Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB NASHOIHUL IBAD


BERSUMBER DARI ATSAR

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur


Mata Kuliah: Kajian Kitab Kuning Akhlak
Dosen Pengampu: H. Akhmad Khomaeni Syafeie, S. Pd, M. Ag

Disusun Oleh
Hilda Lestari 2008101023
Muhammad Iqbal 2008101034

PAI /A /4

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
2022 M / 1443 H
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayatnya sehingga saya dapat meneyesaikan makalah yang berjudul Hubungan
Agama Islam dan Ilmu Pengetahuan ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam
semoga tetap selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai kekasih
Allah dan teladan bagi seluruh umat manusia.
Tidak lupa juga saya ucapakan terimakasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya makalah ini
tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai, pemyusun, saya menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan baik dari penyusunan hingga tata bahasa penyampaian dalam makalah
ini. Oleh karena itu saya dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari
pembaca agar saya dapat memoerbaiki makalah ini.
Saya berharap semoga makalah yang sya susun ini memberikan manfaat dan
juga pengetahuan untuk pembaca.

Cirebon, 29 Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
A. Biografi Penulisan Kitab Nashoihul Ibad .................................................... 3
B. Latar Belakang Penulisan Kitab Nashoihul Ibad ......................................... 5
C. Pendidikan Akhlak dalam Kitab Nashoihul Ibad ......................................... 6
BAB III ................................................................................................................... 9
PENUTUP ............................................................................................................... 9
A. Kesimpulan .................................................................................................. 9
B. Saran ............................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan proses perbaikan, penguatan, dan penyempurnaan
terhadap semua kemampuan dan potensi manusia. Pendidikan yang dapat
diartikan sebagai suatu ikhtiar manusia untuk membina kepribadiannya sesuai
dengan nilai dan kebudayaan yang ada dalam masyarakat. Akhlak dalam islam
bukanlah moral yang kondisional dan situasional, tetapi akhlak yang benar
memiliki nilai-nilai mutlak. Nilai-nilai baik dan buruk tidak dibatasi ruang dan
waktu .seseorang yang berahlak mulia selalu melaksanakan kewajiban-
kewajibannya, memberikan hak yang harus diberikan kepada yang berhak.
Dalam dunia pendidikan, ahlak juga menjadi masalah yang mendapat
perhatian lebih dan banyak disoroti masyarakat. Karena akhlak ini sebagai
cermin manusia. Apabila ahlaknya baik maka akan melahirkan perbuatan
manusia yang baik baik terhadap Allah, diri sendiri, ataupun terhadap mahluk
lainnya. Dalam hal ini banyak sekali materi atau teori yang mempelajari tentang
ahhlak dari tingkatan yang mendasar sampai tingkatan yang paling tinggi,
namun dalam prakteknya yang terjadi saat ini para peserta didik selalu
menyoroti tingkah laku para gurunya. Peserta didik tidak memandang apakah
sikap seorang guru baik atau tidak sehingga memunculkan perspektif yang
berasumsi kepada hal yang negatif.
Pembahasan tentang materi pendidikan akhlak banyak dibahas para ilmuan
islam dan ulama-ulama terdahulu salah satunya ialah Syekh Imam Nawawi Al-
Bantani. Imam Nawawi merupakan ulama dan ilmuan muslim yang tersohor
pada zamannya dan namanya masih melegenda khususnya di dunia pesantren
di pulau jawa umum nya di seluruh pendidikan islam yang ada di seluruh
penjuru dunia. Salah satu karyanya yang di pelajari di pesantren di Indonesia
ialah Nashoihul ‘Ibad, At-Tibyan Fi Adabi Hamlah Alqur’an, Al-Maj’mu Syarh
Al-Muhazzab, Al-Arba’in Al-Nawawiyah, Riyadh as-Shalihin, Al-Adzkar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis merumuskan beberapa
rumusan masalah sebagai berikut:

