Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

BIOGRAFI DAN AJARAN SYEKH AHMAD KHATIB SAMBAS

Disusun untuk memnuhi tugas mata kuliah

Tasawuf Nusantara yang diampu oleh

Bapak Heru Setiawan, M.Ag

Disusun oleh Kelompok 10:


1. Wakhidatus Zahro’un Nihlah (126309201001)
2. Bagus Samodra (126309201014)
3. Siti Rahayu (126309201022)

TASAWUF NUSANTARA
PRODI SOSIOLOGI AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah Swt atas limpahan rahmat Nya sehingga dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ‘‘BIOGRAFI DAN AJARAN SYEKH AHMAD
KHATIB SAMBAS’’, mata kuliah Tasawuf Nusantara.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Heru Setiawan, M.Ag selaku
Dosen Pengampu mata kuliah Tasawuf Nusantara yang telah membantu memberikan
kontribusi serta arahan agar kami sebagai mahasiswa dapat meyelesaikan tugas makalah ini.

Besar harapan kami semoga hasil dan hikmah dari tugas kelompok kami ini dapat
menambah ilmu pengetahuan serta pengalaman bagi pembaca, khususnya untuk penulis
sendiri dengan memberikan pertimbangan kepada pembaca dan dapat menjawab segala
pertanyaan yang timbul jika seseorang melihat dan mempelajari pokok bahasan mengenai ‘‘
Biografi dan Ajaran Syekh Ahmad Khatib Sambas’’.

Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, kami sadar bahwa masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun dari pembaca kepercayaan tugas berikutnya.

Tulungagung, 15 November 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………...……..i

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………...iii.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………………………...1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………..1

C. Tujuan ……………………………………………………………………………...1

BAB II PEMBAHASAN

A. Biografi dan Karya – Karya dari Syekh Ahmad Khatib Sambas…………………..2

B. Asal mula Tarekat Qadariyah wa Naqsyabandiyah………………………………...3

C. Ajaran dan Amalan Tarekat Qadariyah wa Naqsyabandiyah………………………4

D. Perkembangan Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah………………………….....6

BAB II PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………………………...8

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Para ulama tasawuf memilki peran yang sangat penting bagi perkembangan islam
Indonesia. Tidak terlepas dari peran tokoh sufisme yang datang ke Nusantara, di dukung oleh
beberapa alasan dari setiap tokoh sufisme dalam penyebaran ajaran tasawuf. Dari banyak nya
tokoh sufisme, ada beberapa yang dilakukan untuk mencapai tujuan serta menyelaraskaan
ajaran mereka sesuai dengan ajaran agama islam yang sebenarnya.

Kabupaten sambas menjadi tempat kelahiran Syekh Ahmad Khatib Sambas, saat baru
berusia 19 tahun Ahmad Khatib Sambas kemudian dikirim oleh kedua orang tuanya ke
Makkah guna untuk menunaikan ibadah haji dan juga untuk memperdalam ilmu-ilmu
pengetahuannya.

Hourgonje mengakui bahwa Ahmad Khatib adalah ulama yang handal, ungggul
dalam tiap-tiap cabang ilmu pengetahuan islam dan ia dikenal secara baik di Indonesai
sebagai pendiri tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah. Dimana Tarekat ini sebagai sarana
dalam penyebaran agama islam di seluruh Indonesia dan dunia Melayu di paruh abad kedua
abad ke-191

B. Rumusan Masalah

1. Biografi Syekh Ahmad Khatib Sambas ?


2. Bagaimana perjalan Syekh Ahmad Khatib Sambas hingga dapat mendirikan
Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah?
3. Bagaimana Ajaran atau Amalan yang dibawa oleh Syekh Ahmad Khatib Sambas?

