Anda di halaman 1dari 101

BAB I

NABI MUHAMMAD SAW


A. Keluarga Nabi Muhammad SAW
Sekitar tahun 570 M, Mekah adalah sebuah kota yang sangat penting dan terkenal di
antara kota-kota di negeri Arab, baik karena tradisinya ataupun karena letaknya. Kota ini
dilalui jalur perdagangan yang ramai menghubungkan Yaman di Selatan dan Syiria di Utara.
Dengan adanya Kabah di tengah kota, Mekah menjadi pusat keagamaan Arab. Di dalamnya
terdapat 360 berhala, mengelilingi berhala utama yaitu Hubal. Mekah kelihatan makmur dan
kuat. Agama dan masyarakat Arab pada masa itu mencerminkan realitas kesukuan
masyarakat jazirah Arab dengan luas satu juta mil persegi.
Nabi Muhammad dilahirkan dalam keluarga bani Hasyim di Mekah pada hari Senin,
tanggal 9 Rabiul Awwal, pada permulaan tahun dari Peristiwa Gajah. Maka tahun itu
dikenal dengan Tahun Gajah. Dinamakan demikian karena pada tahun itu pasukan Abrahah,
gubernur kerajaan Habsyi (Ethiopia), dengan menunggang gajah menyerang Kota Mekah
untuk menghancurkan Kabah. Bertepatan dengan tanggal 20 atau 22 bulan April tahun 571
M. Ini berdasarkan penelitian ulama terkenal, Muhammad Sulaiman Al-manshurfury dan
peneliti astronomi, Mahmud Pasha.
Nabi Muhammad adalah anggota bani Hasyim, suatu kabilah yang kurang berkuasa
dalam suku Quraisy. Kabilah ini memegang jabatan Siqayah. Nabi Muhammad lahir dari
keluarga terhormat yang relatif miskin. Ayahnya bernama Abdullah anak Abdul Muthalib,
seorang kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya. Ibunya adalah Aminah binti Wahab
dari bani Zuhrah. Nabi Muhammad dilahirkan dalam keadaan yatim karena ayahnya
meninggal dunia tiga bulan setelah menikahi Aminah.
Ramalan tentang kedatangan atau kelahiran Nabi Muhammad dapat ditemukan dalam
kitab-kitab suci terdahulu. Al-Quran dengan tegas menyatakan bahwa kelahiran Nabi
Muhammad SAW telah diramalkan oleh setiap dan semua nabi terdahulu yang telah dibuat
dengan umat mereka masing-masing bahwa mereka harus menerima atas kerasulan Nabi
Muhammad SAW nanti. Seperti dalam Qs. Ali Imran ayat 81: Dan (ingatlah), ketika Allah
mengambil perjanjian dari para nabi: Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu

Agama Islam

Page 1

berupa Kitab dan hikmah kemudian datang kepadamu seorang Rasul yang membenarkan
apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan
menolongnya. Allah berfirman: Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku
terhadap yang demikian itu? Mereka menjawab: Kami mengakui. Allah berfirman:
Kalau begitu saksikanlah (hai para Nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu.
Sejumlah penulis besar tentang Sirah dan para pakar hadits telah banyak
meriwayatkan peristiwa-peristiwa di luar kebiasaan yang muncul pada saat kelahiran Nabi
Muhammad SAW. Peristiwa-peristiwa diluar daya nalar manusia yang mengarah kepada
dimulainya era baru bagi alam dan kehidupan manusia dalam hal agama dan moral. Diantara
peristiwa-peristiwa tersebut adalah jatuhnya singgasana dan balkon Kisra, surutnya danau
Sawa, padamnya api sembahan orang-orang Persia yang belum pernah padam sejak seribu
tahun lalu.

B. Masa Kanak-kanak
Saat Nabi Muhammad masih bayi ia diserahkan kepada Tsuwaibah, budak
perempuan pamannya, Abu Lahab, yang pernah menyusui Hamzah. Meskipun diasuh oleh
Tsuwaibah hanya beberapa hari, Nabi Muhammad tetep menyimpan rasa kekeluargaan yang
mendalam dan selalu menghormatinya. Nabi Muhammad SAW selanjutnya dipercayakan
kepada Halimah, seorang wanita Badui dari Suku Bani Saad. Nabi Muhammad diasuhnya
dengan hati-hati dan penuh kasih sayang, dan tumbuh menjadi anak yang sehat dan kekar.
Pada usia 5 tahun, Halimah mengembalikan Nabi Muhammad ke ibunya, Aminah. Sejumlah
hadits menceritakan bahwa kehidupan Halimah dan keluarganya banyak dianugrahi nasib
baik terus-menerus ketika Nabi Muhammad kecil hidup di bawah asuhannya.
Saat Nabi Muhammad berusia 6 tahun, ibunya meninggal. Kemudian Nabi
Muhammad diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Dua tahun kemudian, kakeknya yang
berumur 82 tahun, juga meninggal dunia. Maka pada usia 8 tahun itu, Nabi Muhammad ada
di bawah tanggungjawab pamannya, Abi Thalib.
Pada usia 8 tahun, seperti kebanyakan anak muda seumurnya, Nabi Muhammad
memelihara kambing di Mekkah dan menggembalakannya di bukit dan lembah sekitarnya.
Pekerjaan menggembala sekawanan domba ini cocok bagi orang yang bijaksana dan
perenung seperti Nabi Muhammad muda, ketika Nabi Muhammad memperhatikan
Agama Islam

Page 2

segerombolan domba, perhatiannya akan tergerak oleh tanda-tanda kekuatan gaib yang
tersebar di sekelilingnya.

C. Masa Remaja
Diriwayatkan bahwa ketika berusia 12 tahun, Nabi Muhammad SAW dengan
pamannya, Abu Thalib, berdagang menuju Suriah, tempat mereka berjumpa dengan seorang
pendeta yang bernama Bahira. Meskipun beliau merupakan satu-satunya nabi dalam sejarah
yang kisah hidupnya dikenal luas, masa-masa awal kehidupan Nabi Muhammad tidak
banyak diketahui.
Nabi Muhammad SAW, besar bersama kehidupan suku Quraisy Mekah, dan hari-hari
yang dilaluinya penuh dengan pengalaman yang sangat berharga. Pada masa mudanya, beliau
telah menjadi pengusaha sukses dan hidup berkecukupan dari hasil usahanya. Kemudian
pada usia 25 tahun, beliau menikah dengan pemodal besar Arab dan janda kaya Mekah,
Khadijah binti Khuwailid yang telah berusia 40 tahun. Pada usia 30 tahunan, Nabi
Muhammad SAW bisa mendamaikan perselisihan kecil yang muncul di tengah-tengah suku
Quraisy yang sedang melakukan renovasi Kabah. Mereka mempersoalkan siapa yang paling
berhak menempatkan posisi Hajar Aswad di Kabah. Beliau membagi tugas kepada mereka
dengan teknik dan strategi yang sangat adil dan melegakan hati mereka.

D. Kerasulan Nabi Muhammad SAW


1. Awal Kerasulan
Menjelang usianya yang ke 40, Nabi Muhammad SAW terbiasa memisahkan diri
dari pergaulan masyarakat umum untuk berkontemplasi di Gua Hira yang terletak
beberapa kilometer di Utara Mekah. Di gua tersebut, Nabi Muhammad mula-mula hanya
berjam-jam saja, kemudian berhari-hari bertafakur. Pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611
M, Nabi Muhammad SAW mendapatkan wahyu pertama dari Allah melalui Malaikat
Jibril, yaitu ayat 1 sampai 5 dalam surat Al-Alaq. Dia merasa ketakutan karena belum
pernah mendengar dan mengalaminya. Dengan turunnya wahyu yang pertama itu, berarti
Nabi Muhammad SAW telah dipilih Allah sebagai Nabi. Dalam wahyu pertama ini, dia
belum diperintahkan untuk menyeru manusia kepada suatu agama.
Agama Islam

Page 3

Peristiwa turunnya wahyu itu menandakan telah diangkatnya Nabi Muhammad


SAW sebagai seorang nabi penerima wahyu di tanah Arab. Malam terjadinya peristiwa
itu kemudian dikenal sebagai Malam Penuh Keagungan (Laylah al-qadar), dan menurut
sebagian riwayat terjadi menjelang akhir bulan Ramadhan. Setelah wahyu pertama turun
berlangsung masa kekosongan atau masa jeda (fatrah). Ketika hati Nabi Muhammad
SAW diliputi kegelisahan yang sangat dan merasakan beban emosi yang menghimpit, dia
pulang ke rumah dengan perasaan waswas, dan meminta istrinya untuk menyelimutinya.
Saat itulah turun wahyu yang kedua yang berbunyi: Wahai kau yang berselimut!
Bangkit dan berilah peringatan!. Dan seterusnya, yaitu surat Al-Muddatstsir: 1-7.
Wahyu yang turun sepanjang hidup Nabi Muhammad SAW muncul dalam bentuk suarasuara yang berbeda-beda. Tapi pada periode akhir kenabiannya, wahyu yaitu surah
Madaniyah turun dalam satu suara.
Dengan turunnya awal surat Al-Muddatstsir itu mulailah Nabi Muhammad SAW
berdakwah, pertama-tama beliau melakukannya secara diam-diam di lingkungan sendiri
dan di kalangan rekan-rekannya. Karena itulah orang yang pertama kali menerima
dakwahnya adalah keluarga dan sahabat dekatnya. Mula-mula istrinya sendiri, Khadijah,
kemudian saudara sepupunya Ali bin Abi Thalib yang baru berumur 10 tahun. Kemudian
Abu Bakar Ash-Shiddiq, sahabat karibnya sejak masa kanak-kanak. Lalu Zaid bin Amr,
bekas budak yang telah menjadi anak angkatnya. Ummu Aiman, pengasuh Nabi
Muhammad sejak Aminah masih hidup juga termasuk orang yang pertama masuk Islam.

2. Pertengahan Kerasulan
Setelah beberapa lama dakwah Nabi Muhammad SAW tersebut dilaksanakan
secara individual, turunlah perintah agar Nabi Muhammad menjalankan dakwah secara
terbuka. Mula-mula beliau mengundang dan menyeru kerabat karibnya dan Bani Abdul
Muthalib. Beliau mengatakan di tengah-tengah mereka, Saya tidak melihat seorang pun
di kalangan Arab yang dapat membawa sesuatu ke tengah-tengah mereka lebih baik dari
apa yang saya bawa kepada kalian. Kubawakan kepada kalian dunia dan akhirat yang
terbaik. Tuhan memerintahkan saya mengajak kalian semua. Siapakah diantara kalian
yang mau mendukung saya dalam hal ini?. Mereka semua menolak kecuali Ali bin Abi
Thalib.
Agama Islam

Page 4

Karena mendapat perintah dan dipicu oleh tugas baru yang harus beliau
laksanakan sebagai seorang utusan Allah, Nabi Muhammad SAW menemui dan berbaur
di tengah masyarakatnya untuk mengajar, berdakwah dan menyampaikan risalah
barunya. Kebanyakan mereka menertawakan dan memakinya. Pada tahap itulah beliau
berperan sebagai nadzir (pemberi peringatan) dan sekaligus nabi, yang berusaha
melaksanakan misinya dengan memberikan gambaran yang jelas tentang nikmat surga
dan siksa neraka. Beliau juga memperingatkan kaumnya tentang kedatangan hari kiamat
yang tidak akan lama lagi. Singkat, tegas, ekspresif dan mengesankan merupakan
karakteristik wahyunya yang paling awal, yaitu surah-surah Makiyah.
Langkah dakwah seterusnya yang diambil Nabi Muhammad adalah menyeru
masyarakat umum, Nabi Muhammad menyeru segenap lapisan masyarakat kepada Islam
dengan terang-terangan, baik golongan bangsawan maupun hamba sahaya. Mula-mula
beliau menyeru penduduk Mekah, kemudian penduduk negeri-negeri lain. Di samping
itu, beliau menyeru orang-orang yang datang ke Mekah dari berbagai negeri untuk
mengerjakan haji. Kegiatan dakwah dijalankannya tanpa mengenal lelah, dengan
usahanya yang gigih dan hasil yang diharapkan mulai terlihat. Jumlah pengikut Nabi
Muhammad yang tadinya hanya belasan orang, makin hari makin bertambah. Mereka
terutama terdiri dari kaum wanita, budak, pekerja dan orang-orang yang tidak punya.
Meskipun kebanyakan mereka adalah orang-orang yang lemah, namun semangat mereka
sungguh membaja.
Banyak cara yang ditempuh para pemimpin Quraisy untuk mencegah dakwah
Nabi Muhammad SAW. Pertama-tama mereka mengira bahwa kekuatan Nabi
Muhammad terletak dari perlindungan dan pembelaan Abu Thalib yang sangat disegani,
karena itu mereka menyusun siasat bagaimana melepaskan hubungan Nabi Muhammad
dengan pamannya itu. Mereka pun mengancam Abu Thalib, namun Abu Thalib tampak
cukup terpengaruh oleh ancaman mereka sehingga ia mengharapkan Nabi Muhammad
SAW menghentikan dakwahnya. Namun, Nabi Muhammad SAW menolak untuk
menghentikan dakwahnya meskipun diancam akan dikucilkan oleh seluruh anggota
keluarga dan sanak saudara.
Setelah cara-cara diplomatik dan bujuk rayu yang dilakukan kaum Quraisy gagal,
tindakan-tindakan kekerasan secara fisik yang sebelumnya sudah dilakukan semakin
Agama Islam

Page 5

ditingkatkan. Kekejaman yang dilakukan oleh penduduk Mekah terhadap kaum muslimin
itu mendorong Nabi Muhammad SAW untuk mengungsikan sahabat-sahabatnya ke luar
Mekah. Pada tahun ke-5 kerasulannya Nabi Muhammad menetapkan Habsyah (Ethiopia)
sebagai negeri tempat pengungsian.
Usaha orang-orang Quraisy untuk menghalangi hijrah ke Habsyah ini adalah
dengan membujuk Raja di Habsyah agar menolak kehadiran umat Islam di sana, tapi
usaha mereka gagal. Bahkan di tengah meningkatnya kekejaman itu dua orang Quraisy
masuk Islam yaitu Hamzah dan Umar ibn Khathab. Dengan masuk Islamnya dua tokoh
besar ini membuat posisi Islam semakin kuat.
Kemudian kaum Quraisy menempuh cara baru dengan melumpuhkan kekuatan
Nabi Muhammad SAW yang bersandar pada perlindungan Bani Hasyim. Cara yang
ditempuh adalah pemboikotan. Mereka memutuskan segala bentuk hubungan dengan
suku ini. Tidak seorang penduduk Mekah pun diperkenankan melakukan hubungan jual
beli dengan Bani Hasyim, tindakan pemboikotan yang dimulai pada tahun ketujuh
kenabian ini berlangsung selama tiga tahun. Ini merupakan tindakan paling menyiksa dan
melemahkan umat Islam.
Sekitar 3 tahun sebelum Hijrah istri Nabi Muhammad yaitu Khadijah meninggal
dunia dan tidak berapa lama kemudian disusul oleh pamannya, Abu Thalib yang
meskipun tidak sempat memeluk agama Islam tetap setia membela anak saudaranya itu
hingga akhir hayatnya. Namun menurut Badri Yatim bahwa Khadijah meninggal dunia
tiga hari setelah pamannya meninggal dunia pada usia 87 tahun. Peristiwa ini terjadi pada
tahun kesepuluh kenabian. Tahun itu merupakan tahun kesedihan bagi Nabi Muhammad
SAW. Sepeninggal dua pendukung itu, kafir Quraisy tidak segan-segan lagi
melampiaskan nafsu amarahnya terhadap Nabi Muhammad. Melihat reaksi penduduk
Mekah demikian Nabi Muhammad kemudian berusaha menyebarkan Islam ke luar kota.
Namun, di Thaif beliau diejek, disoraki dan dilempari batu, bahkan sampai terluka di
bagian kepala dan badannya.
Dalam masa prahijrah ini, juga terjadi sebuah peristiwa dramatis, yaitu Isra
(perjalanan di malam hari), ketika Nabi Muhammad diperjalankan secepat kilat dari
Kabah ke Yarusalem lalu naik ke langit ketujuh (miraj). Karena menjadi transit dalam
perjalanan menuju langit, Yarusalem yang saat itu telah menjadi tempat suci umat
Agama Islam

Page 6

Yahudi dan Kristen, kemudian menjadi kota suci ketiga umat Islam setelah Mekah dan
Madinah. Berita tentang Isra dan Miraj ini menggemparkan masyarakat Mekah. Bagi
orang kafir ini dijadikan bahan propaganda untuk mendustakan Nabi Muhammad,
sedangkan bagi orang yang beriman ini merupakan ujian keimanan.
Setelah peristiwa Isra dan Miraj, suatu perkembangan besar bagi kemajuan
dakwah Islam muncul. Perkembangan itu diantaranya datang dari sejumlah penduduk
Yatsrib yang berhaji ke Mekah. Mereka yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj, masuk
Islam dalam tiga gelombang. Pertama, pada tahun kesepuluh kenabian. Beberapa orang
Khazraj menemui Nabi Muhammad SAW untuk masuk Islam dan mengharapkan agar
ajaran Islam dapat mendamaikan permusuhan suku Aus dan Khazraj. Kedua, pada tahun
keduabelas kenabian delegasi Yatsrib terdiri dari sepuluh orang Khazraj dan dua orang
Aus serta seorang wanita menemui Nabi Muhammad SAW di tempat bernama Aqabah
mereka menyatakan ikrar kesetiaan. Ikrar ini dinamakan dengan perjanjian Aqabah
Pertama. Ketiga, pada musim haji berikutnya, jamaah haji yang datang dari Yatsrib
berjumlah 73 orang. Atas nama penduduk Yatsrib mereka meminta Nabi Muhammad
SAW dan Muslimin Makkah agar berkenan pindah ke Yatsrib, mereka berjanji akan
membelanya dari segala ancaman. Perjanjian ini dinamakan dengan perjanjian Aqabah
Kedua.
Setelah kaum musyrikin Quraisy mengetahui adanya perjanjian antara Nabi
Muhammad SAW dan orang-orang Yatsrib, mereka kian giat melancarkan intimidasi
terhadap kaum muslimin. Hal ini membuat Nabi Muhammad segera memerintahkan para
sahabatnya untuk berhijrah ke Yatsrib. Dalam waktu dua bulan, hampir semua kaum
muslimin kurang lebih 150 orang telah meninggalkan kota Mekah. Hanya Ali bin Abi
Thalib dan Abu Bakar Ash-Shiddiq yang tetap tinggal di Mekah bersama Nabi
Muhammad SAW. Keduanya membela dan menemani Nabi Muhammad sampai ia pun
berhijrah ke Yatsrib karena Quraisy sudah merencanakan untuk membunuhnya.
Dalam perjalanan ke Yatsrib Nabi Muhammad ditemani oleh Abu Bakar AshShiddiq. Ketika sampai di sebuah desa yang jaraknya sekitar lima kilometer dari Yatsrib
yaitu desa Quba, Nabi Muhammad istirahat beberapa hari lamanya. Dia menginap di
rumah Kalsum bin Hindun, dan Nabi Muhammad membangun sebuah mesjid di
halamannya. Inilah mesjid pertama yang dibangun Nabi sebagai pusat peribadatan. Tak
Agama Islam

Page 7

lama kemudian Ali bin Abi Thalib menyusul Nabi Muhammad setelah menyelesaikan
segala urusan di Mekah.
Sementara itu penduduk Yatsrib tetap menunggu-nunggu kedatanganya. Saat
waktu yang mereka tunggu-tunggu itu tiba, mereka menyambut Nabi Muhammad dan
kedua sahabatnya dengan penuh kegembiraan. Sejak itu sebagai penghormatan terhadap
Nabi Muhammad, nama kota Yatsrib diubah menjadi Madinatun Nabi (Kota Nabi) atau
sering disebut Madinatul Munawwarah (Kota yang bercahaya), karena dari sanalah sinar
Islam memancar keseluruh dunia.
Kejadian itu disebut dengan hijrah bukan sepenuhnya sebuah pelarian, tetapi
merupakan rencana perpindahan yang telah dipertimbangkan secara seksama selama
sekitar dua tahun sebelumnya. Tujuh belas tahun kemudian, Khalifah Umar bin Khattab
menetapkan saat terjadinya peristiwa hijrah sebagai awal tahun Islam, atau tahun
Qamariyah.

3. Akhir Masa Kerasulan dan Pembentukan Negara Madinah


Setelah tiba dan diterima penduduk Yatsrib (Madinah), Nabi Muhammad SAW
resmi sebagai pemimpin penduduk kota itu, babak baru dalam sejarah Islam pun dimulai.
Berbeda dengan periode Mekah, pada periode di Madinah Islam merupakan kekuatan
politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di
Madinah. Kedudukan Nabi Muhammad SAW bukan saja sebagai kepala agama, tetapi
juga sebagai kepala negara. Dengan kata lain dalam diri Nabi Muhammad terkumpul dua
kekuasaan, kekuasaam spiritual dan kekuasaan duniawi. Kedudukannya sebagai rasul
secara otomatis merupakan kepala negara.
Dalam rangka memperkokoh masyarakat dengan negara baru ini Nabi
Muhammad segera meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat. Dasar pertama,
pembangunan mesjid selain untuk tempat shalat juga sebagai sarana penting untuk
mempersatukan kaum muslimin dan mempertalikan jiwa mereka, disamping sebagai
tempat bermusyawarah merundingkan masalah-masalah yang dihadapi. Mesjid pada
masa Nabi Muhammad bahkan juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan.
Dasar kedua, adalah Ukhuwwah Islamiyah (persaudaraan sesama muslim), Nabi
Muhammad mempersaudarakan antara golongan Muhajirin (orang-orang yang hijrah dari
Agama Islam

Page 8

Mekah ke Madinah) dan Anshar (penduduk Madinah yang sudah masuk Islam dan ikut
membentuk kaum Muhajirin tersebut). Dengan demikian diharapkan setiap muslim
merasa terikat dalam satu persaudaraan dan kekeluargaan. Apa yang dilakukan
Rasulullah ini berarti menciptakan suatu bentuk persaudaraan yang baru yaitu
persaudaraan berdasarkan agama, menggantikan persaudaraan berdasarkan darah.
Dasar ketiga, hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak
beragama Islam. Di Madinah, di samping orang-orang Arab Islam juga terdapat
masyarakat Yahudi dan orang-orang Arab yang masih menganut agama nenek moyang
mereka. Agar stabilitas masyarakat dapat diwujudkan maka Nabi Muhammad SAW
mengadakan ikatan perjanjian dengan mereka, dengan mengeluarkan sebuah piagam
yang menjamin kebebasan beragama orang-orang Yahudi sebagai sebuah komunitas.
Setiap golongan masyarakat memiliki hak tertentu dalam bidang politik dan keagamaan,
kemerdekaan

agama

dijamin

dan

seluruh

anggota

masyarakat

berkewajiban

mempertahankan keamanan negeri itu dari serangan luar.


Dalam perjanjian itu jelas disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW menjadi
kepala pemerintahan karena sejauh menyangkut peraturan dan tata tertib umum, otoritas
mutlak diberikan kepada beliau. Dalam bidang sosial Nabi Muhammad juga meletakkan
dasar persamaan antar sesama manusia. Perjanjian ini dalam pandangan ketatanegaraan
sekarang sering disebut dengan Konstitusi Madinah atau Piagam Madinah. Secara garis
besarnya isi Piagam Madinah yang berjumlah 47 pasal ini untuk menyatukan berbagai
komunitas di Madinah atas dasar kepentingan kemanusiaan secara universal, bahkan
untuk melindungi dan memberi jaminan kebebasan bagi pemeluk agama lain untuk
melaksanakan agamanya dengan baik.
Dengan

terbentuknya

Negara

Madinah,

Islam

makin

bertambah

kuat.

Perkembangan Islam yang pesat itu membuat orang-orang Mekah dan musuh-musuh
Islam lainnya menjadi risau, kerisauan ini akan mendorong orang-orang Quraisy berbuat
apa saja. Untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan gangguan dari musuh, Nabi
Muhammad sebagai kepala pemerintahan mengatur siasat dan membentuk pasukan
tentara. Umat Islam diizinkan berperang dangan dua alasan: (1) untuk mempertahankan
diri dan melindungi hak miliknya, dan (2) menjaga keselamatan dalam penyebaran
kepercayaan dan mempertahankannya dari orang-orang yang menghalang-halanginya.
Agama Islam

Page 9

Dalam sejarah Madinah ini memang banyak terjadi peperangan sebagai upaya
kaum muslimin mempertahankan diri dari serangan musuh. Nabi Muhammad sendiri di
awal pemerintahannya mengadakan beberapa ekspedisi ke luar kota sebagai aksi siaga
melatih kemampuan calon pasukan yang memang mutlak diperlukan untuk melindungi
dan mempertahankan negara yang baru dibentuk. Perjanjian damai dengan berbagai
kabilah di sekitar Madinah juga diadakan dengan maksud memperkuat kedudukan
Madinah.
Perang pertama yang sangat menentukan masa depan negara Islam ini adalah
Perang Badar, perang antara kaum Muslimin dangan Musyrik Quraisy. Pada tanggal 8
Ramadhan tahun 2 Hijriah, Nabi Muhammad bersama 305 orang muslim bergerak ke luar
kota membawa perlengkapan yang sederhana. Di daerah Badar kurang lebih 120
kilometer dari Madinah pasukan Nabi Muhammad bertemu dengan pasukan Quraisy
yang berjumlah 900 sampai 1000 orang dan yang memegang komando adalah Nabi
Muhammad sendiri. Dalam perang ini kaum Muslimin keluar sebagai pemenang. Namun
orang-orang Yahudi Madinah tidak senang, mereka memang tidak sepenuh hati
menerima perjanjian yang telah dibuat antara mereka dengan Nabi Muhammad SAW.
Menurut An-Nadwi, dalam perang Badar ini Rasulullah pergi bersama 313 orang lakilaki dengan 2 ekor kuda dan 70 unta, dua atau tiga orang menunggang seekor unta.
Dalam hal ini tidak ada perbedaan antara perajurit dan komandan, antara pengikut dan
yang diikuti.
Bagi kaum Quraisy Mekah, kekalahan mereka dalam perang Badar merupakan
pukulan berat dan mereka bersumpah akan membalas dendam. Pada tahun 3 Hijriyah
mereka berangkat menuju Madinah membawa tidak kurang dari 3000 pasukan
berkendaraan unta, 200 pasukan berkuda di bawah pimpinan Khalid bin Walid, 700
orang diantara mereka memakai baju besi. Nabi Muhammad SAW menyongsong
kedatangan mereka dengan pasukan sekitar 1000 orang. Tapi saat baru saja melewati
batas kota, seorang munafik Abdullah bin Ubay dengan 300 orang Yahudi membelot dan
kembali ke Madinah, mereka melanggar perjanjian dan disiplin perang. Meskipun
demikian dengan 700 pasukan yang tertinggal Nabi Muhammad melanjutkan perjalanan.
Beberapa kilometer dari Madinah tepatnya di bukit Uhud kedua pasukan bertemu, perang
dahsyat pun berkobar. Pertama-tama, prajuri-prajurit Islam dapat memukul mundur
Agama Islam

Page 10

tentara musuh yang lebih besar itu. Pasukan berkuda yang dipimpin oleh Khalid bin
Walid gagal menembus benteng pasukan pemanah Islam. Dengan disiplin yang tinggi
dan strategi perang yang jitu, pasukan yang lebih kecil itu ternyata mampu mengalahkan
pasukan yang lebih besar. Kemenangan yang sudah diambang pintu itu tiba-tiba gagal
karena godaan harta peninggalan musuh, prajurit Islam mulai memungut harta rampasan
perang tanpa menghiraukan gerakan musuh, termasuk anggota pasukan pemanah yang
telah diperingatkan Nabi Muhammad agar tidak meninggalkan posnya. Kelengahan kaum
Muslimin ini dimanfaatkan dengan baik oleh Khalid bin Walid, mereka berhasil
melumpuhkan pasukan pemanah Islam dan pasukan Quraisy yang tadinya sudah kabur
berbalik menyerang. Pasukan Islam menjadi porak-poranda dan tidak mampu menangkis
serangan balik tersebut, satu persatu pahlawan Islam gugur dan Nabi Muhammad sendiri
terkena serangan musuh. Perang ini berakhir dengan 70 orang pejuang Islam syahid di
medan laga.
Pengkhianatan Abdullah bin Ubay dan pasukan Yahudi diganjar dengan tindakan
tegas. Bani Nadir, satu dari dua suku di Madinah yang berkomplot dengan Abdullah bin
Ubay diusir ke luar kota dan kebanyakan mereka mengungsi ke Khaibar. Sedangkan
suku Yahudi lainnya yaitu Bani Quraizah masih tetap di Madinah. Masyarakat Yahudi
yang mengungsi ke Khaibar itu kemudian mengadakan kontak dengan masyarakat
Mekah untuk menyusun kekuatan bersama guna menyerang Madinah. Mereka
membentuk pasukan gabungan yang terdiri dari 24.000 orang tentara, di dalamnya juga
bergabung beberapa suku Arab lain, mereka bergerak menuju Madinah pada tahun 5
Hijriah. Atas usul Salman Al-Farisi, Nabi Muhammad memerintahkan umat Islam
menggali parit untuk pertahanan.
Sampainya tentara sekutu di parit itu, mereka mengepung Madinah dengan
mendirikan kemah-kemah di luar parit hampir sebulan lamanya. Perang ini disebut
dengan perang Ahzab (sekutu beberapa suku) atau perang Khandaq (parit). Dalam
suasana kritis itu orang-orang Yahudi Bani Quraizah di bawah pimpinan Kaab bin Asad
berkhianat, hal ini membuat umat Islam semakin terjepit.
Setelah sebulan pengepungan, angin dan badai turun amat kencang menghantam
dan menerbangkan kemah-kemah dan seluruh perlengkapan tentara sekutu. Mereka

Agama Islam

Page 11

terpaksa menghentikan pengepungan dan kembali ke negeri masing-masing tanpa hasil


apa pun.
Pada tahun 6 Hijriyah, ketika Ibadah Haji sudah disyariatkan, Nabi Muhammad
memimpin sekitar 1000 kaum muslimin berangkat ke Mekah untuk melakukan Ibadah
Umrah dengan mengenakan pakaian ihram dan tanpa membawa senjata. Sebelum tiba di
Mekah mereka berkemah di Hudaibiyah beberapa kilometer dari Mekah, namun
penduduk Mekah tidak mengijinkan kaum muslimin masuk kota. Akhirnya, diadakan
perjanjian yang dikenal dengan Perjanjian Hudaibiyah yang isinya antara lain: (1) kaum
muslimin belum boleh mengunjungi Kabah tahun ini, tetapi ditangguhkan sampai tahun
depan, (2) lama kunjungan dibatasi sampai tiga hari saja, (3) kaum muslimin wajib
mengembalikan orang-orang Mekah yang melarikan diri ke Madinah, sedang sebaliknya
pihak Quraisy tidak harus menolak orang-orang Madinah yang kembali ke Mekah, (4)
selama sepuluh tahun diberlakukan genjatan senjata antara masyarakat Madinah dan
Mekah, dan (5) tiap kabilah yang ingin masuk ke dalam persekutuan kaum Quraisy atau
kaum muslimin, bebas melakukannya tanpa mendapat rintangan.
Genjatan senjata telah memberi kesempatan kepada Nabi Muhammad untuk
menoleh berbagai negeri lain sambil memikirkan bagaimana cara mengislamkan mereka.
Salah satu cara yang ditempuh Nabi Muhammad adalah mengirim utusan dan surat
kepada kepala-kepala negara dan pemerintahan. Diantara raja-raja yang dikirimi surat
ialah raja Ghassan, Mesir, Abesinia, Persia, dan Romawi. Tapi tidak seorang pun masuk
Islam, ada yang menolak dengan baik dan simpati dan ada juga yang menolak dengan
kasar, seperti yang diperlihatkan oleh raja Ghassan. Utusan yang dikirim oleh Nabi
Muhammad dibunuh dengan kejam oleh raja Ghassan.
Untuk membalas perlakuan itu Nabi Muhammad mengirim pasukan perang
sebanyak 3000 orang, peperangan terjadi di Mutah sebelah utara Jazirah Arab. Pasukan
Islam mendapat kesulitan menghadapi tentara Ghassan yang mendapat bantuan dari
Romawi, beberapa pahlawan gugur menghadapi pasukan berkekuatan ratusan ribu itu.
Melihat kenyataan yang tidak berimbang ini, Khalid bin Walid yang sudah masuk Islam
mengambil alih komando dan memerintahkan pasukan untuk menarik diri dan kembali ke
Madinah.

