Anda di halaman 1dari 15

ISMAIL AL-MINANGKABAWI

MAKALAH

Diajukan untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Tasawuf 4 (Modern)

Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam

Dosen Pengampu:
Dr. H Iskandar Arnel MA, Ph.D

Disusun Oleh:
LAELA RAHMADANI
NIM: 12030126863
PRODI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas rahmat dan karunia-
Nya saya dapat menulis makalah ini. Semoga sholawat dan salam terus tercurahkan kepada
yang mulia Nabi Muhammad SAW yang telah membawa atau membimbing kami dari masa
yang sama sekali tidak memiliki moral dan etika hingga zaman yang penuh ilmu pengetahuan
seperti sekarang.Tugas makalah ini dirancang untuk memenuhi salah satu persyaratan yang
diberikan pada mata kuliah Tasawuf Modern. Dan penulis dapat menyelesaikan tulisan ini
dengan baik serta mengucapkan terimakasih kepada dosen Dr. H. Iskandar Arnel MA. Ph.D
yang telah membimbing dalam penyusunan makalah ini.Namun penulis juga menyadari
bahwa artikel ini masih memiliki banyak kekurangan dalam hal tanda baca, tata bahasa,
maupun isinya, dan berharap pembaca dapat memberi saran atau memberikan jawaban
berwawasan luas. Semoga makalh ini dapat bermanfaat terutama bagi penulis.

Pekanbaru, 5 Nvember 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan............................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN

A. Biografi, Gurunya, Karyanya......................................................................... 2


B. Perkembangan Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah.................................... 3

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................... 9
B. Saran............................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam islam, kita sering mendengar kata ‘’tasawuf’’. Tasawuf adalah ajaran
bagaimana manusia dapat menyucikan akhlaknya guna mencapai kebahagiaan abadi
di dunia dan akhirat. Tasawuf adalah bagian dari hukum syariah, yaitu perwujudan
ihsan, salah satu dari ajaran islam yaitu iman dan islam. Sebagai salah satu bidang
ilmu keislaman, tasawuf pada hakikatnya bermuara pada penghayatan ibadah murni
terhadap akhlak pribadi dan keislaman. Secara sosial, akhlak al-karimah merupakan
tujuan dalam ilmu tasawuf. 1

Di dalam tasawuf kata tarekat sudah tidak asing, tarekat (dari kata thariqah)
berarti jalan, dan dalam konteks Timur Tengah, tarekat berarti jalan menuju wadi
(oasis).2Seiring berjalannya waktu, jamaah ini telah menyebar ke seluruh wilayah
Sumatra Barat dan Indonesia. Secara keseluruhan khususnya di wilayah Riau, Jambi
Bengkulu dan Tapanuli Selatan. Salah satunya dalah tarekat Naqsyabandiyah
Khalidiyah yang dipimpin oleh Syeikh Ismail Al-Minangkabawi. Syeikh Ismail Al-
Minangkabawi adalah seorang ulama asal Sumatra Barat yang sangat berpengaruh
pada saat itu, maka dari itu saya ingin mengetahui lebih jauh dan menulis sejarah
singkat tentang Syeikh Ismail Al-Minangkabawi serta perkembangan Tarekat yang
dibawanya.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Apa biografi Syeikh Ismail Al-Minangkabawi?
1
Amin Syukur, Tasawuf Kontekstua, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hlm 2
2
Mulyadi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf, ( Jakarta: Erlangga), 2006, hlm 175

iv
2. Bagaimana perkembangan tarekat Naqsyabandiyah Khalidiah yang dibawa Syekh
Ismail Al-Minangkabawi?
B. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan pada makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa biografi Ismail Al-Minangkabawi
2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan tarekat Naqsyabandiyah Khaldiyah
yang dibawa Syeikh Ismail Al-Minangkabawi