1
1. Bagaimana Biografi penulis kitab Nashoihul Ibad?
2. Bagaimana latar belakang penulisan kitab Nashoihul Ibad?
3. Bagaimana pendidikan akhlak dalam kitab Nashoihul Ibad menurut
atsar?
C. Tujuan
Makalah yang dibuat penulis didasari oleh beberapa tujuan, yaitu:
1. Untuk mengetahui Biografi penulis kitab Nashoihul Ibad.
2. Untuk mengetahui latar belakang penulisan kitab Nashoihul Ibad.
3. Untuk mengetahui pendidikan akhlak dalam kitab Nashoihul Ibad
menurut atsar.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Penulisan Kitab Nashoihul Ibad
Salah satu di antara para ulama penulis Indonesia yang cukup produktif
adalah Syaikh Nawawi Al-Bantani (wafat 1894). Dia adalah ulama dari Banten
yang tinggal di Arab hingga wafatnya dan memperoleh gelar sebagai Sayyid
Ulama al-Hijaz (Penghulu Ulama Hijaz). Syaikh Nawawi menulis kitab tidak
kurang dari 41 buah kitab yang menyebar di berbagai wilayah dunia Islam,
termasuk di Indonesia, karta-karyanya antara lain, Nihayatuz Zain, Safinatun
Naja, Nuruzh Zhalam, Kasyifatus Saja, Sulamul Fudhala, dan karyanya yang
terkenal adalah al-Tafsir al-Munir.
Syekh Nawawi Banten dilahirkan di desa Tanara, Serang, Banten pada
tahun 1230 H/1815 M. Ia meninggal dunia pada tanggal 25 Syawal 1314
H/1897 M. dalam usia 84 tahun. Nama lengkapnya adalah Abu Abd al-Mu’ti
Muhammad Nawawi ibn Umar at-Tanari al-Jawi al-Bantani. Ia dilahirkan
dalam keluarga yang saleh dan memiliki tradisi relijius sebagai keturunan dari
keluarga raja-raja dan bangsawan kesultanan Banten. Ayahnya, KH. Umar bin
Arabi adalah ulama dan penghulu desa Tanara dan juga pemimpin sebuah
masjid di desa yang menjadi cikal-bakal berdirinya pesantren milik
keluarganya. Dari pesantren inilah ia mengawali pendidikannya. Ibunya
bernama Nyai Zubaidah, seorang wanita salehah dan taat beragama. Selama
mengandung, Nyai Zubaidah tidak pernah berhenti berdo’a untuk anak
pertamanya itu.
Terlahir dari keluarga yang agamis dan dalam lingkungan yang menjadi
pusat kesultanan sekaligus pusat penyebaran agama Islam di Banten,
memberikan pengaruh positif bagi pertumbuhan intelektualnya. Kecerdasannya
diwarisi dari orang tua dan para nenek moyangnya, yang merupakan orang-
orang berpengaruh, baik dalam bidang agama, maupun pemerintahan. Bakatnya
menjadi orang alim sudah nampak sejak usia kanakkanak. Ia pertama kali
belajar agama di bawah bimbingan ayah kandungnya, KH. Umar, ketika berusia
5 tahun. Pelajaran yang mula-mula dia dapat adalah ilmuilmu dasar agama
Islam dan bahasa Arab. Pengajaran dari sang ayah berlangsung selama 3 tahun,

3
yaitu hingga berusia 8 tahun. Menurut Abdurrahman Mas’ud, peran ayahnya
sebagai guru pertama bagi dia dan saudara-saudaranya merupakan tradisi
masyarakat Muslim Jawa, di mana ayah menjadi orang pertama yang
bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya.
Melihat silsilah keturunan Syaikh Nawawi, beliau adalah keturunan dari
Maulana Hasanuddin atau Pengeran Sabakingking, Sultan Banten yang
pertama. Dimana Sultan Hasanuddin adalah putra Syarif Hidayatullah atau
Sunan Gunungjati, salah seorang Walisongo yang menyebarkan agama Islam di
Jawa Barat. Disini jelas, bahwa Syaikh Nawawi juga keturunan orang-orang
terpandang yang sangat kental dengan kehidupan religiousitas.
Setelah merasa cukup pembelajaran bersama ayahnya, ia bersama dua orang
saudaranya, Tamim dan Ahmad Syihabuddin, meminta do’a dan restu kepada
ibunya untuk menuntut ilmu di pesantren lain. Nyai Zubaidah, ibunya,
kemudian melepas kepergian mereka dengan berucap: “Kudo’akan dan kurestui
kepergianmu mengaji dengan satu syarat; ‘jangan pulang sebelum kelapa yang
sengaja kutanam ini berbuah”. Ia dan kedua saudaranya belajar kepada Haji
Sahal, seorang guru di Banten yang sangat terkenal kala itu. Dari Haji Sahal,
mereka meneruskan studinya kepada Raden Haji Yusuf, seorang ulama terkenal
di daerah Purwakarta dekat Karawang. Snouck Hurgronje, seperti dikutip
Amin, menyebut bahwa Raden Haji Yusuf adalah seorang ulama yang menarik
perhatian dan antusiasme para pelajar yang berkelana dari seluruh Jawa,
terutama dari daerah Jawa bagian Barat. Setelah menamatkan pelajaran kepada
Raden Haji Yusuf, mereka mengirimkan surat kepada sang ibu untuk
menanyakan apakah kelapa yang ditanamnya sudah berbuah. Karena tidak
mendapat jawaban, mereka akhirnya memutuskan untuk tidak pulang terlebih
dahulu. Mereka sepakat untuk melanjutkan pelajarannya di sebuah pesantren di
Cikampek guna mendalami ilmu bahasa Arab. Di tempat yang baru itu mereka
diuji terlebih dahulu oleh sang kiai. Mereka ternyata lulus dengan predikat
sangat baik dan bahkan mereka diberitahu bahwa mereka tidak perlu lagi belajar
di pesantren tersebut. Oleh sang kiai mereka bertiga disuruh pulang sebab,
menurut sang kiai, pohon kelapa yang ditanam ibunya telah berbuah dan sang
ibu telah menanti kepulangan mereka. Setelah sampai di rumah ternyata apa