Agama Islam

Page 12

Selama 2 tahun perjanjian Hudaibiyah berlangsung, dakwah Islam sudah


menjangkau seluruh Jazirah Arab dengan tanggapan yang positif. Hampir seluruh Jazirah
Arab termasuk suku-suku yang paling selatan menggabungkan diri dalam Islam, dan hal
ini membuat orang-orang Mekah merasa terpojok. Perjanjian Hudaibiyah ternyata
sebagai senjata bagi umat Islam untuk memperkuat dirinya, oleh karena itu secara
sepihak orang-orang kafir Quraisy membatalkan perjanjian tersebut. Melihat kenyataan
ini, Rasulullah segera bertolak ke Mekah dengan 10.000 orang tentara untuk melawan
mereka. Nabi Muhammad tidak mengalami kesukaran apa-apa dan memasuki kota
Mekah tanpa perlawanan, beliau tampil sebagai pemenang. Patung-patung berhala di
seluruh negeri dihancurkan, setelah itu Nabi Muhammad berkhotbah menjanjikan
ampunan Tuhan terhadap kafir Quraisy dan mereka berbondong-bondong memeluk
agama Islam. Sejak itu, Mekah berada di bawah kekuasaan Nabi Muhammad.
Walaupun Mekah dapat dikalahkan, masih ada dua suku Arab yang masih
menentang yaitu Bani Tsaqif di Thaif dan Bani Hawazin di antara Thaif dan Mekah.
Kedua suku ini berkomplot membentuk pasukan untuk memerangi Islam, mereka ingin
menuntut bela atas berhala-berhala mereka yang diruntuhkan Nabi Muhammad dan umat
Islam di Kabah. Nabi mengerahkan kira-kira 12.000 tentara menuju Hunain untuk
menghadapi mereka, pasukan ini dipimpin langsung oleh beliau sehingga umat Islam
memenangkan pertempuran dalam waktu yang tidak begitu lama.
Melihat kenyataan ditaklukannya Bani Tsaqif dan Bani Hawazin di bawah
kepemimpinan Nabi Muhammad ini membuat Heraklius menyusun pasukan besar di
utara Jazirah Arab, Syiria, yang merupakan daerah penduduk Romawi. Dalam pasukan
besar itu bergabung Bani Ghassan dan Bani Lachmides. Untuk menghadapi pasukan
Heraklius ini banyak pahlawan Islam yang menyediakan diri siap berperang bersama
Nabi sehingga terhimpun pasukan Islam yang besar pula. Melihat besarnya pasukan
Islam yang dipimpim Nabi Muhammad, tentara Romawi itu menjadi kecut. Akhirnya
mereka menarik diri kembali ke daerahnya. Nabi Muhammad sendiri tidak melakukan
pengejaran tetapi berkemah di Tabuk dan membuat beberapa perjanjian dengan
penduduk setempat. Dengan demikian daerah perbatasan itu dapat dirangkul ke dalam
barisan Islam. Perang Tabuk merupakan perang terakhir yang diikuti Rasulullah SAW.

Agama Islam

Page 13

Pada tahun 9 dan 10 Hijriyah (630-632 M) banyak suku dari pelosok Arab
mengutus delegasinya kepada Nabi Muhammad SAW menyatakan ketundukan mereka.
Masuknya orang Mekah ke dalam agama Islam rupanya mempunyai pengaruh yang amat
besar pada penduduk padang pasir yang liar itu. Tahun itu disebut dengan tahun
perutusan. Persatuan bangsa Arab telah terwujud; peperangan antara suku yang
berlangsung sebelumnya telah berubah menjadi persaudaraan seagama.
Dalam kesempatan menunaikan ibadah haji yang terakhir, haji wada tahun 10
Hijriyah (631 M), Nabi Muhammad SAW menyampaikan khutbahnya yang sangat
bersejarah. Isi khutbah itu antara lain: larangan menumpahkan darah kecuali dengan haq
dan larangan mengambil harta orang lain dengan batil, karena nyawa dan harta benda
adalah suci; larangan riba dan larangan menganiaya; perintah untuk memperlakukan para
istri dengan baik dan lemah lembut dan perintah menjauhi dosa; semua pertengkaran
antara mereka di zaman jahiliyah harus saling dimaafkan; balas dendam dengan tebusan
darah sebagaimana berlaku di zaman Jahiliyah tidak lagi dibenarkan; persaudaraan dan
persamaan di antara manusia harus ditegakan; hamba sahaya harus diperlakukan dengan
baik, mereka harus makan seperti apa yang dimakan tuannya dan memakai seperti apa
yang dipakai tuannya; dan yang terpenting adalah bahwa umat Islam harus selalu
berpegang pada dua sumber yang tidak pernah usang, Al-Quran dan sunnah Nabi. Isi
khutbah ini merupakan prinsip-prinsip yang mendasari gerakan Islam. Selanjutnya,
prinsip-prinsip itu bila disimpulkan adalah kemanusiaan, persamaan, keadilan sosial,
keadilan ekonomi, kebijakan dan solidaritas.
Setelah itu Nabi Muhammad SAW segera kembali ke Madinah dan mengatur
organisasi masyarakat kabilah yang telah memeluk agama Islam. Petugas keagamaan dan
para dai dikirim ke berbagai daerah dan kabilah untuk mengajarkan ajaran-ajaran Islam,
mengatur peradilan, dan memungut zakat. Dua bulan setelah itu, Nabi Muhammad
menderita sakit demam. Tenaganya dengan cepat berkurang. Pada hari senin tanggal 12
Rabiul Awal 11 H/ 8 Juni 632 M., Nabi Muhammad SAW wafat di rumah istrinya
Aisya.

Agama Islam

Page 14

BAB II
SAHABAT NABI MUHAMMAD SAW

A. Abu Bakar As Siddiq


Abu Bakar As Siddiq adalah ayah dari Aisyah istri Nabi Muhammad SAW. Namanya
yang sebenarnya adalah Abdul Ka'bah (hamba Ka'bah), yang kemudian diubah oleh
Rasulullah SAW menjadi Abdullah (hamba Allah). Abu Bakar As Siddiq atau Abdullah bin
Abi Quhafah (Usman) bin Amir bin Amru bin Kaab bin Saad bin Taim bin Murrah bin
Kaab bin Luai bin Ghalib bin Fihr al-Quraisy at-Taimi. Bertemu nasabnya dengan Nabi
Muhammad SAW kakeknya Murrah bin Kaab bin Luai, kakek yang keenam. Dan ibunya
Ummul-Khair, sebenarnya bernama Salma binti Sakhr bin Amir bin Kaab bin Saad bin
Taim. Nabi Muhammad SAW juga memberinya gelar As Siddiq (yang berkata benar),
sehingga ia lebih dikenal dengan nama Abu Bakar as-Siddiq.
Abu Bakar As Siddiq tumbuh dan besar di Mekah dan tidak pernah keluar dari
Mekah kecuali untuk tujuan dagang dan bisnis. Beliau memiliki harta kekayaan yang sangat
banyak dan kepribadian yang sangat menarik, memiliki kebaikan yang sangat banyak dan
sering melakukan perbuatan-perbuatan yang terpuji. Sebagaimana hal ini dikatakan oleh Ibnu
Dughunnah, sesungguhnya engkau selalu menyambung tali kasih dan keluarga, bicaramu
selalu benar dan kau menanggung banyak kesulitan, kau bantu orang-orang yang menderita
dan kau hormati tamu.
An-Nawawi berkata, Abu Bakar As Siddiq termasuk tokoh Quraisy dimasa Jahiliyah,
orang yang selalu dimintai nasehat dan pertimbangannya, sangat dicintai dan sangat
mengetahui kode etik dikalangan mereka. Tatkala, Islam datang Abu Bakar As
Siddiq mengedepankan Islam atas yang lain dan beliau masuk Islam dengan sempurna.
Zubair bin Bakkar bin Ibnu Asakir meriwayatkan dari Maruf bin Kharbudz dia
berkata: Sesungguhnya Abu Bakar As Siddiq adalah salah satu dari 10 orang Quraisy yang
Agama Islam

Page 15

kejayaannya dimasa Jahiliyah bersambung hingga zaman Islam. Abu Bakar As Siddiq
mendapat tugas untuk melaksanakan diyat (tebusan atas darah kematian) dan penarikan
hutang. Ini terjadi karena orang-orang Quraisy tidak memiliki raja dimana mereka bisa
mengembalikan semua perkara itu kepada raja. Pada setiap kabilah dikalangan Quraisy saat
itu, ada satu kekuasaan umum yang memiliki kepala suku dan kabilah sendiri.
1. Istri-istri dan Anak Abu Bakar
Abu Bakar pernah menikahi Qutailah binti Abdul Uzza bin Abd bin Asad pada
masa jahiliyyah dan dari pernikahan tersebut lahirlah Abdullah dan Asma. Beliau juga
menikah dengan Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Zuhal bin Dahman dari
Kinanah, dari pernikahan tersebut lahirlah Abdurrahman dan Aisyah. Beliau juga
menikah dengan Asma binti Umais bin maadd bin Taim al-Khattsamiyyah, dan
sebelumnya Asma diperistri oleh Jafar bin Abi Thalib. Dari hasil pernikahannya ini
lahirlah bin Abu Bakar, dan kelahiran tersebut terjadi pada waktu haji Wada di Dzul
Hulaifah. Beliau juga menikah dengan Habibah binti Kharijah bin Zaid bin Zuhair dari
Bani al-Haris bin al-Khazraj.
Abu Bakar pernah singgah di rumah Kharijah ketika beliau datang ke Madinah
dan kemudian mempersunting putrinya, dan beliau masih terus berdiam dengannya di
suatu tempat yang disebut dengan as-Sunuh hingga Rasullullah SAW wafat dan beliau
kemudian diangkat menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah SAW. Dari pernikahan
tersebut lahirlah Ummu Khultsum.
2. Orang yang Paling Bersih dimasa Jahilliyah
Ibnu Asakir meriwayatkan dengan sanadnya yang shahih dari Aisyah, dia berkata:
Demi Allah, Abu Bakar As Siddiq tidak pernah melantunkan satu syairpun di masa
Jahiliyah dan tidak pula dimasa Islam. Abu Bakar As Siddiq dan Utsman bin Affan tidak
pernah minum minuman keras di zaman Jahiliyah.
Ibnu Asakir meriwayatkan dari Abdullah bin Zubair, dia berkata, Abu Bakar As
Siddiq sama sekali tidak pernah mengucapkan syair. Ibnu Asakir meriwayatkan dari Abu
Agama Islam

Page 16

Al-Aliyyah Ar-rayahi, dia berkata: Dikatakan kepada Abu Bakar As Siddiq ditengah
sekumpulan sahabat Rasulullah: Apakah kamu pernah meminum minuman keras di
zaman Jahiliyah? Beliau berkata, Saya berlindung kepada Allah dari perbuatan itu!
3. Sifat Abu Bakar As Siddiq
Ibnu Saad meriwayatkan dari Aisyah bahwa seorang laki-laki berkata kepadanya:
Coba sebutkan kepada saya gambaran tentang Abu Bakar As Siddiq! Kata Aisyah:
Dia adalah laki-laki kulit putih, kurus, tidak terlalu lebar bentuk tubuhnya, sedikit
bungkuk, tidak bisa untuk menahan pakaiannya turun dari pinggangnya, tulang-tulang
wajahnya menonjol, dan pangkal jemarinya datar.
Ibnu Asakir meriwayatkan dari Aisyah, bahwa Abu Bakar As Siddiq mewarnai
rambutnya dengan 'daun pacar' dan katam (nama jenis tumbuhan). Dia juga
meriwayatkan dari Anas, dia berkata, Rasulullah datang ke Madinah, dan tidak ada salah
seorang dari para sahabatnya yang beruban kecuali Abu Bakar As Siddiq, maka dia
menyemirnya dengan daun pacar dan katam.
Abu Bakar As Siddiq dilahirkan di Mekah dari keturunan Bani Tamim
(Attamimi), suku bangsa Quraisy. Berdasarkan beberapa sejarawan Islam, ia adalah
seorang pedagang, hakim dengan kedudukan tinggi, seorang yang terpelajar serta
dipercayai sebagai orang yang bisa menafsirkan mimpi.
4. Era Abu Bakar As Sidiq bersama Nabi Muhammad SAW
Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk Islam pada masa awal, ia juga
mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh penduduk Mekkah yang mayoritas masih
memeluk agama nenek moyang mereka. Namun penyiksaan terparah dialami oleh
mereka yang berasal dari golongan budak, sementara para pemeluk non budak biasanya
masih dilindungi oleh para keluarga dan sahabat mereka, para budak disiksa sekehendak
tuannya. Hal ini mendorong Abu Bakar As Siddiq membebaskan para budak tersebut
dengan membelinya dari tuannya kemudian memberinya kemerdekaan. Sehingga
diriwayatkan bahwa Abu Bakar As Siddiq memiliki 9 toko yang semuanya habis dibuat
Agama Islam

Page 17

untuk tegaknya agama Islam. Beberapa budak yang ia bebaskan antara lain: Bilal bin
Rabbah, Abu Fakih, Ammar, Abu Fuhaira, Lubainah, An Nahdiah, Ummu Ubays, dan
Zinnira.
Ketika peristiwa Hijrah saat Nabi Muhammad SAW pindah ke Madinah (622 M),
Abu Bakar As Siddiq adalah satu-satunya orang yang menemaninya. Abu Bakar As
Siddiq juga terikat dengan Nabi Muhammad secara kekeluargaan, anak perempuannya
Aisyah menikah dengan Nabi Muhammad beberapa saat setelah hijrah.
a. Menjadi Khalifah
Selama masa sakit Rasulullah SAW saat menjelang ajalnya, dikatakan bahwa
Abu Bakar As Siddiq ditunjuk untuk menjadi imam shalat menggantikannya, banyak
yang menganggap ini sebagai indikasi bahwa Abu Bakar As Siddiq akan
menggantikan posisinya. Segera setelah kematiannya (632), dilakukan musyawarah
di kalangan para pemuka kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah, yang akhirnya
menghasilkan penunjukan Abu Bakar As Siddiq sebagai pemimpin baru umat Islam
atau khalifah Islam.
Apa yang terjadi saat musyawarah tersebut menjadi sumber perdebatan.
Penunjukan Abu Bakar As Siddiq sebagai khalifah adalah subyek yang sangat
kontroversial dan menjadi sumber perpecahan pertama dalam Islam, dimana umat
Islam terpecah menjadi kaum Sunni dan Syi'ah. Di satu sisi kaum Syi'ah percaya
bahwa seharusnya Ali bin Abi Thalib (menantu Nabi Muhammad), yang menjadi
pemimpin dan dipercayai ini adalah keputusan Rasulullah SAW sendiri sementara
kaum Sunni berpendapat bahwa Rasulullah SAW menolak untuk menunjuk
penggantinya. Kaum Sunni berargumen bahwa Rasulullah mengedepankan
musyawarah untuk penunjukan pemimpin. Sementara muslim Syi'ah berpendapat
kalau Rasulullah SAW dalam hal-hal terkecil seperti sebelum dan sesudah makan,
minum, tidur, dll, tidak pernah meninggalkan umatnya tanpa hidayah dan bimbingan
apalagi masalah kepemimpinan umat terahir, dan juga banyak hadits di Sunni
maupun Syi'ah tentang siapa khalifah sepeninggal Rasulullah SAW, serta jumlah

Agama Islam

Page 18

pemimpin Islam yang dua belas. Terlepas dari kontroversi dan kebenaran pendapat
masing-masing kaum tersebut, Ali bin Abu Thalib sendiri secara formal menyatakan
kesetiaannya (berbai'at) kepada Abu Bakar As Siddiq dan dua khalifah setelahnya
(Umar bin Khattab dan Usman bin Affan). Kaum Sunni menggambarkan pernyataan
ini sebagai pernyataan yang antusias dan Ali bin Abu Thalib menjadi pendukung setia
Abu

Bakar As

Siddiq dan

Umar

bin

Khattab.

Sementara

kaum

Syi'ah

menggambarkan bahwa Ali bin Abu Thalib melakukan baiat tersebut secara "pro
forma," mengingat beliau berbaiat setelah sepeninggal Fatimah istri beliau yang
berbulan bulan lamanya dan setelah itu ia menunjukkan protes dengan menutup diri
dari kehidupan publik.
b. Perang Ridda
Segera setelah menjabat Abu Bakar As Siddiq, beberapa masalah yang
mengancam persatuan dan stabilitas komunitas dan negara Islam saat itu muncul.
Beberapa suku Arab yang berasal dari Hijaz dan Nejed membangkang kepada
khalifah

baru

dan

sistem

yang

ada.

Beberapa

diantaranya

menolak

membayar zakat walaupun tidak menolak agama Islam secara utuh. Beberapa yang
lain kembali memeluk agama dan tradisi lamanya yakni penyembahan berhala. Sukusuku tersebut mengklaim bahwa hanya memiliki komitmen dengan Nabi Muhammad
SAW dan dengan kematiannya komitmennya tidak berlaku lagi. Berdasarkan hal ini
Abu Bakar menyatakan perang terhadap mereka yang dikenal dengan nama perang
Ridda.
Dalam perang Ridda peperangan terbesar adalah memerangi "Ibnu Habib alHanafi" yang lebih dikenal dengan nama Musailamah Al-Kazab (Musailamah si
pembohong), yang mengklaim dirinya sebagai nabi baru menggantikan Nabi
Muhammad SAW. Musailamah kemudian dikalahkan pada pertempuran Akraba oleh
Khalid bin Walid.

Agama Islam

Page 19

c. Al Quran
Abu Bakar As Siddiq juga berperan dalam pelestarian teks-teks tertulis Al
Quran. Dikatakan bahwa setelah kemenangan yang sangat sulit saat melawan
Musailamah dalam perang Ridda, banyak penghafal Al Qur'an yang ikut tewas dalam
pertempuran. Abu Bakar As Siddiq lantas meminta Umar bin Khattab untuk
mengumpulkan koleksi dari Al-Qur'an. Setelah lengkap koleksi ini, yang
dikumpulkan dari para penghafal Al-Quran dan tulisan-tulisan yang terdapat pada
media tulis seperti tulang, kulit dan lain sebagainya, oleh sebuah tim yang diketuai
oleh sahabat Zaid bin Tsabit, kemudian disimpan oleh Hafsah, anak dari Umar bin
Khattab dan juga istri dari Nabi Muhammad SAW. Kemudian pada masa
pemerintahan Ustman bin Affan koleksi ini menjadi dasar penulisan teks al Qur'an
hingga yang dikenal hingga saat ini.
Abu Bakar As Siddiq meninggal pada tanggal 23 Agustus 634/ 8 Jumadil
Awwal 13 H di Madinah pada usia 63 tahun. Beliau berwasiat agar jenazahnya
dimandikan oleh Asma binti Umais, istri beliau. Kemudian beliau dimakamkan di
samping makam Rasulullah. Umar mensholati jenazahnya diantara makam Nabi dan
mimbar (ar-Raudhah). Sedangkan yang turun langsung ke dalam liang lahat adalah
putranya yang bernama Abdurrahman (bin Abi Bakar), Umar bin Khattab, Usman bin
Affan, dan Thalhah bin Ubaidillah.

B. Umar Bin Khattab


Salah satu dari doa Rasulullah SAW pada saat Islam masih dalam tahap awal
penyebaran dan masih lemah adalah, "Ya Allah, buatlah Islam ini kuat dengan masuknya
salah satu dari kedua orang ini; Amr bin Hisham atau Umar bin Khattab. Doa itu segera
dikabulkan oleh Allah, Allah memilih Umar bin Khattab sebagai salah satu pilar kekuatan
Islam, sedangkan Amr bin Hisham meninggal sebagai Abu Jahal.

Agama Islam

Page 20

Umar bin Khattab dilahirkan 12 tahun setelah kelahiran Rasulullah SAW. Ayahnya
bernama Khattab dan ibunya bernama Khatmah. Perawakannya tinggi besar dan tegap
dengan otot-otot yang menonjol dari kaki dan tangannya, jenggot yang lebat dan berwajah
tampan, serta warna kulitnya coklat kemerah-merahan.
Beliau dibesarkan di dalam lingkungan Bani Adi, salah satu kaum dari suku Quraisy.
Beliau merupakan khalifah kedua didalam islam setelah Abu Bakar As Siddiq.
Nasabnya adalah .Umar bin Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Riyah bin
Abdullah bin Qarth bin Razah bin 'Adiy bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib. Nasab beliau
bertemu dengan nasab Nabi Muhammad pada kakeknya Ka'ab. Antara beliau dengan Nabi
Muhammad selisih 8 kakek. lbu beliau bernama Hantamah binti Hasyim bin al-Mughirah alMakhzumiyah. Rasulullah memberi beliau "Kun-yah" Abu Hafsh (bapak Hafsh) karena
Hafshah adalah anaknya yang paling tua dan memberi "laqab" (julukan) Al Faruq.
1. Umar bin Khattab masuk Islam
Sebelum masuk Islam, Umar bin Khattab dikenal sebagai seorang yang keras
permusuhannya dengan kaum Muslimin, bertaklid kepada ajaran nenek moyangnya dan
melakukan perbuatan-perbuatan jelek yang umumnya dilakukan kaum jahiliyah, namun
tetap bisa menjaga harga diri. Beliau masuk Islam pada bulan Dzulhijah tahun ke-6
kenabian, tiga hari setelah Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam.
Ringkas cerita, pada suatu malam beliau datang ke Masjidil Haram secara
sembunyi-sembunyi untuk mendengarkan bacaan shalat Nabi Muhammad. Waktu itu
Nabi Muhammad membaca surat Al Haqqah. Umar bin Khattab kagum dengan susunan
kalimatnya lantas berkata pada dirinya sendiri, "Demi Allah, ini adalah syair
sebagaimana yang dikatakan kaum Quraisy. Kemudian beliau mendengar Rasulullah
membaca ayat 40-41 (yang menyatakan bahwa Al Qur'an bukan syair), lantas beliau
berkata, "Kalau begitu berarti dia itu dukun". Kemudian beliau mendengar bacaan Nabi
ayat 42, (Yang menyatakan bahwa Al-Qur'an bukan perkataan dukun) akhirnya beliau
berkata, "Telah terbetik lslam di dalam hatiku". Akan tetapi karena kuatnya adat

Agama Islam

Page 21

jahiliyah, fanatik buta, pengagungan terhadap agama nenek moyang, maka beliau tetap
memusuhi Islam.
Kemudian pada suatu hari, beliau keluar dengan menghunus pedangnya
bermaksud membunuh Nabi Muhammad. Dalam perjalanan, beliau bertemu dengan
Nu`aim bin Abdullah al 'Adawi, seorang laki-laki dari Bani Zuhrah. Lekaki itu berkata
kepada Umar bin Khattab, "Mau kemana wahai Umar?" Umar bin Khattab menjawab,
"Aku ingin membunuh Muhammad." Lelaki tadi berkata, "Bagaimana kamu akan aman
dari Bani Hasyim dan Bani Zuhrah, kalau kamu membunuh Muhammad?" Maka Umar
menjawab, "Tidaklah aku melihatmu melainkan kamu telah meninggalkan agama nenek
moyangmu." Tetapi lelaki tadi menimpali, "Maukah aku tunjukkan yang lebih
mencengangkanmu, hai Umar? Sesungguhnya adik perempuan dan iparmu telah
meninggalkan agama yang kamu yakini.
Kemudian dia bergegas mendatangi adiknya yang sedang belajar Al Qur'an, surat
Thaha kepada Khabab bin al Arat. Tatkala mendengar Umar bin Khattab datang, maka
Khabab bersembunyi. Umar bin Khattab masuk rumahnya dan menanyakan suara yang
didengarnya. Kemudian adik perempuan Umar bin Khattab dan suaminya berkata, "Kami
tidak sedang membicarakan apa-apa". Umar bin Khattab menimpali, "Sepertinya kalian
telah keluar dari agama nenek moyang kalian". Iparnya menjawab, "Wahai Umar, apa
pendapatmu jika kebenaran itu bukan berada pada agamamu?". Mendengar ungkapan
tersebut Umar bin Khattab memukulnya hingga terluka dan berdarah, karena tetap saja
saudaranya

itu

mempertahankan

agama

Islam

yang

dianutnya,

Umar bin

Khattab berputus asa dan menyesal melihat darah mengalir pada iparnya.
Umar bin Khattab berkata, Berikan kitab yang ada pada kalian kepadaku, aku
ingin membacanya. Maka adik perempuannya berkata, "Kamu itu kotor. Tidak boleh
menyentuh kitab itu kecuali orang yang bersuci. Mandilah terlebih dahulu!" lantas
Umar bin Khattab mandi dan mengambil kitab yang ada pada adik perempuannya. Ketika
dia membaca surat Thaha, dia memuji dan muliakan isinya, kemudian minta ditunjukkan
keberadaan Rasulullah.