v
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Ismail Minangkabawi


Di daerah Sumatra Barat terkhusus wilayah minangkabau dan sekitarnya terdapat
tokoh-tokoh sufi terkenal salah satunya Syekh Ismail Al Minangkabawi. Beliau memiliki
nama asli Syekh Ismail Al-Khalidi Al-Minangkabawi, beliau lahir di Simabur, Batu Sangkar
tahun 1712 M. Ismail Al-Minangkabawi wafat pada tahun 1884 M, beliau terbilang hidup
cukup lama dengan usia 132 tahun. Karena banyaknya kelebihan beliau,, baik dari segi ilmu
atau karamah, sehingga nama beliau diberi gelar sebagai bentuk penghormatan yaitu Syekh
Al-Alim, Al-Fadil, Al-Hmmam, Al-Kamil, Shahibul Wilayah, Al-Karomah, setiap nama
memiliki arti tersendiri sesuai dengan martabat dari Syekh Ismail sebagai orang yang
berilmu, Al-Fadil adalah orang yang memiliki kelebihan, Al-Hammam adalah orang yang
hebat, Al-Kamil orang yang sampai ma’rifatnya sempurna kepada Allah SWT, Shahib Al-
Wilayah artinya penguasa wilayah artinya dimasa beliau, beliaulah yang dianggap sebagai
penuntun kepada ma’rifatullah, Al-Karomah orang yang mempunyai kemuliaan atau
kehormatan. Sampai saat sekarang nasab atua silsilah keluarganya belum diketahui, namun
satu pendapat mengatakan bahwa belia memiliki ikatan dengan orang-orang bugis yang
tinggal di wilayah Malaysia dan Riau.
Beliau adalah seorang seorang ulama yang menyebarkanTarekat Naqsyabandiyah
Khalidiyah pada tahun 1919. Beliau dianggap sebagai penyebar pertama kali Tarekat
Naqsyabandiyah Khalidiyah di daerah Sumatra Barat. Syekh Ismail Al-Minangkabawi adalah
sorang yang paham dalam bidang fiqih, tasawuf, dan ilmu kalam. 3 Ia sering diingat dalam
penyebar Tarekat Naqsyabandiyah di daerah Sumatra Barat. Syeikh Ismail al-Minangkabawi
adalah tokoh terkemuka yang paham dalam fiqih, tasawuf, dan ilmu kalam (teologi).

3
Dikutip dari Laman:httpsp2k.um-Surabaya.ac.id/3/2-3045-2942/Biografi-Pilihan/Ismail-Al-Khalidi-AlMinangkabawi-
108707p2k-u, Surabaya.html

vi
Dalam satu buku mengatakan syekh Ismail Al-Minangkabwi tumbuh dengan
mempelajari AL-Qur’an di Mushola yang ada dikampungnya, kemudian belajar membaca
bahasa arab melayu dibawah pengawasan guru-gurunya dan ayah ibunya. Beliau mempelajari
buku-buku berbahasa arab-melayu dan buku yang berbahasa Arab yang didalamnya meliputi
ilmu fiqih, ilmu Tasawuf, ilmu kalam,, ilmu tafsir, ilmu hadis, dan ilmu bahasa. Setelah itu
beliau pergi ke Tanah Suci Makkah dan Madinah untuk melanjutkan sekolahnya sampai 35
tahun.
Ada cukup banyak guru beliau yang tercatat, yang paling terkenal antara lain adalah
Syekh Attaillah bin Ahmad al-Azhari seorang ahli hukum di mahzab syafi’i, Syekh Abdullah
al-Syarqawi adalah ulama yang pernah menjadi Syekh di al-Azhar dan juga seorang yang ahli
hukum mahzab syafi’i, Syekh Abdullah Affandi merupakan anggota tokoh aliran
Naqsyabandiyah, Syekh Khalid al-Usmani al-Kurdi seorang penasihat spiritual, Syekh
Muhammad bin Ali al-Syanwani seorang ahli hukum, dan ilmu kalam. Setelah
menyelesaikan sekolahnya, Syekh Ismail Al-Minangkabawi mulai menyalurkan ilmunya dari
satu tempat ke tempat yang lain. 4 Usai menyelesaikan pelajarannya, Ismail al-Minangkabawi
mulailah menuangkan ilmu pengetahuannya dari satu tempat ke tempat yang lain, dari satu
pengajian ke pengajian yang lain, salah satu seorang muridnya, syeikh Guseb bin Ahmad Ad-
Dawsari al-Basri pernah menceritakan hingga ia berjumpa bersama pengajarnya tersebut
dipelabuhan bahrain dan mempelajari Tarekat Naqsyabandiyah secara mendalam bersamanya
diluar kota basra, hingga keduanya berpisah sekian lama didesa tersebut. Selama beberapa
tahun lamanya beliau berkelana untuk menimba pengetahuan di Arab Saudi, sampai syeikh
Ismail Al-Minangkabawi memutuskan untuk kembalike tanah airnya. Bahkan pengaruh
gurunya begitu besar sehingga Syeikh Ismail Al-Minangkabawi dikenal sebagai orang yang
ahli dalam bidamg Tasawuf, Fiqih dan Ilmu Kalam.
Sekembalinya ke kampung halaman, syekh Ismail Al-Minangkabawi langsung
berangkat ke kamoung halamannya di Simabur Batu Sangkar, dimana ia membuka
perkumpulan pengetahuan akidah Islam dan memimpin keilmuan diantaranya pelajaran
Ushuluddin, kalam, dan tarekat. Pada ilmu ushuluddin beliau mengajarkan ilmu kalam
Asyariyah khususnya pada sifat dua puluh, dalam ilmu syariat beliau membimbing fiqih
mahzab syafi’i dan pada ilmu Tarekat beliau meningkatkan Tarekat Naqsyabandiyah

