tahun.
b) Saudah binti Zam‘ah (Janda Tua, Penuh Derita, Tetap Setia pada Islam)
Setelah menduda selama dua tahun, Nabi Saw. Menikah lagi
dengan Saudah. Nama lengkapnya, Saudah binti Zam‘ah bin Qais bin
‘Abd Syam bin ‘Abdud dari suku Quraisy alAmiriyah. Ibunya bernama
al-Syumusy binti Qais bin Zaid bin ‘Amr dari Bani Najjâr. Sebelumnya,
memang Rasulullah tidak punya niat menikah lagi setelah ditinggal istri
tercintanya, Khadîjah. Suatu ketika Khaulah binti Hâkim berinisiatif
untuk menanyakan hal tersebut kepada Rasul, dengan hati-hati.
Saudah adalah janda tua. Sebelumnya ia pernah menikah dengan
Sakran bin Amar bin ‘Abdu Syams. Ia masuk Islam di Makkah pada
masa awal dan berbaiat kepada Nabi Saw. Suaminya juga masuk Islam.
Mereka berdua ikut hijrah ke Abysinia pada hijrah yang kedua. Ketika
keduanya telah merasa lama tinggal di pengungsian, dan ia merasa
keadaan umat Islam telah aman, mereka kemudian kembali ke Makkah.
Sayang, Sakran wafat sebelum sampai di Makkah dan meninggalkan
Saudah terlunta-lunta sendirian, tanpa pelindung. Kondisi ini membuka
kesempatan penyiksaan terhadap dirinya oleh orang-orang kafir; apalagi
ayah Saudah saat itu belum memeluk Islam, dan keadaan umat Islam
masih sangat kritis: jumlahnya masih sangat sedikit, perisai perjuangan
Nabi Saw, Abû Thâlib dan Khadîjah, telah tiada. Umat Islam benar-benar
semakin tertekan.13

12
Al-Silbi, Mahmud Mahdi Al-Istanbuli dan Musthafa Abu Nashr. Wanita Teladan, Istri-Istri,
Putri-Putri dan Sahabat Wanita Rasulullah, terj. Ahmad Sarbaini dkk. Bandung: IBS, 2005.
13
Al-Syawkânî. Fath al-Qadîr, Al-Jâmi‘ Baina Fanni al-Riwâyah wa al-Dirâyah min ‘Ilm al-
Tafsîr. Beirût: Dâr al-Fikr, 1973. Juz I.
Sungguh, saat itu Saudah butuh perlindungan. Dalam tradisi Arab,
pada saat semacam itu, orang yang paling utama yang berhak memberi
perlindungan kepada perempuan seperti ini adalah seorang laki-laki yang
belum mempunyai istri. Pada saat itulah Nabi Saw. mempertimbangkan
usul Khaulah. Nabi pun memilih memperistri Saudah, janda tua yang
telah hancur hatinya, yang terkena ancaman dan fitnah; bukan ‘’isyah.
Rasulullah menikah dengannya pada bulan Ramadlan tahun sepuluh
kenabian.14 Saat itu umur Saudah, 65 tahun. Tidak ada satu sumber pun
yang menjelaskan bahwa Saudah adalah seorang wanita yang cantik, atau
kaya yang mempunyai kedudukan terhormat serta berpengaruh.
Nabi Saw. menikahinya di samping agar Saudah memperoleh
perlindungan dan kemuliaan di dalam sebuah pernikahan serta terjaga
dari penyiksaan orang-orang kafir Quraisy, juga agar ia menjadi ibu
dalam rumah tangga Nabi Saw. yang menjaga dan mendidik anak-
anaknya. Namun, harapan itu tidak berlangsung lama, Saudah merasa
dirinya telah menjadi beban bagi kehormatan Nabi Saw. Lalu, ia
meminta izin Nabi, agar ia tetap tinggal di rumahnya sendiri dan
melepaskan diri dari hak dan kewajibannya sebagai istri. “Demi Allah,
aku tidak berminat untuk menikah, aku tidak lagi punya hasrat terhadap
laki-laki, tetapi aku ingin dihidupkan kembali oleh Allah pada Hari
Kebangkitan nanti sebagai seorang perempuan yang berstatus istrimu,”
katanya kepada Nabi Saw.15
Saudah menyadari akan kondisi dirinya. Dia terlalu tua sebagai
istri Nabi Saw. Namun ia tidak ingin kehilangan statusnya di sisi Nabi
Saw. dan tentu keamanan dirinya di tengah tekanan orang-orang kafir
Quraisy saat itu. Akhirnya, ia tinggal di rumahnya sendiri. Hari-harinya
dihabiskan untuk beribadah, menegakkan shalat dan bersedekah. Di
antara istri-istri Nabi Saw., demikian ‘Aisyah meriwayatkan, Saudah
dikenal sebagai perempuan yang suka bersedekah. Ajaibnya, atas

Al-Thabarî, Ibn Jarîr. Jâmi‘ al-Bayân fî Tafsîr al-Qur’ân. Beirût: Dâr al-Fikr, 1978.
14

Amîn, Qâsim. Tahrîr al-Mar’ah. Tunisia: Dar al-Ma‘arif, 1990. Arkoun, Mohamed. al-Fikr al-
15

Ushûlî wa Istihâlah al-Ta’shîl. Beirut: Dar al-Saqi, 2002.