C. Tujuan
Adapun beberapa tujuan penulisan makalh ini diantaranya yaitu, sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui siapa Syekh Ahmad Khatib sambas
2. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah
3. Untuk mengetahu Ajran dan Amalan dari Syekh Ahmad Khatib Sambas

1
Sri Mulyati, Tasawuf Nusantara Rangkaian Mutiara Sufi Terkemuka (Jakarta:Kencana,2006), 179.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi dan Karya-Karya Syekh Ahmad Khatib Sambas


Syekh Ahmad Khatib Sambas dilahirkan di Kampung Dagang, Kabupaten Sambas,
Kalimantan Barat pada tahun 1803 M atau bulan shafar 1217 H. Nama lengkaonya adalah
Ahmad Khatib bin Muhammad bin Jalaluddin, Ahmad Khatib Sambas terlahir dari keluarga
perantau dari Kampung Sange’. Pada masa-masa itu, tradisi merantau (nomaden) masih
menjadi bagian cara hidup masyarakat di Kalimantan Barat.

Sejak kecil Ahmad Khatib diasuh oleh pamannya, yang terkenal sangat ‘alim (orang
yang berilmu terutama dalam hal agama Islam) dan wara’ (orang yang sangat patuh dan taat
kepada Allah) di wilayah Kesultanan Sambas. Ahmad Khatib menghabiskan masa remajanya
untuk mempelajari ilmu-ilmu agama, ia berguru dari satu guru ke guru lainnya di wilyaha
Kesultanan Sambas. Salah satu gurunya yang terkenal di wilayah tersebut adalah,
H.Nuruddin Musthafa, imam masjid Jami’ Kesultanan Sambas.

Karena sejak remajaa sudah terlihat keistimewaan penguasaan ilmu-ilmu agamanya,


Ahmad Khatib Sambas kemudian dikirim leh kedua orangtuanya ke Makkah guna untuk
menunaikan ibadah haji dan juga untuk memperdalam ilmu-ilmu pengetahuannya.

Ketika awal Ahmad Khatib mencoba belajar Halaqah(lingkarang yang


menggambarkan sekelompok kecil muslim yang berjumpa di waktu yang telah ditetapkan
mempelajari dan mendalami ajaran islam) yang ada di Masjidil alHaram, para guru yang ada
disana menolaknya. Dengan alasan beliau dianggap tidak mampu mengikuti pelajaran, betapa
kecewanya belia mendapatkan perlakuan seperti itu. Peristiwa itu dilihat oleh Syaikh Daud
bin Abdullah alFtanai (wafat sekitar 1843 M), yang kemudian membawa Ahmad Khatib
untuk tinggal dan belajar bersamanya. Sungguh luar biasa, Syaikh Daud melihat kemampuan
Ahmad Khatib Sambas yang luar biasa ia begitu amat cerdas. 2

Menurut Zamakhsyari Dhofier, Syaikh Ahmad Khatib Sambas banyak melahirkan


ulama-ulama di tanah Jawa. Yang kemudian menyebarkan ajaran Islam di Indonesia dan
Malaysia.3 Syaikh Ahmad Khatib Sambas adalah pendiri tarekat Qadiriyah wa

2
Haways, Perkembangan Ilmu Tasawuf dan Tokoh-Tokohnya di Nusnatara (Surabaya: al-
ikhlas,1930),59
3
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta:LP3ES,1982),43

2
Naqsabandiyah, yaitu penggabungan antara dua tarekat yaitu tarekat Qadiriyah dan tarekat
Naqsabandiyah. Syaikh

Syaikh Ahmad Khatib Sambas sendiri adalah seorang mursyid (seorang guru agama)
tarekat Naqsabandiyah. Namun, Ahmad Khatib hanya menyebutkan sanadnya (rentetan rawi
yang sampai kepada Nabi Muhammad SAW) dari tarekat Qadiriyah.4

