Anda di halaman 1dari 13

MetodeTafsiralalQur'andanTantangandiEraModern

* HenriShalahuddin,MA

1.Pendahuluan Bagi kaum Muslimin, alQur'an adalah Firman Allah SWT yang diturunkan kepada RasulullahSAWmelaluimalaikatJibrilAS,kemudiandiwariskandarigenerasikegenerasisecara 1 mutawatir, tertulis dalam mushaf dan membacanya adalah ibadah. Namun dewasa ini, alQur'an yangmenjadipeganganutamakaumMusliminbaikdalamkehidupanpribadimaupunsosial,justru dilecehkan dengansangat sistematis. Pelecehan ini tidak hanya dari kalangan orientalis, tetapijuga berasal dari kalangan akademisi Muslim yang berprofesi sebagai dosen maupun tokoh organisasi keagamaan. Pelecahan dan hujatan terhadap alQur'an beraneka ragam, dari yang terangterangan meragukan alQur'an sebagai kitab suci, hingga dengan cara halus dengan melakukan penafsiran menyimpang dari konsep wahyu alAlQur'an yang final. Kemudian pandangan ini diajarkan di berbagai perguruan tinggi Islam. Inilah sesungguhnya tantangan umat Islam kontemporer setiap memperingatiNuzulalQur'an. Artikel ini, penulis secara ringkasakanmembahastantangankontemporerilmutafsirsebagai dampakdarigerakanliberalisasialQur'an.Dandilanjutkandenganpembahasanseputarilmutafsir, metode,karakteristiksertajawabanterhadapanekatuduhanterhadapnya. 2.Tantangankontemporerterhadapilmutafsir AdalahProf.Dr.NasrHamidAbuZayd,pemikirliberalasalMesiryangkiniberdomisilidi BelandasetelahdivonismurtadolehpengadilantinggiMesirdandikuatkanoleh2000ulamanegeri tersebut, mengklaim bahwa alQur'an adalah produk budaya (muntaj thaqafi), fenomena sejarah (hirah trkhiyyah), teks linguistik(alna allughaw) dan teks manusiawi(alna alinsn). Selanjutnya, dia menyimpulkan bahwa pembacaan teksteks keagamaan (alQur'an dan Hadits) 2 hingga saatinimasihbelummenghasilkantafsiranyangbersifat ilmiahobjektif(ilmimawi), bahkan masih terpasung dengan mitos (usrah), khurafat dan bercorak harfiyah (literal) yang mengatasnamakanagama.Olehkarenaitu,dalammewujudkaninterpretasiyanghidupdansaintifik terhadap teksteks keagamaan, Abu Zayd menawarkan interpretasi rasional dan menekankan 3 pentingnyakesadaranilmiah(way ilmy)dalamberinteraksidengantekstekskeagamaan. KeterpasunganinterpretasiyangdimaksudkanAbuZaydadalahinterpretasiyangtidaksejalan dengan tabiat dan sifat dasar teks. Baginya, corak interpretasi (tafsir) yang ada selama ini lebih menonjolkan unsur ideologi daripada unsur keilmiahan dan biasanya dimonopoli oleh kalangan fundamentalis yang mengabaikan indikasi peranan penguasa baik dalam isuisu keadilan sosial, ekonomimaupunpolitik. Interpretasi rasional yang dimaksud Abu Zayd adalah corak pendekatan interpretasi yang dilakukan oleh golongan pencerah (tanwriyyn) atau biasa disebut sebagai golongan sekular. Sebab pada intinya sekularisme, bagi Abu Zayd, tidak lain hanyalah ajaran tentang interpretasi realistis danpemahamanyangilmiahterhadapagama(altawlalaqq walfahmalilmlil dn). Dengan demikian Abu Zayd merombak makna sekular dan menolak tegas tuduhan para fundamentalis Islam yang memandang golongan sekularadalah golongan yangmemisahkanagama 4 darimasyarakatdankehidupan sosial.
Disampaikan di pengajian Dhuha Masjid Babuttaubah, Kemang Pratama, Bekasi, 21 April 2007. Penulis adalah penelitiINSISTSdandosendiSTIDM.Natsir. 1 Dr. Muammad ibn Lu, alabgh, Lamat f Ulm alQurn wa Ittijht alTafsr, alMaktabah alIslm, cetakankedua,Beirut,1990,hal.25.SelanjutnyadisingkatLamat 2 Nasr Hamid Abu Zayd, Naqdu lKhithab alDini, (Sina li lNashr, Kairo:1992), cetakan pertama, hal. 6. Selanjutnya disingkat Naqdu lKhithab 3 ibid, hal. 8 4 Naqd alKhithab, hal. 9
*

Interpretasirasionalterhadapteksteksagama,menurutAbuZayddapatdirealisasikandengan bersandar padadataempiris, yaitudengancaramenumbuhkankesadaranhistorisilmiahterhadap tekstekskeagamaan.Pengertiankatakesadaran(way)disiniadalahsegalaaktivitasyangterus 5 berkembang dan tidak mengenal bentuk kemapanan (formalisasi). Sedangkan maksud menumbuhkan kesadaran historisilmiah terhadap teks agama (alQur'an) yaitu dilakukan dengan pendekatan linguistik. Pendekatan linguistik versi Abu Zayd tidak menempatkan peranan Pencipta Teks (Allah SWT) dalam menafsirkan teks, tapi peranan tersebut secara mutlak diserahkan pada pembaca teks (manusia), dengan segala aspek sosial dan latar belakanghistorisnya.Diajugamenolakpendekatanasbbalnuzlmaupunnsikhwamanskh, 6 karenamenurutnya,keduanya diwarnai oleh unsurideologidansektetertentu. Corak penafsiran teks Abu Zayd lebih ditekankan pada superioritas data empiris dan 7 menjadikannya sebagai landasan pokok berbudaya dan beragama. Dengan demikian, interpretasi dan makna teks tidak pernah berpenghujung, bahkan ia senantiasa berkembang seiring dengan berkembangnya realitas. Sebab teks (wahyu) berasal dari realitas, sehingga makna teks pun dengan sendirinya harus mengikuti perubahan realitas. Dengan menggunakan prinsipini,makamaknateksalQuranpuntidakpernahfinal.SebabmenurutAbuZaydyang bersifat final dan tetap hanyalah Allah. Inilah sejatinya paham realisme (alwqiiyyah) yang memandang bahwa realitas lahiriyah (material) dapat menggambarkan wujud yang hakiki, 8 tanpamemerlukanpengetahuanakal. Dengan menyelami realitas di sekitar teks, maka Abu Zayd mempromosikan mekanismenya dalam memaknai sebuah teks. Berangkat dari pemahaman bahwa alQuran hanyalah fenomena 9 sejarah yang tunduk pada peraturan sejarah, maka sebagai suatu yang sudah mensejarah dan terealisasi dalam dunia yang temporalterbatas, alQuran juga bersifat temporalhistoris (terbatas) danharusdipahamidenganpendekatanhistoris.AbuZaydjugamemandangalQuransebatasteks linguistik (alna allughaw) yang tidak dapat melepaskan dirinya dari aturan bahasa Arab dan dipengaruhi oleh kerangka kebudayaan yang melingkupinya. Dengan demikian pemaknaannya 10 harustundukpadalatarbelakangzaman,ruanghistorisdanlatarbelakangsosialnya. Disamping itu, dia juga menganggap alQuran bukan lagi teksTuhan yang sakral,tapitelahbergesermenjadi teks manusia (alna alinsn) yang bersifat relatif dan maknanya selalu berubah, karena telah masuk dalam pemahaman manusia yang relatif. Dengan begitu, dia memisahkan alQuran secara total antara lafadz dan maknanya. Yang mutlak dan sakral menurutnya adalah alQuran yang mentah di alam metafisika (Law Maf), yang tidak pernah diketahui sedikit pun tentangnya, melainkan yang disebutkan oleh teks itu sendiri. Lalu alQuran tersebut dipahami dari sudut pandang manusia yang berubah dan nisbi. Sejak turun, dibaca dan dipahamiNabi, alQuran telah bergeser kedudukannya dari Teks Tuhan menjadi teks manusia. Hal ini disebabkan alQuran telah