kehendak Allah, ia diberi umur panjang. Ia meninggal pada bulan Syawal
tahun 54 Hijriah, di Madinah pada masa kekhalifahan Mu‘âwiyah bin
Abî Sufyân.16
c) Isyah bin Abû Bakar (Perawan yang Dinikahi Nabi Saw. Demi
Membangun Kekerabata)
Dua tahun setelah hidup berumah tangga dengan Saudah, Nabi
Saw. kemudian menikahi ‘’isyah putri Abû Bakar, sahabat setia dan orang
pertama dari golongan tua yang masuk Islam. Mengapa Nabi Saw.
menikah dengan ‘’isyah? Khaulah memang pernah memberi usulan, agar
Nabi Saw. menikahi ‘’isyah. Pertimbangan Nabi dalam pernikahannya kali
ini adalah untuk membangun hubungan kekerabatan dengan keluarga Abû
Bakar.
Menurut keterangan dari ‘’isyah sendiri, Rasul menikahinya pada
bulan Syawal tahun kesepuluh kenabian, setelah perang Badar, tiga tahun
sebelum hijrah. Lalu, Nabi Saw. hijrah ke Madinah pada hari ke 12 bulan
Rabiul Awal. Dan pada bulan Syawal, delapan bulan setelah hijrah
diselenggarakanlah acara walimah, waktu itu usia `’isyah sekitar sembilan
tahun. Para orientalis, atas peristiwa pernikahan itu, menuduh Nabi
sebagai hiperseks. Namun, oleh Nazmi Lukas, pandangan itu dia tolak.
Memang, kata Pastur yang sangat simpatik dengan kehidupan Nabi Saw,
‘’isyah masih berusia muda, tetapi merupakan suatu yang lumrah terjadi
pada masyarakat Arab saat itu. Kedewasaan saat itu tidak diukur dengan
usia, tetapi kemampuan dan emosi orang dalam menghadapi dan
memecahkan masalah. Pada saat itu, ‘’isyah adalah perempuan brilian dan
cerdas.17 Kelak, dialah istri Nabi Saw. yang banyak meriwayatkan hadis
dan memberi pelajaran kepada kaum muslim, laki-laki maupun
perempuan.
Pernikahan Rasul dengan ‘’isyah ini juga merupakan isyarat langsung dari

16
Badri, Mudhofar dkk dalam Ikhsanuddin dkk. (ed), Panduan Pengajaran Fiqh di Pesantren.
Yogyakarta: YKF, 2000.
17
Baswardono, Dono. Poligami itu Selingkuh. Yogyakarta: Galangpress, 2006.
Allah Swt. Imâm Bukhârî dan Muslim meriwayatkan dalam
Shahîh-nya, Rasulullah pernah bersabda:
“Aku pernah melihat engkau dalam mimpiku tiga hari berturut-
turut (sebelum aku menikahimu). Ada seorang Malaikat yang datang
kepadaku dengan membawa gambarmu yang ditutup dengan secarik kain
sutra. Malaikat berkata, ‘Ini adalah istrimu.’ Aku pun lalu membuka kain
yang menutupi wajahmu. Ketika ternyata wanita tersebut adalah engkau
(`’isyah), aku lalu berkata, ‘Jika mimpi ini benar dari Allah, kelak pasti
akan menjadi kenyataan.’”
‘’isyah menempati salah satu kamar yang terletak di kompleks
masjid Nabawi. Kamar itu terbuat dari batu bata dan beratapkan pelepah
kurma. Alas tidurnya terbuat dari kulit hewan yang diisi rumput kering;
alas duduknya berupa tikar, sedangkan tirai kamarnya terbuat dari bulu
hewan. Di rumah yang sederhana inilah kelak ia menjadi perempuan yang
diperbincangkan dalam sejarah. Di rumah ini pula, setelah Nabi wafat,
‘’isyah menghabiskan waktunya untuk untuk mengukir sejarah. Ia wafat
pada Selasa bulan Ramadhan tahun 57 Hijriah pada usia 66 tahun.18
d) Hafshah binti `Umar bin Khaththab (Janda yang Pinangannya Ditolak Abû
Bakar dan ‘Utsmân bin ‘Affân)
Perempuan keempat yang dinikahi Nabi Saw. adalah Hafsah binti
‘Umar bin Khaththab. Sebelumnya, ia pernah menikah dengan Khunais
bin Hudzafah bin Qais al-Sahmi al-Quraisyi, seorang sahabat yang ikut
hijrah ke Habsyi dan Madinah. Khunais wafat di Madinah karena luka
yang menimpanya saat perang Uhud. Hafsah pun menjadi janda dalam
usia yang relatif muda, yaitu 18 tahun.19
‘Umar bin Khaththab merasa tertekan dengan kondisi yang
menimpa anaknya itu. Setelah berpikir mendalam, akhirnya dia
mengambil keputusan untuk mencarikan suami yang bisa menyenangkan
dan menenteramkan hati putrinya itu. Selama 6 bulan Hafsah hidup

18
Dai, KH. Athian Ali M. wawancara Majalah Sabili, no. 12 TH. IV/ 28 Desember 2006, h. 21.
19
Darwin, Muhadjir. “Manajemen Syahwat” dalam Harian Kedaulatan Rakyat, 8 Desember 2006.
menjanda, ‘Umar lalu menawarkan putrinya itu kepada Abû Bakar. ‘Umar
berharap, dengan kemurahan dan kelapangan hati Abû Bakar, ia mau
menanggung tabiat Hafsah yang pencemburu dan keras suatu sifat yang
diwarisi dari ayahnya dengan menikahinya. Namun, ketika keinginannya
dia utarakan kepada Abû Bakar, sabahatnya itu hanya diam, tidak
menjawab sepatah kata pun.
‘Umar kecewa. Lalu ia mendatangi ‘Utsmân bin ‘Affân. Ia
berharap sahabatnya yang satu ini bersedia menikahi putrinya. Sebab,
‘Utsmân saat itu baru saja ditinggal mati istrinya, Ruqayyah, putri
Rasulullah. Sayang, ‘Utsmân pun menolak permintaannya. “Tampaknya
untuk saat ini, aku belum ingin menikah lagi.” Jawab ‘Utsmân datar.
‘Umar kecewa untuk kali kedua. Lalu, ia menuju rumah
Rasulullah, mengadukan nasib Hafsah. Mendengar pengaduan ‘Umar,
Rasulullah tersenyum seraya berkata, “Hafsah akan dinikahi oleh
seseorang yang baik daripada ‘Utsmân dan ‘Utsmân akan menikah dengan
orang yang lebih baik daripada Hafsah.”20 Seketika itu pula ‘Umar
gembira. Pada bulan Sya’ban, tahun ketiga Hijriah, pernikahan Hafsah
dengan Rasulullah dilangsungkan.
Hafsah adalah perempuan tegas dan memegang teguh pendirian.
Ketika Rasulullah wafat dan kekhalifahan dipegang Abu Bakar, dialah di
antara para istri Rasul yang dipercaya untuk memelihara dan menyimpan
mushhaf Al-Qur’an. Dia wafat pada masa khalifah Mu‘âwiyah bin Abî
Sufyân, pada bulan Sya‘ban, tahun 45 Hijriah, dengan usia 60 tahun.
Marwan bin Hakam, Gubernur Madinah saat itu, ikut menshalatkan
jenazahnya.21
e) Zainab binti Khuzaimah (Janda dengan Banyak Anak, Mempercayakan
Hidupnya kepada Nabi Saw)
Perempuan kelima yang masuk dalam rumah tangga Nabi Saw.
adalah Zainab binti Khuzaimah ibn Harits ibn ‘Abdullâh ibn ‘Umar ibn