4
yang dikatakan oleh kiai tersebut benar, kelapa yang ditanam sang ibu telah
berbuah dan dia sudah menanti kepulangan mereka. Menurut perkiraan,
lamanya mereka menuntut ilmu adalah enam tahun. Hal ini didasarkan pada
perkiraan bahwa pohon kelapa itu akan berbuah pada enam tahun sejak masa
penanaman. Sampai sini ia telah mengenyam pendidikan selama lebih dari
delapan tahun.
Pada sekitar tahun 1833 beliau sempat pulang ke tanah air Indonesia.
Sayang, keadaan tanah air pada waktu tiu tidak memberikan kebebasan untuk
bertindak. Para haji yang baru pulang seperti beliau memang dianggap orang
yang membahayakan bagi pemerintah kolonial pada masa itu. Oleh karenanya
segala gerak-gerik beliau selalu diawasi dan dibatasi. Tak mengherankan,
karena pada masa itu situasi di tanah air Indonesia telah terjadi pemberontakan-
pemberontakan terhadap penjajahan Belanda. Sebagaimana terjadi di Jawa
Tengah dengan Perang Diponegoro, Perang Imam Bonjol di Sumatra Barat,
Perang Aceh dan lain-lain. Dan tak berapa lama beliau pun kembali ke tanah
suci untuk meneruskan pelajarannya. Minat beliau yang besar dalam mencari
ilmu agama di tanah suci ini bisa berkembang dengan baik disini. Dan
nampaknya pilihan Syaikh Nawawi jatuh di Makkah sebagai tempat untuk
tinggal selama-lamanya.
B. Latar Belakang Penulisan Kitab Nashoihul Ibad
Kitab Nashoihul Ibad (Kumpulan Nasihat bagi Para Hamba) ini menduduki
posisi yang sangat penting dan populer di kalangan umat Islam. Di Indonesia,
buku ini merupakan kitab rujukan bagi para pelajar dan santri di madrasah
maupun pesantren. Kitab Nashoihul ‘Ibad Syekh Nawawi menamai kitab ini
dengan judul Nashaih al-Ibad fi Bayan alAlfadz Munabbihat ala al-Isti'dad li
Yaum alMa'ad, yang artinya kumpulan nasihat bagi para hamba dalam
menjelaskan kata kata peringatan untuk bersiap menghadapi hari kiamat.
Namun, ada beberapa sumber yang menyebutkan bahwa Syekh Nawawi
menulis kitab karena adanya permintaan dari murid-muridnya. Selain itu, Syekh
Nawawi juga menulis kitab untuk memelihara ajaran Islam yang tertuang dalam
kitabkitab klasik, sehingga karya Syekh Nawawi kebanyakan adalah kitab
syarah dari kitab-kitab turats karya ulama terdahulu. Kitab Nashaihul `Ibad