NarHamidAbZayd,alKhibwalTawl,cetakanpertama,alMarkazalThaqfalArabi,Beirut,2000, hal. 16. Ulil AbsharAbdalla mengartikulasikan pendapat Abu Zayd ini dengan bahasa "memfosil". 6 Naqd alKhithab, hal. 189190 7 ibid, hal.99 8 Munir Baalbaki, alMawrid: A Modern EnglishArabic Dictionary, (Dar alIlm li lMalyn, Beirut:1995), hal. 762 9 Nasr Hamid Abu Zayd, alTafkir fi zaman alTakfir, dhiddu ljahl wa lzayf wa lkharafah, (Maktabah Madbuli, Kairo: 2003) cetakan II, hal. 210; dan alKhithab wa lTawil, (alMarkaz alTsaqaf alArabi, Beirut: 2000), cetakan pertama, hal. 205. Inti pendapat bahwa alQur'an adalah teks linguistik adalah menghilangkan universalitas alQur'an. Sehingga hukum yang terkandung di dalamnya tidak sesuai untuk zaman sekarang, karena perbedaan konteks. Contohnya adalah halalnya pernikahan musliman dengan nonMuslim, seperti yang ditulis cendekiawan liberal:Soal pernikahan lakilaki nonMuslim dengan wanita Muslim merupakan wilayah ijtihadi dan terikat dengan konteks tertentu,diantaranya konteks dakwah Islam pada saat itu. Yang mana jumlah umat Islam tidak sebesar saat ini, sehingga pernikahan antar agama merupakan sesuatu yang terlarang. Karena kedudukannya sebagai hukum yang lahir atas proses ijtihad, maka amat dimungkinkan bila dicetuskan pendapat baru, bahwa wanita Muslim boleh menikah dengan lakilaki nonMuslim, atau pernikahan beda agama secara lebih luas amat diperbolehkan, apapun agama dan aliran kepercayaannya A. Munim Sirry (ed,(. ) . Fiqih Lintas Agama,Paramadina&The Asia Foundation), 2004:164) 10 Nasr Hamid Abu Zayd, alNashsh wa lSulthah wa lHaqiqah: Iradatu lMarifah wa Iradatu lHaymanah, (al Markaz alTsaqaf alArabi, Beirut: 2000), cetakan keempat, hal. 92

11 berubahdariwahyumenjadiinterpretasi".

Dengandemikian dapatdipahamibahwa sebagaiteksmanusiawi(alnassalinsn),alQur'an bersifat relatif atau kebenarannya tidak lagi bersifat absolut ketika memasuki wilayah akal pemikiran manusia. Artinya, semua orang dengan beragam latar belakang dan kapasitas keilmuannya, mempunyai hak yang sama untukmenafsirkanalQur'andanmasingmasingpenafsir tidak berhak mengklaim bahwa penafsirannya lebih valid dari yang lain. Kemudian Abu Zayd menuduh musyrik bagi mereka yang menyakini mutlaknya penafsiran, karena telah menyamakan yang Mutlak (Tuhan) dan yang nisbi (manusia) dan menyamakan antara Maksud Tuhan dan 12 pemahamanmanusia. DikarenakanalQuransudahtidaklagimutlakdantelahberubahmenjadimaknayangrelatif, maka bagi kalangan liberal Islam, metode hermeneutika dipandang perlu sebagai perangkat interpretasitekskeagamaan.Moch.NurIchwan,salahsatumuridAbuZaydyangtercatatsebagai dosendiUINSunanKalijagaYogyakarta,menguatkanbahwadalamkonteksIslam,metodetafsir hermeneutika dimaknai sebagai teori dan metode yang memfokuskan dirinya pada problem pemahaman teks. Dia katakan problem, mengingat sejak awal diwahyukannya, menurutnya, al Quran dirasa sulit untuk dipahami dan dijelaskan. Problem tersebut semakin rumit manakala Rasulullah wafat,sehingga tidak ada lagi otoritas tunggal yang menggantikannya.Oleh sebab itu penggunaan hermeneutika dalam studi alQuran tidak bisa diabaikan lagi. Bahkan saat ini, hermeneutika alQurandinyatakantelahmenjelmamenjadi kajian interdisiplin yangmemerlukan penerapanilmuilmusosialdanhumanitas.13 AbuZaydjugamemandangalQur'ansecaradikhotomisyangmemilikiduadimensidimensi historis (nisbi) dan dimensi ketuhanan (mutlak). Abu Zayd lalu mempertanyakan: Apakah setiap yang termaktub dalam alQuran adalah firman Allah yang harus diaplikasikan? Pertanyaannya ini dijawabnyadenganmenganalogikannyapadaBibeldalampandanganKristen,tulisnya:According toChristiandoctrine,noteverythingthatJesussaidwassaidastheSonofGod.SometimesJesus 14 behaved just as a man. Pada akhirnya, pemutlakan nisbinya tafsir bermuara pada seruan Abu Zayd untuk meninggalkan kekuasaan teksteks agama (alQur'an dan Hadits) karena dianggap 15 membelenggukebebasanberfikir. Paham relativisme tafsir alQur'an, juga disuarakan Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif. Dalam kolom opini Republika, 29/12/06 silam, Syafii Maarif merangkum polemik wacana pluralisme agama yang beliau gulirkan dengan memunculkan polemik baru, yaitu mutlaknya kenisbian tafsir alQuran(mutlak dalam kenisbian). Syafii berpendapat bahwa kebenaran alQuran adalahmutlak, karena berasal dari yang Maha Mutlak. Tetapi kemutlakan tersebut menjadi nisbi saat memasuki otak dan hati manusia. Maka segala penafsiran tentang alQuran tidak pernah mencapai posisi mutlakbenar,siapapunmanusianya.DalamkolomResonansi7/11/06,iajugamenyatakan:"Bagi seorang beriman, yang final adalah kebenaran wahyu, tetapi tafsiran terhadap wahyu itu
11