20
Engineer, Asghar Ali. Islam dan Teologi Pembebasan, terj. Agung Prihantoro. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1999.
21
Esack, Farid. Membebaskan yang Tertindas, terj. Watung A. Budiman. Bandung: Mizan, 2000.
‘Abd Manaf ibn Hilâl ibn ‘Amir ibn Sha‘sha‘ah al-‘Amiriyah.
Sebelumnya, ia pernah menikah dengan Tufayl bin Khârits bin Muthâlib,
lalu cerai. ‘Abdul Wâhid bin Abî. ‘Awn pernah meriwayatkan,
sebagaimana dikutip Ibn Sa’ad, bahwa ‘Ubaidillâh menikahi Zainab.
Namun, tidak lama ia menjadi syuhada pada saat perang Badar.22
Lalu, Zainab mempercayakan urusan dirinya kepada Nabi Saw.
dalam kondisi miskin dan menanggung anak yatim. Nabi lalu menikahinya
dengan maskawin 12,5 uqiyah. Pernikahan itu terjadi pada awal bulan
Ramadhan tahun 31 Hijriah. Usianya sudah tua ketika menikah dengan
Nabi dan paras wajahnya tidak cantik.
Dia tinggal bersama Nabi Muhammad Saw. selama enam bulan,
kemudian pada akhir Rabi‘al-Tsani, tahun 625 M. dia meninggal dunia.
Setelah Khadîjah, dialah satu-satunya istri Nabi yang wafat mendahului
Nabi Saw. Zainab dikenal dengan gelar umm al-masâkîn (ibu kaum
miskin), karena ia gemar menolong orang miskin, sejak masa jahiliah
f) Ummu Salamah (Hindun) Binti Abû Umayyah (Janda yang Didera
Penderitaan Bertubi-Tubi)
Perempuan keenam yang dinikahi Nabi Saw. adalah Ummu
Salâmah. Nama lengkapnya, Hindun binti Abû Umayyah bin al-Mughîrah
al-Makhzûmiyyah, berasal dari suku Quraisy. Ayahnya seorang dermawan
yang dijuluki zâd alrakbi (pemberi bekal kafilah), karena suka memberi
bekal kepada para kafilah yang melakukan perjalanan jauh. Sebelum
menikah dengan Rasulullah Saw., dia menikah dengan Abû Salâmah
‘Abdullâh bin ‘Abdul Asad alMakhzûmi, seorang sahabat yang pertama
ikut hijrah ke Habsyi. Di tempat pengungsian ini, Hindun melahirkan anak
yang diberi nama Salâmah. Kelak di kemudian hari, Hindun dan ‘Abdullâh
dikenal dengan nama Abû Salâmah dan Ummu Salâmah.
Saat para pengungsi kembali ke Makkah, keduanya ikut kembali
dengan membawa harapan dan semangat bahwa krisis akan berakhir.
Namun, yang terjadi di Makkah justru sebaliknya: penyiksaan semakin

22
Fakih, Mansour. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999
kejam dilakukan oleh orangorang kafir. Orang-orang Muslim yang tidak
kuat bertahan berinisiatif melakukan hijrah ke tempat baru. Pilihan jatuh
ke Madinah, karena saat itu beberapa elite Madinah telah memeluk Islam.
Abu Salamah pun hijrah ke Madinah. Sayang, hijrah kali ini adalah
pelanggaran terhadap kekuasaan penguasa Quraisy yang melarang ke luar
kota bagi para penduduk. Dan orang yang melanggarnya akan diberi
sanksi berat. Ibn Hisyâm mengungkapkan dengan dramatik kepedihan
yang dialami Ummû Salâmah.
“Ketika Abû Salâmah memutuskan pergi ke Madinah, aku
berangkat mengendarai unta sambil menggendong putraku, Salâmah ibn
Abî Salâmah. Abû Salâmah juga keluar bersamaku dengan menuntun
untanya. Namun, ketika para tokoh Bani Mughîrah (keluarga Ummu
Salâmah) melihatnya, mereka langsung menghadangnya sembari berkata,
’Inilah jiwamu yang telah kami kalahkan. Apakah kau melihat teman
perempuanmu ini? Apakah kau mengira kami akan membiarkanmu
membawanya pergi ke luar dari kota ini?’
Kemudian mereka merebut tali kekang unta dari tangan Abû
Salâmah dan menarik diriku darinya. Pada saat yang bersamaan, marahlah
Bani ‘Abdul Asad (keluarga Abû Salâmah). Mereka berkata, ‘Demi
Tuhan! Kami tidak akan meninggalkan anaknya bersama Ummu Salâmah
apabila mereka merampas Ummu Salâmah dari saudara kita.’
Lalu, terjadilah tarik menarik, antara Bani Mughîrah dan Bani
Asad terhadap anakku sampai terlepas. Lalu, pergilah Bani Asad
membawa suamiku, sedangkan Bani Mughîrah mengekangku. Abû
Salâmah melanjutkan perjalanannya ke Madinah, sendirian, tanpa dengan
Ummu Salâmah.
Setelah kejadian itu, Ummu Salâmah suka menyendiri dan
menangis. Peristiwa itu terjadi hingga satu tahun. Hingga suatu saat lewat
di depannya, seorang laki-laki dari keluarga pamannya, yang termasuk
Bani Al-Mughîrah. Ia merasa iba kepadanya, lalu berkata kepada para
petinggi Bani Mughîrah, “Kenapa tidak kalian lepaskan saja perempuan
malang ini, kalian telah melepaskannya dengan suami dan anakanaknya.”
Lalu, Bani Mughîrah berkata kepada Ummu Salâmah, “Temuilah
suamimu jika kau mau.” Dan saat itu mereka juga mengembalikan
anaknya. Akhirnya, pada saat itu juga bersama anaknya, Ummu Salâmah
menyusul suaminya ke Madinah dengan mengendarai unta, tanpa ditemani
siapa pun.
Bagaimana kisah menjandanya dan kemudian dipinang oleh Nabi
Saw? Abu Salamah adalah salah satu dari umat Islam yang terluka parah
pada saat perang Uhud. Memang, setelah kekalahan umat Islam dalam
pertempuran di bukit Uhud itu, banyak kabilah yang semakin berani
menyerang kaum Muslim, termasuk Bani Asad. Mendengar rencana itu,
Nabi Saw. mempersiapkan pasukan yang dipimpin oleh Abû Salamah,
berjumlah 150 tentara. Dalam pertempuran itu Lengkap sudah penderitaan
Hindun alias Ummu Salâmah. Kedua sahabat Nabi, Abu Bakar dan ‘Umar
bin Khaththab, pernah mengulurkan bantuan dengan meminangnya.
Namun, Ummu Salâmah menolaknya. Pada suatu saat, ketika dia sedang
menyamak kulit, Rasulullah mengunjunginya dengan tujuan untuk
meminang dirinya.
“Dengan senang hati aku menyambutmu, wahai Rasulullah, dan
aku tidak mungkin menolak apa yang engkau inginkan. Namun, aku
adalah seorang wanita pencemburu. Aku takut rasa cemburu itu nanti akan
menjadi sebab Allah murka kepadaku. Lagi pula, aku adalah wanita yang
sudah tua dan mempunyai anak banyak.” Kata Ummu Salâmah
menanggapi keinginan Nabi Saw.23
g) Ummu Habîbah (Ramlah) binti Abû Sufyân (Perempuan dengan Iman
yang Kokoh, Meski Suaminya Murtad)
Perempuan ketujuh yang dinikahi Nabi Saw. adalah Ummu
Habîbah. Nama aslinya, Ramlah binti Abî Sufyân bin Harb bin Abî