B. Asal Mula Tarekat Qadariyah wa Naqsyabandiyah

Syeikh Ahmad Khatib Sambas yang merupakan salah satu tokoh sufi yang berasal
dari daerah Kalimantan Barat. Ia sebagai tokoh sufi yang menyampaikan ajaran tarekat yang
disebut dengan Tarekat Qadariyah wa Naqsyabandiyah. Ajaran tarekat Qodariyah wa
Naqsyabandiyah ini yang berasal dari Syeikh Ahmad Khatib Sambas yang langsung didirikan
oleh beliau. Ajaran tarekat Qodariyah wa Naqsyabandiyah ini juga diamalkan oleh murid
Syeikh Ahmad Khatib Sambas yaitu Syeikh Nur Al-Din dan Syeikh Muhammad Sa’ad 5. (
Elmansyah, Patmawati, Eksistensi Tasawuf di Kalimantan Barat; Kajian Terhadap
Perkembangan Tarekat, jurnal sejarah dan budaya, vol.3 no.1 hal 90). Tarekat yang
dikenalkan oleh Syeikh Ahmad Khatib Sambas sebagai penggabungan dari dua teknik dzikir
yaitu tarekat Qodariyah dan tarekat Naqsyabandiyah. Penggabungan dari kedua tarekat
tersebut menjadi tarekat Qodariyah wa Naqsyabandiyah (TQN).

Tarekat Qodariyah wa Naqsyabandiyah ini semakin banyak yang mengikuti dan luas
dalam penyebarannya dengan adanya risalah yang diciptakannya oleh murid Syeikh Ahmad
Khatib Sambas yang bernama risalah Fath al-‘Arifin. Risalah Fath al-‘Arifin menjelaskan
tentang dzikir, cara-cara bai’at, dan silsilah dari Syeikh Ahmad Khatib Sambas. Murid
Syeikh Ahmad Khatib Sambas yang menulis risalah Fath al-‘Arifin yaitu Muhammad Al-Bali
dan Ma’ruf Pelembang6. (Ali Muzakir, Petunjuk Baru Silsilah Ahmad Khatib Sambas; Tiga
Teks Tulisan Melayu, Jurnal Lektur Keagamaan Vol.13 no.2 hal 516).

Masuknya tasawuf di tanah kelahiran Syeikh Ahmad Khatib Sambas tepatnya di


daerah Kalimantan Barat terdapat tiga proses masuknya melalui tiga tahap yaitu tahap yang
pertama, terdapat kerajaan Islam besar yaitu kerajaan Matan, kerajaan ini berdiri pada tahun

4
Dari silsilah yang didapat dari semua cabang,silsilah tarekat ini hanya bersumber dari satu sanad dari Syaikh
Abd. Qadir Jailani. Muhammad Usman Ibnu al-Ishaq, al-khulasoh al-wafiyah fi al-Adab wa Kaifiyat al-Dzikr
‘Inda Sa’adat al-Qadiriyah wa Naqsabandiyah (Surabaya: al-fitrah, 1994), 16-18
5
Elmansyah, Patmawati, Eksistensi Tasawuf di Kalimantan Barat; Kajian Terhadap Perkembangan Tarekat,
jurnal sejarah dan budaya, vol.3 no.1 hal 90
6
Ali Muzakir, Petunjuk Baru Silsilah Ahmad Khatib Sambas; Tiga Teks Tulisan Melayu, Jurnal Lektur
Keagamaan Vol.13 no.2 hal 516

3
1590 M, tahap yang kedua, terdapat kerajaan Sambas, kerajaan Sambas berdiri pada tahun
1671 M, dan tahap ketiga kerajaan Pontianak, kerajaan ini berdiri pada tahun 1771 M 7.
(Elmansyah, Patmawati, Eksistensi Tasawuf di Kalimantan Barat; Kajian Terhadap
Perkembangan Tarekat, jurnal sejarah dan budaya, vol.3 no.1 hal 83) Semua kerajaan tersebut
berada di wilayah Kalimantan Barat yang merupakan kerajaan Islam.