Teks aslinya berbunyi: Inna lqurn miwaru hadthin hatta lna naun dniyyun thbitun min haythu manuqihi, lkinnahu min haythu yataarrau lahu laqlu linsniy wa yubiu mafhman yafqadu ifata lthabt, innahu yataarraku wa yataaddadu dillatuhu. Inna lthabt min ifati lmuthlaq wa lmuqaddas, amma linsniy fa huwa nisbiy mutaghayyirun. Wa lqurn naun muqaddasun min niyati manqihi, lakinnahu yubiu mafhman bi lnisbiy wa lmutaghayyir, ay min jihati linsani wa yataawwalu ila nain insniyyin yataansanu. Wa mina l arri huna an nuakkida anna lata lnai lkhmi lmuqaddasi latun mtfziqiyyatun l nadr anh shayan illa ma dhakarahu lnau anh wa nafqahuhu bi larrah min zwiyati linsni lmutaghayyiri wa lnisbiy. Alna mundhu laati nuzlihi lula ay maa qirati lnabiy lahu lahzhata lwahyi taawwala min kawnihi (naan ilahiyyan) wa ra fahman (naan insniyyan). Li annahu taawwala mina ltanzli ila ltawl. Lihat: Nasr Hamid Abu Zayd, Naqd alkhithab, (Sina li lNasyr, Kairo: 1992) cetakan pertama, hal. 93 12 ibid, hal. 9394 13 Moch. Nur Ichwan, Meretas kesarjanaan Kritis alQuran: Teori Hermeneutika Nasr Abu Zayd, cetakan I, (Teraju, kelompok Mizan, Jakarta:2003), hal. 5960 14 Nasr Hamid Abu Zayd & Esther R. Nelson, Voice of an Exile Reflections on Islam, (Connecticut/London, Praeger: 2004), hal. 174175 15 Nasr Hamid Abu Zayd, alImam alSyafii wa Tasis alAidiyulujiyyah alWasathiyyah, (Maktabah Madbuli, Kairo:2003), cetakan III, hal. 146

selamanyanisbi."KemudianSyafiimemandangorangyangmemutlakkanpenafsirannya,berartiia telahmengambilalihotoritasTuhan,yangberartisejajardengandosasyirik. Selain itu, relativisme tafsir juga disuarakan Prof.Dr.AminAbdullah.Dalamkatapengantar dibukuHermeneutikaalQuran,karyaFahruddinFaiz,dengantema:MendengarkanKebenaran Hermeneutika, Amin menulis: Dengan sangat intensif hermneutika mencoba membongkar kenyataan bahwa siapapun orangnya, kelompok apapun namanya, kalau masih dalam level manusia, pastilah terbatas, parsialkontekstual pemahamannya serta bisa saja keliru. Seterusnya Amin menulis bahwa yang menentang hermeneutika hanyalah mereka yang kolot dan 16 gemarmengklaimkebenaran. Aminmembahasakankelompokpenentanghermeneutikasepertiini 17 dengansebutanJuruBicaraTuhandanselaluberkataAtasNamaTuhan. 3.KarakteristikIlmuTafsir I.Definisi Tafsirsecaraetimologis,berartimenjelaskandanmenyingkap(albayanuwalkashfu).Sedangkan maknaterminologisnyaadalahIlmuuntukmemahami KitabullhyangdiwahyukanpadaRasulullah SAWmenjelaskanmaknamaknanyamenggalihukumhukumdanhikmahyangterkandungdi dalamnya.Ilmutafsirsenantiasaditopang(dibantu)olehilmubahasa,nahwu(arabicgrammar), arf(morphology),ilmubayan(rhetoric,sistematikadanmetodepenjelasan),ulfiqh(kaidah kidahdandasardasarilmuFiqh),ilmuqir'at,asbbnuzl(sebabsebabturunnyaayatayatAl Qur'an),dannsikhwamanskh(abrogation,(ayatyangmengesampingkanayatlaindanayatyang dikesampingkanolehnya). Namun,definisiyanglebihkongkritdanpraktistentangilmutafsirdapatkitasimakdariuraian SyeikhAbdurrahmanalBaghdadisebagaiberikut: Ilmu yang membantu memahami Kitabullah AlQur'an yang diturunkan kepada Nabi 19 Muhammad saw., dengan mengunakan metode tafsir teretentu , dan berlandaskan pada 'ulumuallughahalarabiyah(ilmuilmubahasaArab) yangmenjadibahasaFirmanAllah 20 AlQur'an sertamerincihalhalyangberkaitandenganayatayatAlQur'an,sepertisebab turunnya ayat (asbab an nuzul), gramatika (I'rab Al Qur'an), hubungan ayat dengan ayat sebelumnya atau surah dengan surah sebelumnya (Tanasuq as suar wal ayaat), kosakata, makna secara leterlak dan makna ijmal (umum), dengan memperhatikan susunan ayat ayatnya yang berkaitan dengan soalsoal akidah, hukum, adab (etika) dsb kemudian menarik kesimpulan dari ayatayat tersebut untuk menjawab berbagai tantangan dan 21 memecahberbagaipersoalanhidupyangtimbuldisetiapmasadantempat. II.IlmuilmupenopangTafsir Dalamkaedahilmutafsir,seorangmufassiryanghendakmenafsirkanalQur'an,sekurang kurangnyaharusmembekalidirinyadenganilmuilmuberikutdibawahini: a. PerangkatilmubahasaArabMengingatalQur'andiwahyukandalambahasaArab,maka seseorangtidakdapatmenghindaripersyarataninidalammenafsirkanayatayatnya.Ilmu bahasamemberiinformasitentang maknasetiapkatayangterkandungdalamalQur'an dan perbedaanmaknanyasesuaikontekspenggunaannyadalamberbagai ayat(ma'nmushtarak). Lebihdariitu,seorangmufassirjugaharusmengetahuimaknaaslisebuahkosakatadizaman turunnyawahyu,yaitusebelumterjadiperubahanmaknadanperkembangannyaseiring
16 17
81