23
Gusmian, Islah. Khazanah Tafsir Indonesia, dari Hermeneutika hingga Ideologi. Jakarta: Teraju,
2003.
Sufyân. Ibunya adalah Shafiyyah binti ‘Abd al-‘Ash bibi dari ‘Utsmân bin
‘Affân. Dia menikahi ‘Ubaidillâh bin Jahsy dari Khuzaimah, sekutu Harb
bin Umayah, dan mempunyai anak bernama Habîbah. Itulah sebabnya dia
dipanggil dengan nama Ummu Habîbah.
Ayahnya, Abû Sufyân, adalah pemuka kafir Quraisy sebelum
penaklukan kota Makkah. Namun, Ummu Habîbah beriman terlebih
dahulu, saat Abû Sufyân masih dalam kekufuran. Oleh karena itu,
intimidasi dari ayahnya agar Ummu Habîbah meninggalkan Islam datang
bertubi-tubi. Namun, tekanan itu tidak mampu meruntuhkan tekadnya
untuk tetap teguh di dalam Islam.
Bersama suaminya, ia ikut hijrah ke Habsyi. Di sanalah dia
melahirkan anaknya, Habîbah. Dia tipikal perempuan yang teguh dalam
memegangi pendiriannya. Di tengah ancaman orang-orang kafir Quraisy,
dia tetap teguh memeluk Islam dengan penuh kesabaran. Sang suami, yang
bersamanya telah masuk Islam, tiba-tiba keluar dari Islam. Ummu
Habîbah dibujuknya untuk keluar dari Islam, namun dia tidak bergeming
dengan tegas dia menolak. Bahkan, Ummu Habîbah balik mengajaknya
agar ia kembali memeluk Islam. Karena gagal mengajak istrinya,
‘Ubaidillâh bin Jahsy melampiaskan kekecewaannya dengan terusmenerus
minum arak hingga suatu hari dia meninggal dunia.
Genap sudah penderitaan Ummu Habîbah: hidup di pengasingan,
jauh dari keluarga dan kampung halaman, serta penderitaan hidup
menjanda tanpa perlindungan. Tidak lama setelah masa `iddah-nya
berakhir, salah seorang pembantu wanita Raja Najasi datang, memberi
kabar bahwa Rasulullah akan segera menikahinya. Tentu, Ummu Habîbah
sangat gembira. Begitu gembiranya, hingga perhiasan yang ia kenakan
diberikan kepada utusan raja tersebut. Lalu, dia menunjuk Khâlid bin Sa‘id
bin al-‘Ash sebagai wali nikahnya, sebagaimana permintaan Nabi Saw.
Pada pernikahan itu, Nabi Saw. memberikan uang 400 Dinar sebagai
mahar yang diwakili oleh raja Habsyi.
Bertepatan dengan kemenangan kaum Muslim dalam perang
Khaibar, datanglah rombongan kaum Muhajirin dari Habsyi. Ummu
Habîbah diboyong Nabi Saw. menuju Madinah, ke dalam rumah tangga
beliau. Peristiwa ini terjadi pada tahun ke-6 Hijriah.24 Setelah Rasulullah
wafat, Ummu Habîbah hampir tidak pernah keluar rumah selain untuk
shalat. Dia juga tidak pernah keluar Madinah, kecuali untuk menunaikan
haji. Dia wafat pada tahun 46 Hijriah, di masa khalifah Mu‘awiyah bin
Abî Sufyân,25 dalam usia 70 tahun, setelah dengan cemerlang dirinya
memerankan sebagai sosok teladan yang agung.
h) Zainab binti Jahsy (Janda yang Dinikahi Nabi Saw. Berdasarkan Wahyu)
Perempuan kedelapan yang dinikahi Nabi Saw. adalah Zainab bin
Jahsy. Ibunya bernama Umaymah binti ‘Abdul Muththâlib, bibi
Rasulullah. Ia lahir dengan nama Barrah. Setelah dinikahi Nabi Saw.,
namanya diganti Rasul dengan nama Zainab. Kisah ini direkam oleh Imâm
Muslim dalam Shahîh al-Muslim, “Kitab Adab, bab dianjurkan mengganti
nama yang buruk dengan nama yang baik”. Sebelumnya, Rasulullah
meminang Zainab untuk dinikahkan dengan Zayd bin Harîtsah, anak
angkat beliau. Sebenarnya, sejak awal Zainab dan keluarganya tidak setuju
dengan pinangan itu, karena mereka merasa dirinya lebih terhormat
sebagai orang bangsawan, bila dibandingkan dengan Zayd. Lalu, turunlah
ayat 36 dari surah Al-Ahzab [33].
i) Shafiyyah binti Huyay (Janda yang Dilindungi Nabi Saw)
Perempuan kesembilan yang dinikahi Nabi Saw. adalah Shafiyyah
binti Huyay bin Akhthab bin Sa‘yah. Dia masih keturunan dari Al-Lawi,
putra Nabi Ya‘qub bin Ishaq bin Ibrahim as., dan masih ada keturunan dari
Nabi Harun as. Ibunya bernama Barrah binti Samwa‘il, saudara
perempuan Rifa‘ah bin Samwa‘il dari bani Qurayzah.
Sebelumnya, dia menikah dengan Salam bin Misykam Qurazi.
Lalu, mereka cerai dan Shafiyyah menikah dengan Kinanah bin Rabi‘ al-

