TASAWUF NUSANTARA
PRODI SOSIOLOGI AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah Swt atas limpahan rahmat Nya sehingga dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ‘‘BIOGRAFI DAN AJARAN SYEKH AHMAD
KHATIB SAMBAS’’, mata kuliah Tasawuf Nusantara.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Heru Setiawan, M.Ag selaku
Dosen Pengampu mata kuliah Tasawuf Nusantara yang telah membantu memberikan
kontribusi serta arahan agar kami sebagai mahasiswa dapat meyelesaikan tugas makalah ini.
Besar harapan kami semoga hasil dan hikmah dari tugas kelompok kami ini dapat
menambah ilmu pengetahuan serta pengalaman bagi pembaca, khususnya untuk penulis
sendiri dengan memberikan pertimbangan kepada pembaca dan dapat menjawab segala
pertanyaan yang timbul jika seseorang melihat dan mempelajari pokok bahasan mengenai ‘‘
Biografi dan Ajaran Syekh Ahmad Khatib Sambas’’.
Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, kami sadar bahwa masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun dari pembaca kepercayaan tugas berikutnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………...……..i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………...iii.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………..1
C. Tujuan ……………………………………………………………………………...1
BAB II PEMBAHASAN
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………………………...8
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Para ulama tasawuf memilki peran yang sangat penting bagi perkembangan islam
Indonesia. Tidak terlepas dari peran tokoh sufisme yang datang ke Nusantara, di dukung oleh
beberapa alasan dari setiap tokoh sufisme dalam penyebaran ajaran tasawuf. Dari banyak nya
tokoh sufisme, ada beberapa yang dilakukan untuk mencapai tujuan serta menyelaraskaan
ajaran mereka sesuai dengan ajaran agama islam yang sebenarnya.
Kabupaten sambas menjadi tempat kelahiran Syekh Ahmad Khatib Sambas, saat baru
berusia 19 tahun Ahmad Khatib Sambas kemudian dikirim oleh kedua orang tuanya ke
Makkah guna untuk menunaikan ibadah haji dan juga untuk memperdalam ilmu-ilmu
pengetahuannya.
Hourgonje mengakui bahwa Ahmad Khatib adalah ulama yang handal, ungggul
dalam tiap-tiap cabang ilmu pengetahuan islam dan ia dikenal secara baik di Indonesai
sebagai pendiri tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah. Dimana Tarekat ini sebagai sarana
dalam penyebaran agama islam di seluruh Indonesia dan dunia Melayu di paruh abad kedua
abad ke-191
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Adapun beberapa tujuan penulisan makalh ini diantaranya yaitu, sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui siapa Syekh Ahmad Khatib sambas
2. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah
3. Untuk mengetahu Ajran dan Amalan dari Syekh Ahmad Khatib Sambas
1
Sri Mulyati, Tasawuf Nusantara Rangkaian Mutiara Sufi Terkemuka (Jakarta:Kencana,2006), 179.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Sejak kecil Ahmad Khatib diasuh oleh pamannya, yang terkenal sangat ‘alim (orang
yang berilmu terutama dalam hal agama Islam) dan wara’ (orang yang sangat patuh dan taat
kepada Allah) di wilayah Kesultanan Sambas. Ahmad Khatib menghabiskan masa remajanya
untuk mempelajari ilmu-ilmu agama, ia berguru dari satu guru ke guru lainnya di wilyaha
Kesultanan Sambas. Salah satu gurunya yang terkenal di wilayah tersebut adalah,
H.Nuruddin Musthafa, imam masjid Jami’ Kesultanan Sambas.
2
Haways, Perkembangan Ilmu Tasawuf dan Tokoh-Tokohnya di Nusnatara (Surabaya: al-
ikhlas,1930),59
3
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta:LP3ES,1982),43
2
Naqsabandiyah, yaitu penggabungan antara dua tarekat yaitu tarekat Qadiriyah dan tarekat
Naqsabandiyah. Syaikh
Syaikh Ahmad Khatib Sambas sendiri adalah seorang mursyid (seorang guru agama)
tarekat Naqsabandiyah. Namun, Ahmad Khatib hanya menyebutkan sanadnya (rentetan rawi
yang sampai kepada Nabi Muhammad SAW) dari tarekat Qadiriyah.4
Syeikh Ahmad Khatib Sambas yang merupakan salah satu tokoh sufi yang berasal
dari daerah Kalimantan Barat. Ia sebagai tokoh sufi yang menyampaikan ajaran tarekat yang
disebut dengan Tarekat Qadariyah wa Naqsyabandiyah. Ajaran tarekat Qodariyah wa
Naqsyabandiyah ini yang berasal dari Syeikh Ahmad Khatib Sambas yang langsung didirikan
oleh beliau. Ajaran tarekat Qodariyah wa Naqsyabandiyah ini juga diamalkan oleh murid
Syeikh Ahmad Khatib Sambas yaitu Syeikh Nur Al-Din dan Syeikh Muhammad Sa’ad 5. (
Elmansyah, Patmawati, Eksistensi Tasawuf di Kalimantan Barat; Kajian Terhadap
Perkembangan Tarekat, jurnal sejarah dan budaya, vol.3 no.1 hal 90). Tarekat yang
dikenalkan oleh Syeikh Ahmad Khatib Sambas sebagai penggabungan dari dua teknik dzikir
yaitu tarekat Qodariyah dan tarekat Naqsyabandiyah. Penggabungan dari kedua tarekat
tersebut menjadi tarekat Qodariyah wa Naqsyabandiyah (TQN).