FahruddinFaiz,HermeneutikaalQuran:TematemaKontroversial,eLSAQ,Yogyakarta,2005,hal.xviii Ibid,hal.xxi 18 Dari berbagai sumber, atau secara ringkas juga dapat dilihat di website berbahasa Arab http://www.quransite.com/ tafser.htm 19 Seperti metode parsial (tafsir tahliliy), atau global (tafsir ijmaliy), atau topikal (tafsir maudhu'iy), atau komparatif (tafsirmuqarin). 20 BahasaAlQur'anmencakupmaknalughawiymaupunsyariy(yaknimaknamenurutistilahbahasadanhukumsyara'. 21 Syeikh Abdurrahman alBaghdadi, Cara Menafsirkan alQur'an, makalah disampaikan dalam Diskusi Sabtuan di INSISTS,jl.KalibataUtaraII/84Jakarta,3Maret2007.

b.

c. d.

e. f.

bergesernyazaman.Diantaraaspekilmubahasayangharusdikuasaiseorangmufassiradalah mutardif(synonym),mushtarak(maknayangtergabung,berbarengandantercakupdalam sebuahkata,sebabdalambahasaArab,satukatamempunyaibanyakarti),nawu(arabic grammar), arf(morphology),ilmulbayn(rhetoric,sistematikadanmetodepenjelasan,yang dengannyadiketahuikeindahanbahasaalQur'an), dsb.Mujhidberkata:"Tidakdihalalkanbagi seorangyangberimankepadaAllahdanhariAkhir,berbicaratentangkandungan Kitabullh, 22 jikatidakmengetahuiragambahasaorangArab". KetidaktahundalamilmubahasaArab,akan berakibatfataldalammenafsirkanalAlQur'an.Sebagaicontoh,kata"biimmihim"padaQS. AlIsra:71,pernah disangkaberasaldarikataumm(ibu).Sehinggaayattersebutdiartikan: Suatuhari(kelak)Kamipanggiltiapumat'biimmihim'(denganibuibunya)".Padahalkata imm tidaklahberakarkatadantidaksamadengankataumm.Makakesalahanyangpernah 23 terjadi,segeradibenarkanolehZamakhsari ,yaitu denganatau bersamapemimpin pemimpinnya. 'UlmalQur'ansepertipengetahuantentang asbbalnuzl(sebabsebab atauperistiwayang mendahului turunnyaalQur'an),MakkiyahdanMadaniyyah,nsikhwamanskh(abrogation, (ayatyangmengesampingkanayatlaindanayatyangdikesampingkanolehnya)dan mukam (ayatayatyangjelasdandapatdipahamidengancepat),ilmuqir'at(ragambacaanayatyang diperkenankansecaramutawtir)sertamutashbih(ayatayatyangsamardanmempunyai ragampemahaman,sertamemerlukantelaahyangmendalam). UlalDn(ilmutauhid)inidikarenakankarenaalQur'anmembawapemahamanbarutentang alam,kehidupandanmanusiayangbermuarapadaakidahIslam. Ulfiqh(kaidahkidahdandasardasarilmuFiqh)diantarakandunganalQur'anadalah hukumdansyari'at.Penguasaanilmuini,sangatdiperlukandalammengambilkesimpulan tentanghukumhukumyangterkandungdalamberbagaiayat. HaditsRasulullahSAWbanyak menjelaskanayatayatdalamberbagaisabdanya.Sebabtugas utamabeliauadalahmenjelaskanwahyu. Ilmuilmulainnya,sepertisains,logika,fisika,kedokteran,tarikh,psikologi,falak,danilmu ilmusosiallainnyayangberkaitandenganperadabanmanusia.

III.MetodedantrenTafsir Dalamkajianilmutafsir,banyakdidapatiragampendekatanulamaulamatafsirdalammenafsirkan ayatayatalQur'an.Diantarametodedantren terpentingyangseringdigunakandalampenafsiran alQur'an adalahsebagaiberikut: a.TrenLinguistik Tren ini dipandang sebagai tren terlama dalam penafsiran alQur'an. Secara ringkasnya tren ini terbagi dalam tiga kategori yang saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Ketiga kategori tersebut adalah i). tren linguistik yang terkait dengan kosa kata bahasa (vocabularies). ii). Tren linguistik yang terkait dengan ilmu Nahwu (gramatika Arab) dan kaedah i'rab (yaitu penjelasan tentang kedudukan kata dalam kalimat parsing). iii). Tren linguistik yang terkait dengan ilmu BalaghahdanBayan (yaituilmusasteradankeindahanbahasaArabrhetoric). i).Trenlinguistikyangterkaitdengankosakatabahasa(vocabularies). DalamalQur'an,terdapatbanyakkatakataasingyangtidakdiketahuimaknanya(gharb).Bahkan diantaraSahabatRasulullahSAWjugaadayangtidakpahamartibeberapakatadalamalQur'an, 24 meskipun mereka terhitung bangsa QuraisyArab. Seperti Umar bin Khattab yang tidak
22 23

AlItqn,vol.II,hal.81 Ulamatafsir(mufassir)terkenal.NamalengkapnyaadalahAbulQsimJrullhMamdibn'UmaralZamakhshari (467H538H/ 8 Maret 1075M 14 Juni 1144M). Beliau lahir di Zamakhsyar, alJurjaniya, Khwarezm, sekarang di sekitarwilayahTurkmenistanatauUzbekistan. 24 Dalam beberapa riwayat, Abu Bakar juga tidak memahami arti abba ini, seperti yang dijelaskan dalam Tafsir Ibnu Kathr,vol.I,hal.5FatalBr,vol.13,hal.270272alItqn,vol.I,hal.113dalam Lamat,hal.200

memahami arti kata abba dalam QS. 'Abasa: 31 (dan buahbuahan serta rumputrumputan). Demikian juga dengan Ibnu 'Abbas yang tidak mengetahui kata fir, sampai beliau mendengar 2 orang Arab Baduwi yang bertikai tentang masalah sumur. Maka salah seorang di antaranya mengatakan: ( an faartuh) yang berarti ibtada'tuh (saya yang membuatnya, 25 memulainya), danadalagibeberapasahabatyangtidakmemahamisebagiankatadalamalQur'an. KitabkitabtafsiryangmemfokuskanpadaaspekkosakataalQur'aninibanyakdinamakandengan GharbalQur'n,sepertiyangditulisolehMuhammadibnalSibalKalbalKuf(w.146H),'Ali ibnHamzahalKasa'i(w.182H),Ab'UbaydahalQsimibnSalm(w.223H),AbuMuhammad 'AbdullhibnMuslimibnQutaybah(w.276H),dll. ii). Tren linguistik yang terkait dengan ilmu Nahwu (gramatika Arab) dan kaedah i'rab (yaitu penjelasantentangkedudukankatadalamkalimatparsing). Para Mufassir yang memfokuskan perhatiannya terhadap gramatika alQur'an cenderung menjelaskanayatayatdenganmenggunakantrenini.KedudukanilmuNahwusangatpentingdalam memahami ayatayat alQur'an. Kesalahan membaca atau memandang kedudukan suatukata(baik subjek,objekdsb)dalamayatalQur'anakanberdampakfatal.Sebagaicontoh dalamQS.Fir:28