24
Hanafî, Hassan. Dirasât Islâmiyyah. Kairo: Maktabat al-Anjilu al-Mishriyyah, 1981
25
Hassan, Riffat. “Women’s Interpretation of Islam”, dalam Hans Thijsen (ed.), Women and Islam
in Muslim Society. The Hague: Ministry of Foreign Affairs, 1994.
Nadiri. Suaminya yang kedua ini terbunuh dalam perang Khaibar,
sementara Shafiyyah sendiri menjadi salah satu tawanan perang pasukan
Muslim. Oleh Bilal, Shafiyyah dan keponakannya lalu dibawa menghadap
Nabi Saw. “Wahai Bilal, sudah tidak adakah rasa kasih sayang di hatimu
hingga engkau tega membawa kedua wanita ini melewati mayatmayat
pasukan perang mereka?” Nabi menegur Bilal.
Lalu, Nabi Saw. menawarkan Islam kepadanya, dan ternyata
Shafiyyah menerimanya dengan tangan terbuka. Beliau lalu memberikan
jubahnya kepada Shafiyyah, tanda bahwa beliau telah berkenan memilih
Shafiyyah untuk dirinya. Nabi Muhammad Saw. menikahi Shafiyyah
dengan mahar memerdekakan dirinya dari status tawanan perang. Dia
masuk ke dalam rumah tangga Nabi Saw. dalam usia 17 tahun.
Dia wafat pada bulan Ramadhan, tahun 52 Hijriah pada masa
pemerintahaan Mu‘âwiyah, dan dimakamkan di Baqi.26
j) Juwairiyah binti al-Harits (Budak dan Tawanan Perang yang Dibebaskan
Nabi Saw)
Perempuan kesepuluh yang masuk dalam rumah tangga Nabi
Muhammad Saw. adalah Juwairiyah binti al-Hârits bin Abû Dhirâr bin
Hubaib al-Khuza‘iyah, berasal dari Bani Musthaliq. Sebelumnya, dia
menikah dengan Musafi‘ bin Shafwân. Suaminya ini meninggal dalam
peperangan Muraysi‘ melawan Bani Musthaliq. Dalam peperangan
tersebut, Juwairiyyah lalu menjadi tawanan perang bersama saudara
sepupunya. Tsâbit bin Qays Anshârî sebagai tuannya memberikan kontrak
seharga sembilan uqiyah. Lalu, Juwairiyah meminta bantuan kepada
Rasulullah agar beliau berkenan membebaskan dirinya.
Kabar pernikahan itu pun menyebar di kalangan kaum Muslim,
lalu ramai-ramai mereka ikut membebaskan para tawanan yang ada di
bawah kekuasaan mereka masingmasing. Berkat pernikahan Nabi
Muhammad Saw. dengan Juwairiyah itulah, secara tidak langsung, Nabi
Saw. telah membebaskan para tawanan lain dari anggota keluarga Bani

26
Ibn Katsîr. Tafsîr al-Qur’ân al-‘Adhîm. Semarang: Toha Putra, t.th., juz I.
Musthaliq yang jumlahnya mencapai ratusan orang.27 Berguncang pula
ayah Juwairiyah, Al-Hârits, sebagai orang terkemuka di Bani Musthaliq.
Dia kemudian masuk Islam yang diikuti oleh anggota kaumnya.
Sejak membelinya dari tangan Qais ibn Tsâbit Anshâri, Nabi
Muhammad Saw. sebenarnya mempunyai otoritas untuk menjadikannya
budak. Namun, beliau justru menyuntingnya menjadi istri secara
terhormat. Inilah misi kongkret Nabi Saw.: menarik simpati orang-orang
yang pada saat itu belum memeluk Islam. Juwairiyah dinikahi Nabi pada
usia 20 tahun, dan wafat pada tahun 50 Hijriah dalam usia 65 tahun.28
k) Maimûah binti al-Hârits (Janda yang Menyerahkan Jiwa Raganya kepada
Nabi Saw)
Perempuan kesebelas yang memasuki rumah tangga Nabi
Muhammad Saw. adalah Maimûnah binti al-Hârits bin Hazn bin Bujair bin
Hazm bin Ruwaibah bin ‘Abdullah bin Hilal bin ‘Amir bin Sha‘sha‘ah al-
Hilâliyyah. Ibunya bernama Hindun binti ‘Auf bin Zuhair. Maimunah
adalah saudara kandung Ummul Fadhl, istri ‘Abbas, sekaligus bibi Khalid
bin Wâlid dan Ibn ‘Abbas.
Sebelum masuk Islam, dia pernah menikah dengan Mas‘ud bin
‘Amr al-Tsaqafî. Dia sering tinggal di rumah kakaknya, Ummul Fadhl,
sehingga dia banyak mendengar ajaran Islam dan cerita mengenai
hijrahnya kaum Muslim, perang Badar, dan perang Uhud. Karena
perbedaan prinsip, akhirnya pernikahan Maimûnah dengan Ma’sud tidak
bertahan lama, lalu cerai.
Pada saat yang telah dijanjikan dalam perjanjian Hudaibiyah
mengenai masuknya Nabi Muhammad Saw. dan kaum Muslim ke
Makkah, Nabi Saw. menunaikan ibadah haji ke Makkah dan tinggal di
sana selama tiga hari, tanpa ada gangguan dari orang kafir Quraisy.
Maimûnah mendengar umat Islam yang menggemakan bacaan talbiyah

27
Ichwan, Moch. Nur. Meretas Kesarjanaan Kritis Al-Qur’an, teori Hermeneutika Nasr Hamid
Abu Zayd. Jakarta: Teraju, 2003.
28
Jansen, J.J.G. Diskursus Tafsir Al-Qur’an Modern, terj. Hairussalim dan Syarif Hidayatullah.
Yogyakarta: Tiara Wacana, 1997.
dalam prosesi ibadah haji. Hatinya tersentuh. Didorong dengan rasa
cintanya kepada Islam dan keberaniannya memegang kebenaran yang
diyakininya, dia segera mengumumkan keinginannya untuk bergabung
dengan Nabi Saw. Bukan hanya itu, ia bermaksud juga menyerahkan jiwa
raganya dalam kehidupan rumah tangga Nabi Saw. Kepada kakaknya,
Ummul Fadhl, Maimûnah lalu mengutarakan keinginannya itu. Ummul
Fadhl lalu menyampaikan keinginan adiknya itu kepada suaminya,
‘Abbas. ‘Abbas tanpa ragu, lalu menyampaikan hal tersebut kepada Nabi
Saw. Dan ternyata beliau menerimanya dengan memberikan mahar kepada
Maimûnah sebanyak 400 dirham.29
Kisah perkawinan Nabi Muhammad Saw dengan Maimunah ini
menunjukkan bahwa Islam tumbuh di bumi Arabia dengan nilai-nilai yang
menyejukkan dan menenteramkan umat manusia. Kisah ini juga
menjelaskan bahwa pernikahan Nabi Saw. bukanlah didasarkan pada
orientasi libido sebagaimana dituduhkan para orientalis.