Tarekat Qodariyah wa Naqsyabandiyah ini semakin banyak yang mengikuti dan luas
dalam penyebarannya dengan adanya risalah yang diciptakannya oleh murid Syeikh Ahmad
Khatib Sambas yang bernama risalah Fath al-‘Arifin. Risalah Fath al-‘Arifin menjelaskan
tentang dzikir, cara-cara bai’at, dan silsilah dari Syeikh Ahmad Khatib Sambas. Murid
Syeikh Ahmad Khatib Sambas yang menulis risalah Fath al-‘Arifin yaitu Muhammad Al-Bali
dan Ma’ruf Pelembang6. (Ali Muzakir, Petunjuk Baru Silsilah Ahmad Khatib Sambas; Tiga
Teks Tulisan Melayu, Jurnal Lektur Keagamaan Vol.13 no.2 hal 516).
4
Dari silsilah yang didapat dari semua cabang,silsilah tarekat ini hanya bersumber dari satu sanad dari Syaikh
Abd. Qadir Jailani. Muhammad Usman Ibnu al-Ishaq, al-khulasoh al-wafiyah fi al-Adab wa Kaifiyat al-Dzikr
‘Inda Sa’adat al-Qadiriyah wa Naqsabandiyah (Surabaya: al-fitrah, 1994), 16-18
5
Elmansyah, Patmawati, Eksistensi Tasawuf di Kalimantan Barat; Kajian Terhadap Perkembangan Tarekat,
jurnal sejarah dan budaya, vol.3 no.1 hal 90
6
Ali Muzakir, Petunjuk Baru Silsilah Ahmad Khatib Sambas; Tiga Teks Tulisan Melayu, Jurnal Lektur
Keagamaan Vol.13 no.2 hal 516
3
1590 M, tahap yang kedua, terdapat kerajaan Sambas, kerajaan Sambas berdiri pada tahun
1671 M, dan tahap ketiga kerajaan Pontianak, kerajaan ini berdiri pada tahun 1771 M 7.
(Elmansyah, Patmawati, Eksistensi Tasawuf di Kalimantan Barat; Kajian Terhadap
Perkembangan Tarekat, jurnal sejarah dan budaya, vol.3 no.1 hal 83) Semua kerajaan tersebut
berada di wilayah Kalimantan Barat yang merupakan kerajaan Islam.
Pokok-pokok ajaran tasawuf yang disampaikan oleh Syeikh Ahmad Khatib Sambas
pada umumnya terbagi dalam lima pokok ajaran antara lain; pertama, mempelajari ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan pelaksanaan perintah Tuhan, kedua, mendampingi para
guru dan teman dalam pelaksanaan cara melakukan ibadah, ketiga, meninggalkan perkara
yang rukhsah dan ta’wil dengan tujuan menjaga dan menyempurnakan amal, keempat,
menggunakan waktu sebaik-baiknya dengan melalukan dzikir dan do’a, kelima,
membentengi diri sendiri untuk tidak menuruti hawa nafsu9. (Muhammad Cholil Tarekat
Qadariyah wa Naqsyabandiyah dan Pengaruh Atas Pondok Pesantren Mamba’ul’Adhim
Nganjuk). Adapun amalan-amalan tarekat Qadariyah wa Naqsyabandiyah sebagai berikut;
a. Kesempurnaan Suluk
7
Elmansyah,Patmawati, Op.Cit. Hal 83
8
Ibid, Hal 84
9
Muhammad Cholil, Thesis “Tarekat Qadariyah wa Naqsyabandiyah dan Pengaruh Atas Pondok Pesantren
Mamba’ul’Adhim Nganjuk” (Jawa Timur, IAIN Ponorogo), hal
4
Suluk menjadi salah satu amalan dalam tarekat Qadariyah wa Naqsyabandiyah yang
dilakukan dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan ketiga syarat
yang harus dipenuhi yaitu, Islam, Iman, dan Ihsan. Ketiga syarat tersebut dapat dikatakan
dalam istilah tasawuf sebagai syariat, tariqat, dan haqiqat10. (Ibid, 207)
b. Zikir
c. Bai’atan
Bai’atan merupakan suatu perjanjian yang dilakukan antara seorang murid terhadap
murshid. Mursyid (menurut kaum sufi) adalah mereka yang bertanggung jawab memimpin
murid dan membimbing perjalanan rohani murid untuk sampai kepada Allah SWT. Bai’atan
dapat diartikan sebagai langkah dari seorang murid untuk menyerahkan dirinya untuk
dibimbing dan dibina dalam membersihkan jiwa, dan mendekatkan dirinya kepada Tuhan.