"SesungguhnyayangtakutkepadaAllahdiantarahambahambaNya,hanyalah orangorangyang memilikiilmupengetahuan". Apabilabunyilafadz"Allaha"digantidenganAllahu,makakedudukannyapunberubahdariobjek menjadisubjek.ArtinyaAllahtakutdenganulamadaninibisamenyeretpadakemusyrikan. Di antara kitab tafsir termasyhur dengan pendekatan ini, sekaligus kitab tertua yang sampai pada kitaadalahkitabMa'nalQur'nyangditulisolehUlamaNahwu,AbZakariyYayibnZiyd alFarr'alDaylam (w.207H)kitabalTibynfiI'rbalQur'nalMajd,ditulisolehAbulBaq' al'Akbar(w.616H). iii).TrenlinguistikyangterkaitdenganilmuBalaghahdanBayan(yaituilmusasteradankeindahan bahasaArabrhetoric). AlQur'an sebagai firman Allah yang sarat dengan mukjizat, banyak mengundang pakar bahasa Arab menekuni keindahan bahasa yang terkandungdalamberbagaiayatnya.Dalamtrenini,karya karyatafsirmemfokuskandirinyapadakeindahanbahasadansasteraArab,setidaknyaterdapatdua sisi: yaitu sisi kemukjizatan alQur'an dan sisi teologi kalam dan sastera yang ditulis oleh pakar mutakallimbalaghi.DiantarakitabtafsiryangditulisdalamtreniniadalahalKashshf'an aqiq alTanzlwa'UynalAqwlfWujhalTa'wlolehalZamakhsar(w.538H)Fi illalQur'an olehSayyidQub(w.1386H/1966M)dsb. b.TafsirbilMa'thr Corak penafsiran ini adalah corak terpenting dalam menafsirkan alQur'an. Tren ini setidaknya meliputihalhalberikut: i. Menafsirkan suatu ayat dengan ayat lainnya yang nampak lebih detail pembahasannya. Di antara contohnya adalah penjelasan tentang ayat Mliki yawmi ldn dalam surat alFtiah. Ayat ini dapat ditafsirkan dengan QS. AlInfir: 1819 ("tahukah kamu apakah hari pembalasan[yawmldn]itu?[Yaitu]hari[ketika]seseorangtidakberdayasedikitpununtuk menolong orang lain. Dan segala urusanpadahariitudalamkekuasaanAllah).Danmasih banyaklagicontohlainnya. ii. Menafsirkan suatu ayat dengan Hadits Nabi yang menjelaskannya. Seperti pengertianalkhay alaswad dan alkhay alabya(benanghitamdanbenangputih)dalamQS.AlBaqarah:187.

25

alItqn,vol.I,hal.113Ta'wlMukhtalafalHadith,hal.20dalam Lamat,hal.200

Rasulullah SAW menjelaskan bahwa maksud kedua kata itu adalah gelapnya malam dan 26 terangnyasiang. iii. Menafsirkan suatu ayat dengan pendapat para Sahabat dan ulama besar dari kalangan Tabi'in yang berkaitan dengan penjelasan ayat, asbabunnuzul, dan kepada siapa ayat tersebut diturunkan. c.TafsirbilRa'yi(pendapat), Seperti yangdijelaskanolehSyeikh'AbdurrahmanalBaghdadi,treninilazimdisebutdengan ijtihad dalam menafsirkan AlQur'an. Dalam hal itu para ulama ahli tafsir yang bersangkutan memangmengenalbahasaArabdanmengenalbaiklafazhlafazhyangmerekatemukandalampuisi dan prosa zaman sebelum Islam. Selain itu mereka berpegang pada beritaberita yang dipandang benar mengenai sebabsebab turunya ayatayat AlQur'an (asbabunnuzul). Berdasarkan sarana sarana pembantu seperti itu mereka menafsirkan ayatayat AlQur'an menurut pengertian yang diperolehdarihasilijtihadnyamasingmasing. Arti menafsirkan AlQur'an berdasarkan arRayu tidak lebih dari itu. Mereka tidak mengatakansemaunyasendiridalammenafsirkanayatayatAlQur'an,tetapibersandarpadasastra zamansebelumIslam,sepertipuisi,prosa,adatistiadatArabdancaramerekaberdialog.Selainitu bersandar pula pada peristiwaperistiwa yang terjadi pada zaman hidupnya Rasulullah saw., dan halhalyangdialamibeliausaw.,sepertipermusuhankaumkafir,perlawananperlawananterhadap beliau,hijrahbeliau,peperanganpeperangandansegalayangterjadiselamaitu,yangmenyebabkan turunyaayatayatAlQur'andanhukumhukumya.Itulahyangdimaksuddengantafsirberdasarkan arRayu, yakni: Memahami kalimatkalimat AlQur'an dengan jalan memahami maknanya yang ditunjukkanolehpengetahuanbahasaArabdanperistiwayangdicatatolehseorangahlitafsir. MengenaiHaditsyangdiriwayatkanbahwasanyaRasulullahsawpernahbersabda:


AlQur'an adalah mudah, mengandung banyak segi (arti), maka hendaklah kalian membawanya(menafsirkannya) menurut seginya yang terbaik (HR. Abu Nuaim dengan sanad yangdha'if/lemah). YangdimaksudolehHaditstersebutdiatasbukanlahAlQur'anitumengandungartimenurut keinginan orang yang menafsirkannya, tetapi yang dimaksud ialah bahwa satu lafazh atau satu kalimat mengandung berbagai segi pengertian dan penafsiran, akan tetapi segisegi pengetian itu dibatasiolehmakna yangmenjadi kandungan kataataukalimatitusendiri,tidakkeluardaribatas itu.KarenaitulahImamSuyuthiymengatakanbahwa:AlQur'anmengandungduamakna: Pertama:bahwadiantaralafazhlafazhnyaadayangmengandungbanyaksegipentawilan Kedua: bahwa AlQuran telah menghimpun semua segi perintah, larangan, himbauan, ancamandanpengharaman. Kemudian ia mengatakan lebih jauh, bahwa Di dalam AlQuran terdapat petunjuk yang jelas tentang diperbolehkannya seseorang menarik kesimpulan dan berijtihad dalam mendalami 27 maknaKitabullah . Dengan demikian dapatlah dikatakan, bahwa tafsir berdasarkan arRayu merupakan pemahaman kalimatkalimat AlQuran dalam batasbatas makna yang menjadi kandungannya. Itulah sebabnya banyak orang menamakan tafsir yang demikian itu sebagai tafsir menurut ijtihad para mufasir (atTafsir alIjtihadi). Tafsir menurut ijtihad memang diperbolehkan selagi tetap beradadidalambatasbatasmaknabahasadansyara.MengenaiHaditsyangdiriwayatkanberasal dari Rasulullah saw yang memberitakan bahwa beliau mengharamkan (melarang) penafsiran Al QuranberdasarkanarRayu,dengansabdabeliau:
26

Muhammad ibn Isma'il alBukhari, aalBukhr,(ed)MahmudalNawawi,AbulFadlIbrahimdanMuhammad Khafaji,Matba'ahalFajalahalJadidah,Mesir,376H,vol.VI,hal.44 27 .Lihat:AlItqanFiUlumilQuranJilidII.Hal.180.