5
berisi beberapa nasihat yang akan mencerahkan umat, sehingga bisa
mempersiapkan diri untuk menghadapi hari kiamat. Nasihat-nasihat di dalam
kitab ini dikelompokkan menjadi 10 bab yang berisi 214 nasihat. Sebanyak 45
nasihat di antaranya bersumber dari hadis dan selebihnya adalah atsar atau
ucapan para sahabat dan pengikut nabi. Penulisan kitab ini diselesaikan Syekh
Nawawi pada Kamis, 21 Safar 1311 H (1893 M).
Penjelasan yang terletakan pada sebuah kitab yang berisi nasihat-nasihat
oleh seorang yang sangat alim, seorang hafidz, yaitu Syekh Shihabuddin
Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad As Syafi`I , yang terkenal dengan
nama Ibnu Hajar Asqalany dan Al Mishri, semoga Allah meliputinyanya
dengan rahmat-Nya. Harapan diberi judul kitab ini, Nasaihul Ibad, berisi
ucapan-ucapan yang dapat meningkatkan (kita) akan persiapan untuk hari
kiamat. Beliau memohon kepada Allah yang Maha Pemurah, semoga Allah
memberi manfaat dengan sebab kitab ini kepada kaum muslimin dan semoga
Allah menjadikannya sebagai simpanan di hari kiamat .Dengan nama Allah
yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah salam setiap
keadaan dan segala zaman. Rahmat dan salam semoga di limpahkan kepada
semulia-mulia makhluk-Nya.
C. Pendidikan Akhlak dalam Kitab Nashoihul Ibad
Istilah pendidikan oleh para pakar diartikan berbeda-beda, Ki Hajar
Dewantara menyampaikan bahwa pendidikan adalah tuntunan dalam hidup
tumbunya anak-anak. Maksudnya menu ntun segala kekuatan kodrat yang ada
pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapatlah dicapai keselamatan dan kebahagianan yang setinggi-
tingginya. Sedangkan kata akhlak berasal dari bahasa arab “khuluq”, jamanya
“khuluqun”, menurut lughot diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah
laku, atau tabiat. Kata “akhlak lebih luas artinya daripada moral atau etika sebab
akhlak meliputi segi-segi kejiwaan tingkahlaku lahiriyah dan batiniyah
seseorang. Rumusan pengertian ahlak timbul sebagai media yang
memungkinkan adanya hubungan baik anatara kholiq dengan mahluk dan
antara mahluk dan mahluk.

6
Salah satu kitab yang terkenal karya Imam Nawawi al-Bantani yang
berbicara tentang pendidikan akhlak secara mendalam adalah kitab Nashaihul
Ibad yang berisikan nasehat-nasehat orang alim, yang luas ilmu
pengetahuaannya, seorang hafidz. Di dalam kitab ini terdapat banyak nilai-nilai
pendidikan akhlak yang bisa ditanamkan danditerapkan kepada para pelajar,
agar mereka mengetahui dan bisa melaksanakannya dalam kehidupan sehari-
hari. Pendidikan akhlak yang ada pada kitab Nashaihul Ibad’ sebagai berikut:
a) Qana’ah
Qona’ah merupakan suatu akhlak yang harus dimiliki setiap umat
manusia khususnya umat Islam karena sifat Qona’ah yaitu merasa cukup
dengan apa yang telah Allah berikan. Qona’ah sebuah kedekatan seseorang
kepada Allah sebab semakin dekat kepada Allah maka semakin sedikit
kebutuhannya. Merasa cukup dengan apa yang di berikan Allah kepadanya.
Dalam kitab Nashaihul Ibad’ di tuliskan dalam bab 3 maqalah 17
dikatakan sebagai berikut: Artinya: “Dikatakan, bahwa manusia yang paling
bahagia ialah orang yang memiliki hati yang mengetahui (bahwa Allah
selalu bersamanya), memiliki jiwa yang sabar dan rela atas apa yang ia
miliki”.
b) Rela dengan keputusan Allah SWT
Dalam diri seorang pelajar sejak dini diajarkan atau dibiasakan
untuk bersikap rela terhadap apa saja yang sudah menjadi keputusan Allah
SWT, mengapa kita harus rela dengan keputusan Allah, karena rela dengan
keputusan Allah SWT adalah merupakan buah dari rasa Mahabbah(cinta)
dan ma’rifat kepada-Nya.
Dalam kitab Nashaihul Ibad’dituliskan dalam bab 3 maqalah 25.
Artinya: “lalu Nabi bertanya: Apakah tanda-tanda keimananmu? mereka
menjawab: kami sabar terhadap musibah, bersyukur atas nikmat di waktu
lapang, dan senang terhadap ketetapan Allah, lalu Nabi SAW bersabda:
kalau begitu kalian benar-benar termasuk orang-orang mukmin yang
sebenarnya. Demi Allah yang memelihara Ka’bah”.
c) Setia Menepati Janji