4
Solihin, Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara, Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2005, hlm 77

vii
Khalidiyah, banyak orang dan oendatang di sekitarnya yang menjadi percaya pada ajaran
yang dibawanya.
Selain ilmunya yang luas, Syeikh Ismail Al-Minangkabawi juga sangat disegani di
Kerajaan Melayu Riau, karena dalam silsilah keluarganya beliau berkerabat dengan orang
melayu pulau penyengat dan di Negeri Sembilan. Dalam buku Buya Hamka dari
perbendaharaan lama, bahwa Raja Muhammad Yusuf (1858-1899) adalah seorang pemuda
Yamtuan Riau keturunan Bugis, yang menambahkan Al-Khalidi pada namanya. Hal ini juga
menunjukkan bahwa ia adalah pengikut Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah. Hal itu ia
ketahui oleh Syeikh Ismail Al-Minangkaawi ketika sering berkunjung kepulau penyengat.
Syeikh Ismail Al-Minangkabawi juga merupakan seorang penulis buku-buku. Ada beberapa
buku yang sudah beliau tulis diantaranya yang membahas mengenai aktivitas pada
pelaksanaan umat Islam, tentunya pada ilmu aqidah, fiqih dan tasawuf.
Selanjutnya ada Karya- karya Syekh Ismail Al-Minangkabawi Diantara karyanya ada
dua karya yang populer yaitu ki fayah al-Ghulam fi Bayan Arkan al-Islam wa Syurutih
(terpenuhi untuk anak-anak dalam Penjelasan tentang Rukun Islam dan syaratnya) serta
Risalah Mugaramah Urfiah wa Tauziah wa Kamaliah (membahas mengenai pelaksanaan niat
sholat). Kitab yang pertama berisi pemgetahuan mengenai rukun Islam rukun iman serta sifat
Tuhan dan penjabaran kepada hal wajib pada umat Islam di aktivitas kehidupan. Dalam kitab
kedua merupakan buku kecil yang membahas tentang pemaduan niat dan pengucapan
takbiratul ihram pada awal menunaikan sholat. Sebagai penganut Asy’ariyah, Syeikh Ismail
Al-Minangkabawi mengharuskan kepada orang islam mengikut aliran Asy’ariyah yaitu
memulai dari pengenalan sifat- sifat Tuhan. Setelahnya, umat Islam wajib mempelajari rukun
iman lainnya. Sebagai penganut mahzab Syafi’i, beliau berpegang teguh pada ajarannya
‘’Risalat Muqaromah’’ beliau membela pandangan ulama Syafi’i tentang partisipasi dalam
niat dan amal. Menurut definisi mahzab Syafi’i tentang niat yang terkenal yaitu Qasd al-
Syafi’i Muqtarinan bi Filih (melakukan sesuatu dengan sengaja disertai dengan melakukan
sesuatu).5