BarangsiapaberbicaratentangAlQur'anmenurutpendapat(arRayu)nya,ataumenurut apayangtidakdiketahuinya,hendaklahmenyiapkantempatduduknyadariapineraka.(HR.Abu Daud,TirmidzidanNasa'i). Jelas sekali bahwa yang dimaksud oleh Hadits tersebut ialah: Orang yang menafsirkan Al Qur'an tanpa mengetahui bahasanya dan ketentuanketentuan syara yang terdapat di dalamnya. SedangkanorangyangmengetahuiduahalitutidaktermasukdalamlaranganHaditstersebut. Para ahli tafsir dari kalangan para sahabatNabi dan kaum Tabiin pada umumnya menafsirkan AlQur'an berdasarkan ijtihad mereka sebagai sandaran utama dalam penafsiran Al Quran. Mereka tidak sedikit berbeda pendapat mengenai tafsir satu ayat, bahkan kadangkadang satu kata pun dipersilisihkan. Kenyataan itu menunjukkan pemahaman mereka yang didasarkan padaarRayu,danitutidakdiingkariolehmereka.Contohtafsirsepertiiniialahantaralain:Tafsri IbnuAbbas,IbnuMasud,Mujahiddanlainlain.Perbedaandalamtafsiritubukandisebabkanoleh perbedaan Haditshadits yang dikutip sebagai dasar penafsiran ayatayat AlQur'an, melainkan akibatadanyaperbedaanpendapatmengenaimaknaayatdankatakatanya. Adapun sebagian ahli tafsir yang takut menafsirkan AlQur'an berdasarkan arRayu dan hanya membatasi penafsirannya dengan Haditshadits Nabi saw, mereka itu mengecam pendapat orang yang tidak mempunyai kelengkapan sarana untuk dapat menafsirkan AlQur'an, yaitu pengetahuan mengenai katakata Arab yang hendak ditafsirkannya dan pengetahuan tentang peristiwaperistiwa yangberkaitandenganturunnyaayatayatAlQur'an.Merekatidakmengecam orang yang memahaminya berdasarkan ijtihad, karena AlQur'an memang diturunkan untuk dipahamiolehmanusia,bukansupayamanusiamembatasipemahamannyamenurutapayangsudah tertulisdalamkitabkitabtafsir.AllahSWTberfirman:


Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayatayatnya (dengan penuh tadabbur) dan supaya mendapat pelajaran olehorangorangyangmempunyaipikiran.(QS.Shad:29) Mengingat adanya nashnash yang berkenaan dengan soal di atas tadi dapatlah diketahui dengan jelas sebabsebab yang membuat orang takut menafsirkan AlQur'an. Menurut sebuah riwayat, Said bin alMusayyab tiap ditanya tentang sesuatu yang berasal dari AlQur'an selalu menjawab: Aku tidak mau berbicara tentang sesuatu mengenai AlQur'an (HR. Imam Malik dalamAlMuwaththa).SaidbinMusayyabmengelakkandiriberbicaratentangAlQur'an,bukan menolak penafsiran AlQur'an dengan arRayu. Ibnu Sirin mengatakan sebagai berikut: Aku pernah bertanya kepada Ubaidah tentang suatu ayat AlQur'an. Ia menjawab: Orangorang yang mengetahui peristiwa apa yang menyebabkan turunnya ayatayat AlQur'an, sekarang telah tiada 28 lagi.HendaklahengkaubertakwakepadaAllahdanengkauwajibberpegangpadakebenaran. . Sebagaimana diketahui, Ubaidah adalah salah seorang ulama terkemuka di kalangan kaum Tabiin.NamalengkapnyaialahUbaidahbinAmrasSalmaniy,seorangqadhi(hakim),ahliFiqh dan ahli Hadits. Sekalipun demikian ia minta supaya orang tetap berpegang pada kebenaran dan berhenti pada pengertian mengenai sebab turunnya ayatayat AlQur'an. Dengan ucapannya itu Ubaidah menjelaskan, bahwa sikap demikian adalah sikap tawarru dan taharruj (sikap menghindari dosa betapapun kecilnya). Jika ada orang yang layak dipercayai kebenarannya dan masih ada orang yang langsung mengetahui sebab turunnya ayatayat AlQur'an, tentu ia akan berbicaramengenaihalitumenurutpendapatdanijtihadnya. AkantetapisetelahgenerasiTabiinlewat,muncullahorangorang yangmemandangucapan orangterdahulubukanlahpendapat(Ra'yu)sebagaiperingatankeras,agarorangtidakmenafsirkan
28

.TafsirathThabariy,JilidIhal.29dalam CaraMenafsirkanalQur'an.