Agama Islam

Page 22

Tatkala Khabab mendengar perkataan Umar bin Khattab, dia muncul dari
persembunyiannya dan berkata, "Aku akan beri kabar gembira kepadamu, wahai Umar!
Aku berharap engkau adalah orang yang didoakan Rasulullah pada malam Kamis, 'Ya
Allah, muliakan Islam dengan Umar bin Khatthab atau Abu Jahl (Amru) bin Hisyam.'
Waktu itu Rasulullah berada di sebuah rumah di daerah Shafa". Umar bin
Khattab mengambil pedangnya dan menuju rumah tersebut, kemudian mengetuk
pintunya. Ketika ada salah seorang melihat Umar bin Khattab datang dengan pedang
terhunus dari celah pintu rumahnya, dikabarkannya kepada Rasulullah dan lantas mereka
berkumpul. Hamzah bin Abdul Muthalib bertanya, "Ada apa kalian?" Mereka menjawab,
Umar (datang)!" Hamzah bin Abdul Muthalib berkata, "Bukalah pintunya. Kalau dia
menginginkan kebaikan, maka kita akan menerimanya, tetapi kalau menginginkan
kejelekan, maka kita akan membunuhnya dengan pedangnya." Kemudian Nabi
Muhammad menemui Umar bin Khattab dan berkata kepadanya, "Ya Allah, ini adalah
Umar bin Khattab. Ya Allah, muliakan Islam dengan Umar bin Khattab." Dan dalam
riwayat lain: "Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Umar."
Seketika itu pula Umar bin Khattab bersyahadat, dan orang-orang yang berada di
rumah tersebut bertakbir dengan keras. Menurut pengakuannya dia adalah orang yang ke40 masuk Islam. Abdullah bin Mas'ud berkomentar, "Kami senantiasa berada dalam
kejayaan semenjak Umar bin Khattab masuk Islam."
2. Kepemimpinan Umar bin Khattab
Keislaman beliau telah memberikan andil besar bagi perkembangan dan kejayaan
Islam. Beliau adalah pemimpin yang adil, bijaksana, tegas, disegani, dan selalu
memperhatikan urusan kaum muslimin. Pemimpin yang menegakkan ketauhidan dan
keimanan, merobohkan kesyirikan dan kekufuran, menghidupkan sunnah dan mematikan
bid'ah. Beliau adalah orang yang paling baik dan paling berilmu tentang al-Kitab dan asSunnah setelah Abu Bakar As Siddiq.
Kepemimpinan Umar bin Khattab tak seorangpun yang dapat meragukannya.
Seorang tokoh besar setelah Rasulullah SAW dan Abu Bakar As Siddiq. Pada masa

Agama Islam

Page 23

kepemimpinannya kekuasaan Islam bertambah luas. Beliau berhasil menaklukkan Persia,


Mesir, Syam, Irak, Burqah, Tripoli bagian barat, Azerbaijan, Jurjan, Basrah, Kufah dan
Kairo.
Dalam masa kepemimpinan sepuluh tahun Umar bin Khattab itulah, penaklukanpenaklukan penting dilakukan Islam. Tak lama sesudah Umar bin Khattab memegang
tampuk kekuasaan sebagai khalifah, pasukan Islam menduduki Suriah dan Palestina,
yang kala itu menjadi bagian Kekaisaran Byzantium. Dalam pertempuran Yarmuk (636),
pasukan Islam berhasil memukul habis kekuatan Byzantium. Damaskus jatuh pada tahun
itu juga, dan Darussalam menyerah dua tahun kemudian. Menjelang tahun 641, pasukan
Islam telah menguasai seluruh Palestina dan Suriah, dan terus menerjang maju ke daerah
yang kini bernama Turki. Tahun 639, pasukan Islam menyerbu Mesir yang juga saat itu
di bawah kekuasaan Byzantium. Dalam tempo tiga tahun, penaklukan Mesir diselesaikan
dengan sempurna.
Penyerangan Islam terhadap Irak yang saat itu berada di bawah kekuasaan
Kekaisaran Persia telah mulai bahkan sebelum Umar bin Khattab naik jadi khalifah.
Kunci kemenangan Islam terletak pada pertempuran Qadisiya tahun 637, terjadi di masa
kekhalifahan Umar bin Khattab. Menjelang tahun 641, seseluruh Irak sudah berada di
bawah pengawasan Islam. Dan bukan hanya itu, pasukan Islam bahkan menyerbu
langsung Persia dan dalam pertempuran Nehavend (642), mereka secara menentukan
mengalahkan sisa terakhir kekuatan Persia. Menjelang wafatnya Umar bin Khattab di
tahun 644, sebagian besar daerah barat Iran sudah terkuasai sepenuhnya. Gerakan ini
tidak berhenti tatkala Umar bin Khattab wafat. Di bagian timur mereka dengan cepat
menaklukkan Persia dan bagian barat mereka mendesak terus dengan pasukan
menyeberang Afrika Utara.
Selain pemberani, Umar bin Khattab juga seorang yang cerdas. Dalam masalah
ilmu diriwayatkan oleh Al Hakim dan Thabrani dari Ibnu Masud berkata, Seandainya
ilmu Umar bin Khattab diletakkan pada tepi timbangan yang satu dan ilmu seluruh
penghuni bumi diletakkan pada tepi timbangan yang lain, niscaya ilmu Umar bin Khattab
lebih berat dibandingkan ilmu mereka. Mayoritas sahabatpun berpendapat bahwa Umar
Agama Islam

Page 24

bin Khattab menguasai 9 dari 10 ilmu. Dengan kecerdasannya beliau menelurkan konsepkonsep baru, seperti menghimpun Al Quran dalam bentuk mushaf, menetapkan tahun
hijriyah sebagai kalender umat Islam, membentuk kas negara (Baitul Maal), menyatukan
orang-orang yang melakukan sholat sunah tarawih dengan satu imam, menciptakan
lembaga peradilan, membentuk lembaga perkantoran, membangun balai pengobatan,
membangun tempat penginapan, memanfaatkan kapal laut untuk perdagangan,
menetapkan hukuman cambuk bagi peminum "khamr" (minuman keras) sebanyak 80 kali
cambuk, mencetak mata uang dirham, audit bagi para pejabat serta pegawai dan juga
konsep yang lainnya.
Namun dengan begitu beliau tidaklah menjadi congkak dan tinggi hati. Justru
beliau seorang pemimpin yang zuhud lagi wara. Beliau berusaha untuk mengetahui dan
memenuhi kebutuhan rakyatnya. Dalam satu riwayat Qatadah berkata, Pada suatu hari
Umar bin Khattab memakai jubah yang terbuat dari bulu domba yang sebagiannnya
dipenuhi dengan tambalan dari kulit, padahal waktu itu beliau adalah seorang khalifah,
sambil memikul jagung ia lantas berjalan mendatangi pasar untuk menjamu orangorang. Abdullah, puteranya berkata, Umar bin Khattab berkata, Seandainya ada anak
kambing yang mati di tepian sungai Eufrat, maka umar merasa takut diminta pertanggung
jawaban oleh Allah SWT.
Beliaulah yang lebih dahulu lapar dan yang paling terakhir kenyang, Beliau
berjanji tidak akan makan minyak samin dan daging hingga seluruh kaum muslimin
kenyang memakannya.
Tidak diragukan lagi, khalifah Umar bin Khattab adalah seorang pemimpin yang
arif, bijaksana dan adil dalam mengendalikan roda pemerintahan. Bahkan ia rela
keluarganya hidup dalam serba kekurangan demi menjaga kepercayaan masyarakat
kepadanya tentang pengelolaan kekayaan negara. Bahkan Umar bin Khattab sering
terlambat salat Jum'at hanya menunggu bajunya kering, karena dia hanya mempunyai dua
baju.

Agama Islam

Page 25

Kebijaksanaan dan keadilan Umar bin Khattab ini dilandasi oleh kekuatirannya
terhadap rasa tanggung jawabnya kepada Allah SWT. Sehingga jauh-jauh hari Umar bin
Khattab sudah mempersiapkan penggantinya jika kelak dia wafat. Sebelum wafat, Umar
berwasiat agar urusan khilafah dan pimpinan pemerintahan, dimusyawarahkan oleh enam
orang yang telah mendapat ridha Nabi SAW. Mereka adalah Utsman bin Affan, Ali bin
Abu Thalib, Thalhah bin Ubaidilah, Zubair binl Awwam, Sa'ad bin Abi Waqqash,
dan Abdurrahman bin Auf. Umar menolak menetapkan salah seorang dari mereka,
dengan berkata, aku tidak mau bertanggung jawab selagi hidup sesudah mati. Kalau
AIlah menghendaki kebaikan bagi kalian, maka Allah akan melahirkannya atas kebaikan
mereka (keenam orang itu) sebagaimana telah ditimbulkan kebaikan bagi kamu oleh
Nabimu.
3. Wafatnya Umar bin Khattab
Pada hari Rabu bulan Dzulhijah tahun 23 H Umar Bin Kattab wafat, Beliau
ditikam ketika sedang melakukan Shalat Subuh oleh seorang Majusi yang bernama Abu
Luluah, budak milik al-Mughirah bin Syubah diduga ia mendapat perintah dari
kalangan Majusi. Umar bin Khattab dimakamkan di samping Nabi saw dan Abu Bakar as
Siddiq, beliau wafat dalam usia 63 tahun.

C. Utsman Bin Affan


Pada tahun pertama dari khilafah Usman bin Affan, yaitu tahun 24 Hijriah, negeri
Rayyi berhasil ditaklukkan. Sebelumnya negeri ini pernah ditaklukkan, tetapi kemudian
dibatalkan. Pada tahun yang sama, berjangkit wabah demam berdarah yang menimpa banyak
orang. Khalifah Usman bin Affan sendiri terkena sehingga beliau tidak dapat menunaikan
ibadah haji. Pada tahun ini, Usman bin Affan mengangkat Sa'ad bin Abi Waqqash menjadi
gubernur Kufah menggantikan Mughirah bin Syu'bah.
Di tahun 25 Hijriah, Usman bin Affan memecat Sa'ad bin Abi Waqqash dari jabatan
gubernur Kufah dan sebagai gantinya diangkatlah Walid bin Uqbah bin Abi Mu'ith (seorang
Agama Islam

Page 26

shahabi

dan

saudara

seibu

dengan Usman

bin

Affan).

Inilah

sebab

pertama

dituduhnya Usman bin Affan melakukan nepotisme.


Pada tahun 26 Hijriah, Usman bin Affan melakukan perluasan Masjidil Haram
dengan membeli sejumlah tempat dari para pemiliknya lalu disatukan dengan masjid. Pada
tahun 17 Hijriah, Mu'awiyah melancarkan serangan ke Qubrus (Siprus) dengan membawa
pasukannya menyeberangi lautan. Di antara pasukan ini terdapat Ubadah bin Shamit dan
istrinya, Ummu Haram binti Milhan al-Ansharish. Dalam perjalanan, Ummu Haram jatuh
dari kendaraannya kemudian syahid dan dikuburkan di sana. Nabi Muhammad SAW pernah
memberitahukan kepada Ummu Haram tentang pasukan ini, seraya berdoa agar Ummu
Haram menjadi salah seorang dari anggota pasukan ini. Pada tahun ini, Usman bin
Affan menurunkan Amru bin Ash dari jabatan gubernur Mesir dan sebagai gantinya
diangkatlah Abdullah bin Sa'ad bin Abi Sarh. Dia kemudian menyerbu Afrika dan berhasil
menaklukkannya dengan mudah. Di tahun ini pula, Andalusia berhasil ditaklukkan.
Tahun 29 Hijriah, negeri-negeri lain berhasil ditaklukkan. Pada tahun ini, Usman bin
Affan memperluas Masjid Madinah Al Munawarah dan membangunnya dengan batu-batu
berukir. Ia membuat tiangnya dari batu dan atapnya dari kayu (tatal). Panjangnya 160 depa
dan luasnya 150 depa.
Negeri-negeri Khurasan ditaklukkan pada tahun ke-30 Hijriah sehingga banyak
terkumpul kharaj (infaq penghasilan) dan harta dari berbagai penjuru. Allah memberikan
karunia yang melimpah dari semua negeri kepada kaum Muslimin.
Pada tahun 32 Hijriah, Abbas bin Abdul Muththalib, Abdurrahman bin Auf, Abdullah
bin Mas'ud, dan Abu Darda' wafat. Orang-orang yang pernah menjabat sebagai hakim negeri
Syam sampai saat itu ialah Mu'awiyah, Abu Dzarr bin Jundab bin Junadah al-Ghiffari, dan
Zaid bin Abdullah. Pada tahun ke-33 Hijriah, Abdullah bin Mas'ud bin Abi Sarh menyerbu
Habasyah.
Seperti diketahui, Usman bin Affan mengangkat para kerabatnya dari bani Umaiyyah
menduduki berbagai jabatan. Kebijakan ini mengakibatkan dipecatnya sejumlah sahabat dari
berbagai jabatan mereka dan digantikan oleh orang yang diutamakannya dari kerabatnya.
Agama Islam

Page 27

Kebijakan ini mengakibatkan rasa tidak senang banyak orang terhadap Usman bin Affan. Hal
inilah yang dijadikan pemicu dan sandaran oleh orang Yahudi yaitu Abdullah bin Saba' dan
teman-temannya untuk membangkitkan fitnah.
Ibnu

Katsir

meriwayatkan

bahwa

penduduk

Kufah

umumnya

melakukan

pemberontakan dan konspirasi terhadap Sa'id ibnul Ash, pemimpin Kufah. Mereka kemudian
mengirim utusan kepada Usman bin Affan guna menggugat kebijakannya dan alasan
pemecatan sejumlah orang dari bani Umayyah. Dalam pertemuan ini, utusan tersebut
berbicara kepada Usman bin Affan dengan bahasa yang kasar sekali sehingga membuat
dadanya sesak. Beliau lalu memanggil semua pimpinan pasukan untuk dimintai pendapatnya.
Akhirnya, berkumpullah di hadapannya, Mu'awiyah bin Abu Sufyan (pemimpin
negeri Syam), Amr ibnul Ash (pemimpin negeri Mesir), Abduliah bin Sa'ad bin Abi Sarh
(pemimpin negeri Maghrib), Sa'id ibnul Ash (pemimpin negeri Kufah), dan Abdullah bin
Amir (pemimpin negeri Bashrah). Kepada mereka, Usman bin Affan meminta pandangan
mengenai peristiwa yang terjadi dan perpecahan yang muncul. Masing-masing dari mereka
kemudian mengemukakan pendapat dan pandangannya. Setelah mendengar berbagai
pandangan dan mendiskusikannya, akhirnya Usman bin Affan memutuskan untuk tidak
melakukan penggantian para gubernur dan pembantunya. Kepada masing-masing
mereka, Usman bin Affan memerintahkan agar menjinakkan hati para pemberontak dan
pembangkang tersebut dengan memberi harta dan mengirim mereka ke medan peperangan
lain dan pos-pos perbatasan.
Setelah peristiwa ini, di Mesir muncul satu kelompok dari anak-anak para sahabat.
Mereka menggerakkan massa untuk menentang Usman bin Affan dan menggugat sebagian
besar tindakannya. Kelompok ini melakukan tindakan tersebut tentu setelah Abdullah bin
Saba' berhasil menyebarkan kerusakan dan fitnah di Mesir. Ia berhasil menghasut sekitar
enam ratus orang untuk berangkat ke Madinah dengan berkedok melakukan ibadah umrah,
namun sebenarnya mereka bertujuan menyebarkan fitnah dalam masyarakat Madinah.
Tatkala mereka hampir memasuki Madinah, Usman bin Affan mengutus Ali bin Abu
Thalib untuk menemui mereka dan berbicara kepada mereka. Ali bin Abu Thalib kemudian
berangkat menemui mereka di Juhfah. Mereka ini mengagungkan Ali bin Abu Thalib dengan
Agama Islam

Page 28

sangat berlebihan, karena Abdullah bin Saba' telah berhasil mempermainkan akal pikiran
mereka dengan berbagai khurafat dan penyimpangan. Setelah Ali bin Abu Thalib membantah
semua penyimpangan pemikiran yang sesat itu, mereka menyesali diri seraya berkata, "Orang
inikah yang kalian jadikan sebagai sebab dan dalih untuk memerangi dan memprotes
Khalifah (Usman bin Affan)?" Mereka kemudian kembali dengan membawa kegagalan.
Ketika menghadap Usman bin Affan, Ali bin Abu Thalib melaporkan kepulangan
mereka dan mengusulkan agar Usman bin Affan menyampaikan pidato kepada orang
banyak, guna meminta maaf atas tindakannya mengutamakan sebagian kerabatnya dan
bahwa ia telah bertobat dari tindakan tersebut.
Usulan ini diterima olehnya dan Usman bin Affan kemudian berpidato di hadapan
orang banyak pada hari Jumat. Dalam pidato ini, diantaranya Usman bin Affan mengatakan,
"Ya Allah, aku memohon ampunan kepada-Mu dan aku bertobat kepada-Mu. Ya Allah, aku
adalah orang yang pertama bertobat dari apa yang telah aku lakukan."
Pernyataan ini diucapkannya sambil menangis sehingga membuat semua orang ikut
menangis. Usman bin Affan kemudian menegaskan kembali, bahwa ia akan menghentikan
kebijakan yang menyebabkan timbulnya protes tersebut. Ditegaskannya bahwa ia akan
memecat Marwan dan kerabatnya.
Setelah penegasan tersebut, Marwan bin Hakam menemui Usman bin Affan. Dia
menghamburkan kecaman dan protes kemudian berkata, "Andaikan ucapanmu itu engkau
ucapkan pada waktu Engkau masih sangat kuat, niscaya Aku adalah orang yang pertama
menerima dan mendukungnya, tetapi Engkau mengucapkannya ketika banjir bah telah
mencapai puncak gunung. Demi Allah, melakukan suatu kesalahan kemudian meminta
ampunan dari-Nya adalah lebih baik daripada tobat karena takut kepada-Nya. Jika suka,
engkau dapat melakukan tobat tanpa menyatakan kesalahan kami."
Marwan kemudian memberitahukan kepadanya bahwa di balik pintu ada
segerombolan orang. Usman bin Affan menunjuk Marwan untuk berbicara kepada mereka
sesukanya. Marwan lalu berbicara kepada mereka dengan suatu pembicaraan yang buruk,
sehingga merusak apa yang selama ini diperbaiki oleh Usman bin Affan. Dalam
Agama Islam

Page 29

pembicaraannya, Marwan berkata, "Kalian datang untuk merebut kerajaan dari tangan kami.
Keluarlah kalian dari sisi kami. Demi Allah, jika kalian membangkang kepada kami, niscaya
kalian akan menghadapi kesulitan dan tidak akan menyukai akibatnya."
Setelah mengetahui hal ini, Ali bin Abu Thalib segera datang menemui Usman bin
Affan dan dengan nada marah, ia berkata, "Mengapa engkau merelakan Marwan, sementara
dia tidak menghendaki kecuali memalingkan Engkau dari agama dan pikiranmu! Demi
Allah, Marwan adalah orang yang tidak layak dimintai pendapat tentang agama atau dirinya
sekalipun. Demi Allah, aku melihat bahwa dia akan menghadirkan kamu kemudian tidak
akan mengembalikan kamu lagi. Saya tidak akan kembali setelah ini karena teguran-ku
kepadamu."
Setelah Ali bin Abu Thalib keluar, Na'ilah masuk menemui Usman bin Affan (ia telah
mendengarkan apa yang diucapkan Ali bin Abu Thalib kepada Usman bin Affan) kemudian
berkata, "Aku harus bicara atau diam!" Usman bin Affan menjawab, "Bicaralah!" Na'ilah
berkata, "Aku telah mendengar ucapan Ali bin Abu Thalib bahwa dia tidak akan kembali lagi
padamu,

karena

Engkau

telah

menaati

Marwan

dalam

segala

apa

yang

dikehendakinya," Usman bin Affan berkata, "Berilah pendapatmu kepadaku." Na'ilah


memberikan pendapatnya, "Bertakwalah kepada Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya.
Ikutilah sunnah kedua sahabatmu yang terdahulu (Abu Bakar As Siddiq dan Umar Bin
Khattab), sebab jika engkau menaati Marwan, niscaya dia akan membunuhmu. Marwan
adalah orang yang tidak memiliki harga di sisi Allah, apalagi rasa takut dan cinta. Utuslah
seseorang menemui Ali bin Abu Thalib guna meminta pendapatnya, karena dia memiliki
kekerabatan denganmu dan dia tidak layak ditentang."
Usman bin Affan kemudian mengutus seseorang kepada Ali bin Abu Thalib, tetapi
Dia menolak datang. Ali bin Abu Thalib berkata, "Aku telah memberitahukan kepadanya
bahwa aku tidak akan kembali lagi. Sikap ini merupakan permulaan krisis yang menyulut api
fitnah dan memberikan peluang kepada para tukang fitnah, untuk memperbanyak kayu
bakarnya dan mencapai tujuan-tujuan busuk yang mereka inginkan.

Agama Islam

Page 30

Usman bin Affan menjabat sebagai khalifah selama dua belas tahun. Tidak ada
sesuatu yang dapat dijadikan celah untuk mendendamnya. Beliau bahkan lebih dicintai oleh
orang-orang Quraisy umumnya ketimbang Umar bin Khattab, karena Umar bin Khattab
bersikap keras terhadap mereka, sedangkan Usman bin Affan bersikap lemah lembut dan
selalu menjalin hubungan dengan mereka.
Akan tetapi, masyarakat mulai berubah sikap terhadapnya, tatkala ia mengutamakan
kerabatnya dalam pemerintahan, sebagaimana telah kami sebutkan. Kebijakan ini
dilakukan Usman bin Affan atas pertimbangan silaturrahim yang merupakan salah satu
perintah Allah. Akan tetapi, kebijakan ini pada akhirnya menjadi sebab pembunuhannya.
Ibnu Asakir meriwayatkan dari az-Zuhri, ia berkata, "Aku pernah berkata kepada
Sa'id bin Musayyab, 'Ceritakanlah kepadaku tentang pembunuhan Usman! Bagaimana hal ini
sampai terjadi!' Ibnul Musayyab berkata, 'Usman dibunuh secara aniaya. Pembunuhnya
adalah kejam dan pengkhianatnya adalah orang yang memerlukan ampunan. Ibnul Musayyab
kemudian menceritakan kepada az-Zuhri tentang sebab pembunuhannya dan bagaimana hal
itu dilakukan. Kami sebutkan disini secara singkat.
Para penduduk Mesir datang mengadukan Ibnu Abi Sarh. Setelah pengaduan
ini, Usman bin Affan menulis surat kepadanya yang berisikan nasihat dan peringatan
terhadapnya. Akan tetapi, Abu Sarh tidak mau menerima peringatan Usman bin Affan,
bahkan mengambil tindakan keras terhadap orang yang mengadukannya.
Selanjutnya, para tokoh sahabat, seperti Ali bin Abu Thalib, Thalhah bin Ubaidillah,
dan Aisyah mengusulkan agar Usman bin Affan memecat Ibnu Abi Sarh dan menggantinya
dengan orang lain. Usman bin Affan lalu berkata kepada mereka, "Pilihlah orang yang dapat
menggantikannya." Mereka mengusulkan Muhammad bin Abu Bakar. Usman bin
Affan kemudian menginstruksikan hal tersebut dan mengangkatnya secara resmi. Surat
keputusan ini kemudian dibawa oleh sejumlah sahabat ke Mesir. Baru tiga hari perjalanan
dari Madinah, tiba-tiba mereka bertemu dengan seorang pemuda hitam berkendaraan unta
yang berjalan mundur maju.

Agama Islam

Page 31

Para sahabat Rasulullah itu kemudian menghentikannya seraya berkata, "Mengapa


kamu ini! Kamu terlihat seperti orang yang lari atau mencari sesuatu!" Ia menjawab, "Saya
adalah pembantu Amirul Mukminin yang diutus untuk menemui Gubernur Mesir." Ketika
ditanya, "Utusan siapa kamu ini!" Dengan gagap dan ragu-ragu, ia kadang-kadang
menjawab, "Saya pembantu Amirul Mukminin," dan kadang-kadang pula ia menjawab,
"Saya pembantu Marwan." Mereka kemudian mengeluarkan sebuah surat dari barang
bawaannya. Di hadapan dan disaksikan oleh para sahabat dari Anshar dan Muhajirin
tersebut, Muhammad bin Abu Bakar membuka surat tersebut yang ternyata berisi, "Jika
Muhammad beserta si fulan dan si fulan datang kepadamu, bunuhlah mereka dan batalkanlah
suratnya. Dan tetaplah engkau melakukan tugasmu sampai engkau menerima keputusanku.
Aku menahan orang yang akan datang kepadaku mengadukan dirimu."
Akhirnya, para sahabat itu kembali ke Madinah dengan membawa surat tersebut.
Mereka kemudian mengumpulkan para tokoh sahabat dan memberitahukan ihwal surat dan
kisah utusan tersebut.
Peristiwa ini membuat seluruh penduduk Madinah gempar dan benci terhadap Usman
bin Affan. Setelah melihat hal ini, Ali bin Abu Thalib segera memanggil beberapa tokoh
sahabat, antara lain Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Sa'ad bin Abu Waqqash,
dan Ammar. Bersama mereka, Ali bin Abu Thalib dengan membawa surat, pembantu dan
unta tersebut, masuk menemui Usman bin Affan. Ali bin Abu Thalib bertanya kepada Usman
bin Affan, "Apakah pemuda ini pembantumu?" Usman bin Affan menjawab "Ya." Ali bin
Abu Thalib bertanya lagi, "Apakah unta ini untamu?" Usman bin Affan menjawab "Ya." Ali
bin Abu Thalib bertanya lagi, "Apakah kamu pernah menulis surat ini?" Usman bin
Affan menjawab, "Tidak." Usman bin Affan kemudian bersumpah dengan nama Allah, "Aku
tidak pernah menulis surat tersebut, tidak pernah memerintahkan penulisan surat dan tidak
mengetahui ihwal surat tersebut." Ali bin Abu Thalib bertanya lagi, "Apakah stempel ini,
stempelmu?" Usman bin Affan menjawab, "Ya." Ali bin Abu Thalib bertanya lagi
"Bagaimana pembantumu ini bisa keluar dengan menunggang untamu dan membawa surat
yang distempel, dengan stempelmu, sedangkan Engkau tidak mengetahuinya?" Usman bin
Affan kemudian bersumpah dengan nama Allah, "Aku tidak pernah menulis surat ini, tidak
pernah memerintahkannya dan tidak pernah pula mengutus pembantu ini ke Mesir."
Agama Islam

Page 32

Mereka kemudian memeriksa tulisan surat tersebut dan mengetahui bahwa surat itu
ditulis oleh Marwan. Mereka lalu meminta kepada Usman bin Affan agar menyerahkan
Marwan kepada mereka, tetapi Usman bin Affan tidak bersedia melakukannya, padahal
Marwan saat itu berada di dalam rumahnya. Akhirnya, orang-orang keluar dari rumah Usman
bin Affan dengan perasaan marah. Mereka mengetahui bahwa Usman bin Affan tidak
berdusta dalam bersumpah, tetapi mereka marah karena dia tidak bersedia menyerahkan
Marwan kepada mereka.
Setelah itu, tersiarlah berita tersebut di seluruh Kota Madinah, sehingga sebagian
masyarakat mengepung rumah Usman bin Affan dan tidak memberikan air kepadanya.
Setelah Usman bin Affan dan keluarganya merasakan kepayahan akibat terputusnya air, ia
menemui mereka seraya berkata, "Adakah seseorang yang sudi memberi tahu Ali bin Abu
Thalib agar memberi air kepada kami?" Setelah mendengar berita ini, Ali bin Abu Thalib
segera mengirim tiga qirbah air. Kiriman air ini pun sampai kepada Usman bin Affan melalui
cara yang sulit sekali.
Pada saat itu, Ali bin Abu Thalib mendengar desas-desus tentang adanya orang yang
ingin membunuh Usman bin Affan, lalu ia berkata "Yang kita inginkan darinya adalah
Marwan, bukan pembunuhan Usman bin Affan." Ali bin Abu Thalib kemudian berkata
kepada kedua anaknya, Hasan dan Husain, "Pergilah dengan membawa pedang kalian untuk
menjaga pintu rumah Usman. Jangan biarkan seorang pun masuk kepadanya." Hal ini juga
dilakukan oleh sejumlah sahabat Rasulullah saw demi menjaga Usman bin Affan. Ketika
para pengacau menyerbu pintu rumah Usman bin Affan ingin masuk dan membunuhnya,
mereka dihentikan oleh Hasan dan Husain serta sebagian sahabat.
Sejak itu, mereka mengepung rumah Usman bin Affan lebih ketat dan secara
sembunyi-sembunyi berhasil masuk dari atap rumah. Mereka berhasil menebaskan pedang
sehingga Khalifah Usman bin Affan terbunuh. Ketika mendengar berita ini, Ali bin Abu
Thalib datang dengan wajah marah, seraya berkata kepada dua orang anaknya, "Bagaimana
Amirul Mukminin bisa dibunuh, sedangkan kalian berdiri menjaga pintu?" Demikianlah,
pembunuhan Usman bin Affan merupakan pintu dari mata rantai fitnah yang terus
membentang tanpa akhir.
Agama Islam

Page 33

Pertama, diantara keutamaan dan keistimewaan yang dapat dicatat pada periode
pemerintahan Usman bin Affan ialah banyaknya penaklukan dan perluasan. Pada periode ini,
seluruh Khurasan berhasil ditaklukkan. Demikian pula Afrika sampai Andalusia. Disamping
itu, tercatat pula sejumlah prestasi mulia dan agung yang pernah dilakukan Usman bin Affan,
seperti menyatukan orang dalam bacaan dan tulisan al-Qur'an yang tepercaya setelah
berkembangnya berbagai bacaan yang dikhawatirkan dapat membingungkan orang. Juga
seperti prestasinya memperluas Masjid Nabawi di Madinah al-Munawwarah.
Tidaklah merusak kemuliaan Usman bin Affan jika dalam berbagai penaklukannya ia
mempergunakan Abdullah bin Sa'id bin Abi Sarh dan orang-orang semisalnya, karena Islam
menghapuskan semua dosa sebelumnya. Barangkali Ibnu Sarh dengan amal-amalnya yang
mulia ini telah menghapuskan segala yang pernah dia lakukan sebelumnya. Bahkan seperti
diketahui, ia tetap di jalan lurus setelah itu dan termasuk orang yang tetap baik agamanya.
Kedua, betapapun keras kritik yang dilontarkan kepada Usman bin Affan karena
kebijakannya dalam memilih para gubemur dan pembantunya dari kaum kerabatnya (bani
Umayyah),

kita

harus

menyadari

bahwa

kebijakan

tersebut

merupakan

ijtihad

pribadinya. Usman bin Affan bahkan telah mempertahankan pendapat tersebut di hadapan
sejumlah besar para sahabat. Bagaimanapun sikap kita terhadap pendapat dan pembelaan
tersebut, sewaktu mengkritik, kita tidak boleh melanggar adab dalam melontarkan analisis
atau pendapat. Juga kesalahan yang dilakukannya tersebut -jika hal itu kita anggap sebagai
suatu kesalahan- jangan sampai melupakan kita pada kedudukannya yang mulia di sisi
Rasulullah Saw, keutamaannya sebagai generasi pertama dalam Islam dan sabda Rasulullah
Saw kepadanya pada Perang Tabuk, "Tidaklah akan membahayakan Usman apa yang
dilakukannya setelah hari ini."
Hendaknya kita pun menyadari bahwa pembicaraan dan sanggahan para sahabat,
terhadap kebijakannya saat itu, tidak sama dengan kritik dan gugatan yang kita lakukan
sekarang terhadap masalah yang sama.
Sanggahan para sahabat terhadapnya, pada saat itu, merupakan pencegahan bagi
suatu permasalahan yang ada dan mungkin dapat diubah atau diperbaiki. Segala