7
Seorang pelajar harus diajarkan dan dibiasakan untuk selalu setia
dalam menepati janjinya, setia disini yaitu setia dalam artian menunaikan
kewajiban kepada Allah SWT. Dalam kitab Nashaihul Ibad’ dituliskan
dalam bab 4 maqalah 37 dikatakan sebagai berikut: Artinya: “Ulama ahli
hikmah mengatakan, bahwa inti dari sekian banyak macam ibadah ada 4
yaitu: setia memenuhi janji, memelihara segala pelaksanaan segala hukum,
sabar menghadapi ketiadaan suatu yang di harapkan, senang terhadap rezeki
yang ada(apa adanya)”.
d) Cinta Kepada Allah
Sebagai manusia dan selaku umat Islam selayaknya harus dan
penting berakhlak baik kepada Allah berhusnudzon memiliki prasangka
baik kepada Allah dan memiliki rasa cinta yang tinggi kepada-Nya, akhlak
kepada Allah haruslah akhlak yang baik-baik jangan yang buruk ini lah yang
harus ajarkan dan tanamkan kepada anak didik kita mengenai cinta kepada
Allah SWT.
Dalam kitab Nashaihul Ibad’ dituliskan dalam bab 3 maqalah 46
dikatakan sebagai berikut: Artinya: “Barangsiapa mencintai Allah, maka ia
akan mencintai orang-orang yang Allah cintai, dan barangsiapa yang
mencintai orang yang Allah cintai, maka ia akan mencintai sesuatu itu
karena Allah, dan barangsiapa mencintai sesuatu karena Allah, maka ia akan
berusaha agar amalnya tidak diketahui orang lain.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kitab Nashaihul `Ibad berisi beberapa nasihat yang akan mencerahkan
umat, sehingga bisa mempersiapkan diri untuk menghadapi hari kiamat.
Nasihat-nasihat di dalam kitab ini dikelompokkan menjadi 10 bab yang berisi
214 nasihat. Sebanyak 45 nasihat di antaranya bersumber dari hadis dan
selebihnya adalah atsar atau ucapan para sahabat dan pengikut nabi. Penulisan
kitab ini diselesaikan Syekh Nawawi pada Kamis, 21 Safar 1311 H (1893 M).
Salah satu kitab yang terkenal karya Imam Nawawi al-Bantani yang
berbicara tentang pendidikan akhlak secara mendalam adalah kitab Nashaihul
Ibad yang berisikan nasehat-nasehat orang alim, yang luas ilmu
pengetahuaannya, seorang hafidz. Di dalam kitab ini terdapat banyak nilai-nilai
pendidikan akhlak yang bisa ditanamkan danditerapkan kepada para pelajar,
agar mereka mengetahui dan bisa melaksanakannya dalam kehidupan sehari-
hari. Pendidikan akhlak yang ada pada kitab Nashaihul Ibad’ sebagai berikut:
 Qana’ah
 Rela dengan keputusan Allah SWT
 Setia meneati janji
 Cinta kepada Allah SWT
B. Saran
Demikian makalah yang dapat penulis buat. Apabila ada kekurangan dan
kekeliruan dalam penyampaian materi ini, penulis mohon maaf. Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Untuk
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dan makalah selanjutnya. Dan harapan penulis,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
pemakalah pada khususnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Suwarjin, S. (2017). Biografi Intelektual Syekh Nawawi Al-


Bantani. Tsaqofah dan Tarikh: Jurnal Kebudayaan dan Sejarah Islam, 2(2), 189-
202.
Amin, S. M. (2019). Syaikh Nawawi Al-Bantani Tokoh Intelektual
Pesantren. Manarul Qur'an: Jurnal Ilmiah Studi Islam, 19(2), 136-148.
AHMAD, R. H. (2021). MATERI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM
KITAB NASHOIHUL ‘IBAD KARANGAN SYEKH IMAM AN-NAWAWI AL-
BANTANI (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).

10

Anda mungkin juga menyukai