Kerajaan Sambas yang dipercayai sebagai masuknya tasawuf di daerah Kalimantan


Barat melalui dua jalan. Jalan yang pertama berasal dari Thailand dan jalan kedua berasal
dari Makkah Al-Mukarramah8. (Elmansyah, Patmawati, Eksistensi Tasawuf di Kalimantan
Barat; Kajian Terhadap Perkembangan Tarekat, jurnal sejarah dan budaya, vol.3 no.1 hal84).
Ajaran tasawuf yang berasal dari Thailand yang dibawa oleh Syeikh Abdul Jalil al-Fattani
sebagai Mufti di kerajaan Sambas yang mengajarkan tasawuf. Ajaran tasawuf yang berasal
dari Makkah Al-Mukarramah yang diajarkan oleh Syeikh Ahmad Khatib Sambas, ia yang
mendalami agama Islam dan hijrah sampai ke Makkah. Murid dari Syeikh Ahmad Khatib
Sambas yang mengamalkan ajaran tarekat yang diajarkan oleh beliau adalah Syeikh
Nuruddin dan Syeikh Muhammad Sa’ad. Kedua murid Syeikh Ahmad Khatib Sambas
mengamalkan ajaran tarekat Qodariyah wa Naqsyabandiyah di daerah Kalimantan Barat.
Pada masa penyampaian tarekat Qodariyah wa Naqsyabandiyah oleh murid Syeikh Ahmad
Khatib Sambas mengalami perkembangan yang sangat luas dan banyak pengikutnya.

C. Ajaran dan Amalan Tarekat Qadariyah wa Naqsyabandiyah

Pokok-pokok ajaran tasawuf yang disampaikan oleh Syeikh Ahmad Khatib Sambas
pada umumnya terbagi dalam lima pokok ajaran antara lain; pertama, mempelajari ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan pelaksanaan perintah Tuhan, kedua, mendampingi para
guru dan teman dalam pelaksanaan cara melakukan ibadah, ketiga, meninggalkan perkara
yang rukhsah dan ta’wil dengan tujuan menjaga dan menyempurnakan amal, keempat,
menggunakan waktu sebaik-baiknya dengan melalukan dzikir dan do’a, kelima,
membentengi diri sendiri untuk tidak menuruti hawa nafsu9. (Muhammad Cholil Tarekat
Qadariyah wa Naqsyabandiyah dan Pengaruh Atas Pondok Pesantren Mamba’ul’Adhim
Nganjuk). Adapun amalan-amalan tarekat Qadariyah wa Naqsyabandiyah sebagai berikut;

a. Kesempurnaan Suluk

7
Elmansyah,Patmawati, Op.Cit. Hal 83
8
Ibid, Hal 84
9
Muhammad Cholil, Thesis “Tarekat Qadariyah wa Naqsyabandiyah dan Pengaruh Atas Pondok Pesantren
Mamba’ul’Adhim Nganjuk” (Jawa Timur, IAIN Ponorogo), hal

4
Suluk menjadi salah satu amalan dalam tarekat Qadariyah wa Naqsyabandiyah yang
dilakukan dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan ketiga syarat
yang harus dipenuhi yaitu, Islam, Iman, dan Ihsan. Ketiga syarat tersebut dapat dikatakan
dalam istilah tasawuf sebagai syariat, tariqat, dan haqiqat10. (Ibid, 207)

b. Zikir

Dalam tarekat Qadariyah wa Naqsyabandiyah zikir dilakukan sebagai cara untuk


selalu mengingat Allah SWT dan menyebutnya dalam setiap kalimat zikir yang diucapkan.
Zikir dilakukan menggunakan lisan dan meresapinya dalam hati dengan mengucapkan
kalimah-kalimah (‫بر‬MM‫ هللا أك‬,‫بحان هللا‬MM‫ س‬, ‫ه إال هللا‬MM‫ )ال إل‬biasanya zikir dilakukan secara berjamaah
bersama setelah melakukan ibadah sholat shubuh, atau setelah sholat magrib11. (Ibid, 207)