Agama Islam

Page 34

pembicaraan, disaat itu, sekalipun bermotifasikan kritik dan menyalahkan, merupakan


tindakan positif dan bermanfaat. Sementara itu, pembicaraan kita pada hari ini, setelah
masalah tersebut menjadi suatu peristiwa sejarah, hanyalah merupakan tindakan kurang ajar
terhadap para sahabat yang telah diberikan pujian oleh Rasulullah Saw. Beliau melarang kita
bersikap tidak sopan kepada mereka.
Bagi siapa saja yang menginginkan amanah ilmiah dalam mengemukakan peristiwa
ini, cukuplah dengan berpegang teguh kepada penjelasan yang dikemukakan oleh para
penulis dan ahli sejarah tepercaya, seperti Thabari, Ibnu Katsir dan Ibnul Atsir.
Ketiga, bersamaan dengan munculnya benih-benih fitnah pada akhir-akhir
pemerintahan Usman bin Affan, muncul pula nama Abdullah bin Saba' di pentas sejarah.
Peranan Ibnu Saba' sangat menonjol dalam mengobarkan api fitnah ini. Abdullah bin Saba'
adalah seorang Yahudi berasal dari Yaman. Ia datang ke Mesir pada masa
pemerintahan Usman bin Affan. Ia menghasut orang untuk membangkang pada Usman bin
Affan dengan dalih mencintai Ali bin Abu Thalib dan keluarga (ahlul bait) Nabi Saw.
Diantaranya, ia mengatakan kepada orang-orang, "Tidakkah Muhammad Saw lebih baik dari
Isa As di sisi Allah? Jika demikian halnya, Muhammad Saw lebih berhak kembali kepada
manusia daripada Isa As. Akan tetapi, Muhammad Saw akan kembali kepada mereka dalam
diri anak pamannya, Ali bin Abu Thalib, yang merupakan orang terdekat kepadanya."
Dengan khurafat ini, Abdullah bin Saba' berhasil menipu masyarakat Mesir, padahal
sebelumnya ia gagal mendapatkan pengikut di Yaman. Orang-orang yang tertipu oleh
perkataannya inilah yang berangkat ke Madinah guna memberontak kepada Usman bin
Affan. Akan tetapi, mereka berhasil dihalau oleh Ali bin Abu Thalib, sebagaimana telah Kita
ketahui.
Dari sini, kita mengetahui bahwa kelahiran perpecahan umat Islam menjadi dua kubu:
Sunni dan Syi'i, dimulai pada periode ini. Perpecahan ini sepenuhnya merupakan buah
tangan Abdullah bin Saba'. Belum lagi penyiksaan dan kekejaman yang dialami oleh Ahlul
Bait atau Syi'ah di tangan pemerintahan Umawiyah dan lainnya. Yang penting,

Agama Islam

Page 35

bagaimanapun kedua peristiwa ini telah masuk ke dalam sejarah, tetapi kita tidak boleh
melupakan realitas lainnya.
Keempat, sekali lagi, kita harus mendapatkan kejelasan tentang hakikat hubungan
yang berlangsung antara Usman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib selama periode khilafah
yang ketiga ini, juga hakikat sikap yang diambil Ali bin Abu Thalib terhadap Usman bin
Affan. Seperti telah kita ketahui bahwa Ali bin Abu Thalib segera membaiat Usman bin
Affan sebagai khalifah, bahkan menurut kebanyakan ahli sejarah, sebagaimana dikatakan
oleh Ibnu Katsir, bahwa Ali bin Abu Thalib adalah orang yang pertama membaiat Usman bin
Affan. Kemudian kita ketahui bagaimana Ali bin Abu Thalib mengatakan kepada Usman bin
Affan, ketika ia mendengar segerombolan orang yang dikerahkan oleh Abdullah bin Saba' ke
Madinah untuk menggerakkan orang menentangnya, "Aku bereskan kejahatan mereka!" Ali
bin Abu Thalib kemudian berangkat dan menemui mereka di Juhfah sampai berhasil
menghalau mereka kembali ke Mesir seraya mengatakan,"Inikah orang yang kalian jadikan
sebagai sebab dan dalih untuk memerangi dan memprotes khalifah (Usman bin Affan)?" Kita
telah mengetahui bagaimana Ali bin Abu Thalib dengan penuh keikhlasan, kecintaan dan
kemauan yang jujur memberikan nasihat kepadanya. Sebagaimana kita tahu pula Ali bin Abu
Thalib membelanya sampai akhir kehidupannya; bagaimana ia memobilisasi kedua putranya,
Hasan dan Husain, untuk menjaga Usman bin Affan dari ulah orang-orang yang
mengepungnya?
Dengan demikian, Ali bin Abu Thalib merupakan pendukung Usman bin Affan yang
terbaik selama khilafahnya, disamping merupakan pembela terbaiknya tatkala menghadapi
cobaan berat. Ia bersikap tegas dan keras dalam memberikan nasihat kepadanya dibelakang
hari, tidak lain dan tidak bukan, hanyalah karena cinta dan ghirah kepadanya.
Hendaklah kita memahami hal ini dengan baik agar kita juga mengetahui bahwa
orang besar seperti Sayyidina Ali bin Abu Thalib patut diteladani oleh setiap orang yang
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Bukti rasa cinta hanyalah berupa "shidqul ittiba"
(mengikuti secara jujur) dan istiqamah (terus menerus) dalam meneladani. Marilah kita
jadikan suri tauladan-nya sebagai teladan yang terbaik bagi kita dan bukti paling nyata yang
mengungkapkan cinta sejati kepada beliau.
Agama Islam

Page 36

D. Ali bin Abu Thalib: Orang yang Dicintai Allah Dan Rasulnya
"Tidak ada pedang, setajam pedang Zulfikar dan tidak ada pemuda yang setangguh
Ali bin Abu Thalib". Demikianlah slogan yang selalu didengung-dengungkan oleh kaum
muslimin ketika perang Uhud yang amat dahsyat itu tengah berlangsung. Dalam perang
tersebut, Ali bin Abu Thalib memperlihatkan ketangguhannya sebagai seorang pahlawan
islam yang gagah perkasa. Ia di kenal sebagai jagoan bangsa Arab yang mempunyai
kemahiran memainkan pedang dengan tangguh. Sementara itu, baju besi yang dimilikinya
berbentuk tubuh bagian depan di kedua sisi, dan tidak ada bagian belakangnya. Ketika di
tanya,"Mengapa baju besimu itu tidak dibuatkan bagian belakangnya, Hai Abu Husein?"
Maka Ali bin Abu Thalib akan menjawabnya dengan mudah, "Kalau seandainya aku
menghadapi musuhku dari belakang, niscaya aku akan binasa."
Ketika terjadi perang Badar antara kaum muslimin dan kaum kafir Quraisy, di mana
kaum muslimin memperoleh kemenangan yang telak, maka korban yang berjatuhan di pihak
kaum Quraisy berjumlah tujuh puluh orang. Konon sepertiga korban yang tewas dari pihak
kaum Quraisy pada perang badar itu merupakan persembahan khusus dari Ali bin Abu Thalib
dan Hamzah bin Abdul Muthalib.
Sementara itu Amru bin Wud Al 'Amiri, seorang jawara yang tangguh dari kaum
kafir Quraisy ikut serta dalam perang Khandak. Dengan angkuhnya ia menari-nari di atas
kudanya sambil memainkan pedangnya dan mengejek kaum muslimin seraya berkata, "Hai
kaum muslimin, manakah surga yang telah dijanjikan kepadamu bahwa orang yang gugur
diantaramu akan masuk kedalamnya? Inilah dia surga yang kini berada di hadapan-mu, maka
sambutlah."
Namun nyatanya tak ada seorangpun dari kaum muslimin yang berani maju untuk
menjawab tantangan yang dilontarkan Amru bin Wud , yang terkenal bengis dan kejam itu.
Tak lama kemudian Ali bin Abu Thalib pun berdiri dan berkata kepada Rasulullah, "Ya
Rasulullah, kalau Anda mengijinkan, maka saya akan maju untuk bertarung melawannya"
Rasulullah menjawab, "Hai Ali, bukankah dia itu Amru bin Wud, jagoan kaum Quraisy yang
Agama Islam

Page 37

ganas itu?" Ali bin Abu Thalib pun menjawab, "Ya, Saya tahu dia itu adalah Amru bin wud,
akan tetapi bukankah ia juga manusia seperti kita?" Akhirnya Rasulullah mengijinkan untuk
bertarung melawannya.
Selang beberapa saat kemudian, Ali bin Abu Thalib telah maju ke gelanggang
pertarungan untuk bertarung melawan Amru bin Wud. Lalu Amru bertanya seraya
memandang remeh kepadanya, "Siapakah kamu hai anak muda?", "Aku adalah Ali." Amru
bin Wud bertanya lagi, "Kamu anak Abdul Manaf?", "Bukan, Aku anak Abu Thalib." Lalu
Amru bin Wud berkata, "Kamu jangan maju ke sini hai anak saudaraku! Kamu masih kecil.
Aku hanya menginginkan orang yang lebih tua darimu, karena aku pantang menumpahkan
darahmu." Ali bin Abu Thalib menjawab, "Jangan sombong dulu hai Amru! Aku akan
buktikan bahwa aku dapat merobohkanmu hanya dalam beberapa detik saja dan aku tidak
segan-segan untuk menghantarkanmu ke liang kubur."
Betapa marahnya Amru bin Wud mendengar jawaban Ali bin Abu Thalib itu. Lalu ia
turun dari kuda dan dihunus-nya pedang miliknya itu ke arah Ali bin Abu Thalib. Sementara
itu Ali bin Abu Thalib menghadapinya dengan tameng di tangan kirinya.
Tiba-tiba Amru bin Wud melancarkan serangannya dengan pedang. Dan Ali pun
menangkis serangan itu dengan menggunakan tamengnya yang terbuat dari kulit binatang
sehingga pedang Amru tertancap di tameng itu. Maka secepat kilat Ali menghantamkan
dengan keras pedang Zulfikar pada tengkuknya hingga ia tersungkur ke tanah dan bersimbah
darah, dan kaum kafir Quraisy lainnya yang melihat itu lari tunggang langgang.
Pada suatu ketika Rasulullah mengutus pasukan kaum muslim ke Wilayah Khaibar di
bawah pimpinan Abu Bakar As Siddiq. Lalu pasukan tersebut berangkat untuk menembus
benteng pertahanan Khaibar. Dengan mengerahkan segala daya kekuatan mereka berusaha
membobol benteng tersebut, namun pintu benteng tersebut sangat kokoh sehingga sukar
untuk ditembusnya.
Keesokkan harinya, Rasulullah mengutus Umar bin Khattab untuk memimpin
pasukan untuk menaklukkan benteng tersebut. Dengan semangat yang berkobar-kobar
akhirnya terjadilah peperangan yang dahsyat antara dua pasukan bersenjata itu. Umar terus
Agama Islam

Page 38

membangkitkan semangat anak buahnya agar dapat menguasai benteng khaibar, namun
upaya mereka belum membuahkan hasil meskipun telah berusaha sekuat tenaga dan mereka
pun pulang dengan tangan hampa.
Setelah itu Rasulullah SAW bersabda, "Esok hari aku akan berikan bendera ini
kepada seorang laki-laki yang dicintai Allah dan Rasulnya. Dan mudah-mudahan Allah akan
membukakan pintu kemenangan bagi kaum muslimin melalui kedua tangannya, sedangkan ia
sendiri bukan termasuk seorang pengecut."
Maka para sahabat bertanya-tanya "Siapakah laki-laki yang beruntung itu?" Akhirnya
setiap orang dari para sahabat itu berdoa dan memohon kepada Allah agar dialah yang di
maksud oleh Rasulullah.
Dan keesokkan harinya Rasulullah ternyata menyerahkan bendera kepemimpinan itu
kepada Ali bin Abu Thalib yang sedang menderita penyakit mata. Kemudian Rasulullah
meludahi kedua belah matanya yang sedang sakit hingga sembuh seraya berkata, "Hai Ali,
terimalah bendera perang ini dan bawalah pasukan kaum muslimin bersamamu menuju
benteng Khaibar hingga Allah membukakan pintu kemenangan bagi kaum muslimin."
Lalu Ali bin Abu Thalib memimpin pasukan dan memusatkan pasukannya pada
sebuah batu karang besar dekat benteng guna menghimpun kekuatan kembali. Tak lama
kemudian ia memberikan komando untuk bersiap-siap menyerbu ke benteng dan akhirnya
terjadilah perang yang sengit antara kaum muslimin dengan orang-orang yahudi di sana.
Ali bin Abu Thalib memainkan pedang Zulfikarnya dengan gesit dan menghunuskan
kepada musuhnya yang berani menghadang. Tidak ada musuh pun yang selamat dari
kelebatan pedang yang di genggam Ali. Akan tetapi seorang Yahudi tiba-tiba
menghantamkan pedang kearahnya dengan keras. Secepat kilat di tangkis serangan itu
dengan tamengnya, hingga terjatuh tamengnya itu. Akhirnya ia raih sebuah pintu besar yang
terbuat dari besi yang berada di sekitar benteng dan dijadikannya sebagai tameng dari
serangan pedang orang-orang Yahudi lainnya. Dan ia tetap menggunakan pintu besar itu
hingga perang usai dan kaum muslimin memperoleh kemenangan.

Agama Islam

Page 39

Abu Rofi' seorang sahabat yang ikut perang itu menyatakan, "Aku telah menyaksikan
dengan mata kepalaku sendiri bagaimana Ali bin Abu Thalib mencabut pintu besi yang
besar itu untuk dijadikan tamengnya, setelah tamengnya terjatuh dari tangannya." Kemudian
setelah perang usai, ada delapan orang laki-laki, salah seorang diantaranya adalah aku
sendiri, yang berusaha untuk menggotong dan menempatkan kembali pintu besi itu ke tempat
semula, tetapi mereka tidak mampu untuk melakukannya karena terlalu berat."
1. Tentang Ali Bin Abu Thalib
Ali bin Abu Thalib, paman Nabi Muhammad SAW, bin Abdul Muththalib, bin
Hasyim, bin Abdi Manaf, bin Qushayy. Ibunya adalah, Fathimah binti Asad, bin Hasyim,
bin Abdi Manaf. Saudara-saudara kandungnya adalah: Thalib, 'Uqail, Ja'far dan Ummu
Hani.
Dengan demikian, jelaslah, Ali bin Abu Thalib adalah berdarah Hasyimi dari
kedua ibu-bapaknya. Keluarga Hasyim memiliki sejarah yang cemerlang dalam
masyarakat Mekkah. Sebelum datangnya Islam, keluarga Hasyim terkenal sebagai
keluarga yang mulia, penuh kasih sayang, dan pemegang kepemimpinan masyarakat.
Ibunya adalah Fathimah binti Asad, yang kemudian menamakannya Haidarah. Haidarah
adalah salah satu nama singa, sesuai dengan nama ayahnya: Asad (singa).
Fathimah adalah salah seorang wanita yang terdahulu beriman dengan Risalah
Nabi Muhammad SAW. Dia pula yang telah mendidik Nabi Muhammad SAW, dan
menanggung hidupnya setelah meninggalnya bapak-ibu beliau, Abdullah dan Aminah.
Beliau kemudian membalas jasanya, dengan menanggung kehidupan Ali bin Abu Thalib,
untuk meringankan beban pamannya, Abu Thalib, pada saat mengalami kesulitan
ekonomi. Saat Fathimah (Ibu Ali bin Abu Thalib) meninggal dunia, Rasulullah SAW
yang mulai mengkafaninya dengan baju gamisnya, meletakkannya dalam kuburnya, dan
menangisinya, sebagai tangisan seorang anak atas ibunya. Dan bersabda, "Semoga Allah
SWT memberikan balasan yang baik bagi ibu asuhku ini. Engkau adalah orang yang
paling baik kepadaku, setelah pamanku dan almarhumah ibuku. Dan semoga Allah SWT
meridhai-mu."

Agama Islam

Page 40

Dan karena penghormatan beliau kepadanya, maka beliau menamakan anaknya


yang tersayang dengan namanya: Fathimah. Darinyalah kemudian mengalir nasab beliau
yang mulia, yaitu anak-anaknya: Hasan, Husein, Zainab al Kubra dan Ummu Kultsum.
Haidarah adalah nama lain Imam Ali bin Abu Thalib yang dipilihkan oleh ibunya.
Namun ayahnya menamakannya dengan Ali, sehingga dia terkenal dengan dua nama
tersebut, meskipun nama Ali kemudian lebih terkenal.

2. Sifat Ali bin Abu Thalib


Ali Bin Abu Thalib tumbuh menjadi anak yang cepat matang. Di wajahnya
tampak jelas kematangannya yang juga menunjukkan kekuatan, dan ketegasan. Saat ia
menginjak usia pemuda, ia segera berperan penuh dalam dakwah Islam, tidak seperti
yang dilakukan oleh pemuda seusianya. Contoh yang paling jelas adalah keikhlasannya
untuk menjadi tameng Rasulullah SAW saat beliau hijrah, dengan menempati tempat
tidur beliau. Ia juga terlibat dalam peperangan yang hebat, seperti dalam perang Al
Ahzab, dia pula yang telah menembus benteng Khaibar. Sehingga dia dijuluki sebagai
pahlawan Islam yang pertama.
Ali bin Abu Thalib adalah seorang dengan perawakan sedang, antara tinggi dan
pendek. Perutnya agak menonjol. Pundaknya lebar. Kedua lengannya berotot, seakan
sedang mengendarai singa. Lehernya berisi. Bulu jenggotnya lebat. Kepalanya botak, dan
berambut di pinggir kepala. Matanya besar. Wajahnya tampan. Kulitnya amat gelap.
Postur tubuhnya tegap dan proporsional. Bangun tubuhnya kokoh, seakan-akan dari baja.
Berisi. Jika berjalan seakan-akan sedang turun dari ketinggian, seperti berjalannya
Rasulullah SAW. Seperti dideskripsikan dalam kitab Usudul Ghaabah fi Ma'rifat ash
Shahabah: adalah Ali bin Abi Thalib bermata besar, berkulit hitam, berotot kokoh,
berbadan besar, berjenggot lebat, bertubuh pendek, amat fasih dalam berbicara, berani,
pantang mundur, dermawan, pemaaf, lembut dalam berbicara, dan halus perasaannya.

Agama Islam

Page 41

Jika ia dipanggil untuk berduel dengan musuh di medan perang, ia segera maju
tanpa gentar, mengambil perlengkapan perangnya, dan menghunuskan pedangnya. Untuk
kemudian menjatuhkan musuhnya dalam beberapa langkah. Karena sesekor singa, ketika
ia maju untuk menerkam mangsanya, ia bergerak dengan cepat bagai kilat, dan
menyergap dengan tangkas, untuk kemudian membuat mangsa tak berkutik.
Tadi adalah sifat-sifat fisiknya. Sedangkan sifat-sifat kejiwaannya, maka ia adalah
sosok yang sempurna, penuh dengan kemuliaan. Keberaniannya menjadi perlambang
para kesatria pada masanya. Setiap kali ia menghadapi musuh di medan perang, maka
dapat dipastikan ia akan mengalahkannya. Seorang yang takwa tak terkira, tidak mau
masuk dalam perkara yang syubhat, dan tidak pernah melalaikan syari'at. Seorang yang
zuhud, dan memilih hidup dalam kesederhanaan. Ia makan cukup dengan berlauk-kan
cuka, minyak dan roti kering yang ia patahkan dengan lututnya. Dan memakai pakaian
yang kasar, sekadar untuk menutupi tubuh di saat panas, dan menahan dingin di kala
hawa dingin menghempas.
Penuh hikmah, adalah sifatnya yang jelas. Dia akan berhati-hati meskipun dalam
sesuatu yang ia lihat benar, dan memilih untuk tidak mengatakan dengan terus terang,
jika hal itu akan membawa mudharat bagi umat. Ia meletakkan perkara pada tempatnya
yang tepat. Berusaha berjalan seirama dengan rekan-rekan pembawa panji dakwah,
seperti keserasian butiran-butiran air di lautan.
Ia bersikap lembut, sehingga banyak orang yang sezaman dengannya melihat ia
sedang bergurau, padahal hal itu adalah suatu bagian dari sifat kesempurnaan yang
melihat apa yang ada di balik sesuatu, dan memandang kepada kesempurnaan. Ia
menginginkan agar realitas yang tidak sempurna berubah menjadi lurus dan meningkat ke
arah kesempurnaan. Gurauan adalah 'anak' dari kritik. Dan ia adalah 'anak' dari filsafat,
gurauan yang tepat adalah suatu tanda ketinggian intelektualitas para tokoh pemikir
dalam sejarah.
Ia terkenal kefasihannya. Sehingga ucapan-ucapannya mengandung nilai-nilai
sastra Arab yang jernih dan tinggi. Baik dalam menciptakan peribahasa maupun hikmah.

Agama Islam

Page 42

Ia juga mengutip dari redaksi Al Quran, dan hadits Rasulullah Saw, sehingga menambah
benderang dan semerbak kata-katanya. Yang membuat dirinya berada di puncak
kefasihan bahasa dan sastra Arab.
Ia amat loyal terhadap pendidiknya, Nabi-nya, juga Rabb-nya. Serta berbuat baik
kepada kerabatnya. Amat mementingkan isterinya yang pertama, Fathimah az Zahra. Dan
ia selalu berusaha memberikan apa yang baik dan indah kepada orang yang ia senangi,
kerabatnya atau kenalannya.
Ali Bin Abu Thalib berpendirian teguh, sehingga menjadi tokoh yang namanya
terpatri dalam sejarah. Tidak mundur dalam membela prinsip dan sikap. Sehingga banyak
orang yang menuduhnya bodoh dalam politik, tipu daya bangsa Arab, dan dalam hal
melembutkan sikap musuh, sehingga kesulitan menjadi berkurang. Namun, sebenarnya
kemampuannya jauh di atas praduga yang tidak benar, karena ia tahu apa yang ia
inginkan, dan menginginkan apa yang ia tahu. Sehingga, di samping kemanusiaannya, ia
seakan-akan adalah sebuah gunung yang kokoh, yang mencengkeram bumi.
3. Istri-istri Ali bin Abu Thalib
Setelah Fathimah az Zahra wafat, Imam Ali menikahi Umamah bin Abi Al Ash
bin Rabi' bin Abdul Uzza al Qurasyiyyah. Selanjutnya menikahi Umum Banin bini
Haram bin Khalid bin Darim al Kulabiyah. Kemudian Laila binti Mas'ud an
Nahsyaliyyah, ad Daarimiyyah dari Tamim. Berikutnya Asmaa binti 'Umais, yang
sebelumnya merupakan isteri Ja'far bin Abi Thalib, dan selanjutnya menjadi isteri Abu
Bakar (hingga ia meninggal), dan berikutnya menjadi isteri imam Ali. Selanjutnya ia
menikahi Ummu Habib ash Shahbaa at Taghalbiyah. Kemudian, Khaulah binti Iyas bin
Ja1far al Hanafiyyah. Selanjutnya Ummu Sa'd ats Tsaqafiyyah. Dan Mukhabba'ah binti
Imri'il Qais al Kulabiyyah.
4. Menjadi Khalifah
Ketika Ali bin Abu Thalib diangkat menjadi khalifah ke-empat menggantikan
Khalifah Utsman bin Affan maka ia tidak pernah melakukan kecurangan ataupun
Agama Islam

Page 43

penyelewengan dalam pemerintahannya. Ia tidak pernah melakukan korupsi ataupun


memakan uang rakyat yang terdapat di "baitul maal." Namun Ia lebih memilih untuk
bekerja sendiri ataupun menjual harta benda miliknya sendiri untuk mencukupi
kehidupannya sehari-hari.
Bahkan diceritakan bahwa ia pernah pergi ke pasar untuk menawarkan pedangnya
kepada orang-orang yang berada di sana sambil berkata, "Adakah di antara kalian yang
akan membeli pedangku ini, karena hari ini aku sedang tidak mempunyai uang?"
Kemudian orang-orang balik bertanya kepadanya, "Bukankah anda seorang Khalifah
yang mempunyai uang banyak ya Amirul Mukminin?" Lalu Ali pun menjawab, "Kalau
seandainya aku mempunyai uang empat dirham saja, tentu aku tidak akan menjual
pedang kesayanganku ini."
Pernah suatu ketika Ali bin Abu Thalib tengah menangis di mihrab Masjid
Nabawi seraya berkata,"Wahai dunia, janganlah engkau berupaya memperdayai-ku
Tetapi perdaya-lah orang-orang selain-ku. Sungguh aku telah menceraikanmu dari diriku
dan jangan engkau kembali kepadaku!"
Akhirnya lelaki yang dicintai Allah dan Rasul-nya ini gugur sebagai syahid di
dekat pintu masjid Kufah pada 17 Ramadhan 40 H, akibat di tikam dengan pedang
beracun di bagian kening oleh Abdurrahman bin Muljam, ketika ia akan melaksanakan
salat subuh berjamaah dengan kaum muslimin.
Bagaimanapun sejarah telah mencatat Bahwa Sayyidina Ali Bin Abu Thalib
adalah seorang laki-laki yang gagah berani, tangkas cerdas, dan dicintai Allah dan RasulNya.

Agama Islam

Page 44

BAB III
KEPEMIMPINAN ISLAM SETELAH MASA KHALIFAH
A. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah
Pemerintahan dinasti Abbasiyah dinisbatkan kepada Al-Abbas, paman Rasulullah,
sementara Khalifah pertama dari pemerintahan ini adalah Abdullah Ash-Sahffah bin
Muhammad bin Ali Bin Abdulah bin Abbas bin Abdul Muthalib. Pada tahun 132 H/750 M,
oleh Abul abbas Ash- saffah, dan sekaligus sebagai khalifah pertama. Selama lima Abad dari
tahun 132-656 H (750 M - 1258 M). Kemenangan pemikiran yang pernah dikumandangkan
oleh Bani Hasyim (Alawiyun) setelah meninggalnya Rasulullah dengan mengatakan bahwa
yang berhak untuk berkuasa adalah keturunana Rasulullah dan anak-anaknya.
Sebelum berdirinya Dinasti Abbasiyah terdapat tiga poros utama yang merupakan
pusat kegiatan, antara satu dengan yang lain memiliki kedudukan tersendiri dalam
memainkan perannya untuk menegakkan kekuasaan keluarga besar paman Rasulullah, Abbas
bin Abdul Muthalib. Dari nama Al-Abbas paman Rasulullah inilah nama ini disandarkan
pada tiga tempat pusat kegiatan, yaitu Humaimah, Kufah,dan Khurasan.
Di kota Mumaimah bermukim keluarga Abbasiyah, salah seorang pimpinannya
bernama Al-imam Muhammad bin Ali yang merupakan peletak dasar-dasar bagi berdirinya
dinasti Abbasiyah. Para penerang Abbasiyah berjumlah 150 orang di bawah para
pimpinannya yang berjumlah 12 orang dan puncak pimpinannya adalah Muhammad bin Ali.
Propaganda Abbasiyah dilaksanakan dengan strategi yang cukup matang sebagai
gerakan rahasia. Akan tetapi, imam Ibrahim pemimpin Abbasiyah yang berkeinginan
mendirikan kekuasaan Abbasiyah, gerakannya diketahui oleh khalifah Ummayah terakhir,
Marwan bin Muhammad. Ibrahim akhirnya tertangkap oleh pasukan dinasti Umayyah dan
dipenjarakan di haran sebelum akhirnya diekskusi. Ia mewasiatkan kepada adiknya Abul
Abbas untuk menggantikan kedudukannya ketika tahu bahwa ia akan terbunuh, dan
memerintahkan untuk pindah ke kufah. Sedangkan pemimpin propaganda dibebankan
kepada Abu Salamah. Segeralah Abul Abbas pindah dari Humaimah ke kufah di iringi oleh
para pembesar Abbasiyah yang lain seperti Abu Jafar, Isa bin Musa, dan Abdullah bin Ali.

Agama Islam

Page 45

Penguasa Umayyah di kufah, Yazid bin Umar bin Hubairah, ditaklukan oleh
Abbasiyah dan di usir ke Wasit. Abu Salamah selanjutnya berkemah di kufah yang telah di
taklukkan pada tahun 132 H. Abdullah bin Ali, salah seorang paman Abbul Abbas di
perintahkan untuk mengejar khalifah Umayyah terakhir, Marwan bin Muhammad bersama
pasukannya yang melarikan diri, dimana akhirnya dapat dipukul di dataran rendah sungai
Zab. Khalifah itu melarikan diri hingga ke fustat di Mesir, dan akhirnya terbunuh di Busir,
wilayah Al- Fayyum, tahun 132 H/750 M. Dan berdirilah Dinasti Abbasiyah yang di pimpin
oleh khalifah pertamanya, yaitu Abbul Abbas Ash- Shaffah dengan pusat kekuasaan awalnya
di Kufah.

1. Sistem Pemerintahan
Penggantian Umayyah oleh Abbasiyah ini di dalam kepimpinan masyarakat Islam
lebih dari sekedar penggantian dinasti merupakan revolusi dalam sejarah Islam, Revolusi
Prancis dan Revolusi Rusia didalam sejarah barat. Seluruh anggota keluarga Abbas dan
pimpinan umat Islam mengatakan setia kepada Abbul Abbas Ash-shaffah sebagai
khalifah mereka. Ash-Shaffah kemudian pindah ke Ambar, sebelah barat sungai Eufrat
dekat Baghdad.
Kekhaliffahan Ash-Shaffah hanya bertahan selama 4 tahun 9 bulan. Ia wafat pada
tahun 136 H di Abar, satu kota yang telah di jadikanya sebagai tempat kedudukan
pemerintahan. Ia berumur tidak lebih dari 33 tahun. Bahkan ada yang mengatakan umur
Ash-Shaffah ketika meinggal dunia adalah 29 tahun.
Selama dinasti Abbasiyah berkuasa, pola pemerintahan yang di terapkan berbedabeda sesuai dengan perubahan politik, social, dan budaya. Berdasarkan perubahan pola
pemerintahan dan politik itu, para sejarahwan biasanya membagi masa pemerintahan
Bani Abbasiyah dalam 4 periode berikut.
a. Masa Abbasiyah 1, yaitu semenjak lahirnya Daulah Abbasiyah tahun 132 H (750
M) sampai meninggalnya khaliffah Al-Wastiq 232 H (847 M).
b. Masa Abbasiyah II, yaitu mulainya khalifah Al-Mutawakkil pada tahun 232 H
(847 M) sampai berdirinya Daulah Buwaihiyah di Baghdad pada tahun 334 H
(946 M).

Agama Islam

Page 46

c. Masa Abbasiyah III, yaitu dari berdirinya Daulah Buwahiyah tahun 334 H (946
M) sampai masuknya kaum Saljuk ke Baghdad tahun 447 H (1055 M).
d. Masa Abbasiyah IV, yaitu masuknya orang-orang saljuk ke Baghdad tahun 447 H
(1055 M). Sampai jatuhnya Baghdad ketangan bangsa Mongol dibawah pimpinan
Hulagu Khan pada tahun 656 H (1258 M ).