B. Perkembangan Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah


Tarekat Ismail Minangkabawi adalah Naqsyabandiyah Khalidiyah pada abad ke 19.
Syeikh Ismail Al-Minangkabawi secara umum dianggap mengembangkan Tarekat
5
Ibid. hlm 81

viii
Naqsyabandiyah Khalidiyah di Sumatra Barat dan wilayah yang lain salah satunya adalah
Provinsi Riau, Jambi, Bengkulu, dan Sumatra Utara dan sekitarnya, termasuk Riau, Jambi,
Bengkulu dan Tapanuli Selatan. Jauh sebelum Tarekat Naqsyabandiyah ada Tarekat
Syathariyah telah berkembang di Sumatra Barat tokoh yang menyebarkan adalah Syeikh
Burhanuddin Ulakkan, murid Syekh Abdul Rauf Singkl. Didalam praktek Tarekat
Syathariyah ini lebih mengutamakan amal batin dibandingkan amal lahiriah. Hal ini jelas
berbeda dengan Tarejat Naqsyabandiyah Khalidiyah yang menyeimbangkan amal lahiriah
dengan amal batin. Syekh Ismail Al-Minangkabawi membawa ajaran Tarekat
Naqsyabandiyah Khalidiyah pertama ke kepulauan, yaitu ke pulau jawa pada tahun 1850.
Pada tahun 1860, beliau juga mengembangkan ajaran Tarekat Naqsyabandiyah di
Minangkabau dan tidak hanya itu beliau juga merumuskan strategi pengembangan Tarekat
Naqsyabandiyah Khalidiyah melalui peran haji sebagai tokoh Tarekat. Pada tahun 1880,
Syekh Ismail Al-Minangkabawi membawakan ajaaran Tarekat Nasyabandiyah Khalodoyah
ke pulau jawa khusunya dikalangan bawah.6

Tarekat Naqsyabandiyah ada dua aliran yaitu Tarekat Naqsyabandiyah


Muzhanyah dan Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah. Aliran pertama dari Syekh
Muhammad Al-Ahmadi mursyid Tarekat Naqsyabandiyah, sedangkan aliran kedua dari
Syekh Khalid Us Syekh Khalid al-Usmani Al-Kurdi salah satu mursyid Tarekat
Naqsyabandiyah banyak melakukan perubahan tatanan.
Cara membesarkan jemaah tidak hanya terbatas di kampung halaman saja,
melainkan meluas hingga ke luar wilayah Sumatra Barat. Sastrawan terkemuka Raja Ali
Haji pada buku-bukunya menyatakan bahwa Syekh Ismail Al-Minangkabawi selalu
menghampiri kerajaan Melayu Riau.
Aliran kedua inilah yang di- kembangkan oleh Syaikh Ismail al-Minangkabawi.
Upaya pengembangan tarekat itu tidak hanya terbatas di kampung halamannya saja, tapi
meluas hingga keluar wilayah Sumatera Barat. Penulis terkenal Raja Ali Hji dalam bukunya
mencatat bahwa Sywekh Ismail Al-Minangkabawi sering datnag ke kerajaan Melayu Riau.
Syekh Ismail Al-Minangkabawi sendiri sering dijemput dipelabuhan dan dibawa ke Istana,
selanjutnya, hampir seluruh kerabat kerajaan berkumpul secara rutin untuk mendengarkan
pendapat dan saran para ulama terkemuka.
6
Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia (Bandung: IKAPI,1992), HLM 98-107