AlQur'an berdasarkan pendapat. Karena itulah mereka bersikap tawarru dan menghindari cara penafsiransepertiitu.Bersamaanwaktunyamunculpulaorangorang yangmemandangtafsirpara sahabatNabisematamataberdasarkanpendapat(arRayu),karenanyamerekaselalumenafsirkan AlQur'an berdasarkan pendapat dan ijtihad. Dengan demikian, paraulama tafsir yang muncul di zaman berikutnya terbagi menjadi dua kelompok: Sebagian menghindari penafsiran AlQur'an berdasarkan pendapat dan membatasinya pada riwayatriwayat Hadits yang diterimanya dan sebagian lainnyamenafsirkanAlQur'an berdasarkan pendapat. Lain halnya dengan para sahabat Nabi dan kaum Tabiin, mereka itu tidak terbagi menjadi dua golongan, tetapi semuanya menafsirkanAlQur'anberdasarkanpengetahuanmerekamengenairiwayatriwayatHaditsdanjuga berdasarkanpendapatpendapatpribadimasingmasing.Merekamenghindaripenafsiranmengenai halhal yang tidak diketahui, dan menolak menafsirkan AlQur'an atas dasar pendapatpendapat yangtidakdilandasiilmudanpengetahuanagama. Di antara contoh tafsir bil ra'yi adalah Mafatih alGhayb yang ditulis oleh Muhammad ibn 'UmaralTaymialBakriAbu'AbdillahFakhruddnalRz(w.606H) d.Tafsirilmiah DiantarakemukjizatanalQur'anadalahbanyaknyaaspekilmupengetahuanyangterkandung di dalamnya. Di antara ayat tersebut ada yang terkait dengan alam semesta (kawniyyah), janin manusia, anatomi tubuh, falak (astronomi) dan sebagainya. Beberapa pembahasan tentang aspek ilmiahdalamalQur'antelahbanyakberedar,sepertialTafsiral'ilmililayatalkawniyyah,ditulis olehHanafiAhmad,DaralMa'arifMesirMinIsharahal'UlumfialQur'analKarim,oleh'Abdul 'AzizSayyidalAhl,Beirut1392Hdsb.Namundemikian,corakpenafsiranilmiahterhadapayat ayatalQur'anharusmemperhatikantrentrensebelumnya,terutamatrenlinguistikdanaltafsirbil Ma'thur. Hal ini mengingat bahwa alQur'an diturunkan dalam bahasa Arab dan seharusnya juga memperhatikanuniversalitaskonsepwahyualQur'an. Tanpa memperhatikan keduanya, mustahil seseorang dapat menafsirkan ayatayat alQur'an, meskipuniapakardalamdisiplinilmupengetahuantertentu.Sebabpadahakekatnya,segalatemuan sains, terutama yang bersifat teoritis senantiasa berkembang, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuanmanusia.MenafsirkanalQur'andenganteoriteoriilmiahkontemporertanpadilandasi denganperhatianterhadapkaedahbahasaArabdansyaratsyaratlainnyamustahilditerima. e.Beberapatrenlainnya Di sampingcorakpenafsirandiatas,terdapatbeberapacoraklainnyadalammenafsirkan al Qur'an,sepertiberikut: i.Tafsirtematis:yaitupenafsiranyangmemfokuskanpadasatutemakhususdalamalQur'an, seperti kitab Ahkam alQur'an yang khusus menjelaskan tentang hukumhukum yang terkandung dalamalQur'an,ditulisolehalJamaupunIbn'Arabiatautentangtemasasteradantematema khususlainnya. ii.TafsirIsyari:yaitutafsiryangditulisolehparaulamasufiyangmemfokuskanpadamakna batini. iii.dsb. 4. JawabanTerhadapseranganTafsir Dariuraiansekilastentangkhazanahilmutafsiryangsangatkaya,tentunyadapatdisimpulkan bahwa usahausaha kalangan cendekiawan liberal untuk mengusung metode baru menggantikan metode tafsir alQur'an yang sering disebut dengan metode hermeneutika alQur'an, dengan sendirinyatidakakanmendapattempatdanditolakolehkaumMuslimin. Sebab Hermeneutika sebagai metode penafsiran hanya layak diterapkan dalam kitab Bibel. Para cendekiawan muslim yangkritis tentunya keberatan dengan isu hermeneutika alQur'an yang menjadi tren di beberapa perguruan tinggi Islam ini. Hal ini disebabkan beberapa hal, di antaranya: a) Metode ini telah diterapkan dalam kajian Bibel, yang artinya sama saja meniru pola pikirYahudiNasranidalamhaltatacaraberagama.Sebagaiseorangmuslimyangmemilikijatidiri

sendiri,kitadiperintahkanuntukberinteraksi(mumalah)denganmerekasecarabaikdandilarang mencelaagamamereka.Sebabdenganmencelaagamamereka,niscayamerekaakanbalikmencela Allah karena ketidaktahuan mereka. (alMaidah: 108). Berinteraksi yang baik dengan Ahlul Kitab dalam urusan agama adalah saling menghormati, tidak mencela, tidak berintervensi dan tidak meniru tradisi maupun ritual keagamaannya. Ringkasnya dalam masalah ini kita harus berpegang padaayat:lakumdnukumwaliyadn(yangterjemahanbebasnyaadalah:kalauitukaliananggap 29 sebagai agama, maka itu adalah urusan kalian, tetapi kami mempunyai agama sendiri). Maka dalam urusan ini, Rasulullah melarang kita untuk tidak membenarkannya maupun mendustakan AhlulKitab.Beliaubersabda:JanganlahengkaumenanyakansesuatuurusanagamakepadaAhlul Kitab,karenamerekatidakakanmemberimupetunjukdantelahtersesat.Bisajadiengkauakan membenarkanyangbatilataumendustakanyangbenar(haq).DansungguhbilasajaNabiMusa 30 masih hidup di antara kalian, pastilah beliau akan mengikutiku. Rasulullah juga sudah mengingatkan kaum muslimin untuk tidak mengikuti perilaku Ahlul Kitab, melalui sabdanya: Sungguhkalianakanmengikutitradisiorangorangsebelumkalian,sejengkaldemisejengkaldan sehastademisehasta,sehinggameskipunmerekaberjalanmasukkedalamlubangbiawak,niscaya kalian akan mengikutinya. Lalu kami bertanya: Wahai Rasulullah: Apakah mereka itu adalah 31 YahudidanNasrani?Beliaubersabda:Siapalagi?!. b) Alasan keberatan yang lebih fundamental adalah ruh hermeneutika yang selalu cenderung merelatifkan halhal yang sudah jelas (qaiy), tetap (thawbit), dan disepakati oleh ulama berwibawa (ijm). Jadi tidak sekedar alasan karena hermeneutika berasal dari Barat dan telah diterapkandiBibelsaja,tetapilebihkarenahermeneutikamempunyairuhyangmereduksidantidak sejalan dengan nilai Islam. Sebagai contoh dalam madzhab Schleiermacher terdapat pemikiran bahwa seorang penafsir bisa mengerti lebih baik dari pengarangnya Wilhem Dilthey dengan pemahaman historisnya, berpendapat bahwa sejarahlah yangmempunyai otoritas atas makna teks, 32 bukan pengarang teks Heidegger dan Gadamer dengan pemahaman ontologisnya berpendapat 33 bahwa penafsir dan teks terikat dengan tradisi yang melatarbelakangi teks Habermas dengan pemahaman interest praktis, di mana hasil penafsiran seseorang selalu dicurigai membawa 34 kepentinganpolitis dansebagainya. Dampak lainnya dari hermeneutika bila diterapkan dalam studi alQuran, di samping mengaburkan(merelatifkan)batasanantaraayatayatmukamtdanmutashbihtuldanfur thawbit dan mutaghayyirt qaiyyt dan anniyyt; juga akan mereduksi sisi kerasulan Sang Penyampai Wahyu (Muhammad SAW) hingga pada tingkatan sebatas manusia biasa yang sarat dengankekeliruandanhawanafsu. Biladiamatisecarakritis,pendapatkalanganliberalyangmengatakanbahwaalQuranadalah teksmanusiawi(alnaalinsni)yangrelatif,sepertiyangdisuarakanolehProf.Dr.NasrHamid Abu Zayd, kemudian kampanyekan oleh Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif dan Prof. Dr. Amin AbdullahdimanakebenaranalQur'antidaklagibersifatabsolut,ketikamemasukiwilayahakal pemikiran manusia, sejatinya menggiring pada paham relativisme tafsir alQur'an. Artinya bahwa semua orang dengan beragam latar belakang dan kapasitas keilmuannya, mempunyai hak yang
29