2. Kemajuankemajuan Dinasti Abbasiyah


Sebagai sebuah dinasti, kekhalifahan Bani Abbasiyah yang berkuasa lebih dari
lima abad telah banyak memberikan sumbangan positif bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan peradaban Islam. Dari sekitar 37 orang khalifah yang pernah berkuasa,
terdapat beberapa orang khalifah yang benar-benar memiliki kepedulian untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, serta berbagai bidang lainnya
seperti bidang-bidang sosial dan budaya.
Diantara kemajuan dalam bidang sosial budaya adalah terjadinya proses
akulturasi dan asimilasi masyarakat. Keadaan sosial masyarakat yang majemuk itu
membawa dampak positif dalam perkembangan dan kemajuan peradaban Islam pada
masa ini. Karena dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki, dapat
dipergunakan untuk memajukan bidang-bidang sosial budaya lainnya yang kemudian
menjadi lambang bagi kemajuan bidang sosial budaya dan ilmu pengetahuan lainnya.
Diantara kemajuan ilmu pengetahuan sosial budaya yang ada pada masa Khalifah Dinasi
Abbasiyah adalah seni bangunan dan arsitektur, baik untuk bangunan istana, masjid,
bangunan kota dan lain sebagainya. Seni arsitektur yang dipakai dalam pembanguanan
istana dan kota-kota, seperti pada istana Qashrul Dzahabi, dan Qashrul Khuldi, sementara
bangunan kota seperti pembangunan kota Baghdad, Samarra dan lain-lainnya.
Kemajuan juga terjadi pada bidang sastra bahasa dan seni musik. Pada masa
inilah lahir seorang sastrawan dan budayawan terkenal, seperti Abu Nawas, Abu
Athahiyah, Al Mutanabby, Abdullah bin Muqaffa dan lain-lainnya. Karya buah pikiran
mereka masih dapat dibaca hingga kini, seperti kitab Kalilah wa Dimna. Sementara tokoh
terkenal dalam bidang musik yang kini karyanya juga masih dipakai adalah Yunus bin
Sulaiman, Khalil bin Ahmad, pencipta teori musik Islam, Al farabi dan lain-lainnya.

Agama Islam

Page 47

Selain bidangbidang tersebut diatas, terjadi juga kemajuan dalam bidang


pendidikan. Pada masa-masa awal pemerintah Dinasti Abbasiyah, telah banyak
diusahakan oleh para khalifah untuk mengembangkan dan memajukan pendidikan.
Karena itu mereka kemudian mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, mulai dari
tingkat dasar hingga tingkat tinggi.

a. Kemajuan dalam Bidang Politik dan Militer


Di antara perbedaan karakteristik yang sangat mencolok antara pemerintah
Dinasti Bani Umayyah dengan Dinasti Bani Abbasiyah, terletak pada orientasi
kebijakan yang dikeluarkannya. Pemerintah Dinasti Bani Umayyah orientasi
kebijakan yang dikeluarkannya selalu pada upaya perluasan wilayah kekuasaanya.
Sementara pemerintah Dinasti Bani Abbasiyah, lebih memfokuskan diri pada upaya
pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, Sehingga masa pemerintahan
ini dikenal sebagai masa keemasan peradaban Islam. Meskipun begitu, usaha untuk
mempertahankan wilayah kekuasaan tetap merupakan hal penting yang harus
dilakukan. Untuk itu, pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah memperbaharui sistem
politik pemerintahan dan tatanan kemiliteran.
Agar semua kebijakan militer terkoordinasi dan berjalan dengan baik, maka
pemerintah Dinasti Abbasiyah membentuk departemen pertahanan dan keamanan
yang disebut Diwanul Jundi. Departemen inilah yang mengatur semua yang berkaitan
dengan kemiliteran dan pertahanan keamanan. Pembentukan lembaga ini didasari atas
kenyataan politik militer bahwa pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah, banyak
terjadi pemberontakan dan bahkan beberapa wilayah berusaha memisahkan diri dari
pemerintahan Dinasti Abbasiyah.

b. Kemajuan dalam Bidang Ilmu Pengetahuan


Keberhasilan umat Islam pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah dalam
pengembangan ilmu pengetahuan sains dan peradaban Islam secara menyeluruh,
tidak terlepas dari berbagai faktor yang mendukung. Diantaranya adalah kebijakan
politik pemerintah Bani Abbasiyah terhadap masyarakat non Arab (Mawali), yang
memiliki tradisi intelektual dan budaya riset yang sudah lama melingkupi kehidupan
Agama Islam

Page 48

mereka. Meraka diberikan fasilitas berupa materi atau finansial dan tempat untuk
terus melakukan berbagai kajian ilmu pengetahuan melalui bahan-bahan rujukan yang
pernah ditulis atau dikaji oleh masyarakat sebelumnya. Kebijakan tersebut ternyata
membawa dampak yang sangat positif bagi perkembangan dan kemajuan ilmu
pengetahuan dan sains yang membawa harum dinasti ini.
Dengan demikian, banyak bermunculan banyak ahli dalam bidang ilmu
pengetahuan, seperti Filsafat, filosof yang terkenal saat itu antara lain adalah Al Kindi
(185-260 H/ 801-873 M), Abu Nasr al-faraby, (258-339 H / 870-950 M) dan lain-lain.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam juga terjadi pada bidang
ilmu sejarah, ilmu bumi, astronomi dan sebagainya. Diantara sejarawan muslim yang
pertama yang terkenal yang hidup pada masa ini adalah Muhammad bin Ishaq (152
H/768 M).

c. Kemajuan dalam Bidang Ilmu Agama Islam


Masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah yang berlangsung lebih kurang lima
abad (750-1258 M), dicatat sebagai masa-masa kejayaan ilmu pengetahuan dan
peradaban Islam. Kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam ini, khususnya
kemajuan dalam bidang ilmu agama, tidak lepas dari peran serta para ulama dan
pemerintah yang memberi dukungan kuat, baik dukungan moral, material dan
finansial, kepada para ulama. Perhatian yang serius dari pemerintah ini membuat para
ulama yang ingin mengembangkan ilmu ini mendapat motivasi yang kuat, sehingga
mereka berusaha keras untuk mengembangkan dan memajukan ilmu pengetahuan dan
peradaban Islam. Diantara ilmu pengetahuan agama Islam yang berkembang dan
maju adalah ilmu hadist, ilmu tafsir, ilmu fiqih dan tasawuf.

3. Faktor-faktor yang Menyebabkan Jatuhnya Dinasti Abbasiyah


a. Faktor Eksternal
Selain yang disebutkan

diatas, yang merupakan faktor-faktor internal

kemunduran dan kehancuran Khilafah bani Abbas ada pula faktor-faktor eksternal
yang menyebabkan khilafah Abbasiyah lemah dan akhirnya hancur.
Agama Islam

Page 49

1. Perang Salib
Kekalahan tentara Romawi yang berjumlah 200.000 orang dari pasukan
Alp Arselan yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit telah menanamkan benih
permusuhan dan kebencian orang-orang kristen terhadap umat Islam. Kebencian
itu bertambah setelah Dinasti Saljuk yang menguasai Baitul Maqdis menerapkan
beberapa peraturan yang dirasakan sangat menyulitkan orang-orang Kristen yang
ingin berziarah kesana. Oleh karena itu pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II
menyerukan kepada ummat kristen Eropa untuk melakukan perang suci, yang
kemudian dikenal dengan nama Perang Salib.
Perang salib yang berlangsung dalam beberapa gelombang atau peride
telah banyak menelan korban dan menguasai beberapa wilaya Islam. Setelah
melakukan peperangan antara tahun 1097-1124 M mereka berhasil menguasai
Nicea, Edessa, Baitul Maqdis, Akka, Tripoli dan kota Tyre. Pengaruh Salib juga
terlihat dalam penyerbuan tentara Mongol. Disebutkan bahwa Hulagu Khan,
panglima tentara Mongol, sangat membenci Islam karena ia banyak dipengaruhi
oleh orang-orang Budha dan Kristen Nestorian. Gereja-gereja Kristen berasosiasi
dengan orang-orang Mongol yang anti Islam itu dan diperkeras di kantongkantong ahlul-kitab. Tentara Mongol, setelah menghancur leburkan pusat-pusat
Islam, ikut memperbaiki Yerussalem.
2. Serangan Mongolia Ke Negeri Muslim dan Berakhirnya Dinasti Abbasiyah
Orang-orang Mongolia adalah bangsa yang berasal dari Asia Tengah,
sebuah kawasan terjauh di China. Terdiri dari kabilah-kabilah yang kemudian
disatukan oleh Jenghis Khan (603-624 H), mereka adalah orang-orang Baduisahara yang dikenal keras kepala dan suka berlaku jahat. Sebagai awal
penghancuran Bagdad dan Khilafah Islam, orang-orang Mongolia menguasai
negeri-negeri Asia Tengah Khurasan dan Persia dan juga menguasai Asia Kecil.
Pada bulan September 1257, Hulagu mengirimkan ultimatum kepada Khalifah
agar menyerah dan mendesak agar tembok kota sebelah luar diruntuhkan.
Tetapi Khalifah tetap enggan memberikan jawaban. Maka pada Januari
1258, pasukan Hulagu berperang untuk menghancurkan tembok ibukota.
Sementara itu Khalifah al-Mutashim langsung menyerah dan berangkat ke base
Agama Islam

Page 50

pasukan Mongolia. Setelah itu para pemimpin dan fuqaha juga keluar, sepuluh
hari kemudian mereka semua dibunuh. Hulagu mengizinkan pasukannya untuk
melakukan apa saja di Baghdad. Mereka menghancurkan kota Baghdad dan
membakarnya. Pembunuhan berlangsung selama 40 hari dengan jumlah korban
sekitar dua juta orang. Perlu juga disebutkan disini peran busuk yang dimainkan
oleh seorang Syiah Rafidhah yaitu Ibn Alqami, menteri al-Mutashim yang
bekerjasama dengan orang-orang Mongolia dan membantu pekerjaan-pekerjaan
mereka.

b. Faktor Internal
Sebagaimana

terlihat

dalam

periodisasi

khilafah

Abbasiyah,

masa

kemunduran dimulai sejak periode kedua. Namun demikian, faktor-faktor penyebab


kemunduran itu tidak datang secara tiba-tiba. Benih-benihnya sudah terlihat pada
periode pertama hanya karena khalifah pada periode ini sangat kuat dan benih-benih
itu tidak sempat berkembang. Dalam sejarah kekuasaan Bani Abbas terlihat bahwa
apabila khalifah kuat, para menteri cenderung berperan sebagai kepala pegawai sipil,
tetapi jika khalifah lemah, mereka akan berkuasa mengatur roda pemerintahan.
Disamping kelemahan khalifah, banyak faktor lain yang menyebabkan
khalifah Abbasiyah menjadi mundur, masing-masing faktor tersebut saling berkaitan
satu sama lain. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Perebutan Kekuasaan di Pusat Pemerintahan
Khalifah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan
orang-orang Persia. Persekutuan dilatarbelakangi oleh persamaan nasib kedua
golongan itu pada masa Bani Umayyah berkuasa, keduanya sama-sama tertindas.
Setelah khalifah Abbasiyah berdiri, dinasti Bani Abbas tetap mempertahankan
persekutuan itu. Menurut Ibnu Khaldun, ada dua sebab dinasti Bani Abbas
memilih orang-orang Persia daripada orang-orang Arab. Pertama, sulit bagi
orang-orang Arab untuk melupakan Bani Umayyah. Pada masa itu mereka
merupakan warga kelas satu. Kedua, orang-orang Arab sendiri terpecah belah
dengan adanya ashabiyah (kesukuan). Dengan demikian, khalifah Abbasiyah
tidak ditegakkan di atas ashabiyah tradisional.
Agama Islam

Page 51

Meskipun demikian, orang-orang Persia tidak merasa puas. Mereka


menginginkan sebuah dinasti dengan raja dan pegawai dari Persia pula.
Sementara itu bangsa Arab beranggapan bahwa darah yang mengalir di tubuh
mereka adalah darah (ras) istimewa dan mereka menganggap rendah bangsa nonArab ('ajam) di dunia Islam. Fanatisme kebangsaan ini nampaknya dibiarkan
berkembang oleh penguasa. Sementara itu, para khalifah menjalankan sistem
perbudakan baru. Budak-budak bangsa Persia atau Turki dijadikan pegawai dan
tentara.
Adalah Khalifah Al-Mutashim (218-227 H) yang memberi peluang besar
kepada bangsa Turki untuk masuk dalam pemerintahan. Mereka diangkat menjadi
orang-orang penting di pemerintahan, diberi istana dan rumah dalam kota.
Merekapun menjadi dominan dan menguasai tempat yang mereka diami, sehingga
khalifah berikutnya menjadi boneka mereka.
Setelah al-Mutawakkil (232-247 H), seorang Khalifah yang lemah, naik
tahta, dominasi tentara Turki semakin kuat, mereka dapat menentukan siapa yang
diangkat jadi Khalifah. Sejak itu kekuasaan Bani Abbas sebenarnya sudah
berakhir. Kekuasaan berada di tangan orang-orang Turki. Posisi ini kemudian
direbut oleh Bani Buwaih, bangsa Persia, pada periode ketiga (334-447), dan
selanjutnya beralih kepada Dinasti Seljuk, bangsa Turki pada periode keempat
(447-590H).
2. Munculnya Dinasti-Dinasti Kecil Yang Memerdekakan Diri
Wilayah kekuasaan Abbasiyah pada periode pertama hingga masa
keruntuhan sangat luas, meliputi berbagai bangsa yang berbeda, seperti Maroko,
Mesir, Syria, Irak, Persia, Turki dan India. Walaupun dalam ketataannya banyak
daerah yang tidak dikuasai oleh Khalifah, secara riil, daerah-daerah itu berada di
bawah kekuasaaan gubernur-gubernur bersangkutan. Hubungan dengan Khalifah
hanya ditandai dengan pembayaran upeti. Ada kemungkinan penguasa Bani
Abbas sudah cukup puas dengan pengakuan nominal, dengan pembayaran upeti.
Alasannya, karena Khalifah tidak cukup kuat untuk membuat mereka tunduk,
tingkat saling percaya di kalangan penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat
rendah dan juga para penguasa Abbasiyah lebih menitik beratkan pembinaan
Agama Islam

Page 52

peradaban dan kebudayaan daripada politik dan ekspansi. Selain itu, penyebab
utama mengapa banyak daerah yang memerdekakan diri adalah terjadinya
kekacauan atau perebutan kekuasaan di pemerintahan pusat yang dilakukan oleh
bangsa Persia dan Turki.
Akibatnya propinsi-propinsi tertentu di pinggiran mulai lepas dari
genggaman penguasa Bani Abbas. Ini bisa terjadi dengan dua cara, pertama,
seorang pemimpin lokal memimpin suatu pemberontakan dan berhasil
memperoleh kemerdekaan penuh, seperti daulat Umayyah di Spanyol dan
Idrisiyah di Marokko. Kedua, seorang yang ditunjuk menjadi gubernur oleh
Khalifah yang kedudukannya semakin kuat, seperti daulah Aghlabiyah di
Tunisiyah dan Thahiriyyah di Khurasan. Dinasti yang lahir dan memisahkan diri
dari kekuasaan Baghdad pada masa khilafah Abbasiyah, di antaranya adalah:
a. Yang berkebangsaan Persia: Thahiriyyah di Khurasan (205-259 H),
Shafariyah di Fars (254-290 H), Samaniyah di Transoxania (261-389 H),
Sajiyyah di Azerbaijan (266-318 H), Buwaihiyyah, bahkan menguasai
Baghdad (320-447).
b. Yang berbangsaan Turki: Thuluniyah di Mesir (254-292 H), Ikhsyidiyah di
Turkistan (320-560 H), Ghaznawiyah di Afganistan (352-585 H), Dinasti
Seljuk dan cabang-cabangnya.Yang berbangsa Kurdi: al-Barzukani (348-406
H), Abu Ali (380-489 H), Ayubiyah (564-648 H).
c.

Yang berbangsa Arab: Idrisiyyah di Marokko (172-375 H), Aghlabiyyah di


Tunisia (18-289 H), Dulafiyah di Kurdistan (210-285 H), Alawiyah di
Tabaristan (250-316 H), Hamdaniyah di Aleppo dan Maushil (317-394 H),
Mazyadiyyah di Hillah (403-545 H), Ukailiyyah di Maushil (386-489 H),
Mirdasiyyah di Aleppo 414-472 H).

d.

Yang Mengaku sebagai Khalifah : Umawiyah di Spanyol dan Fatimiyah di


Mesir.

3. Kemerosotan Perekonomian
Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbas merupakan pemerintahan
yang kaya. Dana yang masuk lebih besar dari yang keluar, sehingga Baitul-Mal
Agama Islam

Page 53

penuh dengan harta. Perekonomian masyarakat sangat maju terutama dalam


bidang pertanian, perdagangan dan industri. Tetapi setelah memasuki masa
kemunduran politik, perekonomian pun ikut mengalami kemunduran yang drastis.
Setelah khalifah memasuki periode kemunduran ini, pendapatan negara menurun
sementara pengeluaran meningkat lebih besar. Menurunnya pendapatan negara itu
disebabkan oleh makin menyempitnya wilayah kekuasaan, banyaknya terjadi
kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat. Diperingannya pajak dan
banyaknya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dan tidak lagi membayar
upeti. Sedangkan pengeluaran membengkak antara lain disebabkan oleh
kehidupan para khalifah dan pejabat semakin mewah. Jenis pengeluaran makin
beragam dan para pejabat melakukan korupsi.Kondisi politik yang tidak stabil
menyebabkan perekonomian negara morat-marit. Sebaliknya, kondisi ekonomi
yang buruk memperlemah kekuatan politik dinasti Abbasiyah kedua, faktor ini
saling berkaitan dan tak terpisahkan.

4. Munculnya Aliran-Aliran Sesat dan Fanatisme Keagamaan


Karena cita-cita orang Persia tidak sepenuhnya tercapai untuk menjadi
penguasa, maka kekecewaan itu mendorong sebagian mereka mempropagandakan
ajaran Manuisme, Zoroasterisme dan Mazdakisme. Munculnya gerakan yang
dikenal dengan gerakan Zindiq ini menggoda rasa keimanan para khalifah.
Adalah khalifah Al-Manshur yang berusaha keras memberantasnya, beliau juga
memerangi Khawarij yang mendirikan Negara Shafariyah di Sajalmasah pada
tahun 140 H. Setelah Al-Manshur wafat digantikan oleh putranya Al-Mahdi yang
lebih keras dalam memerangi orang-orang Zindiq bahkan beliau mendirikan
jawatan khusus untuk mengawasi kegiatan mereka serta melakukan mihnah
dengan tujuan memberantas bid'ah. Akan tetapi, semua itu tidak menghentikan
kegiatan mereka. Konflik antara kaum beriman dengan golongan Zindiq berlanjut
mulai dari bentuk yang sangat sederhana seperti polemik tentang ajaran, sampai
kepada konflik bersenjata yang menumpahkan darah di kedua belah pihak.
Gerakan Al-Afsyin dan Qaramithah adalah contoh konflik bersenjata itu.

Agama Islam

Page 54

Pada saat gerakan ini mulai tersudut, pendukungnya banyak berlindung di


balik ajaran Syi'ah, sehingga banyak aliran Syi'ah yang dipandang ghulat
(ekstrim) dan dianggap menyimpang oleh penganut Syi'ah sendiri. Aliran Syi'ah
memang dikenal sebagai aliran politik dalam Islam yang berhadapan dengan
paham Ahlussunnah. Antara keduanya sering terjadi konflik yang kadang-kadang
juga melibatkan penguasa. Al-Mutawakkil misalnya, memerintahkan agar makam
Husein Ibn Ali di Karballa dihancurkan. Namun anaknya, Al-Munthasir (861-862
M) kembali memperkenankan orang syi'ah "menziarahi" makam Husein tersebut.
Syi'ah pernah berkuasa di dalam khilafah Abbasiyah melalui Bani Buwaih lebih
dari seratus tahun. Dinasti Idrisiyah di Marokko dan khalifah Fathimiyah di Mesir
adalah dua dinasti Syi'ah yang memerdekakan diri dari Baghdad yang Sunni.
Selain itu terjadi juga konflik dengan aliran Islam lainnya seperti
perselisihan antara Ahlusunnah dengan Mu'tazilah, yang dipertajam oleh alMa'mun, khalifah ketujuh dinasti Abbasiyah (813-833 M), dengan menjadikan
mu'tazilah sebagai mazhab resmi negara dan melakukan mihnah. Pada masa alMutawakkil(847-861 M), aliran Mu'tazilah dibatalkan sebagai aliran negara dan
golongan ahlusunnah kembali naik daun. Aliran Mu'tazilah bangkit kembali pada
masa Bani Buwaih, namun pada masa dinasti Seljuk yang menganut paham
Asy'ariyyah penyingkiran golongan Mu'tazilah mulai dilakukan secara sistematis.
Dengan didukung penguasa, aliran Asy'ariyah tumbuh subur dan berjaya.

Agama Islam

Page 55

B I BAB
B DAYYAM IGNIGBALSIMBDIPIBMILIBPAGILSAB IGABBMIRRIP

A. Sejarah Berdirinya Daulah Amawiyah (Umayyah)


Nama Daulah Amawiyah tidak lain adalah Bani Umayyah. Daulah Amawiyah berasal
dari nama Umayyah ibnu Abdi Syam ibnu Abdi Manaf, yaitu salah seorang dari pemimpinpemimipin kabilah Quraisy di zaman Jahiliyah. Umayyah senantiasa bersaing dengan
pamannya, Hasyim ibnu Abdi Manaf. Persaingan ini terjadi karena sama-sama ingin
merebut pengaruh (kehormatan) di tengah-tengah masyarakatnya. Pada waktu itu, siapa
yang memiliki pengaruh paling besar, maka ia langsung diangkat menjadi pemimpin di
tengah-tengah masyarakat. Begitulah persaingan antara keduanya terus berlanjut hingga
saling mengalahkan. Jadi tak mengherankan bila dalam persaingan ini berujung pada
permusuhan.
Dalam persaingan tersebut, Umayyah memperoleh kemenangan dan dapat merebut
kekuasaan. Sebab ia merupakan salah satu kabilah yang sangat terhormat dan disegani,
mempunyai banyak harta kekayaan dan juga banyak memiliki keturunan sepuluh orang putra
yang kesemuanya terpandang. Ketiga unsur ini merupakan potensi besar yang membawa
keturunan Umayyah menjadi penguasa bangsa Arab Quraisy saat itu.
Setelah agama Islam datang hubungan antara Bani Umayyah dengan saudara-saudara
sepupu mereka Bani Hasyim semakin tegang (tidah harmonis). Persaingan-persaingan untuk
merebut kehormatan dan kekuasaan tadi berubah menjadi permusuhan yang lebih nyata.
Bani Umayyah dengan tegas menentang Rasulullah SAW dalam mengembangkan
agama Islam. Sebaliknya Bani Hasyim menjadi penyokong dan pelindung Rasulullah SAW,
baik mereka yang sudah masuk Islam ataupun yang belum masuk Islam sama sekali. Pada
waktu Rasulullah SAW bersama ribuan kaum muslimin menduduki kota Mekkah, pada saat
itulah Bani Umayyah menyatakan masuk Islam dan bergabung bersama Rasulullah.
Walaupun Bani Umayyah pernah memusuhi Rasulullah SAW dengan tindakannya
yang keras, namun setelah masuk Islam mereka dengan segera dapat menunjukkan semangat
kepahlawanan yang sulit dicari tandingannya. Mereka telah banyak sekali mencatat prestasi
Agama Islam

Page 56

dalam penyiaran agama Islam, antara lain peperangan yang dilancarkan dalam memerangi
orang murtad, orang-orang yang mengaku dirinya nabi atau rasul, dan orang yang enggan
membayar zakat (ketika Umayyah bergabung dengan khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq).
1. Proses dan Sebab-sebab Berdirinya Dinasti Bani Umayyah
Proses terbentuknya kekhalifahan Bani Umayyah dimulai sejak khalifah Utsman
bin Affan tewas terbunuh oleh tikaman pedang Humran bin Sudan pada tahun 35 H/656
M. Pada saat itu khalifah Utsman bin Affan di anggap terlalu nepotisme (mementingkan
kaum kerabatnya sendiri) dalam menunjuk para pembantu atau gubernur di wilayah
kekuasaan Islam.
Masyarakat Madinah khususnya para shahabat besar seperti Thalhah bin
Ubaidillah dan Zubair bin Awwam mendatangi shahabat Ali bin Abi Thalib untuk
memintanya menjadi khalifah pengganti Utsman bin Affan. Permintaan itu di
pertimbangkan dengan masak dan pada akhirnya Ali bin Abi Thalib mau menerima
tawaran tersebut. Pernyataan bersedia tersebut membuat para tokoh besar diatas merasa
tenang, dan kemudian mereka dan para shahabat lainnya serta pendukung Ali bin Abi
Thalib melakukan sumpah setia (baiat) kepada Ali pada tanggal 17 Juni 656 M/18
Dzulhijah 35 H. Pembaiatan ini mengindikasikan pengakuan umat terhadap
kepemimpinannya. Dengan kata lain, Ali bin Abi Thalib merupakan orang yang paling
layak diangkat menjadi khalifah keempat menggantikan khalifah Utsman bin Affan.
Pengangkatan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah keempat oleh masyarakat
madinah dan sekelompok masyarakat pendukung dari Kuffah ternyata ditentang oleh
sekelompok orang yang merasa dirugikan. Misalnya Muawiyah bin Abi Sufyan
gubernur Syiria dan Marwan bin Hakam yang ketika pada masa Utsman bin Affan,
menjabat sebagai sekretaris khalifah.
Dalam suatu catatan yang di peroleh dari khalifah Ali adalah bahwa Marwan
pergi ke Syam untuk bertemu dengan Muawiyah dengan membawa barang bukti berupa
jubah khalifah Utsman yang berlumur darah.
Penolakan Muawiyah bin Abi Sufyan dan sekutunya terhadap Ali bin Abi Thalib
menimbulkan konflik yang berkepanjangan antara kedua belah pihak yang berujung pada

Agama Islam

Page 57

pertempuran di Shiffin 38 H/657 M. Muawiyah tidak menginginkan adanya


pengangkatan kepemimpinan umat Islam yang baru.
Beberapa saat setelah kematian khalifah Utsman bin Affan, masyarakat muslim
baik yang ada di Madinah, Kuffah, Bashrah dan Mesir telah mengangkat Ali bin Abi
Thalib sebagai khalifah pengganti Utsman. Kenyataan ini membuat Muawiyah tidah
punya pilihan lain, kecuali harus mengikuti khalifah Ali bin Abi Thalib dan tunduk atas
segala perintahnya.
Muawiyah menolak kepemimpinan tersebut juga karena ada berita bahwa Ali
akan mengeluarkan kebijakan baru untuk mengganti seluruh gubernur yang diangkat
Utsman bin Affan.
Muawiyah mengecam agar tidak mengakui (baiat) kekuasaan Ali bin Abi Thalib
sebelum Ali berhasil mengungkapkan tragedi terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan,
dan menyerahkan orang yang dicurigai terlibat pembunuhan tersebut untuk dihukum.
Khalifah Ali bin Abi Thalib berjanji akan menyelesaikan masalah pembunuhan
itu setelah ia berhasil menyelesaikan situasi dan kondisi di dalam negeri. Kasus itu tidak
melibatkan sebagian kecil individu, juga melibatkan pihak dari beberapa daeraha seperti
Kuffah, Bashrah, dan Mesir.
Permohonan atas penyelesaian kasus terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan
ternyata juga datang dari istri Nabi Muhammad saw, yaitu Aisyah binti Abu Bakar. Siti
Aisyah mendapat penjelasan tentang situasi dan keadaan politik di ibukota Madinah, dari
shahabat Thalhah bin Ubaidillah dan Zubair ketika bertemu di Bashrah. Para shahabat
menjadikan Siti Aisyah untuk bersikap sama, untuk penyelesaian terbunuhnya khalifah
Utsman bin Affan, dengan alasan situasi dan kondisi tidak memungkinkan di Madinah.
Disamping itu, khalifah Ali bin Abi Thalib tidak menginginkan konflik yang lebih luas
dan lebar lagi.
Akibat dari penanganan kasus terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan, munculah
isu bahwa khalifah Ali bin Abi Thalib sengaja mengulur waktu karena punya
kepentingan politis untuk mengeruk keuntungan dari krisis tersebut. Bahkan Muawiyah
menuduh Ali bin Abi Thalib berada di balik kasus pembunuhan tersebut.
Tuduhan ini tentu saja tuduhan yang tidak benar, karena justru pada saat itu
Sayidina Ali dan kedua putranya Hasan dan Husain serta para shahabat yang lain
Agama Islam

Page 58

berusaha dengan sekuat tenaga untuk menjaga dan melindungi khalifah Utsman bin
Affan dari serbuan massa yang mendatangi kediaman khalifah.
Sejarah mencatat justru keadaan yang patut di curigai adalah peran dari kalangan
pembesar istana yang berasal dari keluarga Utsman dan Bani Umayyah. Pada peristiwa
ini tidak terjadi seorangpun di antara mereka berada di dekat khalifah Utsman bin Affan
dan mencoba memberikan bantuan menyelesaikan masalah yang dihadapi khalifah.
Kemelut yang di hadapi khalifah Utsman bin Affan sebenarnya telah tercium
jauh-jauh hari sebelumnya. Bahkan dengan perantara kurir bernama Mussawir bin
Makharramah, pesan dari khalifah Utsman bin Affan ini tidak dilaksanakan oleh
Muawiyah bin Abi Sufyan yang datang dikawal oleh dua orang kepercayaannya yaitu
Muawiyah bin Khudaj dan Muslim bin Uqbah serta menyarankan agar khalifah Utsman
pindah ke Syam dengan alasan karena ia akan di kelilingi oleh orang-orang Muawiyah
yang setia.
Usulan yang diajukan Muawiyah ini tidak diterima oleh khalifah Utsman bin
Affan yang berpendapat bahwa Madinah adalah ibukota kekhalifahan dan masih banyak
para shahabat yang setia serta disana pula ada makam Nabi.
Sebelum menguraikan sejarah sejarah lebih lanjut tentang prose terbentuknya
Dinasti Umayyah ini, terlebih dahulu marilah kita tengok proses terbentuknya kejadian
yang menyebabkan proses terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan sebagai khalifah
ketiga setelah wafatnya Rasulullah saw.
Dalam menjalankan roda pemerintahannya, kalifah Utsman bin Affan banyak
menunjuk para gubernur di daerah yang berasal dari kaum kerabatnya sendiri. Salah satu
gubernur yang ia tunjuk adalah gubernur Mesir, Abdullah Saad bin Abi Sarah. Gubernur
Mesir ini di anggap tidak adil dan berlaku sewenang-wenang terhadap masyarakat Mesir.
Ketidak puasan ini menyebabkan kemarahan di kalangan masyarakat sehingga mereka
menuntut agar Gubernur Abdullah bin Saad segera di ganti. Kemarahan para
pemberontak ini semakin bertambah setelah tertangkapnya seorang utusan istana yang
membawa surat resmi dari khalifah yang berisi perintah kepada Abdullah bin Saad
sebagai gubernur Mesir untuk membunuh Muhammad bin Abu Bakar. Atas permintaan
masyarakat Mesir, Muhammad bin Abu Bakar diangkat untuk menggantikan posisi
gubernur Abdulah bin Saad yang juga sepupu dari khalifah Utsman bin Affan.
Agama Islam

Page 59

Tertangkapnya utusan pembawa surat resmi ini menyebabkan mereka menuduh


khalifah Utsman bin Affan melakukan kebajikan yang mengancam nyawa para shahabat.
Umat Islam Mesir melakukan protes dan demonstrasi secara massal menuju
rumah khalifah Utsman bin Affan. Mereka juga tidak menyenangi atas system
pemerintahan yang sangat sarat dengan kolusi dan nepotisme. Keadaan ini menyebabkan
mereka bertambah marah dan segeras menuntut khalifah Utsman bin Affan untuk segera
meletakkan jabatan.
Persoalan-persoalan yang dihadapi oleh khalifah Utsman bin Affan semakin
rumit dan kompleks , sehinggatidak mudah untuk di selesaikan secepatnya. Massa yang
mengamuk saat itu tidak dapat menahan emosi dan langsung menyerbu masuk kedalam
rumah khalifah,sehingga khalifah Utsman terbunuh dengan sangat mengenaskan.
Meninggalnya khalifah Utsman bin Affan pada tahun 35 H/656 M dan terpilihnya
Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah baru sangat mengguncangkan keluarga Bani
Umayyah. Mereka berusaha mencari informasi siapa pembunuh Utsman sebenarnya dan
mereka akan menuntut kematian khalifah dengan cara melakukan balas dendam.
Akhirnya mereka mendapat informasi bahwa orang yang patut di curigai
membunuh khalifah Utsman bin Affan adalah Muhammad bin Abu Bakar. Mereka
menuntut khalifah Ali bin Abi Thalib agar Muhammad bin Abu Bakar segera di tangkap
dan di adili. Tuntutan itu tentu saja tidak segera dikabulkan oleh khalifah Ali bin Abi
Thalib, karena tuntutan itu tidak jelas maka khalifah Ali bin Abi Thalib menolak tuntutan
yang di ajukan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan.
Tuduhan yang di arahkan kepada Muhammad bin Abu Bakar dan khalifah Ali
bim Abi Thalib sebenarnya menjatuhkan kekuasaan khalifah yang sah. Keadaan ini jelas
sangat jauh berbeda dengan gaya kepemimpina khalifah Ali bin Abi Thalib yang tegas,
lugas, dan jujur.
Beberapa gubernur yang diganti antaralain Muawiyah bin Abi Sufyan sebagai
gubernur Syam yang dig anti dengan Sahal bin Hunaif. Pengiriman gubernur baru ini di
tolak Muawiyah bin Abi Sufyan serta masyarakat Syam.
Pendapat khalifah Ali bin Abi Thalib tentang pergantian dan pemecatan gubernur
ini berdasarkan pengamatan bahwa segala kerusuhan dan kekacauan yang terjadi selama
ini di sebabkan karena ulah Muawiyah dan gubernur-gubernur lainnya yang bertindak
Agama Islam

Page 60

sewenang-wenang dalam menjalankan pemerintahannya. Begitu juga pada saat peristiwa


terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan disebabkan karena kelalaian mereka.