29
Husain, Thaha. Cahaya Rasul, Catatan Terlupakan dari Kehidupan Nabi Muhammad, terj. Siti
Nurhayati dan Umar Bukhari. Yogyakarta: Navila, 2006
C. Sifat – Sifat Nabi Muhammad SAW
1. Mukjizat Akhlak
Sejak masa muda, Nabi Muhammad saw telah dikenal dengan
kejujuran, amanat, kesabaran, ketegaran, dan kedermawanan. Dalam
kesabaran dan kerendahan diri beliau tidak memiliki sekutu dan dalam
kemanisan etika beliau tak tertandingi. “Sesungguhnya engkau berada di
puncak akhlak yang agung.”
Dalam memaafkan, beliau tak ada taranya. Ketika mendapatkan
gangguan dan cemoohan masyarakatnya, beliau hanya berkata ‫اَللّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر‬
َ‫ “ ِل َق ْو ِم ْي َفإ ِ َّن ُه ْم الَ يَ ْع َل ُم ْون‬Ya Allah, ampunilah kaumku, karena mereka tidak
mengetahui.” Beliau selalu mengharapkan kebaikan seluruh umat
manusia, penyayang dan belas-kasih terhadap mereka. “Ia belas-kasih
dan pengasih terhadap Mukminin.”
Beliau tidak pernah menyembunyikan keceriaan wajah terhadap
para sahabat dan selalu mencari berita tentang kondisi mereka. Beliau
selalu memberikan tempat khusus kepada orang-orang baik di sisi
beliau.Orang yang paling utama di sisi beliau adalah orang yang dikenal
dengan kebajikanya terhadap Muslimin dan orang yang termulia adalah
orang yang lebih bertindak toleran dan tolong-menolong terhadap umat
Islam.
Beliau tida pernah duduk dan bangun (dari duduk) kecuali dengan
menyebut nama Allah dan mayoritasnya, beliau duduk menghadap ke
arah Kiblat. Beliau tidak pernah menentukan tempat duduk khusus bagi
dirinya. Beliau memperlakukan masyarakat sedemikian rupa sehingga
mereka merasa dirinya adalah orang termulia di sisi beliau. Beliau tidak
banyak berbiacara dan tidak pernah memotong pembicaraan seseorang
kecuali ia berbicara kebatilan.30
Beliau tidak pernah mencela dan mencerca seseorang. Beliau tidak
pernah mencari-cari kesalahan orang lain. Budi pelerti beliau yang