ix
Berikut ini merupakan amalan yang diajarkan dalam Tarekat Naqsabandiyah
Khalidiyah:
1. Berpegang teguh pada akidah-akidah ahlus Sunnah
2. Meninggalkan rukhshah
3. Mengambil hukum-hukum yang berat
4. Melanggengkan muraqabah
5. Selalu menghadap pada Tuhannya
6. Berpaling dari hiruk pikuk dunia, bahkan segala sesuatu selain Allah Swt. dan bisa
menghasilkan hadirnya hati agar terbiasa sehingga mejadi watak
7. Merasa sepi dalam keramaian, dan melakukan sesuatu yang bisa diambil
manfaatnya atau memberi manfaat di dalam ilmu agama
8. Berpakaian dengan pakaian orang mukmin pada umumnya
9. Menyembunyikan zikir
10. Menjaga napas agar sekiranya napas yang keluar masuk itu tidak melupakan Allah
Swt.
11. Berakhlak dengan akhlak Nabi Muhammad Saw. yang agung7.
tarekat ini mempunyai kekuatan sosial di masyarakat ketika kembalinya Syekh Ismail
Minangkabau dari Makkah pada permulaan tahun 1850 M ke Nusantara. Meskipun ia berasal
dari Simabur di Minangkabau, ia tidak pernah kembali ke daerah asal kelahirannya. Peta
perjalanannya adalah Singapura, Riau dan Kedah; sehingga pengaruh-pengaruhnya masih ada
di tiga daerah ini. Terkait dengan Minangkabau, Martin van Bruinessen juga belum dapat
memastikan awal masuknya tarekat ini ke daerah tersebut. Menurutnya, nama Syekh
Jalaluddin Cangking merupakan seorang syekh Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah yang
dikenal pertama sekali di sekitar tahun 1860. Meskipun tidak kembali ke tanah airnya,
setidaknya pengaruh Syekh Ismail Minangkabau sangat besar di daerah ini, sebab para
ulamanya ketika belajar di Makkah secara otomatis belajar kepada Syekh Ismail
Minangkabau yang sudah dikenal dengan guru Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah.8
Kemudian Suluk Dalam Tarekat Syekh Ismail Minangkabawi. Sebagian ulama mengartikan
suluk sebagai cara atau metode melakukan berbagai bentuk ibadah untuk mendekatkan diri

7
Kitab Maulana Khalid an-Naqsyabandiyah wa minhaj fi at-Tashawuuf, Jami’ al-Ushul al-Auliyah,
Tanwir al-Qulub, al-Bahjah Tsaniyah, Risalah al-Idlah
8
Ahmad Fauzi Ilyas Journal of contemporary Islam Journal of kontempo Syekh Ahmad Khatib
Minangkabau dan Polemik Tarekat di Nusantara Naqsyabandiyah, Vol 1Januari-Juni 2017

x
kepada Tuhan, dan merupakan tradiid dalam kehidupan berjamaah. Jalaludin menjelaskan,
suluk adalah suatu perjalanan yang ditentukan bagi orang yang bergerak menuju Allah, salik
melewati beberapa batas dan tempat (maqam) serta naik kebeberapa derajat atau martabat
tinggi, yaitu perjalanan ruhani dan kerohanian. Suluk artinya memperbaiki akhlak,
mensucikan amalan dan menjernihkan ilmu. Suluk adalah kegiatan rutin yang mendatangkan
kesejahteraan lahir dan batin. Segala aktivitas hamba diaraahkan kepada Rabb. Bahkan ia
selalu mencapai suluk atau pengasingan dengan berusaha menempuh jalan untuk mencapai
kesucian batin dan lahiriah. Bentuk latihan amaliah mirip dengan teori sufistik suluk dari
salaka berarti menempuh perjalanan bagi mencapai tujuan, pelakunya disebut salik.9

Adapun pelaksanaan suluk pada Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah karfiah atau