B. Usaha untuk Memperoleh Kekuasaan


Wafatnya khalifah Ali bin Abi Thalib karena terbunuh oleh kelompok khawarij yaitu
Abdurrahman bin Muljam pada tahun 661 M menimbulkan dampak politis yang cukup berat
bagi kekuatan umat Islam khususnya para pengikut setia Ali. Oleh karena itu, tidak lama
berselang umat Islam dan para pengikut Ali bin Abi Thalib melakukan sumpah setia (baiat)
atas diri Hasan bin Ali untuk di angkat menjadi khalifah pengganti Ali bin Abi Thalib.
Proses penggugatan itu dilakukan dihadapan banyak orang. Mereka yang melakukan
sumpah setia ini (baiat) ada sekitar 40.000 orang jumlah yang tidak sedikit untuk ukuran
pada saat itu. Orang yang pertama kali mengangkat sumpah setia adalah Qays bin Saad,
kemudian diikuti oleh umat Islam pendukung setia Ali bin Abi Thalib.
Pengangkatan Hasan bin Ali di hadapan orang banyak tersebut ternyata tetap saja
tidak mendapat pengangkatan dari Muawiyah bin Abi Sufyan dan para pendukungnya. Hal
ini disebabkan karena Muawiyah sendiri sudah sejak lama mempunyai ambisi untuk
menduduki jabatan tertinggi dalam dunia Islam.
Perdebatan apapun yang terjadi pada saat itu, yang jelas realitas politik menunjukkan
bahwa sepeninggalan Ali bin Abi Thalib, sebagian penduduk besar Kuffah, Bashrah dan
Madinah sudah melakukan sumpah setia.
Inilah yang menjadi puncak-puncak persoalan politik Islam setelah kekhalifahan Ali
bin Abi Thalib. Muawiyah bin Abi Sufyan yang tidak menyayangi keputusan pengangkatan
Hasan bin Ali segera menyusun kekuatan khalifah Hasan.
Mendengar rencana yang telah dilakukan oleh Muawiyan bin Abi Sufyan tersebut,
maka Qays bin Saad dan Abdullah bin Abbas menyarankan kepada Hasan untuk melakukan
penyerangan ke Damaskus. Sebelum pasukan Muawiyah menyerang, stategi yang dilakukan
Muawiyah yang melakukan urat saraf (psywar) ini memang sangat efektif.Menurut
sejarawan Muslim Al-Thabari, karena kecewanya para pendukung Hasan atas perhentian
perang menyebabkan mereka melakukan tindakan kekerasan dengan menyerbu masuk
kerumah Hasan dan merusak kehormatan serta merampas harta bendanya.

Agama Islam

Page 61

Untuk mengetahui persoalan tersebut, khalifah Hasan bin Ali tidak mempunyai
pilihan lain kecuali perundingan dengan pihak Muawiyah. Untuk itu maka di kirimkan surat
melalui Amr bin Salmah Al-Arhabiyang berisi pesan perdamaian.Dalam perundingan ini
Hasan bin Ali mengajukan syarat bahwa dia bersedia menyerahkan kekuasaan pada
Muawiyah dengan syarat antara lain:
1. Muawiyah menyerahkan harat Baitulmal kepadanya untuk melunasi hutang-hutangnya
kepada pihak lain.
2. Muawiyah tak lagi melakukan cacian dan hinaan terhadap khalifah Ali bin Abi Thalin
besertas keluarganya.
3. Muawiyah menyerahkan pajak bumi dari Persia dan daerah dari Bijinad kepada Hasan
setiap tahun.
4. Setelah Muawiyah berkuasa nanti, maka masalah kepemimpinan (kekhalifahan) harus
diserahkan kepada umat Islam untuk melakukan pemilihan kembali pemimpin umat
Islam.
5. Muawiyah tidak boleh menarik sesuatupun dari penduduk Madinah, Hijaz, dan Irak.
Karena hal itu telah menjadi kebijakan khalifah Ali bin Abi Thalib sebelumnya.
Untuk memenuhi semua persyaratan, Hasan bin Ali mengutus seorang shahabatnya
bernama Abdullah bin Al-Harits bin Nauval untuk menyampaikan isi tuntutannya kepada
Muawiyah. Sementara Muawiyah sendiri untuk menjawab dan mengabulkan semua syarat
yang di ajukan oleh Hasan mengutus orang-orang kepercayaannya seperti Abdullah bin
Amir bin Habib bin Abdi Syama.
Proses penyerahan dari Hasan bin Ali kepada Muawiyah bin Abi Sufyan dilakukan di
suatu tempat yang bernama Maskin dengan ditandai pengangkatan sumpah setia. Dengan
demikian, ia telah berhasil meraih cita-cita untuk menjadi seorang pemimpin umat Islam
menggantikan posisi dari Hasan bin Ali sebagai khalifah.
Meskipun Muawiyah tidak mendapatkan pengakuan secara resmi dari warga kota
Bashrah, usaha ini tidak henti-hentinya dilakukan oleh Muawiyah sampai akhirnya secara
defacto dan dejurejabatan tertinggi umat Islam berada di tangan Muawiyah bin Abi Sufyan.

Agama Islam

Page 62

Dengan demikian berdirilah dinasti baru yaitu Dinasti Bani Umayyah (661-750 M)
yang mengubah gaya kepemimpinannya dengan cara meniru gaya kepemimpinan raja-raja
Persia dan Romawi berupa peralihan kekuasaan kepada anak-anaknya secara turun temurun.
Keadaan ini yang menandai berakhirnya sistem pemerintahan khalifah yang didasari asas
demokrasi untuk menentukan pemimpin umat Islam yang menjadi pilihan mereka.
C. Gaya dan Corak Kepemimpinan Muawiyah bin Abi Sufyan
Gaya dan corak kepemimpinan pemerintahan Bani Umayyah (41 H/661 M) berbeda
dengan kepemimpinan masa-masa sebelumnya yaitu masa pemerintahan Khulafaur
Rasyidin.Pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin dipilih secara demokratis dengan
kepemimpinan kharismatik yang demokratis sementara para penguasa Bani Umayyah
diangkat secara langsung oleh penguasa sebelumnya dengan menggunakan sistem Monarchi
Heredities, yaitu kepemimpinan yang di wariskan secara turun temurun. Hal itu, karena
proses berdirinya pemerintahan Bani Umayyah tidak dilakukan secara demokratis dimana
pemimpinnya dipilih melalui musyawarah, melainkan dengan cara-cara yang tidak baik
dengan mengambil alih kekuasaan dari tangan Hasan bin Ali (41 H/661M) akibatnya, terjadi
beberapa perubahan prinsif dan berkembangnya corak baru yang sangat mempengaruhi
kekuasaan dan perkembangan umat Islam. Diantaranya pemilihan khalifah dilakukan
berdasarkan menunjuk langsung oleh khalifah sebelumnya dengan cara mengangkat seorang
putra mahkota yang menjadi khalifah berikutnya.
Orang yang pertama kali menunjuk putra mahkota adalah Muawiyah bin Abi Sufyan
dengan mengangkat Yazib bin Muawiyah. Sejak Muawiyah bin Abi Sufyan berkuasa (661
M-681 M), para penguasa Bani Umayyah menunjuk penggantinya yang akan menggantikan
kedudukannya kelak, hal ini terjadi karena Muawiyah sendiri yang mempelopori proses dan
system kerajaan dengan menunjuk Yazid sebagai putra mahkota yang akan menggantikan
kedudukannya kelak. Penunjukan ini dilakukan Muawiyah atas saran Al-Mukhiran bin
Sukan, agar terhindar dari pergolakan dan konflik politik intern umat Islam seperti yang
pernah terjadi dada masa-masa sebelumnya. Sistem pemerintahan yang diterapkan
Muawiyah meniru sistem pemerintahan kerajaan Romawi dan Persia yang mewariskan.

Agama Islam

Page 63

Sejak saat itu, sistem pemerintahan Dinasti Bani Umayyah telah meninggalkan tradisi
musyawarah untuk memilih pemimpin umat Islam. Untuk mendapatkan pengesahan, para
penguasa Dinasti Bani Umayyah kemudian memerintahkan para pemuka agama untuk
melakukan sumpah setia (baiat) dihadapan sang khalifah. Padahal, sistem pengangkatan
para penguasa seperti ini bertentangan dengan prinsip dasar demokrasi dan ajaran
permusyawaratan Islam yang dilakukan Khulafaur Rasyidin.
Selama masa pemerintahan demokratis Khulafaur Rasyidin, para khalifah selalu di
dampingi oleh dewan penasihat yang terdiri dari para pemuka Islam.Seluruh kebijakan yang
penting selalu di musyawarahkan secara terbuka.Bahkan rakyat biasa mempunyai hak untuk
menyampaikan pertimbangan dalam pemerintahan.Kebebasan berpendapat dan kebebasan
menyampaikan kritik terhadap kebijakan pemerintah merupakan corak yang sangat menonjol
dalam pola pemerintahn Khulafaur Rasyidin.
Tradisi musyawarah dan menyampaikan pendapat ini tidak berlaku dalam
pemerintahan Bani Umayyah.Dewan permusyawaratan dan dewan penasihat tidak berfungsi
secara

baik.Kebebasan

melakukan

kritik

terhadap

kebijakan

pemerintah

tidak

diperbolehkan.Hal itu terjadi karena penguasa Bani Umayyah benar-benar telah menganggap
dirinya sebagai raja yang tidak dipilih dan diangkat oleh rakyat dan rakyat tidak dibolehkan
melakukan kritik.
Ajaran dan usaha nabi Muhammad saw yang telah menghapuskan fanatisme
kesukuan tidak dapat dipertahankan pada masa Bani Umayyah. Mereka memperjuangkan
kepentingan kelompok tertentu dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
kelompok tersebut dan menutup kesempatan kelompok lain.
Pada masa pemerintahan Khulafaur arasyidin sangat serius dan peduli terhadap
tanggung jawab dan tugas mereka.Mereka sering keluar malam untuk melihat keadaan
masyarakat yang sebenarnya.Mereka menjalani hidup dan tugas-tugas sesuai dengan prinsip
ajaran Islam.Mereka tidak membangun gedung/istana megah.Tidak ada pengawalan khusus
bagi para khalifah.Sementara para penguasa Bani Umayyah hidup dalam kemewahan dan
dijaga ketat oleh pengawal, karena merka khawatir keamanan diri mereka.

Agama Islam

Page 64

Selain terjadi perubahan dalm sistem pemerintahan, pada masa pemerintahan Bani
Umayyah juga terdapat perubahan lain misalnya masalah Baitulmal. Pada masa
pemerintahan Khulafaur Rasyidin, Baitulmal berfungsi sebagai harta kekayaan rakyat, diman
setiap warga Negara memiliki hak yang sama terhadap harta tersebut. Akan tetapi sejak
pemerintahan Muawiyah bin Abi Sufyan, Baitulmal beralih kedudukannya menjadi harta
kekayaan keluarga raja seluruh penguasa Dinasti Bani Umayyah kecuali Umar bin Abdul
Aziz (717-729 M). Berikut nama-nama ke 14 khalifah Dinasti Bani Umayyah yang berkuasa:
1. Muawiyah bin Abi Sufyan (41-60 H/661-680 M)
2. Yazid bin Muawiyah (60-64 M/680-683 M)
3. Muawiyah bin Yazid (64-64 H/683-683 M)
4. Marwan bin Hakam (64-65 H/683-685 M)
5. Abdul Malik bin Marwan (65-86 H/685-705 M)
6. Walid bin Abdul Malik (86-96 H/705-715 M)
7. Sulaiman bin Abdul Malik (96-99 H/715-717 M)
8. Umar bin Abdul Aziz (99-101 H/717-720 M)
9. Yazid bin Abdul Malik (101-105 H/720-724)
10. Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H/724-743 M)
11. Walid bin Yazid (125-126 H/743-744 M)
12. Yazid bin Walid (126-127 H/744-745 M)
13. Ibrahim bin Walid (127-127 H/745-745 M)
14. Marwan bin Muhammad (127-132 H/745-750 M)
D. Prestasi Dinasti Bani Umayyah
1. Perkembangan bangunan berupa fisik
a. Kordova
Kota ini terletak di sebelah selatan lereng gunung Sierre de Cordova dan di
tepi sungai Guadalquivir.Sebelum Spanyol ditaklukkan oleh tentara Islam tahun 711
M, Kordova adalah ibukota kerajaan Kristen Visigoth, sebelum dipindahkan ke
Toledo. Penaklukan Spanyol oleh pasukan Islam terjadi pada masa khalifah AlWahid banal-Malik, di bawah pimpinan Tarikh bin Ziyad dan Musa bin Nusair. Di
bawah pemerintahan kerajaan Visigoth, Kordova yang sebelumnya makmur menjadi
Agama Islam

Page 65

mundur.Kemakmurannya bangkit kembali di masa kekuasaan Islam. Pada tahun 756


M, kota ini menjadi ibukota dan pusat pemerintahan Bani Umayyah di Spanyol,
setelah Bani Umayyah di Damaskus jatuh ke tangan Bani Abbas tahun 750 M.
Penguasa Bani Umayyah pertama di Spanyol adalah Abd Al-Rahman Al-Dakili.
Kekuasaan Bani Umnayyah di Andalus ini berlangsung dari tahun 756 M sampai
1031 M.
Sebagai ibukota pemerintahan,Kordova di masa Bani Umyyah mengalami
perkembangan yang pesat. Banyak bangunanan baru yang didirikan seperti istana,
dan masjid-masjid. Sebuah jembatan dengan gaya arsitektur Islam yang mempunyai
16 lengkungan dalam gaya Romawi, menghubungkan Kordova dengan daerah
pinggiran di seberang sungai. Di sebelah baa jembaan itu didirikan istana Al-Cazar.
Perkembangan kota ini mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Abd AlRahman Al-Nashir di pertengahan abad ke-10 M. Pada masa pemerintahan Islam,
Kordova juga terkenal sebagai pusat kerajinan barang-barang dari perak, sulamansulaman dari sutera dan kulit yang mempunyai bentuk khusus. Pada tahun 1236 M,
Kordova direbut oleh tentara Kristen dibawah pimpinan Ferdinand III dari
Kastila.Setelah itu, supremasi Islam di Spanyol mulai mengalami zaman
kemunduran.
Pada zaman pemerintahan Bani Umayyah di Spanyol, Kordova menjadi pusat
ilmu pengetahuan. Di kota itu berdiri Universitas Kordova. Banyak ilmuan dari dunia
Islam bagian timur yang tertarik untuk mengajar di universitas ini. Di samping itu, di
kota ini terdapat sebuah perpustakaan besar yang mempunyai koleksi buku kira-kira
400.000 judul. Daftar bagian dari buku-buku itu terkumpul dalam 44 jilid
buku.Kemajuan ilmu pengetahuan disana tidak terlepas dari dua orang khalifah
pencinta ilmu, Abd Al-Rahman Al-Nashir dan anaknya Al-Hakam.Yang disebut
terakhir ini memerintahkan untuk mencari dan membeli buku-buku ilmu
pengetahuan, baik klasik maupun kontemporer. Bahkan, ia ikut langsung dalam
pengumpulan buku itu. Ia menulis surat kepada penulis-penulis terkenal untuk
mendapatkan karyanya dengan imbalan yang tinggi. Pada masanyalah tercapai apa
yang dinamakan masa keemasan ilmu pengetahuan dan sastra Spanyol Islam.

Agama Islam

Page 66

Mengutip penyair Inggris, Syekh Amir Ali melukiskan Kordova : Istanaistana dan taman-taman Kordova adalah indah, tetapi tidak kurang kekaguman orang
terhadapnya mengenai soal-soal yang lebih tinggi. Maha guru dan guru-gurunya
menadikannya pusat kebudayaan di Eropa, siswa-siswa biasanya berdatangan dari
seluruh

pelosok

Eropa

untuk

belajar

kepada

dokter-dokternya

yang

masyhur.Astronomi, geografi, dan ilmu kimia, sejarah alam semuanya dipelajari


dengan bersemangat di Kordova.
Di bidang kesusasteraan, pada zaman Umayyah mendapat perhatian besar,
baik dari penguasa maupun masyarakat, sehingga menjadi popular, bahkan menjadi
buah bibir.Lain lagi perkembangan kesusastraan yang berkembang di Eropa ketika
itu, kurang mendapat perhatian.Masjid-masjid di Kordova banyak dikunjungi oleh
ribuan siswa/mahasiswa dari berbagai wilayah untuk belajar filsafat dan ilmu
agama.Mengutip pendapat Rfenan, Amir Ali menyebutkan zaman emasnya
kesusastraan dan ilmu di Spanyol terjadi ketika daerah ini di bawah pemerintahan
Hakam Al-Mustansir Billah yang meninggal tahun 976 M.
Pada masa jayanya, di Kordova terdapat 491 masjid dan 900 pemandian
umum. Karena air di kota ini tak dapat diminum, pnguasa mulim mendirikan saluran
air pegunungan yang panjangnya 80 km.

b. Granada
Kota Granada terletak di tepi sungai Genil di kaki guunung Sierra Nevada,
berdekatan dengan pantai laut mediterania (Laut Tengah). Granada semula adalah
tempat tinggal Iberia, kemudian menjadi kota orang Romawi dan baru terkenal
setelah ada di tangan orang Islam. Kota I I berada di bawah kekuasaan Islam hamper
bersamaan dengan kota-kota lain di Spantol yang ditaklukkan oleh tentara Bani
Umayyah di bawah pimpinan Tarikh bin Ziyad dan Musa bin Nushair tahun 711 M.
Pada masa pemerintahan Bani Umayyah di Spanyol, kota ini disebut Andalusia Atas.
Pada masa pemerintahan Bani Umayyah di Andalusia, Granada mengalami
perkembangan pesat. Setelah Bani Umayyah mengalami kemunduran tahun 1031 M,
dalam jangka waktu 60 tahun, Granada diperintah oleh dinasti setempat, yaitu dinasti

Agama Islam

Page 67

Zirids. Setelah itu Granada jatuh kebawah pemerintahan Al-Murabithun, sebuah


dinasti Barbar dari Afrika Utara pada tahun 1090 M. Al-Murrabithun berkuasa disana
sampai tahun 1149 M. Pada masa pemerintahannya, banyak istana dibangun disana.
Pada abad ke-12, Granada menjadi kota terbesar kelima di Spanyol. Kota ini
dikelilingi oleh tembok.Struktur penduduknya terdiri atas campuran dari berbagai
bangsa terutama Arab, Barbar, dan Spanyol yang menganut tiga agama besar Islam,
Kristen, dan Yahudi. Penganut agama tinggal di dalam sektornya masing-masing di
kota itu. Sejak abad ke-13, Granada diperintah oleh dinasti Nasrid selama lebih
kurang 250 tahun. Pada masa itulah di bangun buah istana indah dan megah yang
terkenal dengan nama istana Al-Hambra, yang bearti merah. Batu-batu dan ornamen
nama yang terdapat di dalamnya memang hamper seluruhnya berawrna merah. Istana
ini dibangun oleh arsitek-arsitek muslim pada tahun 1238 M dan terus dikembangkan
sampai tahun 1358 M. Istana ini terletak di sebelah timur Al-Kazaba, sebuah benteng
tentara Islam. Granada terkenal dengan tembok dan 20 menara yana mengitarinya.
Pada masa pemerintahan Muhammad V (1354-1391 M), Granada mencapai
puncak kejayaannya, baik dalam asitektur maupun dalam bidang politik.Akan tetapi,
menjelang akhir abad ke-15 pemerintah menjadi lemah terutama karena perpecahan
keluarga. Pada tahun 1492, kota ini jatuh ketangan penguasa Kristen, raja Ferdinand
dan Isabella. Selanjutnya, tahun 1610 M orang-orangg Islam diusir dari kota ini oleh
penguasa Kristen.

2. Perkembangan Politik
a. Kemajuan-kemajuan yang dicapai bidang politik
b. Kemajuan-kemajuan yang dicapai di bidang ilmu pengetahuan
1) Kemajuan Intelektual
2) Kemajuan di bidang Filsafat
a) Kemajuan dalam ilmu agama yang disebut Al-Ulum Islamiyah
Ilmu qiraat

Ilmu Nahwu dan Syaraf

Ilmu Tafsir

IlmuTarikh

Ilmu Hadits
b) Kemajuan dalam ilmu pengetahuan umum yang disebut Al-Ulumud Dakhliyah
Agama Islam

Page 68

Ilmu Kimia

Ilmu Kedokteran

Ilmu Bumi (geografi)

Ilmu Astonomi

c) Bidang Seni
Seni Sastra

Seni Lukis

Seni Ukir

Seni Pahat

Seni Suara

Seni Pidato

Seni Insya (seni mengarang surat)

E. Ilmuwan pada Masa Dinasti Abbasiyah dan Dinasti Umayyah


1. Tokoh Ilmuwan Pada Masa Dinasti Abbasiyah
a. Bidang Astronomi
Ilmu Perbintangan/Astronomi juga mendapat perhatian serius dari para ilmuan
muslim ketika itu. Karena itu mereka terus melakukan kajian untuk mengembangkan
ilmu tersebut. Sementara itu, Habasyi al-Hasib al-Marwazi telah melakukan observasi
sejak usia 15 tahun. Ia memimpin penyusunan 3 tabel Zij Al-Makmun (Tabel AlMakmun) pada masa pemerintahan khalifah Al-Makmun. Tabel pertama mengkritik
metode al-Khawarizmi, kedua menulis tentang al-Ziz Al-Mumtahan, ketiga al-Zij AsSyah. Al Marwazi juga menulis beberapa karya astromoni yang dikutip dalam Fihrist
(indeks) karya al-Nadim.
Tokoh tokoh ilmuwan dalam bidang Astronomi :
a. Al-Fazari, astronom Islam yang pertama kali menyusun astrolabe
b. Al-Fargani (Al-Faragnus), menulis ringkasan ilmu astronomi yang diterjemahkan
ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis.
c. Jabir Batany
d. Musa bin Syakir
e. Abu Jafar Muhammad

Agama Islam

Page 69

b. Bidang Kedokteran
Ilmu kedokteran merupakan salah satu ilmu yang mengalami perkembangan
yang sangat pesat pada masa Bani Abbasiyah. Pada masa itu telah didirikan apotik
yang pertama di dunia yaitu yaitu tempat menjual obat.
Tokoh tokoh Ilmuan dalam bidang Kedokteran:
a. Ibnu Sina (Avicenna), bukunya yang fenomenal yaitu al-Qanun fi al-Tiib. Ia juga
berhasil menemukan sistem peredaran darah pada manusia
b. Ibnu Masiwaihi
c. Ibnu Sahal
d. Ali bin Abbas
e. Al-Razi, tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles.
Dia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak.

c. Bidang Optika
a. Abu Ali al-Hasan ibn al-Haythani (al-Hazen), terkenal sebagai orang yang
menentang pendapat bahwa mata mengirim cahaya ke benda yang dilihatnya.
Menurut teorinya, bendalah yang mengirim cahaya ke mata.

d. Bidang Kimia
Ilmu kimia yang termasuk salah satu ilmu pengetahuan ynag dikembangkan
oleh kaum muslimin. Mereka melakukan pemeriksaan dari gejala-gejala dan
mengumpulkan kenyataan-kenyataan untuk membuat hipotesa dan untuk mencari
kesimpulan-kesimpulan yang benar-benar berdasarkan ilmu pengetahuan.
Tokoh tokoh Ilmuan dalam bidang Kimia:
a. Jabir ibn Hayyan, ia berpendapat bahwa logam seperti timah, besi, dan tembaga
dapat diubah menjadi emas atau perak
b. Ibn Baitar

Agama Islam

Page 70

e. Bidang Matematika
Diantara ilmu lain yang dikembangkan pada masa pemerintahan Bani Abbas
yaitu adalah ilmu hisab/Matemaika. Ilmu ini berkembang karena kebutuhan dasar
pemerintah untuk menenukan waktu yang tepat dalam setiap pembangunan.
Tokoh tokoh Ilmuan dalam bidang Matematika:
a. Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi, yang juga mahir dalam bidang
astronomi. Dialah yang menciptakan ilmu al-Jabar.
b. Tsabit ibn Qurrah al-Hirany
c. Musa bin Syakir

f. Bidang Sejarah
Pada masa ini, kajian sejarah masih terfokus pada tokoh atau / peristiwa
tertentu misalnya, sejarah hidup nabi Muhammad SAW. Dalam perkembangan pada
ilmuan/sejarawan tidak menjadikan hadist berupa perkataan. Perbuatan Nabi
Muhammad SAW, dan menentukan suatu hukum, juga masalah logis / rangkaian
peristiwa.
Tokoh tokoh Ilmuan dalam bidang Sejarah:
a. Al-Masudi, diantara karyanya adalah Muruj al-Zahab wa Maadin al-Jawahir
b. Ibn Saad

g. Bidang Filsafat
Proses penerjemahan yang dilakukan umat islam pada masa pemerintahan
dinasti bani Abbasiyah mengalami kemajuan cukup besar. Penerjemah tidak hanya
melakukan ilmu pengetahuan dan peradaban bangsa-bangsa Yunani, Romawi, Persia,
India, Syiria, saja, juga mencoba mentransfernya kedalam bentuk pemikiran. Proses
ini biasanya disebut dengan istilah Hellenisasi.
Tokoh-Tokoh Penting Didalam Perkembangan ilmu Filsafat islam adalah:
1. Al Kandi (185-260 H/801873M)
Ia adalah filosuf muslim pertama yang berasal dari suku Kinbad. Ia mengatakan
antara filsafat dan dengan agama tidak ada pertentangan dan tidak perlu
dipertentangkan,
Agama Islam

karena

keduanya

sama-sama

mencari

kebenaran.
Page 71

Dalam catatan M. M Syarif, alKindi memiliki karya sejumlah 270 buah, berupa
tulisan yang mencakup pemikiran ilmu pengetahuan lain, seperti filsafat,
kedokteran, logika, ilmu hitung, music, astronomi, psikologi, politik dan lain-lain.
2. Abu Nasr al-Faraby
Ia merupakan salah seorang filosuf yang memiliki wawasan pengetahuan cukup
luas.
3. Ibnu sina
Ibnu sina adalah salah seorang ilmuan dan filosuf muslim yang gemar mencari
ilmu pengetahuan. Diantara kedokteran, yang kemudian dituangkan dalam bentuk
karya yang sangat monumental yaitu al Qanunfi al Thibb (ensiklopedia
kedokteran) karya ini menjadi bahan rujukan para ilmuan dan dokter dunia hingga
abad ke 18 M. diantara pemikiran filsafat yang dikembangkannya adalah filsafat
jiwa, filsafat wahyu dan nabi, serta filsafat wujud.
4. Ibnu Bajjab (533 H/1138 H)
Selain menguasai filsafat, Ibnu Bajjah juga menguasai tata bahasa dan sastra arab.
5. Ibnu Tbufail (581 H/1186 H)
Ia adalah seorang ilmuan filosuf kenaman pada masa itu, selain menguasai bidang
filsafat ia ia juga menguasai ilmu pengetahuan, seperti kedokteran, matematika
dan sastra arab.
6. AlGhazali (10591111 M)
Al Ghazali dalam karya ini sebenarnya ia ingin mencari kebenaran yang hakiki
ia tidak mau percaya beitu saja dengan pemikiran orang lain dalam bidang kalam
dan juga dalam bidang Filosifis tidak menemukan, dan yang dikatakannya telah
Rancu.Ketika Al Ghazali tidak menemukan argumen yang kuat dalam kedua
bidang tersebut, akhirnya melakukan pencarian diri mengenai hakikat yang
sebenarnya, semua itu ditemukan dalam bidang tasawuf.
7. Ibnu Rusyd (520-595 H / 1126 1196 M)
Nama lengkapnya adalah Abu al Khalid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad
bin Rusd, ia lahir di Cordova pada tahun 520 H / 1126 H, ia lahir dan dibesarkan
dalam lingkungan keluarga tedidik, sehingga ia menjadi orang yang terdidik pula.
Diantra karyanya yang hingga kini masih dapat ditemukan adalah Bidayah al
Agama Islam

Page 72

Mujtahid, yang bahasa ilmu hukum, dan kitab al Kulliya, yang membahas ilmu
kedokteran. Selain itu ia juga banyak melakukan komentar terhadap hasil karya
pemikiran Aristoteles, sehingga ia dikenal sebagai seorang komentator Aristoteles
kenamaan, karena kritik dankomentarnya sangat tajam.Kalau dibarat (Spanyol)
Ibnu Rusyd dikenal sebagai komentator terhadap pemikiran Aristoteles, didunia
timur ia dikenal sebagai filosuf yang membela pemikiran para Filosuf dari
serangan Al Ghazali. Karyanya dalam bidang ini tertuang dalam Fashl al
Maqail fi ma Baina al Hikmah wa al Syariyyah min al Ittishal. Dari karya
mereka inilah kemudian bangsa-bangsa barat mencapai masa kejayaan, karena
mereka mulai terbuka pemikiran dan wawasanya semakin bertambah dengan
menerjemahkan karya umat islam kedalam bahasa Yunani (Eropa). Dari situlah
dikenal masa Aufklarung, Renesaince, yang melahirkan suatu zaman industri
yang disebut revolusi industri.
h. Bidang Tafsir
Metode ke-2 disebut tafsir Dirayah Tafsir bir al-Rayi atau bi al-Aqli yaitu
menafsirkan al-Quran dengan menggunakan akal lebih banyak daripada hadis.
Pada masa Bani Abbasiyyah ini ditandai degan munculnya kelompok Mutazilah
yang tidak terikat oleh Al-Hadis maupun perkataan sahabat atau aqwal alSahahah.
Tokoh tokoh Ilmuan dalam bidang Sejarah:
a. Ibn Jarir ath Tabary
b. Ibn Athiyah al-Andalusy
c. Abu Bakar Asam
d. Ibn Jaru al-Asady

i. Bidang Hadist
Pada abad ke-2 dalam pembukuan hadits yaitu pembukuan yang berdiri
sendiri terlepas dari sistematika fiqih dan tidak dimasukkan ke dalam aqwal AlShahahah dan fatawa Al-Tabiin.