30
Mahmudunnasir, Syed. Islam, Konsepsi dan Sejarahnya, terj. Drs. Adang Affandi. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 1994. Majalah Gatra No. 5 Tahun XIII, 4-20 Desember 2006, h. 25
menyeluruh telah meliputi seluruh umat manusia. Beliau selalu sabar
menghadapi perangai buruk bangsa Arab dan orang-orang yang asing
bagi beliau. Beliau selalu duduk di atas tanah dan duduk bersama orang-
orang miskin serta makan bersama mereka.
Dalam makan dan berpakaian, beliau tidak pernah melebihi rakyat
biasa. Setiap berjumpa dengan seseorang, beliau selalu memulai
mengucapkan salam dan berjabat tangan dengannya. Beliau tidak pernah
mengizinkan siapa pun berdiri (untuk menghormati) nya. Beliau selalu
menghormati orang-orang berilmu dan berakhlak mulia. Dibandingkan
dengan yang lain, beliau lebih bijaksana, sabar, adil, berani dan pengasih.
Menarik jika menyimak mengenai biografi nabi Muhammad SAW.
Beliau selalu menghormati orang-orang tua, menyayangi anak-anak kecil
dan membantu orang-orang yang terlantar. Sebisa mungkin, beliau tidak
pernah makan sendirian. Ketika beliau meninggal dunia, beliau tidak
meninggalkan sekeping Dinar dan Dirham pun.
Keberanian beliau sangat terkenal sehingga Imam Ali as pernah
berkata: “Ketika perang mulai memanas, kami berlindung kepada
beliau.” Rasa memaafkan beliau sangat besar. Ketika berhasil
membebaskan Makkah, beliau memegang pintu Ka’bah seraya bersabda
(kepada musyrikin Makkah): “Apa yang kalian katakan dan sangka
sekarang?” Mereka menjawab: “Kami mengatakan dan menyangka
kebaikan (terhadapmu). Engkau adalah seorang pemurah dan putra
seorang pemurah. Engkau telah berhasil berkuasa terhadap kami.
Engkau pasti mampu melakukan apa yang kau inginkan.” Mendengar
pengakuan mereka ini, hati beliau tersentuh dan menangis. Ketika
penduduk Makkah melihat kejadian itu, mereka pun turut menangis.
Setelah itu beliau bersabda: “Aku mengatakan seperti apa yang
pernah dikatakan oleh saudaraku Yusuf bahwa ‘Tiada cercaan bagi kalian
pada hari ini. Allah akan mengampuni kalian, dan Ia adalah Lebih
Pengasih dari para pengasih’.” (QS. Yusuf: 92) Beliau memaafkan
seluruh kriminalitas dan kejahatan yang pernah mereka lakukan seraya
mengucapkan sabda beliau yang spektakuler: “Pergilah! Kalian bebas.”
2. Mukjizat Ilmiah
Dengan merujuk kepada buku-buku yang memuat sabda, pidato dan
nasihat-nasihat beliau secara panjang lebar, mukjizat ilmiah beliau ini
dapat dipahami dengan jelas.
3. Mukjizat Amaliyah
Dapat diakui bahwa seluruh perilaku beliau dari sejak lahir hingga
wafat adalah sebuah mukjizat. Dengan sedikit merenungkan kondisi dan
karakteristik masyarakat Hijaz, khususnya masyarakat kala itu,
kemukjizatan seluruh perilaku beliau akan jelas bagi kita. Beliau bak
sebuah bunga yang tumbuh di ladang duri.
Beliau tidak hanya tidak terpengaruh oleh karakteristik duri-duri
itu, bahkan beliau berhasil merubahnya. Beliau tidak hanya terpengaruh
oleh kondisi kehidupan masyarakat kala itu, bahkan beliau berhasil
mempengaruhi gaya hidup mereka. Dalam kurun waktu dua puluh tiga
tahun, beliau telah berhasil melakukan empat pekerjaan besar dan
fundamental meskipun banyak aral melintang dan problema yang melilit.
Masing-masing pekerjaan itu dalam kondisi normal semestinya
memerlukan usaha bertahun-tahun untuk dapat tegak berdiri sepanjang
masa. Keempat pekerjaan besar itu adalah sebagai berikut: Pertama,
berbeda dengan keyakinan-keyakinan yang sedang berlaku pada masa
beliau, beliau membawa sebuah ajaran yang bersifat Ilahi. Sebuah ajaran
yang pernah disampaikan oleh para nabi pendahulunya.
Sebagai penutup para Nabi, beliau telah berhasil menciptakan
banyak orang beriman kepada agama tersebut sehingga sampai sekarang
pun pengaruh spiritual beliau masih kuat tertanam di dalam lubuk hati
ratusan juta pengikutnya.
Menjadikan seseorang taat adalah sebuah pekerjaan yang mudah.
Akan tetapi, menundukkan hati masyarakat, itupun sebuah masyarakat
fanatis dan bodoh tanpa syarat dan menjadikan mereka taat dari lubuk
hati bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah. Kedua, dari kabilah-kabilah
berpecah-belah yang selalu saling bermusuhan dan memiliki hobi
berperang, beliau berhasil sebuah umat yang satu dan menjalin
persaudaraan, persamaan, kebebasan dan kesatun kalimat dalam arti yang
sebenarnya di antara mereka.
Setelah beberapa tahun berlalu, beliau berhasil membentuk sebuah
umat yang bernama umat Muhammad Saw. Hingga sekarang umat ini
masih eksis dan terus bertambah. Ketiga, di tengah-tengah kabilah yang
berpecah-belah, masing-masing memiliki seorang pemimpin, biasa
melakukan pekerjaan secara tersendiri dan tidak pernah memiliki sebuah
pemerintahan yang terpusat itu, beliau berhasil membentuk sebuah
pemerintahan yang berlandaskan kepada kebebasan dan kemerdekaan
yang sempurna. Dari sisi kekuatan dan kemampuan, pemerintahan ini
pernah menjadi satu-satunya pemerintahan mutlak di dunia setelah satu
abad berlalu. Menurut sejarah Nabi Muhammad Saw, Beliau pernah
menulis enam surat dalam satu hari kepada para raja penguasa masa itu
dan mengajak mereka untuk memeluk Islam, raja-raja yang menganggap
diri mereka berada di puncak kekuatan dan meremehkan kaum Arab.
Ketika surat beliau sampai ke tangan raja Iran dan melihat nama
beliau disebutkan di atas namanya, ia marah seraya memerintahkan para
suruhannya untuk pergi ke Madinah dan membawa Muhammad ke
hadapannya. Ya! Para raja itu berpikir bahwa bangsa Arab adalah sebuah
bangsa yang tidak akan menunjukkan reaksi apa pun di hadapan pasukan
kecil seperti bala tentara Habasyah.
Bahkan, mereka akan lari tunggang-langgang meninggalkan
Mekah dan kehidupan mereka, serta berlindung ke gunung-gunung.
Mereka tidak dapat memahami bahwa bangsa Arab telah memiliki
seorang pemimpin Ilahi dan mereka bukanlah bangsa Arab yang dulu
lagi. Keempat, dalam kurun waktu dua puluh tiga tahun, beliau telah
menetapkan dan menunjukkan sederetan undang-undang yang mencakup
seluruh kebutuhan umat manusia. Undang-undang ini akan tetap kekal
hingga hari Kiamat, dan mempraktikkannya dapat mendatangkan
kebahagiaan umat manusia.
Undang-undang ini tidak akan pernah layu. “Kehalalan
Muhammad adalah halal selamanya hingga hari Kiamat dan
keharamannya adalah haram selamanya hingga hari Kiamat.” Undang-
undang ini akan selamanya hidup kekal. Di hauzah-hauzah ilmiah selalu
dibahas dan didiskusikan oleh para fuqaha besar dalam sebuah obyek