prosedurnya yaitu sebagai berikut:
1. Mendapat izin guru atau orang yang mempunyai gelar yang diberikan oleh guru
mursyid untuk mengajar suluk
2. Kholwah, artinya menyendiri atau berpisah dengan istri, anak atau saudara
kandung yang tidak sedang melakukan suluk
3. Berencana melakukan suluk selama 40 hari atau 20 hari atau minimal 10 hari
Pada saat yang sama, salah atu pilar yang harus diterapkan suluk adalah mengurangi
bicara yang tidak perlu dan tidak ada manfaatnya, kamudian makanlah lebih sedikit tetapi
jangan membuat diri kelaparan sampai tidak bisa melakukan zikir, persingkat waktu tidur
seperti biasanya. Perhatikan adab dan tata krama dalam melanggengkan zikir. Pada jumlah
zikir sesuai dengan tIngkatan pengajarannya, tawajjuhan 3 hari sehari semalam. 10
Khalwat dalam tarekat Syekh Ismail Minangkabawi, Khalwat secara harfiah berarti
pengasingan dan uzlah berarti mundur. Dan dalam tasawuf maknanya adalah seorang salik
mengasingkan diri ketempat terpencil (jauh dari keramaian masyarakat) untuk mengabdikan
diri sepenuhnya untuk beribadah kepada Allah SWT dibawah bimbingan gruu atau Syekh
sufi, dan mensucikan jiwa. Berasal dari berbagai keyakinan, pemikiran dan perasaan yang
salah, konsep-konsep yang gelap, membingungkan, dan ilusi-ilusi palsu, hal-hal tersebut
menjauhkan dari Allah SWT. khalwat adalah keterasingan dari pengaruh duniawi, bersinar
indah bagai cermin, menutup semua pintu hatinya kecuali yang lainnya. Allah. Khalwat

9
M. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung:CV Pustaka Setia 1999), cet ii (Revisi) hlm 68
10
Khayaturrahman, Sumber Kitab Aurad Dzikir Naqsyabandiyah Khalidiyah Khayaturrahman.

xi
adalah menyendiri dari pengaruh duniawi.11 Khalwat diibaratkan sebagai tempat peleburan
besi yang dengan nyala api ke-zuhudan nafsu dilebur, dimurnikan dari segala kotoran, indah
bercahaya laksana sebuah cermin. salik menutup semua pintu hatinya hatinya kepada hal-hal
yang selain Allah dan bercakap-cakap dengan diri-Nya melalui batinya. Uzlah adalah salah
satu dimensi dari khalwat, sedang dimensi yang satunya lagi adalah cermat dan sederhana
atau disiplin diri.12
Bagi mereka yang sudah sempurna, pengasingan dapat mengingatkan
kesempurnaanya. Dan bagi mereka yang belum sempurna, pengasingan dapat memperbaiki
mentalnya. Tujuan khalwat adalah mensucikan pikiran dan kotoran disekelilingnya serta
mengabadikannya pada sunnah Allah. namun, tanpa adanya bimbingan seorang mursyid
khalwat dapat mendatangkan bahaya, karena dalam khalwat terdapat banyak sekali
penyingkapan-penyingkapan yang sangat besar dalam hati. Bahkan bagi sebagian kalangan,
khalwat tidak sah dilakukan tanpa bimbingan seorang mursyid.13
Dapat dilihat dari uraian diatas, khalwat berarti memutus kontak dengan manusia,
meninggalkan segala aktivitas duniawi manusia untuk jangka waktu tertentu, membiarkan
pikiran mengosongkan diri dari segala aktivitas kehidupan yang tidak ada habisnya dan
membiarkan pokoran beristirahat dari kesibukana. Kesibukan sehari-hari yang tidak ada
habisnya khalwat adlah mengingat kehadiran dan ketaatan Allah, serta merenungkan nikmat
dan nikmatnya di siang dan malam hari. Hal ini dilakukakn oleh murid dibawah bimbingan
seorang mursyid yang mengenal Allah, yang dapat mengajarkan ketika tidak tahu, yang
mengingatkan ketika ia lalai, memberikan isnpirasi ketika ia malas, dan membantu dia dalam
mengatasi segala gangguan dan apapun yang terjadi.
Yang terakhir yaitu pengaruh beliau Selama Syekh Ismail Al-Minangkabawi berjaasa
di Minangkabau, beliau dangat memberikan pengaruh yang luar biasa bagi spiritual
masyarakat pada saat itu, karena banyak penduduk di wilayah Minangkabau dan sekitarnya
yang menganut ajaran yang di bawanya. Beliau dianggap tokoh utama dalam
menyebarluaskan Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah di Miinagkabau, pengaruh ajarannya
tidak hanya di daerah Minangkabau, diantaranya Jambi, Bengkulu, Riau, dan Tapanuli