Setelah itu, seorang murshid akan mengajarkan zikir talqin al-zikr. Talqin dzikir saat hidup
harus dilakukan oleh seorang guru mursyid kepada jama’ah ataupun perorangan. Pembai’atan
dibagi dalam dua macam; pertama pembai’atan fardhiyah secara individual, kedua
pembai’atan jam’iyah secara berkelompok12(Ibid, 208) Dalam penerapan tarekat Qadariyah
wa Naqsyabandiyah pembai’atan dilakukan terlebih dahulu dengan murid yang telah
menyadari dan mengetahui terhadap kewajiban yang harus dilaksanakan, kemudian murid
tersebut akan mendatangi murshid untuk siap dibai’at.
d. Munaqiban
10
Ibid, Hal 207
11
Ibid, Hal 207
12
⁸ Ibid, Hal 208
5
syekh Abdul Qadir al-Jaelani sebagai quth al-auliya’ yang sangat istimewa dan membawa
keberkahan13. (Ibid, 209)
e. Khataman
13
Ibid, Hal 209
14
Ibid,Hal 209
15
Elmansyah, Patmawati, OP.CIT, HAL 88
16
Ibid, Hal 89
¹³ Ali Muzakir, Op.Cit, hal 259
6
tarekat, karena menurutnya daerah Jambi sebelumnya juga telah mengalami masa penyebaran
tarekat oleh ‘Abd al-Hadi¹³.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Syaikh Ahmad Khatib Sambas sebagai
salah satu tokoh sufi yang membentuk ajaran tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah yang
merupakan penggabungan dari kedua tarekat dzikir. Terdapat karya yang menjelaskan
mengenai permasalahan ba’iat, silsilah dari Syaikh Ahmad Khatib Sambas, dan juga
berisikan dzikir-dzikir yang disebut dengan fath al-arifin. Fath al-arifin yang dituliskan oleh
murid dari Syaikh Ahmad Khatib Sambas. Kedatangan tarekat pada tanah kelahirannya
melalui beberapa tahap antara lain: dimulai dari adanya kerajaan Matan, munculnya kerajaan
Sambas, dan terakhir kerajaan Pontianak.
Adapun ajaran yang dikemukakan menurut Syaikh dalam langkah dzikir dengan
ajaran tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah antara lain: Pertama, mempelajari ilmu
pengetahuan tentang menjalankan perintah Tuhan. Kedua, mendampingi guru dan teman
dalam pelaksanaan tata cara melakukan ibadah. Ketiga , meninggalkan perkara yang rukhsah
dan ta’wil dengan tujuan menjaga dan menyempurnakan amal. Keempat , menggunakan
waktu sebaik-baiknya dengan do’a. Kelima, membentengi diri dari hawa nafsu. Selain itu,
terdapat amalan-amalan yang dilakukan dalam tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah yaitu:
kesempurnaan dalam suluk, berdzikir, Ba’iatan, manaqiban, dan Khataman.
8
DAFTAR PUSTAKA
Mulyati, Sri. 2006. Tasawuf Nusantara Rangkaian Mutiara Sufi Terkemuka Jakarta:Kencana:
179.
Dhofier, Zamakhsyari . 1982. Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai
Jakarta: LP3ES: 43.
Dari silsilah yang didapat dari semua cabang,silsilah tarekat ini hanya bersumber dari satu
sanad dari Syaikh Abd. Qadir Jailani. Muhammad Usman Ibnu al-Ishaq, al-khulasoh
al-wafiyah fi al-Adab wa Kaifiyat al-Dzikr ‘Inda Sa’adat al-Qadiriyah wa
Naqsabandiyah (Surabaya: al-fitrah, 1994: 16-18.
Elmansyah & Patmawati, Eksistensi Tasawuf di Kalimantan Barat; Kajian Terhadap
Perkembangan Tarekat, jurnal sejarah dan budaya, 3(1): 90.
Muzakir, Ali. Petunjuk Baru Silsilah Ahmad Khatib Sambas; Tiga Teks Tulisan Melayu,
Jurnal Lektur Keagamaan, 13 (2) : 516