pembahasan fiqih, Furu’uddin dan kewajiban amaliah.
4. Mukjizat Ma’nawiyah
Mukjizat abadi beliau adalah al-Quran yang telah turun kepada
beliau dalam kurun waktu dua puluh tiga tahun, dan dari sejak saat itu
hingga sekarang selalu mendapatkan perhatian dan penelaahan dari
berbagai segi oleh seluruh masyarakat dunia. Kitab ini berhasil
membangkitkan rasa heran para ilmuan dan sepanjang masa masih
memiliki kekokohan dan kedudukannya yang mulia. Kitab ini
terselamatkan dari segala bentuk tahrif, pengurangan dan penambahan.
Ratusan tafsir dan buku tentang hakikat arti dan kosa katanya telah
ditulis. Allah telah menjamin keterjagaannya dalam firman-Nya yang
artinya Kami-lah yang telah menurunkan al-Quran ini dan Kami pulalah
yang akan menjaganya.
5. Mukjizat Keturunan
Salah satu mukjizat beliau yang lain adalah keturunan suci beliau
yang terjaga dari dosa. Hanya kedudukan tinggi kenabianlah yang
mampu menghaturkan putri-putri dan para imam ma’shum seperti ini
kepada masyarakat. Seseorang yang sadar dengan memperhatikan ilmu,
kehidupan, ucapan dan perilaku Ahlubait as akan mengakui bahwa setiap
dari mereka, sebagaimana al-Quran, adalah dalil tersendiri atas kenabian
Rasulullah saw.
Seandainya tidak ada dalil lain untuk membuktikan kenabian
Rasulullah Saw kecuali keberadaan keturunan semacam itu, hal itu
sudah mencukupi dan hujjah sudah sempurna.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nabi Muhammad SAW berasal dari kabilah Quraisy, tepatnya keturunan
Hasyim. Ayah beliau adalah Abdullah bin Abdul Muthalib, cucu Hasyim. Ibunda
beliau adalah Aminah binti Wahb yang berasal dari keturunan Bani Zuhrah, salah
satu kabilah Quraisy. Setelah menikah, Abdullah melakukan pepergian ke Syam.
Ketika pulang dari pepergian itu, ia wafat di Madinah dan dikuburkan di kota itu
juga.
1) Istri: Khadijah bintu Khuwailid, Saudah bintu Zam’ah bin Qois, A’isyah
bintu Abi Bakr As-Shiddiq, Zainab bintu Khuzaimah, Hafshah bintu Umar
bin Khatab, Ummu Salamah, Zainab bintu Jahsy bin Rabab, Juwairiyah bintu
Al-Harits, Ummu Habibah bintu Abi Sufyan, Shafiyah bintu Huyai bin
Akhtab, Maimunah bintu Al-Harits, Mariyah Al-Qibthiyah.
2) Anak: Qasim, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum bint Muhammad,
Abdulllah, Fatimah, Ibrahim.
3) Masing-masing pekerjaan itu dalam kondisi normal semestinya memerlukan
usaha bertahun-tahun untuk dapat tegak berdiri sepanjang masa.
4) Keempat pekerjaan besar itu adalah sebagai berikut:
a) Pertama, berbeda dengan keyakinan-keyakinan yang sedang berlaku pada
masa beliau, beliau membawa sebuah ajaran yang bersifat Ilahi. Sebuah
ajaran yang pernah disampaikan oleh para nabi pendahulunya.
b) Sebagai penutup para Nabi, beliau telah berhasil menciptakan banyak
orang beriman kepada agama tersebut sehingga sampai sekarang pun
pengaruh spiritual beliau masih kuat tertanam di dalam lubuk hati ratusan
juta pengikutnya. Menjadikan seseorang taat adalah sebuah pekerjaan yang
mudah. Akan tetapi, menundukkan hati masyarakat, itu pun sebuah
masyarakat fanatis dan bodoh tanpa syarat dan menjadikan mereka taat
dari lubuk hati bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah.
c) Kedua, dari kabilah-kabilah berpecah-belah yang selalu saling bermusuhan
dan memiliki hobi berperang, beliau berhasil sebuah umat yang satu dan
menjalin persaudaraan, persamaan, kebebasan dan kesatun kalimat dalam
arti yang sebenarnya di antara mereka. Setelah beberapa tahun berlalu,
beliau berhasil membentuk sebuah umat yang bernama umat Muhammad
saw. Hingga sekarang umat ini masih eksis dan terus bertambah.
d) Ketiga, di tengah-tengah kabilah yang berpecah-belah, masing-masing
memiliki seorang pemimpin, biasa melakukan pekerjaan secara tersendiri
dan tidak pernah memiliki sebuah pemerintahan yang terpusat itu, beliau
berhasil membentuk sebuah pemerintahan yang berlandaskan kepada
kebebasan dan kemerdekaan yang sempurna.
B. Saran
1. Manusia berkembang dikala mereka mengadakan perubahan dan selalu
intropeksi terhadap dirinya, berangkat dari sebuah kenyataan yang
menyelimuti langit dan bumi kini terbayang dalam setiap jiwa manusia.
Kami pun mengharapkan kesempurnaan itu. Maka dari itu kami butuh
kritikan yang membangun dan pastinya sangat mengapresiasi orang yang
mau melakukannya untuk kami.
2. Dengan pengenalan singkat tentang keislaman di masa Nabi, semoga
menjadi gerakan awal dalam merevolusi diri kita masing-masing agar
menjadi lebih baik. Agar bisa sampai kepada cahaya ilahi. Siapakah
gerangan yang tidak ingin sampai di hadapan yang Maha Kaya dan Maha
Sempurna sembari mencicip kenikmatan dari sang pemberi Nikmat, yaitu
Allah Swt.
Soal Kelompok 3
A. Soal
1. Apakah julukan yang diberikan oleh orang musyrik kepada
Rosulullah sebelum beliau diutus dan kenapa dijuluki demikian
serta apa perkataan mereka setelah beliau diutus?
2. Apa yang pertama kali beliau dapatkan sebelum beliau diangkat
menjadi nabi?
3. Berapa umur Nabi Muhammad Saw ketika beliau menerima wahyu?
4. Siapa orang yang pertama kali masuk islam dari kalangan laki-laki,
wanita, anak kecil dan budak?
5. Sebutkan ke 11 istri-istri Nabi Muhammad Saw?
B. Jawaban
1. Orang musyrikin menamai Nabi Muhammad Saw sebelum kerasulan
dengan sebutan al-amin (orang yang dipercaya) karena Allah telah
mengumpulkan pada diri nabi Muhammad Saw hal-hal yang baik
seperti akhlak yang mulia, berbuat baik pada tetangga, agungnya rasa
maafnya, amanah, jujur, suci, dan jauh dari hal-hal yang keji serta
tidak pernah menyembah berhala dan minum khamar. Dan ketika nabi
Muhammad Saw membawa agama yang haq, maka mereka (orang-
orang musyrikin), menamai nabi dengan sebutan penyihir, dukun,
penyair, dan orang gila.
2. Yang pertama kali beliau dapatkan sebelum beliau diangkat menjadi
nabi adalah mimpi yang benar, yang mana beliau melihat dalam
mimpinya seperti fajar.
3. Umur Nabi Muhammad Saw ketika beliua menerima wahyu adalah 40
tahun.
4. Kalangan laki-laki: Abu Bakar ash shiddiq, kalangan wanita: Khadijah
binti Khuwailid, dari kalangan anak: Ali bin Abi Thalin, kalangan
budak” Zaid bin haritsah.
5. Khadijah bintu Khuwailid, Saudah bintu Zam’ah bin Qois, A’isyah
bintu Abi Bakr As-Shiddiq, Zainab bintu Khuzaimah, Hafshah bintu
Umar bin Khatab, Ummu Salamah, Zainab bintu Jahsy bin Rabab,
Juwairiyah bintu Al-Harits, Ummu Habibah bintu Abi Sufyan,
Shafiyah bintu Huyai bin Akhtab, Maimunah bintu Al-Harits, Mariyah
Al-Qibthiyah.

Anda mungkin juga menyukai