c. Bai’atan

Bai’atan merupakan suatu perjanjian yang dilakukan antara seorang murid terhadap
murshid. Mursyid (menurut kaum sufi) adalah mereka yang bertanggung jawab memimpin
murid dan membimbing perjalanan rohani murid untuk sampai kepada Allah SWT. Bai’atan
dapat diartikan sebagai langkah dari seorang murid untuk menyerahkan dirinya untuk
dibimbing dan dibina dalam membersihkan jiwa, dan mendekatkan dirinya kepada Tuhan.
Setelah itu, seorang murshid akan mengajarkan zikir talqin al-zikr. Talqin dzikir saat hidup
harus dilakukan oleh seorang guru mursyid kepada jama’ah ataupun perorangan. Pembai’atan
dibagi dalam dua macam; pertama pembai’atan fardhiyah secara individual, kedua
pembai’atan jam’iyah secara berkelompok12(Ibid, 208) Dalam penerapan tarekat Qadariyah
wa Naqsyabandiyah pembai’atan dilakukan terlebih dahulu dengan murid yang telah
menyadari dan mengetahui terhadap kewajiban yang harus dilaksanakan, kemudian murid
tersebut akan mendatangi murshid untuk siap dibai’at.

d. Munaqiban

Munaqiban dilakukan untuk melakukan zikir bersama antara murid dengan


murshidnya yang dilakukan selama mingguan ataupun beberapa bulan tertentu. Manaqiban
dilakukan untuk mengenang wafatnya Syekh Abdul Qodir al-Jaelani. Dalam manaqiban
tersebut mengandung beberapa silsilah dari syekh Abdul Qadir al-Jaelani, akhlak, sejarah
hidup, dan karamahnya. Manaqiban dilakukan yang dipercaya sebagai keyakinan bahwa

10
Ibid, Hal 207
11
Ibid, Hal 207
12
⁸ Ibid, Hal 208

5
syekh Abdul Qadir al-Jaelani sebagai quth al-auliya’ yang sangat istimewa dan membawa
keberkahan13. (Ibid, 209)

e. Khataman

Khataman dilakukan dengan dipimpin oleh murshid, yang dilakukan dengan


berjamaah secara duduk melingkar dan berbaris sesuai dengan shaf-nya. Khataman diawali
dengan membaca surah Al-fatihah yang dikhususkan untuk nabi Muhammad Saw, keluarga,
sahabat, para nabi dan malaikat, para wali, orang yang mati sahid, orang yang saleh, dan
keluarga kaum muslimin yang telah meninggal. Kemudian melakukan tawajjuh artinya
mendekatkan hati terhadap kehadirat Tuhan yang maha Agung Allah SWT, serta memohon
pertolongan-Nya agar dapat menjalankan amar makruf nahi mungkar, mendapatkan rezeki
yang halal, dan mendapatkan ketenangan dunia dan akhirat14. (Ibid, 209)

D. Perkembangan Tarekat Qadariyah wa Naqsyabandiyah

Tasawuf di Nusantara mengalami kejayaan pada masa di Kalimantan barat atas


pengaruh dari syekh Ahmad khatib Sambas. Murid dari syekh Ahmad khatib Sambas yang
sengaja menuntut ilmu ke Makkah ataupun dilandasi dengan ibadah haji yang kemudian
kembali ke Nusantara juga menyebar ajaran syekh Ahmad khatib Sambas yaitu ajaran tarekat
Qadariyah wa Naqsyabandiyah. Kedua tokoh Syekh Nuruddin dan syekh Muhammad As’ad
yang menyebabkan ajaran tarekat Qadariyah wa Naqsyabandiyah di daerah Sambas
Kalimantan Barat dan sekitarnya15. ( Elmansyah dan Patmawati, Jurnal Sejarah dan
Kebudayaan, 2019, Vol 3, No. 1 hal 75-100) tarekat Qadariyah wa Naqsyabandiyah juga
berkembang di empat daerah di Kalimantan barat yaitu Kota Singkawang, Kabupaten
Mempawah, Kabupaten Kubu Raya, dan Kota Pontianak. Kemudian, di daerah Jawa tarekat
Qadariyah wa Naqsyabandiyah disebarkan ajarannya oleh syekh Abdullah Mubarok yang
didukung dengan pesantren yang dimilikinya sebagai lembaga penyebaran tarekat Qadariyah
wa Naqsyabandiyah16. (Ibid, 89) Selain itu, di Jambi penyebaran tarekat Qadariyah wa
Naqsyabandiyah dipengaruhi oleh Muhammad ‘Ali bin ‘Abd Al-Wahab al-Naqari al-Banjari
al-Tungkali sekitar tahun (1933-2011). Muhammad ‘Ali bin ‘Abd Al-Wahab merasa dirinya
dan mengatakan bahwa bukan dirinya yang menjadi salah satu yang pertama menyebarkan