Agama Islam

Page 73

Tokoh yang terkenal di bidang ini adalah Abu Abdullah Muhammad bin
Ismail bin Ibrahim Al-Mughiroh bin Mardizah al-Bukhori. Ia lahir di kota Bukhara
pada tahun 194 H.
Sanad adalah orang yang mendengar atau menerima hadis dari Rasulullah
SAW, lalu menceritakannya kembali kepada orang lain. Matan adalah isi atau kalimat
dari sabda atau hadis Rasulullah SAW. Rawi adalah orang yang meriwayatkan hadishadis Rasulullah SAW.
Diantara guru hadis yang sempat didatangi adalah Ishak bin Rahwi dan Ali
Al-Madaini. Imam Al-Bukhori menghasilkan sebuah karya dlaam bidang ilmu hadis
yang sangat manual yaitu kitab Al-Shahih Al-Bukhori.
Tokoh tokoh Ilmuan dalam bidang Hadist:
a. Imam Bukhori
b. Imam Muslim
c. Ibn Majah
d. Baihaqi
e. At-Tirmizi

j. Bidang Kalam
Akulturasi budaya yang disebabkan oleh mengglobalnya islam sebagai agama
peradaban menimbulkan tantangantantangan baru bagi para ulama.
Menurut A. Hasymy, lahirnya ilmu kalam karena 2 faktor:
1. Untuk membela islam dengan bersenjatakan filsafat seperti halnya musuh memati
senjata itu karena semua masalah termasuk masalah agama, telah berkisar dari
pola rasa kepada pola akal dan ilmu.
Tokoh tokoh Ilmuan dalam bidang Kalam:
a. Al-Asyari
b. Imam Ghozali
c. Washil bin Atha

Agama Islam

Page 74

k. Bidang Tasawuf
Berusaha mendekatkan diri pada Tuhan melalui jalan atau tahapan-tahapan
yang disebut maqam.
Tahapan atau maqam yang mesti dilalui oleh para sufi adalah:
a. Zuhud adalah kehidupanyang telah terbebas dri mentari duniawi.
Tokoh yang masuk kategori ini adalah Sufyan As-Sauri (97-161 H/716-778 M),
Abu Hasyim (w. 190 H).
b. Muhabbah adalah rasa cinta yang sangat mendalam kepada Allah SWT.
Tokoh terkenal adalah Rabiah A-Adawiyah (185 H/801 M)
c. Marifat adalah pengalaman ketuhanan. Pada ucapan Zun Nun Al-Misri dan
Junaid Al-Baghdadi. Zun Nun Al Misri lahir di Akhmim pada tahun 155-245 H /
772-860 M.
d. Fana dan baqa adalah suatu keadaan dimana seorang sufi belum dapat
menyatukan dirinya dengan Tuhan sebelum menghancurkan dirinya.
Tokoh pertama kali adalah Abu Yazid al-Bustami (874 M)
e. Ittihad dan hulul adalah fase dimana seorang sufi telah merasakan dirinya bersatu
dengan Tuhan.
Tokohnya adalah Abu Yazid al-Bustami
Tokoh tokoh Ilmuan dalam bidang Tasawuf :
a. Shabuddin Sahrawardi
b. Al-Qusyairi
c. c.Al-Ghozali

l. Bidang Fiqih
Para Fuqaha yaitu ahli fiqih yang mampu menyusun kitab-kitab fiqih.
Penyusun kitab al-Musnad al-Imam al-itdham atau fiqih Al-Akbar (Imam Malik) 97179 H, Penyusun kitab Al-Muwatha (Imam Syafii) 150-204 H, penyusun kitab alIlm dan al-Fiqh al-Akbar fi al-Tauhid (Ibnu Hanbal) 780-855 M. menyusun kitab AlMusnad.
Fuqaha dibagi menjadi dua golongan yaitu:

Agama Islam

Page 75

1. Ahl al-hadis yaitu golongan yang menyadarkan kepada hadis dalam


mengambil hukum (istinbath al-hukm)
2. Ahl-al-Rayi adalah golongan yang menggunakan akal di dalam
mengambil hokum (istinbath al-hukm).
Tokoh dalam bidang ini adalah:
1. Imam Abu Hanifah (80150 H/699767 M)
Nama lengkapnya adalah Numan bin Tsabit bin Zautby. Lahir di Kufah
pada tahun 80 H/699 M dikenal sebagai saudagar penjual pakaian di
Kufah, hidup diantara dua masa yaitu penghubung dinasti Bani Umayyah
dan di awal Bani Abbasiyah.
2. Imam Malik (93 179 H / 716 0 795)
Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Malik bin Anas bin Amir bin
Amr bin Haris bin Gaiman bin Kutail bin Amr bin Haris al-Asbahi. Lahir
di Madinah pada masa khalifah al-Walid bin Abdul Malik tahun 93 H/716
M, Wafat pada masa Harun Al-Rasyid tahun 179 H/795 M. Terkenal
dengan sebutan Imam Dar-al-Hijrah.
3. Imam Syafii
Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Idris al-Hasyimi
al-Muthalibi bin Abbas bin Usman bin As-syafii. Lahir di Gaza palestina
pada tahun 150/767 M dan wafat di Mesir pada tahun 204 /820 M.
4. Imam Hanbali (164-241 H / 780-855 M)
Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah atau Ahmad bin Muhammad bin
Hanbal. Lahir di Bagdad pada tahun 164 H/780 M. Ia dikenal sebagai
penulis kitab hadis yaitu Musnad Ahmad bin Hanbal yang memuat 40.000
hadis.
F. Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Abbasiyah
Pada masa Dinasti Abbasiyah, peradaban Islam mencapai masa keemasannya.
Akademi-akademi yang mirip Universitas modern didirikan di Baghdad, Mosul, Basrah,
Nishapur, dan Khurasan. Pusat-pusat pendidikan lainnya berkembang dari semenanjung
Iberia sampai India barat laut.

Agama Islam

Page 76

Pendidikan pada masa Dinasti Abbasiyah kebanyakan masih menfokuskan diri


terhadap kajian keagamaan, seperti hokum Islam dan tafsir. Sebagian besar buku-buku
Yunani diterjemahkan ke bahasa Arab melalui bahasa Syiria atau Aramaik. Penerjemahan
berlangsung dengan sangat lancer karena kosa kata bahasa Arab yang sangat fleksibel
mempermudah para penerjemah untuk mencatat padanan kata yang sesuai dengan maksud
sang penulis.
Periode terbesar kemajuan ilmu pengetahuan islam terjadi pada abad ke-10 dan ke-11
M. meskipun demikian dasar-dasar ilmu pengetahuan sesungguhnya telah diletakkan oleh
generasi-generasi sebelumnya, yaitu pada periode awal dinasti Abbasiyah saat penguasapenguasa Bani Abbas masih memiliki kekuasaan yang melimpah.
Salah satu factor yang mendorong cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan di
dunia islam adalah ditemukannya teknologi pembuatan kertas. Penemuan ini memberikan
dampat yang sangat besar pada penyebaran ilmu pengetahuan. Teknologi ini kemudian
segera diikuti oleh munculnya percetakan.
Perkembangan pengetahuan kimia menyebabkan ditemukannya bahan celup tekstil,
tinta pada keramik, dan campuran logam dekoratif yang digunakan dalam pembuatan barangbarang logam. Sementara itu, dalam bidang matematika, orang islam berhasil menenukan
angka nol.
Aljabar atau yang dalam bahasa Arab disebut al-jabr (perbaikan terhadap ilmu ukur
geometri), trigonometri analitis, dan trigonometri bola adalah penemuan baru oleh ilmuanilmuan islam.
Karya terlengkap yang membahas tentang aljabar adalah kita al- jabr wa almuqabalah yang ditulis oleh al-Khawarizmi. Karya ini ditulis pada seperempat pertama abad
ke-9 M dan dianggap sebagai karya paling terkemuka dalam sejarah perkembangan ilmu
matematika.
Pada paruh abad kedua ke-9 M, Ilmuwan arab Qusta bin Luqa al-Balabakki
menerjemahkan tujuh buku aritmatika karya Diophantus untuk kali pertama ke dalam bahasa
arab.

Agama Islam

Page 77

Selain itu, ketertarikan yang mendalam terhadap cahaya dan ilmu optic membawa
para ilmuwan islam untuk menghitung ketebalan atmosfer bumi dengan ketepatan yang
sangat menakjubkan. Pada ilmuwan islam telah menginterpretasikan bahwa system tata surya
berpusat pada matahari, bukan pada bumi,. Pendapat ini bahkan telah dinyatakan oleh
beberapa ilmuwan islam jauh sebelum itu.
Perkembangan teknoologi pada masa Abbasiyah memberikan kontribusi signifikan
pada kesejahteraan masyarakat islam pada abad pertengahan. Mesin dan teknologi yang
ditemukan berhasil meningkatkan produksi barang jadi sperti tekstil dn lain sebagainya.
Pada abad ke-9 dan Ibnu ar-Razzaz al-jazari sekitar tahun 1200 M. Karya-karya ini
menjelaskan beberapa bentuk mekanik dan masih otomatis serta memuat diagram-diagram
yang mengilustrasikan bagaimana bagian-bagian tersebut beroperasi. Sebagian mesin-mesin
yang dibuat memiliki fungsi yang jelas dan didesain untuk kebutuhan social dan umum,
seperti mesin penimba air.
Karya al-Jazari tentang automata merupakan buku pegangan mesin mekanis pertama
yang menyediakan informasi lengkap tentang konstruksi mesin. Dalam buku ini juga dibuat
ilustrasi secara artistic bagaimana mesin-mesin tersebut bekerja.
Dalam bidang kedokteran, aktivitas penelitian meningkat secara dramatis di masa
kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Para khalifah memperkerjakan dokter-dokter Nestorian dari
Gandishapur. Salah satunya adalah keluarga Baktishu, yang merupakan dokter terkenal
hingga abad ke-11 M. selain itu, penerjemahan teks medis pun telah muncul sejak abad ke-9
M.
G. Para Ilmuwan Muslim dan Peran Mereka dalam Masa Bani Umayyah
Berikut ini nama-nama ilmuwan beserta bidang keahlian yang berkembang di
Andalusia masa dinasti Bani Umayyah :
No

Nama

Bidang Keahlian

Abu Ubaidah Muslim - Astrolog

Dikenal

Ibn Ubaidah al Balansi - Ahli Hitung

al Qiblat karena banyak

- Ahli gerakan
bintang-bintang
Agama Islam

Keterangan
sebagai Shahih

sekali mengerjakan
penetuan arah shalat.
Page 78

2.

Abu al Qasim Abbas - Astronomi

Ilmi kimia, baik kimia

ibn Farnas

murni maupun terapan

- Kimia

adalah dasar bagi ilmu


farmasi

yang

erat

kaitannya dengan ilmu


kedokteran. Farmasi dan
ilmu

kedokteran

telah

mendorong para

ahli

untuk

dan

menggali

mengembangkan

ilmu

kimia dan ilmu tumbuhtumbuhan

untuk

pengobatan.
3

Ahmad ibn Iyas al Kedokteran

Hidup

pada

masa

Qurthubi

Khalifah Muhammad I
ibn abd al rahman II
Ausath

4.

Al Harrani

5.

Yahya ibn Ishaq

Hidup

pada

masa

khalifah

Badullah

ibn

Mundzir
6.

Abu Daud Sulaiman

Hidup pada masa awal

ibn Hassan

khalifah al Muayyad

Abu

al

Zahrawi

Qasim

al - Dokter Bedah
- Perintis
penyakit telinga
- Pelopor
penyakit kulit

Di Barat dikenal dengan


ilmu Abulcasis.

Karyanya

berjudul al Tashrif li man


ilmu Ajaza

an

al

Talif,

dimana pada abad XII


telah diterjemahkan oleh
Gerard of Cremona dan
dicetak ulang di Genoa

Agama Islam

Page 79

(1497M), Basle (1541 M)


dan di Oxford (1778 M)
buku tersebut menjadi
rujukan di universitasuniversitas di Eropa.
8

Abu Marwan Abd al - Ahli sejarah


Malik ibn Habib

- wafat 238/852

- Penyair dan ahli - salah

Yahya ibn Hakam

satu

bukunya

nahwu sharaf

berjudul al Tarikh

- Sejarah

- Penyair
10

Muhammad ibn Musa - Sejarah

- wafat 273/886

al razi

- Menetap di Andalusia
pada tahun 250/863

11

Abu

Bakar - Sejarah

Muhammad ibn Umar

- Dikenal

dengan

Ibn

Quthiyah
- Wafat 367/977
- Bukunya

berjudul

Tarikh Iftitah al Andalus


12

Uraib ibn Saad

- Sejarah

- Wafat 369/979
- Meringkas Tarikh althabari,

menambahkan

kepadanya

tentang

al

Maghrib dan Andalusia,


disamping

memberi

catatan indek terhadap


buku tersebut.
13

Hayyan Ibn Khallaf - Sejarah & sastra

- Wafat 469/1076

ibn Hayyan

- Karyanya : al Muqtabis
fi Tarikh Rija al Andalus
dan al Matin.

Agama Islam

Page 80

14

Abu

al

Walid - Sejarah

Abdullah
Muhammad

ibn - Penulis biografi


ibn

al

faradli.

- Lahir di Cordova tahun


351/962

dan

wafat

403/1013.
- Salah

satu

karyanya

berjudul Tarikh Ulamai


al Andalus

Perkembangan Bahasa dan Sastra Arab tidak terlepas daripada peran para ulama dan
sastrawan, diantaranya adalah:
1. Ali al Qali, ia adalah seorang tokoh besar pada zamannya. Ia dibesarkan dan menimba
ilmu Hadits, bahasa, sastra, Nahwu dan sharaf dari ulama-ulama terkenal di Baghdad.
Pada tahun tahun 330/941 al Nashir mengundang beliau untuk menetap di Cordova dan
sejak saat itu Ali mengembangkan ilmu Islam sampai wafatnya (358/696). Dari sekian
banyak karya tulisnya yang bernilai tinggi, diantaranya adalah al Amal dan al Nawdir.
2. Ibn al Quthiyah Abu Bakar Muhammad Ibn Umar, ia adalah seorang ahli bahasa Arab,
Nahwu, penyair dan sastrawan. Ia menulis buku dengan judul al Afl dan Faalta wa
Afalt. Ia meninggal pada tahun 367/977.
3. Al Zabidi. Ia adalah guru dari Ibn Quthiyah. Al Zabidy sudah mengembangkan bahasa
dan sastra di Andalusia sebelum adanya Ali al Qali. Bukunya yang terkenal adalah
Mukhtashar al Ain dan Akhbar al Nahwiyyn.
4. Said Ibn Jabir, ia juga merupakan salah satu guru dari Ibn Quthiyah.
5. Muhammad ibn Abdillah ibn Misarrah al Bathini (269-319) dari Cordova dikenal sebagai
orang pertama yang menekuni filsafat di Andalusia.

Berikut ini Bibliografi beberapa sastrawan Andalusia :


1. Abu Amr Ahmad ibn Muhammad ibn Abd Rabbih. Lahir di Cordova 246/860. ia
menekuni ilmu kedokteran dan musik, tetapi kecenderungannya lebih banyak kepada
sastra dan sejarah. ia berhasil menggubah syari-syair pujian (madah) bagi empat khilafah
Umawiyah, sehingga ia mendapat kedudukan terhormat di istana. Pada masa al Nashir ia
menggubah 440 bait syair dengan menggunakan bahan acuan sejarah. Pada masa tuanya,
Agama Islam

Page 81

Abu Amr menyesali kehidupan masa mudanya, kemudian ia berzuhud. Oleh karenanya ia
menggubah syair-syair zuhdiyyat yang ia himpun dalam al Mumhisht. Sebagian besar
karya syairnya sudah hilang, sedangkan yang berupa prosa ia tuangkan dalam karyanya
yang diberi nama al Aqd al Frid. Ia pada tahun 328/940 dalam keadaan lumpuh.
2. Abu Amir Abdullah ibn Syuhaid. Lahir di Cordova pada tahun 382/992. Ia dikenal dekat
dengan penguasa. Dengan keterlibatannya dengan kemelut politik, ia sering membuat
syair-syair dalma rangka membesarkan atau menggulingkan seorang penguasa. Pada
masa kekuasaan Hamudiyah penyair ini dipenjarakan dan menerima penghinaan serta
penganiayaan yang berat. Ia dibebaskan dalam keadaan lumpuh sampai wafat pada tahun
427/1035. Karyanya dalam bentuk prosa adalah Rislah al Tawbi wa al Zawbigh,
Kasyf al Dakk wa Atsar al Syakk dan Hanut Athar.
3. Ibn Hazm. Lahir pada tahun 384/994) merupakan penyair sufi yang banyak menggubah
puisi-puisi cinta.

Agama Islam

Page 82

BAB V
TAHAPAN PENCIPTAAN MANUSIA
A. Pengertian Manusia
1. Pengertian Manusia Menurut Pandangan Islam
Manusia dalam pandangan kebendaan (materialis) hanyalah merupakan sekepal
tanah di bumi. Manusia dalam pandangan kaum materialism, tidak lebih dari kumpulan
daging, darah, urat, tulang, urat-urat darah dan alat pencernaan. Akal dan pikiran
dianggapnya barang benda, yang dihasilkan oleh otak. Pandangan ini menimbulkan kesan
seolah-olah manusia ini makhluk yang rendah dan hina, sama dengan hewan yang
hidupnya hanya untuk memenuhi keperluan dan kepuasan semata.
Dalam pandangan Islam, manusia itu makhluk yang mulia dan terhormat di sisiNya, yang diciptakan Allah dalam bentuk yang amat baik. Manusia diberi akal dan hati,
sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa Al-Quran menurut sunah
rasul. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam
keadaan sebaik-baiknya (at-Tiin : 95:4). Namun demikian, manusia akan tetap
bermartabat mulia kalau mereka sebagai khalifah (makhluk alternatif) tetap hidup dengan
ajaran Allah (QS. Al-Anam : 165). Karena ilmunya itulah manusia dilebihkan (bisa
dibedakan) dengan makhluk lainnya, dan Allah menciptakan manusia untuk berkhidmat
kepada-Nya, sebagaimana firman Allah dalam surat Adz-Dzariyat (51) : 56.
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku. (Adz-Dzariyat (51) : 56).

2. Pengertian Hakikat Manusia


Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia diantara makhluk
ciptaan-Nya. Oleh sebab itu manusia diharuskan mengenal siapa yang menciptakan
dirinya sebelum mengenal lainnya.
Hakekat manusia adalah sebagai berikut :
a. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

Agama Islam

Page 83

b. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah
selesai (tuntas) selama hidupnya.
c. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk
mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik
untuk ditempati.
d. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik
dan jahat.
e. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan terutama lingkungan sosial,
bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa
hidup di dalam lingkungan sosial.

B. Asal Usul Manusia


1. Manusia dalam Pandangan Antropologi
Pada awalnya di dunia ini hanya ada satu sel yang kemudian berkembang dan
mengalami percabangan-percabangan. Percabangan ini mengakibatkan adanya variasi
mahluk hidup di dunia ini. Menurut Charles Darwin dalam teori Evolusinya, manusia
merupakan hasil evolusi dari kera yang mengalami perubahan secara bertahap dalam
waktu yang sangat lama. Dalam perjalanan waktu yang sangat lama tersebut terjadi
seleksi alam. Semua mahluk hidup yang ada saat ini merupakan organisme-organisme
yang berhasil lolos dari seleksi alam dan berhasil mempertahankan dirinya. Dalam
teorinya ia mengatakan : Suatu benda (bahan) mengalami perubahan dari yang tidak
sempurna menuju kepada kesempurnaan. Kemudian ia memperluas teorinya ini hingga
sampai kepada asal-usul manusia.
Dapat disimpulkan bahwa manusia dalam pandangan Antropologi terbentuk dari
satu sel sederhana yang mengalami perubahan secara bertahap dengan waktu yang sangat
lama (evolusi). Berdasarkan teori ini, manusia dan semua mahluk hidup di dunia ini
berasal dari satu moyang yang sama. Nenek moyang manusia adalah kera. Teori Evolusi
yang dikenalkan oleh Charles Darwin ini akhirnya meluas dan terus dipakai dalam
antropologi.

Agama Islam

Page 84

Teori ini mempunyai kelemahan karena ada beberapa jenis tumbuhan dan hewan
yang tidak mengalami evolusi dan tetap dalam keadaan seperti semula.
Misalnya sejenis biawak/komodo yang telah ada sejak berjuta-juta tahun yang
lalu dan hingga kini tetap ada. Jadi dapat kita katakan bahwa teori yang dianggap ilmiah
itu ternyata tidak mutlak karena antara teori dengan kenyataan tidak dapat dibuktikan.
2. Manusia dalam Pandangan Agama Islam
Dalam Agama Islam, segala sesuatunya telah diatur dengan baik dan digambarkan
dalam kitab suci Al-Quran. Tidak luput olehNya, bagaimana proses pembentukkan
manusia yang juga digambarkan sejelas-jelasnya. Dalam Al-Quran jika dipadukan
dengan hasil penelitian ilmiah menemukan titik temu mengenai asal usul manusia ini.
Terwujudnya alam semesta ini berikut segala isinya diciptakan oleh Allah dalam
waktu enam masa. Keenam masa itu adalah Azoikum, Ercheozoikum, Protovozoikum,
Palaeozoikum, Mesozoikum, dan Cenozoikum. Dari penelitian para ahli, setiap periode
menunjukkan perubahan dan perkembangan yang bertahap menurut susunan organisme
yang sesuai dengan ukuran dan kadarnya masing-masing (tidak berevolusi).
Manusia dikaruniakan oleh Allah akal untuk berfikir. Dengan akal, manusia
mampu membedakan antara yang haq (benar) dengan yang bathil (salah). Dengan akal
pula, manusia mampu merenungkan dan mengamalkan sesuatu yang benar tersebut.
Dengan karunia akal, manusia diharapkan dapat memilah dan memilih nilai-nilai
kebenaran, kebaikan dan keindahan.
Disamping memiliki akal, manusia selalu terlahir dengan 3 naluri yang pasti ada
dalam dirinya, yaitu :
1. Naluri untuk mensucikan sesuatu : naluri untuk beragama dan menyebah sesuatu yang
lebih dari pada dirinya.
2. Naluri untuk mempertahankan eksistensi diri : manunia punya kecenderungan marah,
sedih, senang dll.Naluri untuk melestarikan dirinya : naluri kasih sayang.

Agama Islam

Page 85

C. Proses Penciptaan Manusia


1. Penciptaan Manusia Menurut Bibel
Menurut penjelasan di dalam Bibel, Bibel tidak memuat pernyataan-pernyataan
mengenai berbagai fenomena alam yang pada setiap masa sejarah manusia dapat menjadi
subyek pengamatan dan dapat meningkatkan banyaknya penjelasan atas kemahakuasaan
Tuhan, disertai dengan rincian-rincian spesifik tertentu. Sebagaimana akan kita lihat
nanti, teks-teks semacam itu hanya ada di dalam Al-Quran.
Penjelasan-penjelasan Bibel mengenai asal-usul penciptaan manusia, dijelaskan di
dalam Kitab Genesis dalam ayat-ayat yang membahas penciptaan secara keseluruhan.
Salah satu ayat yang ada di dalam Kitab Genesis berbunyi : Lalu Tuhan berkata,
Biarlah kita membuat manusia dalam citra kita, sesuai dengan kita; dan jadilah mereka
menguasai ikan di laut, burung di udara, ternak, dan segala suatu di atas bumi serta setiap
makhluk yang melata di atas bumi.

2. Penciptaan Manusia Menurut Al-Quran


Al-Quran menyatakan proses penciptaan manusia mempunyai dua tahapan yang
berbeda, yaitu: Pertama, disebut dengan tahapan primordial. Manusia pertama, Adam a.s.
diciptakan dari al-tin (tanah), al-turob (tanah debu), min shal (tanah liat), min hamain
masnun (tanah lumpur hitam yang busuk) yang dibentuk Allah dengan seindah-indahnya,
kemudian Allah meniupkan ruh dari-Nya ke dalamA diri (manusia) tersebut (Q.S, Al
Anaam (6):2, Al Hijr (15):26,28,29, Al Muminuun (23):12, Al Ruum (30):20, Ar
Rahman (55):4). Kedua, disebut dengan tahapan biologi. Penciptaan manusia selanjutnya
adalah melalui proses biologi yang dapat dipahami secara sains-empirik. Di dalam proses
ini, manusia diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan air mani (nuthfah) yang
tersimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian nuthfah itu dijadikan darah beku
(alaqah) yang menggantung dalam rahim. Darah beku tersebut kemudian dijadikan-Nya
segumpal daging (mudghah) dan kemudian dibalut dengan tulang belulang lalu
kepadanya ditiupkan ruh (Q.S, Al Muminuun (23):12-14). Hadits yang diriwayatkan
Bukhari dan Muslim menyatakan bahwa ruh dihembuskan Allah swt. ke dalam janin
setelah ia mengalami perkembangan 40 hari nuthfah, 40 hari alaqah dan 40 hari
mudghah.
Agama Islam

Page 86

Penciptaan manusia dan aspek-aspeknya itu ditegaskan dalam banyak ayat.


Beberapa di antaranya sebagai berikut:
1. Manusia tidak diciptakan dari mani yang lengkap, tetapi dari sebagian kecilnya
(spermazoa).
2. Sel kelamin laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bayi.
3. Janin manusia melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah.
4. Manusia berkembang di tiga kawasan yang gelap di dalam rahim.

a. Setetes Mani
Sebelum proses pembuahan terjadi, 250 juta sperma terpancar dari si laki-laki
pada satu waktu dan menuju sel telur yang jumlahnya hanya satu setiap siklusnya.
Sperma-sperma melakukan perjalanan yang sulit di tubuh si ibu sampai menuju sel
telur karena saluran reproduksi wanita yang berbelok2, kadar keasaman yang tidak
sesuai dengan sperma, gerakan menyapu dari dalam saluran reproduksi wanita, dan
juga gaya gravitasi yang berlawanan. Sel telur hanya akan membolehkan masuk satu
sperma saja.
Artinya, bahan manusia bukan mani seluruhnya, melainkan hanya sebagian
kecil darinya. Ini dijelaskan dalam Al-Quran:
Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya
setitik mani yang dipancarkan? (QS Al Qiyamah:36-37).

b. Segumpal Darah yang Melekat di Rahim


Setelah lewat 40 hari, dari air mani tersebut, Allah menjadikannya segumpal
darah yang disebut alaqah.
"Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah". (al Alaq/96:2).
Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan sel telur wanita, terbentuk
sebuah sel tunggal yang dikenal sebagai zigot , zigot ini akan segera berkembang
biak dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi segumpal daging. Tentu saja
hal ini hanya dapat dilihat oleh manusia dengan bantuan mikroskop.