11
Abubakar Aceh, Pengantar Ilmu Tarekat (Uraian Tentang Mistik), Cet XIII (Solo:Ramadhan, 1996),
hlm 337
12
Dikutip dari Sulaiman al-Kumayi, Cahaya Hati Penentram Jiwa, Cet I (Semarang: Pustaka Nuun,
2005), hlm 66.
13
Syaikh Abdul Qadir Isa, Hakekat Tasawuf, (Jakarta: Qitshi Press, 2011), hlm165

xii
Selatan. Kemudian beliau memberikan pengaruh dengan karya-karyanya untuk di pelajari
bagi yang menganut ajaranya diatara karyanya yany terkenal adalah ki fayah al-Gulam fi
Bayan Arkan al-Islam wa Syurutih (kecukupan bagi Anak dalam Penjelasan tentang Rukun
Islam dan Syarat syaratnya) serta Risalah Mugaramah Urfiah wa Tauziah wa Kamaliah
(Risalah tentang Niat Shalat). Beliau juga memberikan pengaruh di mekkah dan singapura ,
dimana beliau juga mengajarkan berbagai disiplin ilmu agama, sebagai orang yang terpelajar
ktitis adan anti kristen beliau mendapat tempat yang istimewa dan banyak orang-orang
Indonesia yang ke Mekkah belajar dengan beliau.

BAB III
KESIMPULAN

Syeikh Ismail Al-Minangkabawi adalah seorang tokoh sufi yang memberikan


pengaruh pada abad ke-19 M, terutama diwilayah Minangkabau dan sekitarnya. Beliau selalu
dianggap menjadi tokoh pertama dalam menyebarkan Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah di
daerah Minangkabau dan sekitarnya, beliau juga dikenal sebagai orang yang ahli dalam fiqih,

xiii
tasawuf dan juga ilmu kalam. Syeikh Ismail Al-Minangkabawi merupakan seorang mursyid
Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah yang silsilah pengambilan Tarekatnya sampai kepada
Nabi Muhammad SAW. Hal yang istimewa bahwa beliau menerima baiat dari duang orang
syeikh mursyid sekaligus, yaitu syeikh Khalid Al-Usmani dan Syeikh Abdullah Affandi.
Dengan menyebarluaskan Tarekat Naqsyabandiyah Khalidyah dipandang sangat berhasil
dimana banyak masyarakat yang dengan menerima dalam menganut Tarekat Naqsyabandiyah
Khalidiyah yang diusung oleh Syeikh Ismail Al-Minangkabau. Dengan mengeluarkan

DAFTAR PUSTAKA

Aceh Abubakar, 1998. Pengantar Ilmu Tarekat Uraian Tentang Mistik). Solo: Ramadhani.
Al-Kumayi Sulaman, 2005. Cahaya Hati Penentraman Jiwa. Cet I (Semarang: Pustaka Nuun.
Bruinessen Van Martin, 1992 Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, (Bandung:IKAPI)
Httpsp2k.um-Surabaya.ac.id/id3/2-3045-2945/Biografi-Pilihan/Ismail-Al-Khalidi-
AlMinangkabawi-108707p2k-u, Surabaya.html

xiv
Ilyas Fauzi Ahmad, 2017. Journal Of Kontemporary Islam Journal Of Kontempo Syekh
Ahmad Khatib Minangkabau dan Polemik Tarekat di Nusantara Naqsyabandiyah, Vol
1, No. 1 Januari-Juni.
Kartanegara Mulyadi, 2006 Menyelami Lubuk Tasawuf, (Jakarta: Erlangga)
Khayaturrahman, Sumber Kitab Aurad Dzikir Naqsyabandiyah Khalidiyah.
Kitab Maulana Khalid An-Naqsyabandiyah Wa Minhaj fi at-Tashawwuf, Jami’ al-Ushul di
al-Auliya’. Tanwir al-Qulub, al-Bahjah Tsaniyah, Risalah al-Idlah
Mustofa M, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), cet II (Revisi)
Sholihin, 2005. Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara, (Jakarta:PT.Raja Grafindo
Persada
Syaikh Abdul Qadir Isa, 2011 Hakekat Tasawuf. (Jakarta: Qitshi Press)
Syukur Amin, 2014. Tasawuf Kontekstual, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar).

xv

Anda mungkin juga menyukai