13
Ibid, Hal 209
14
Ibid,Hal 209
15
Elmansyah, Patmawati, OP.CIT, HAL 88
16
Ibid, Hal 89
¹³ Ali Muzakir, Op.Cit, hal 259

6
tarekat, karena menurutnya daerah Jambi sebelumnya juga telah mengalami masa penyebaran
tarekat oleh ‘Abd al-Hadi¹³.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Syaikh Ahmad Khatib Sambas sebagai
salah satu tokoh sufi yang membentuk ajaran tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah yang
merupakan penggabungan dari kedua tarekat dzikir. Terdapat karya yang menjelaskan
mengenai permasalahan ba’iat, silsilah dari Syaikh Ahmad Khatib Sambas, dan juga
berisikan dzikir-dzikir yang disebut dengan fath al-arifin. Fath al-arifin yang dituliskan oleh
murid dari Syaikh Ahmad Khatib Sambas. Kedatangan tarekat pada tanah kelahirannya
melalui beberapa tahap antara lain: dimulai dari adanya kerajaan Matan, munculnya kerajaan
Sambas, dan terakhir kerajaan Pontianak.

Adapun ajaran yang dikemukakan menurut Syaikh dalam langkah dzikir dengan
ajaran tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah antara lain: Pertama, mempelajari ilmu
pengetahuan tentang menjalankan perintah Tuhan. Kedua, mendampingi guru dan teman
dalam pelaksanaan tata cara melakukan ibadah. Ketiga , meninggalkan perkara yang rukhsah
dan ta’wil dengan tujuan menjaga dan menyempurnakan amal. Keempat , menggunakan
waktu sebaik-baiknya dengan do’a. Kelima, membentengi diri dari hawa nafsu. Selain itu,
terdapat amalan-amalan yang dilakukan dalam tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah yaitu:
kesempurnaan dalam suluk, berdzikir, Ba’iatan, manaqiban, dan Khataman.

8
DAFTAR PUSTAKA

Mulyati, Sri. 2006. Tasawuf Nusantara Rangkaian Mutiara Sufi Terkemuka Jakarta:Kencana:
179.

Haways. 1930. Perkembangan Ilmu Tasawuf dan Tokoh-Tokohnya di Nusnatara (Surabaya:


al-ikhlas: 59.

Dhofier, Zamakhsyari . 1982. Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai
Jakarta: LP3ES: 43.
Dari silsilah yang didapat dari semua cabang,silsilah tarekat ini hanya bersumber dari satu
sanad dari Syaikh Abd. Qadir Jailani. Muhammad Usman Ibnu al-Ishaq, al-khulasoh
al-wafiyah fi al-Adab wa Kaifiyat al-Dzikr ‘Inda Sa’adat al-Qadiriyah wa
Naqsabandiyah (Surabaya: al-fitrah, 1994: 16-18.
Elmansyah & Patmawati, Eksistensi Tasawuf di Kalimantan Barat; Kajian Terhadap
Perkembangan Tarekat, jurnal sejarah dan budaya, 3(1): 90.

Muzakir, Ali. Petunjuk Baru Silsilah Ahmad Khatib Sambas; Tiga Teks Tulisan Melayu,
Jurnal Lektur Keagamaan, 13 (2) : 516

Anda mungkin juga menyukai