Agama Islam

Page 87

Tapi, zigot tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya begitu saja. Ia


melekat pada dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di bumi dengan
carangnya.
Melalui hubungan semacam ini, zigot mampu mendapatkan zat-zat penting
dari tubuh sang ibu bagi pertumbuhannya. Pada bagian ini, satu keajaiban penting
dari Al Quran terungkap. Saat merujuk pada zigot yang sedang tumbuh dalam rahim
ibu, Allah menggunakan kata alaq dalam Al Quran. Arti kata alaq dalam bahasa
Arab adalah sesuatu yang menempel pada suatu tempat. Kata ini secara harfiah
digunakan untuk menggambarkan lintah yang menempel pada tubuh untuk
menghisap darah.

c. Pembungkusan Tulang oleh Otot


Disebutkan dalam ayat-ayat Al Quran bahwa dalam rahim ibu, mulanya
tulang-tulang terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah otot yang membungkus tulangtulang ini.
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah
itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulangbelulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang
Paling Baik (QS Al Muminun:14)
Para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan otot dalam embrio
terbentuk secara bersamaan. Karenanya, sejak lama banyak orang yang menyatakan
bahwa ayat ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Namun, penelitian canggih
dengan mikroskop yang dilakukan dengan menggunakan perkembangan teknologi
baru telah mengungkap bahwa pernyataan Al-Quran adalah benar kata demi katanya.
Penelitian di tingkat mikroskopis ini menunjukkan bahwa perkembangan
dalam rahim ibu terjadi dengan cara persis seperti yang digambarkan dalam ayat
tersebut. Pertama, jaringan tulang rawan embrio mulai mengeras. Kemudian sel-sel
otot yang terpilih dari jaringan di sekitar tulang-tulang bergabung dan membungkus
tulang-tulang ini.

Agama Islam

Page 88

d. Saripati Tanah dalam Campuran Air Mani


Cairan yang disebut mani tidak mengandung sperma saja. Ketika mani
disinggung di Al-Quran, fakta yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern, juga
menunjukkan bahwa mani itu ditetapkan sebagai cairan campuran: Dialah Yang
menciptakan segalanya dengan sebaik-baiknya, Dia mulai menciptakan manusia dari
tanah liat. Kemudian Ia menjadikan keturunannya dari sari air yang hina. (AlQuran, 32:7-8).
D. Manusia dari Perspektif Al-Quran dan Al Hadist serta Iptek
Menurut Raghib Al Asfahani seorang pakar bahasa Al-Quran, sebagaimana dikutip
Quraish Shihab memandang kata taqwim pada ayat ini sebagai isyarat tentang keistimewaan
manusia dibandingkan binatang, yaitu akal, pemahaman dan bentuk fisiknya yang tegak
lurus. Jadi, kalimat ahsanu taqwim berarti bentuk fisik dan psikis yang sebaik-baiknya, yang
dapat melaksanakan fungsinya sebaik mungkin. Allah berbuat demikian karena Allah ingin
menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi. Oleh karenanya Allah menciptakan manusia
dalam sebaik-baik bentuk, sehingga tidak ada satu makhlukpun yang lebih tinggi derajatnya
dari manusia.
Selayaknya ilmu perakitan komputer, maka Allah telah merakit manusia dengan
sistem hardware dan software, lengkap, berkualitas tinggi dan multifungsi. Kesemua
perangkat ini bekerja secara sinergis dan dinamis agar manusia bisa menjalankan fungsinya
sebagai khalifah Allah di bumi.
Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk berpribadi, sebagai makhluk yang hidup
bersama-sama dengan orang lain, sebagai makhluk yang hidup di tengah-tengah alam dan
sebagai makhluk yang diciptakan dan diasuh oleh Allah. Manusia sebagai makhluk
berpribadi, mempunyai fungsi terhadap diri pribadinya. Manusia sebagai anggota masyarakat
mempunyai fungsi terhadap masyarakat. Manusia sebagai makhluk yang hidup di tengahtengah alam, berfungsi terhadap alam. Manusia sebagai makhluk yang diciptakan dan diasuh,
berfungsi terhadap yang menciptakan dan yang mengasuhnya. Selain itu manusia sebagai
makhluk pribadi terdiri dari kesatuan tiga unsur yaitu : unsur perasaan, unsur akal, dan unsur
jasmani. Al-Qur'an menggambarkan manusia sebagai makhluk pilihan Tuhan, sebagai
khalifah-Nya di muka bumi, serta sebagai makhluk semi-samawi dan semi duniawi, yang di
dalam dirinya ditanamkan sifat-sifat : mengakui Tuhan, bebas, terpercaya, rasa
Agama Islam

Page 89

tanggungjawab terhadap dirinya maupun alam semesta, serta karunia keunggulan atas alam
semesta, langit dan bumi. Manusia dipusakai dengan kecenderungan jiwa ke arah kebaikan
maupun kejahatan. Kemaujudan mereka dimulai dari kelemahan dan ketidakmampuan, yang
kemudian bergerak ke arah kekuatan. Tetapi itu tidak akan menghapuskan kegelisahan psikis
mereka, kecuali jika mereka dekat dengan Tuhan dan selalu mengingat-Nya.

E. Tujuan dan Fungsi Penciptaan Manusia


Tujuan utama penciptaan manusia adalah agar manusia itu mengabdi kepada Allah
artinya sebagai hamba Allah agar menuruti apa saja yang diperintahkan oleh Allah swt.
Sedangkan fungsi dari penciptaan manusia ini secara global kami menyebutkan tiga
kalsifikasi, yaitu:
1. Manusia sebagai Khalifah Allah di Muka Bumi
Khalifah disini maksudnya menjadi penguasa untuk mengatur dan mengendalikan
segala isinya. Sebagai pedoman hidup manusia dalam melaksanakan tugas itu, Allah
menurunkan agama-Nya. Agama menjelaskan dua jalan yaitu jalan yang bahagia dan
jalan yang akan membahayakannya.
Perbedaan tingkat yang akan diadakan oleh Allah di dalam masyarakat manusia,
bukanlah suatu kesempatan bagi si kuat untuk menganiaya si lemah atau si kaya tidak
memperdulikan si miskin, melainkan suatu penyusunan masyarakat ke arah kebaikan
hidup bersama melalui tolong menolong.
2. Manusia sebagai Warosatul Anbiya
Kehadiran Nabi Muhammad saw. di muka bumi ini mengemban misi sebagai
Rahmatal lil Alamiin yakni suatu misi yang membawa dan mengajak manusia dan
seluruh alam untuk tunduk dan taat pada syariat-syariat dan hukum-hukum Allah swt.
guna kesejahteraan perdamaian, dan keselamatan dunia akhirat.
Misi tersebut berpijak pada trilogy hubungan manusia, yaitu:
a. Hubungan manusia dengan Tuhan, karena manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya.
b. Hubungan manusia dengan masyarakat, karena manusia sebagai anggota masyarakat.
c. Hubungan manusia dengan alam sekitarnya, karena manusia selaku pengelola,
pengatur, serta pemanfaatan kegunaan alam.

Agama Islam

Page 90

3. Manusia sebagai Abd (Pengabdi Allah)


Fungsi ini mengacu pada tugas-tugas individual manusia sebagai hamba Allah
swt. Tugas ini diwujudkan dalam bentuk pengabdian ritual kepada Allah swt. dengan
penuh keikhlasan. Secara luas konsep abd ini meliputi seluruh aktivitas manusia dalam
kehidupannya.

Agama Islam

Page 91

BAB VI
PENCIPTAAN ALAM SEMESTA

A. Konsep Alam Semesta


Al Quran dapati kesimpulan yang cukup besar peluang kebenarannya bahwa
sebenarnya seluruh kejadian di alam semesta ini, sudah terjadi dan kejadiannya mengikuti
segala rencana dan konsep yang sudah tertera di dalam Al Quran. Gambaran jelasnya,
bahwa semua proses alam semesta ini mengikuti dan mengekor pada segala yang tertuang
dalam Al Quran, apakah diketahui atau tidak tabir rahasianya oleh manusia.
Dengan kata lain, kejadian dunia ini adalah sebagai cermin manifestasi dan
kenyataan lahir dari rencana Allah yang sebenarnya sudah diberitahukan kepada manusia
lewat Al Quran, sebelum kejadian tersebut terjadi, dengan tidak ada tekanan apakah
manusia mau atau tidak memahaminya guna mendapatkan takwil isyarat-Nya.
Al Quran diturunkan bukan hanya kepada umat Islam, tetapi sebagai mediator
menyampaikan pesan Tuhan Pencipta Alam kepada semua makhluk-Nya. Al Quran yang
sedemikian sempurna ini memberi kabar dan cerita semua kejadian di alam semesta ini.
Kemukjizatan Al-Qur'an ditandai dengan keorisinilannya sejak diturunkan . Kitab
suci ini juga tidak dapat ditandingi oleh siapa pun di dunia ini hingga akhir zaman. Ia tidak
akan lekang dimakan pergeseran masa dan dapat diuji dari sudut mana pun juga. Sekarang
pun, saat ilmu pengetahuan berkembang pesat, ternyata Al-Qur'an sanggup menjawab
tantangan sains modern.
Salah satu hal yang membuat takjub para ilmuwan adalah adanya persesuaian antara
konsep penciptaan alam semesta menurut Al-Qur'an dan sains (ilmu pengetahuan) modern.
Dalam pandangan sains modern, pada awalnya alam semesta ini masih berupa kabut gas
yang panas dan kemudian terpisah. Terpisahnya kabut gas ini merupakan proses awal
terciptanya galaksi-galaksi. Dari pecahan-pecahan kabut gas tersebut selanjutnya melalui
proses evolusi terbentuk milyaran matahari dengan planet-planetnya, termasuk bumi yang
Agama Islam

Page 92

kita huni ini. Ilmuwan cerdas yang pertama kali mengemukakan teori di atas bernama
Laplace dari Perancis dan Immanue Kant dari Jerman.
Meskipun demikian, ratusan tahun sebelum ilmuwan itu mengemukakan teorinya, AlQur'an telah menyebutkan secara gamblang. sebagaimana tertulis dalam Surat Al Anbiya
ayat 30: "Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi
itu keduanya dahulu adalah sesuatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya.
Dan daripada air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada
juga yang beriman?"
Ayat tentang asal mula alam semesta dari kabut/nebula (QS 41/11); Artinya : 11.
Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu
Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku
dengan suka hati atau terpaksa." Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati."
Teori alam semesta ini berasal dari kabut gas yang panas, dapat juga dibaca dalam
surat Fushillat ayat 9-12. Ada beberapa kesimpulan penting yang dapat kita petik dari ayatayat di atas,yaitu:
1. Disebutkan bahwa antara langit dan bumi (kosmos) semula merupakan satu kesatuan lalu
mengalami proses pemisahan (fatg). Perlu ditegaskan di sini, bahwa fatg dalam bahasa
Arab artinya memisahkan dan ratg artinya perpaduan atau persatuan beberapa unsur
untuk dijadikan suatu kumpulan yang homogen.
2. Disebutkan adanya kabut gas (dukhan) sebagai materi penciptaan kosmos.
3. Disebutkan pula bahwa penciptaan kosmos (alam semesta) tidak terjadi sekaligus,tetapi
secara bertahap.

Apabila dikaitkan dengan sejumlah teori seputar terjadinya kosmos menurut sains
modern, maka konsep penciptaan semesta yang tertera dalam Al-Qur'an tidak dapat
disangkal lagi kebenarannya. Adanya kumpulan kabut gas dan terjadinya pemisahanpemisahan kabut gas tersebut atau dikenal dengan proses evolusi terbentuknya alam semesta,
sudah dipaparkan secara jelas oleh Al-Qur'an jauh sebelum sains modern mengemukakannya.

Agama Islam

Page 93

Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah penjelasan tentang proses terciptanya alam semesta
menurut ilmu pengetahuan modern.
Semula alam semesta ini terdiri dari satu kumpulan gas, yakni gas hidrogen dan
sedikit helium yang berputar secara pelan. Itu terjadi pada zaman kuno, bermilyar-milyar
tahun yang lalu. Kumpulan gas tersebut kemudian menjasi potongan-potongan yang sangat
besar dan banyak. Ahli-ahli astrofisika (fisika bintang) memperkirakan tiap potongan
tersebut besarnya satu milyar sampai seratus milyar kali dari matahari. Sedangkan besarnya
matahari sekitar 300.000 kali dari bumi.
B. Proses Kejadian Alam Semesta
Allah swt telah mengatur semua proses penciptaan bumi. Dan Allah telah
memberitahukan kepada umatnya mengenai penciptaan bumi dan alam semesta melalui Alquran. Kitab suci umat islam inilah sumber dari segala macam ilmu pengetahuan.
Di dalamnya semua ilmu pengetahuan tertulis untuk membantu kita mencari
pengetahuan dan terus mengimani isi-isinya. Dalam hal ini saya berupaya untuk sedikit
menkaji mengenai ayat dalam al-quran yang membahas megenai penciptaan bumi.
Dalam surat An Naaziat (79) ayat 27 33 menerangkan proses penciptaan bumi dan
alam semesta. Dalam ayat tersebut tertulis bumi dan alam semesta tercipta dalam enam masa.
Masih dalam perdebatan mengenai enam masa yang dimaksud. Entah itu enam tahun, enam
hari, enam periode, ataupun enam tahapan. Dalam hal ini kami mencoba mengkaji enam
masa yang dimaksud. Tulisan ini kami ambil dari berbagai sumber.
Annaziat ayat 27: Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah
membinanya,(27)
Dalam ayat tersebut dimulailah mengenai masa I penciptaan bumi. Pasa masa I ini
dijelaskan mengenai penciptaaan langit. Dalam ilmu tata surya dikenal dengan istilah Teori
Big Bang. Teori Big Bang adalah salah satu teori ilmu pengetahuan yang menjelaskan
perkembangan dan bentuk awal dari alam semesta. Teori ini menyatakan bahwa alam
semesta ini berasal dari kondisi super padat dan panas, yang kemudian mengembang sekitar
13.700 juta tahun lalu. alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar. Bukti dari
teori ini ialah gelombang mikrokosmik di angkasa dan juga dari meteorit. Awan debu
(dukhan) yang terbentuk dari ledakan tersebut, terdiri dari hidrogen. Hidrogen adalah unsur
Agama Islam

Page 94

pertama yang terbentuk ketika dukhan berkondensasi sambil berputar dan memadat. Bisa
diaktakan awan dan langit yang kita lihat selama ini adalah bentuk pertama dari penciptaan
bumi dan alam semesta.
Selanjutnya, angin bintang menyembur dari kedua kutub dukhan, menyebar dan
menghilangkan debu yang mengelilinginya. Sehingga, dukhan yang tersisa berupa piringan,
yang kemudian membentuk galaksi. Bintang-bintang dan gas terbentuk dan mengisi bagian
dalam galaksi, menghasilkan struktur filamen (lembaran) dan void (rongga). Jadi, alam
semesta yang kita kenal sekarang bagaikan kapas, terdapat bagian yang kosong dan bagian
yang terisi.
Annaziat ayat 28 : Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya,(28)
Ayat ini menerangkan masa II dari penciptaan bumi. Dua kata kunci dalam ayat ini
adalah meninggikan dan menyempurnakan. Mengembang yang dimaksud adalah proses
berkembangnya seluruh galaksi yang saling menjauh antar satu sama lain. Dan langit-langit
menjadi semakin meninggi. Mengembangnya alam semesta sebenarnya adalah kelanjutan big
bang.
Sedangkan kata menyempurnakan, menunjukkan bahwa alam ini tidak serta merta
terbentuk, melainkan dalam proses yang terus berlangsung. Misalnya kelahiran dan kematian
bintang yang terus terjadi. Alam semesta ini dapat terus mengembang, atau kemungkinan
lainnya akan mengerut.
Annaziat ayat 29: Dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan
siangnya terang benderang (29)
Memasuki masa III, di sini yang dapat kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari.
Allah SWT telah membuat siang-malam secara bergantian. Allah menjadikan malam yang
gelap gulita dan menjadikan siang yang terang benderang. Dapat diartikan dalam ayat ini
Matahari sebagai sumber cahaya dan bumi berputar mengelilinya. Karena perputaran bumi
tersebut terjadilah siang dan malam.
Annaziat ayat 30: Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya (30) Di masa IV inilah
mulai bumi terbentuk. dimulai dengan pembentukan superkontinen Pangaea di permukaan
Bumi.
Annaziat ayat 31: Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan)
tumbuh-tumbuhannya(31)
Agama Islam

Page 95

Pada ayat ini, dijelaskan mengenai masa V penciptaan bumi yaitu evolusi air. Ketika
bumi terbentuk air belum ada. Air diperkirakan berasal dari komet yang menumbuk Bumi
ketika atmosfer Bumi masih sangat tipis. Unsur hidrogen yang dibawa komet kemudian
bereaksi dengan unsur-unsur di Bumi dan membentuk uap air. Uap air ini kemudian turun
sebagai hujan yang pertama. setelah air terbentuk, kehidupan pertama berupa tumbuhan
bersel satu pun mulai muncul di dalam air.
Annaziat ayat 32: Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh, (32)
Memasuki masa VI, atau masa terakhir, bumi mulai diisi dengan gunung-gunung
yang terbentuk setelah penciptaan daratan, pembentukan air dan munculnya tumbuhan
pertama. Gunung-gunung terbentuk dari interaksi antar lempeng ketika superkontinen
Pangaea mulai terpecah. Setelah terbentuk gunung, maka diciptakanlah hewan-hewan, dan
manusia hingga sekarang ini.
Dijelaskan dalam Annaziat ayat 33: (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk
binatang-binatang ternakmu.
Begitulah kira-kira proses penciptaan bumi. Banyak dari ayat-ayat dan surat lain yang
menjelaskan mengenai penciptaan bumi. Namun saya hanya memfokuskan kepada surat
Annaziat, ayat27-33. untuk lebih jelasnya bisa kaji bersama-sama kedepannya nanti.

C. Hubungan Manusia dengan Alam


Manusia dan alam mempunyai keterikatan yang kuat dimana keduanya mempunyai
hak dan kewajiban antara satu dengan yang lain untuk menjaga keseimbangan alam.
Hubungan antara manusia dengan alam atau hubungan manusia dengan sesamanya, bukan
merupakan hubungan antara penakluk dan yang ditaklukkan, atau antara tuhan dengan
hamba, tetapi hubungan kebersamaan dalam ketundukan kepada Allah SWT. Manusia
diperintahkan untuk memerankan fungsi kekhalifahannya yaitu kepedulian, pelestarian dan
pemeliharaan. Berbuat adil dan tidak bertindak sewenang -wenang kepada semua makhluk
sehingga hubungan yang selaras antara manusia dan alam mampu memberikan dampak
positif bagi keduanya. Oleh karena itu manusia diperintahkan untuk mempelajari dan
mengembangkan pengetahuan alam guna menjaga keseimbangan alam dan meningkatkan

Agama Islam

Page 96

keimanan kepada Allah SWT. Itu merupakan salah satu bentuk rasa syukur kepada Allah
SWT.
Dalam pelajaran ekologi manusia, kita akan dikenalkan pada teori tentang hubungan
manusia dengan alam. Salah satunya adalah anthrophosentis. Di sana dijelaskan mengenai
hubungan manusia dan alam. salah satu bentuknya adalah anthoposentris. dimana manusia
menjadi pusat dari alam. maksudnya semua yang ada dialam ini adalah untuk manusia. Kalau
dipikir-pikir emang benar sih. buat apa coba, ada sapi, ikan, padi, kalau bukan untuk
makanan kita. buat apa ada kayu, batu, pasir, kalau bukan buat bangunan untuk manusia.
buat apa ada emas, berlian kalau gak dipakai oleh manusia sebagai perhiasan.
Allah SWT. juga menjelaskannya dalam Al Quran, bahwa semua yang ada dialam
ini memang sudah diciptakan untuk kepentingan manusia. Dia-lah Allah, yang menjadikan
segala yang ada di bumi untuk kamu (al baqarah: 29)
Tapi berbeda dengan anthoroposentris yang menempatkan manusia sebagai penguasa
yang memiliki hak tidak terbatas terhadap alam, maka islam menempatkan manusia sebagai
rahmat bagi alam.
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam.(al anbiyaa:107)
Walaupun kita diberi kelebihan oleh Allah atas segala sesuatu di alam ini, tapi
kelebihan itu tidak menjadikan kita sebagai penguasa atas alam dan isinya. Karena alam dan
isinya tetaplah milik Allah. Kita hanya diberikan kekuasaan atas alam tersebut sebagai
pengelola dan pemelihara, dan pemakmur.
Kemudia ketika kita berinteraksi dengan alam, tidak seperti paham antroposentris
yang menghalalkan sebgala cara asal kebutuhan manusia terpenuhi, islam mengajarkan
bahwa hak kita dalam memanfaatkan alam juga dibatasi oleh hak alam dan isinya itu sendiri.
Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak
berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan
delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari
buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari
memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya); dan janganlah kamu berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (al anam:141)
kita tidak boleh berlegih-lebihan dalam memanfaatkannya, sehingga menimbulkan
Agama Islam

Page 97

kerusakan. seharusnya semua yang ada dialam ini kita jadikan sebagai sarana untuk berpikir
akan kebesaran Allah SWT.
Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun
anggur, tanaman-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang,
disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas
sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tandatanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.(ar radu: 4)
Ada fungsi utama manusia di dunia, yaitu 'abdun' dan khalifah Allah dibumi.Esensi
dari 'abdun' adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan
Allah, sedangkan esensi khalifah adalah tanggung jawab terhadap diri sendiri dan alam
lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam.
Dalam kontek 'abdun', manusia menempati posisi sebagai ciptaan Allah.Posisi ini
memiliki konsekuensi adanya keharusan manusia untuk taat dan patuh terhadap
penciptanya.Keengganan manusia menghambakan diri kepada Allah sebagai pencipta akan
menghilangkan rasa syukur atas anugerah yang diberikan Sang Pencipta berupa potensi yang
sempurna yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya yaitu potensi akal.
Dengan hilangnya rasa syukur mengakibatkan ia menghambakan diri kepada selain
Allah termasuk menghambakan diri kepada selain Allah termasuk menghambakan diri
kepada hawa nafsunya. Keikhlasan manusia menghambakan dirinya kepada Allah akan
mencegah penghambaan manusia kepada sesama manusia termasuk pada dirinya.
Manusia diciptakan Allah dengan dua kecenderungan yaitu kecenderungan kepada
ketakwaan

dan

kecenderungan

kepada

dan

kecenderungan

kepada

perbuatan

fasik.Sebagaimana firman Allah, faalhamaha fujuroha watakwaha.Artinya "maka Allah


mengilhamkan

kepada

jiwa

manusia

kefasikan

dan

ketakwaan".Dengan

kedua

kecenderungan tersebut Allah berikan petunjuk berupa agama sebagai alat manusia untuk
mengarahkan potensinya kepada keimanan dan ketakwaan bukan pada kejahatan yang selalu
didorong oleh nafsu amarah. Untuk itu Allah berfirman "wahadainahu najdaini"."Aku
tunjukan kamu dua jalan".Akal memiliki kemampuan untuk memilih salah satu yang terbaik
bagi dirinya.
Fungsi yang kedua sebagai Khalifah Allah di bumi, ia punya tanggung jawab untuk
menjaga alam.Manusia diberikan kebebasan untuk memanfaatkan sumberdaya.Oleh karena
Agama Islam

Page 98

itu perlu adanya ilmu dalam memanfaatkan sumberdaya agar tetap terdapat keseimbangan
dalam alam.
Kerusakan alam lebih banyak disebabkan karena ulah manusia sendiri.Sebagaimana
firman Allah dalam Qs.Arrum 41.
Artinya: 41. Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Untuk melaksanakan tanggung jawabnya, manusia diberikan keistimewaan berupa
kebebasan untuk berkreasi sekaligus menghadapkan dengan tuntutan kodratnya sebagai
makhluk psikofisik.Namun ia harus sadar akan keterbatasannya yang menuntut ketaatan dan
ketundukan terhadap aturan Allah, baik dalam konteks ketaatan terhadap perintah beribadah
secara langsung (fungsi sebagai abdun) maupun konteks ketaatan terhadap sunatullah (fungsi
sebagai khalifah).Perpaduan antara tugas ibadah dan khalifah inilah yang akan mewujudkan
manusia yang ideal yakni manusia yang selamat dunia akherat.
Setelah kita mengetahui betapa tinggi perhatian Islam terhadap ilmu pengetahuan dan
betapa Allah SWT mewajibkan kepada kaum muslimin untuk belajar dan terus belajar, maka
Islampun telah mengatur dan menggariskan kepada ummatnya agar mereka menjadi ummat
yang terbaik (dalam ilmu pengetahuan dan dalam segala hal) dan agar mereka tidak salah dan
tersesat, dengan memberikan bingkai sumber pengetahuan berdasarkan urutan kebenarannya
sebagai berikut : Al-Quran dan as-Sunnah : Allah SWT telah memerintahkan hamba-Nya
untuk menjadikan al-Quran dan as-Sunnah sebagai sumber pertama ilmu pengetahuan. Hal
ini dikarenakan keduanya adalah langsung dari sisi Allah SWT dan dalam pengawasannya,
sehingga terjaga dari kesalahan, dan terbebas dari segala vested interest apapun, karena ia
diturunkan dari Yang Maha Berilmu dan Yang Maha Adil.

D. Hikmah Mempelajari Penciptaan Alam Semesta


1. Dalam surat Al baqarah ayat 2 dijelaskan: Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan
padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa
Sangat jelas di dalam al quran tidak ada keraguan seluruh isi di dalamnya. Semuanya
isinya telah terbukti berdasarkan alam yang telah ada, dan juga melalui ilmu

Agama Islam

Page 99

pengetahuan. jika kita terus berpegang teguh pada Al Quran insya Allah kita termasuk
orang yang bertaqwa.
2. Al quran tidak hanya untuk sekadar di baca, namun diperlukan pengkajian lebih dalam
mengenai segala macam isi-isinya. Di dalamnya terdapat segala macam ilmu
pengetahuan yang bisa terus kita gali.
3. Segala sesuatu mengenai kehidupan di bumi ini, telah diatur oleh Allah SWT. Kita
tinggal bertaqwa kepada Allah SWT agar diberikan petunjuk kebenaran dalam hidup ini.
Penemuan di bidang astronomi menyebabkan kosmologi terbagi dalam dua
kelompok.:
1. Kelompok pertama beranggapan bahwa alam semesta ini statis, dari permulaan
diciptakannya sampai sekarang ini tak berubah.
2. Kelompok kedua dan yang paling diakui saat ini beranggapan bahwa alam semesta ini
dinamis, bergerak atau beruba dan sampai saat ini masih terus mengembang/membesar.
Kelompok yang beranggapan bahwa alam semesta ini dinamis ditunjang oleh ilmu
pengetahuan modern. Menurut teori evolusi, pengembangan seperti dibuktikan oleh adanya
big bang, ditafsirkan bahwa alam semesta ini dimulai dengan satu ledakan dahsyat. Materi
yang terdapat dalam alam semesta itu mula-mula berdesakan satu sama lain dalam suhu dan
kepadatan yang sangat tinggi, sehingga hanya berupa proton, neutron, dan elektron, tidak
mampu membentuk susunan yang lebih berat. Karena mengembang, maka suhu menurun
sehingga proton dan neutron berkumpul membentuk inti atom. Kecepatan mengembang ini
menentukan macam atom yang terbentuk.
Para ahli ilmu alam telah menghitung bahwa masa mendidih itu tidak lebih dari 30
menit. Bila kurang artinya mengembung lebih cepat, alam semesta ini akan didominir oleh
unsur hidrogen. Apabila lebih dari 30 menit, berarti mengembung lambat, unsur berat akan
dominan.
Selama 250 juta tahun sesudah ledakan dahsyat, energi sinar dominan terhadap
materi, transformasi di antara keduanya bisa terjadi sesuai dengan rumus Einstein, E = mc2.
Dalam proses pengembungan ini energi sinar banyak terpakai dan materi semakin dominan.
Setelah 250 juta tahun maka masa dari materi dan sinar menjadi sama. Sebelum itu, tidak
dibayangkan behwa materi larut dalam panas radiasi, seperti garam larut di air. Pada masa
itu, setelah lewat 250 juta tahun, materi dan gravitasi dominan, terdapat differensiasi yang
Agama Islam

Page 100

tadinya homogen. Bola-bola gas masa galaxi terbentuk dengan garis tengah kurang lebih
40.000 tahun cahaya dan masanya 200 juta kali massa matahari kita.
Awan gas gelap itu kemudian berdifferensiasi atau berkondensasi menjadi bola-bola
gas bintang yang berkontraksi sangat cepat. Akibat kontraksi atau pemadatan itu maka suhu
naik sampai 20.000.000 derajat, yaitu threshold reaksi inti, dan bintang itupun mulai
bercahaya.
Karena sebagian dari materi terhisap ke pusat bintang, maka planet dibentuk dari sisasisanya. Yaitu butir-butir debu berbenturan satu sama lain dan membentuk massa yang lebih
besar, berseliweran di ruang angkasa dan makin lama makin besar sehingga terbentuk planetplanet ataupun benda angkasa lainnya selain bintang.
Diperkirakan proses pengembangan alam semesta tersebut masih berlangsung hingga
saat ini. Dimana setiap galaksi satu dan galaksi lainnya saling berjauhan satu sama lain setiap
waktunya. Proses ini akan terus berlangsung hingga akhir jaman, dimana alam semesta sudah
tidak memiliki energi yang menopangnya lagi dan alam ini sudah mencapai batas akhir dari
proses pengembangannya. Hingga akhirnya alam semesta ini runtuh. Tak bisa kita
bayangkan kerusakan apa yang akan terjadi ketika bumi, planet yang menjadi rumah bagi
manusia, tertimpa reruntuhan alam semesta yang tak terhingga besarnya.

Agama Islam

Page 101

Anda mungkin juga menyukai