Dalam: Tafsr wa Bayn Mufradt alQurn al MuafalQirtwa lTajwdmaaAsbbalNuzl lilSuy maaFahrisKmilahlilMawiwalAlf,yangdisusunolehalam,Muammad asan,Prof.Dr,Muassasah alIman, Beirut, Lebanon, hal. 603, dijelaskan bahwa makna tafsir ayat ini adalah Bagi kalian kesyirikan dan kekufurankalianyangakibatkejahatannyakhususuntukkaliansaja,sedangkanbagikukeikhlasandanketauhidanyang pahalanyatidakakansampaipadakalian. 30 MusnadAmad,BqMusnadalMukthirn,no.14.104,haditssemacaminijugaterdapatdalamSunanAbDwd, kitbulilmi,no.3159danMusnadAmad,MusnadalShmiyyn,no.6592,danlainlain 31 aalBukhri,KitabAdthalAnbiy,no.3.197 32 Kedua tipe pemikiran ini digunakan Abu Zayd dengan memandangbahwapembacateksadalahsebagaihakimyang menentukanmakna,bukanAllahatauteksitusendiri. 33 Tipe pemikiran ini digunakanAbuZayd dengan memandangalQuransebatasteks linguistikdanfenomenasejarah belaka(asralawwaln). 34 Tipe pemikiran ini digunakan Abu Zayd dengan menghujat Imam Syafii sebagai ulama yang oportunis dan pengusungideologisukuQuraisy.

sama untuk menafsirkan alQur'an dan masingmasing penafsir tidak berhak mengklaim bahwa penafsirannyalebihvaliddariyanglain.Pandanganinimembawabeberapakonsekwensi serius. Pertama:kebenaranalQuranhanyadimilikiTuhansaja.Sehinggasaatkebenaranitusampai pada manusia, ia menjadi kabur, karena manusia tidak pernah tahu, kebenaran seperti apa yang dimauiTuhandalamalQuran.IniberartibahwaTuhantidakpernahberniatmenurunkanalQuran untuk manusia. Sehingga manusia juga tidak pernah merasa berkewajiban untuk menjalankan perintahNyaataumenjauhilaranganNya. Kedua: mengingkari tugas Nabi yang diutus untuk menyampaikan dan menjelaskan wahyu. Sebab paham relativisme tafsir senantiasa menolak kaedahkaedah baku penafsiran, termasuk fungsihaditssebagaipenjelasalQur'an. Ketiga: menyeret pada pengertian bahwa seolaholah semua ayat alQuran tidak memiliki penafsiran yang tetap dan disepakati. Bahkan semua penafsiran dipengaruhi oleh kepentingan penafsirdansituasipsikososialnya. Keempat: menolak otoritas keilmuan, syarat dan aturan dalam menafsirkan alQuran, sebab setiaporangberhakmenafsirialQurandengankwalitasyangsamanisbinya.Kelima:membatalkan konsep dakwah dalam Islam. Sebab dakwah yang berarti menyeru manusia menuju Islam, akan dipertanyakan:Islamyangmana?Islamnyagusdur,Syafi'ima'arif,IslamArab,pekalongandll. Keenam: membatalkan konsep amar ma'ruf nahi munkar. Orang yang berpaham pada relativisme tafsir akan mempertanyakan: ma'ruf (kebajikan) menurut siapa? Apa ukurannya? Atau akan mengatakan: Itu munkar menurut anda, tapi mungkin ma'ruf menurut orang lain. Sehingga akanmembukapahamamarmunkarnahima'ruf. Ketujuh: berlawanandengankonsepilmu.SebabdefinisiilmudalamIslamadalahsifatyang dapat menyingkap suatu objek, yang tidak lagi menyisakan ruang keraguan dan berakhir pada keyakinan.Sementararelativismeselalubermuarapadakeraguandan kebingungan SedangkanpandanganbahwaalQur'anadalahtekslinguistik(alnassallughawi)yang terpengaruhdengankulturArabpraIslamakan membawapengertiansebagaiberikut: 1. bahwaalQurandihasilkansecarakolektifdariserangkaianfaktorpolitik,ekonomidansosial. Atau dengan kata lain, alQuran adalah hasil pengalaman individual yang diperoleh Nabi Muhammad dalam waktu dan tempat tertentu (specific timespace context), dimana latar belakangsejarahsaatitumengambilperananintidalammewarnaipemikiranbeliaudanbahasa sebagaiperangkatungkapansejarah.PadahaldlmQS.AlHaqqah:4446berfirman:

45

44

Seandainya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atas (nama) Kami# niscaya benarbenar Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benarbenar Kami potong urattalijantungnya. 2. menyamarkankedudukan sucidanabsolutterhadapkitabsuci 3. penentuan kontekstual terhadap makna dengan mengesampingkan kemapanan bahasa dan susunan makna dalam bahasa (semantic structures), menyebabkan kosa kata dalam teks kitab suciselalupermisifuntukdisusupiberbagaidugaan,pembacaansubjektifdanpemahamanyang hanyamendasarkanpadarelativitassejarah. 4. memisahkan makna antara yang "normatif" dan yang "historis" di satu sisi dan menempatkan kebenaran (truth) secara kondisional menurut kultur tertentu dan suasana historis di sisi lain, akancenderungpadapahamsekuler. Sebaliknya, secara tegas alQur'an memberikan makna baru terhadap banyak istilah yang dipahamidalamkulturArabpraIslam,sepertikatatakwa, awf,waris,nikahdanlainsebagainya.

Istilahnikahyangdulunyadiartikansekedarprilakupelampiasanseksterhadapbanyakwanita tanpa batas dan merupakan ukuran kemuliaan seseorang, serta dapat diwariskan pada anak laki lakinya kemudian diperbarui oleh alQur'an dengan istilah mithqan ghalan (ikatan yg teguh). DankatainiseringdigunakansebagaiperjanjianantaramanusiadanTuhannyadanterulangsekitar 3kalidalamalQur'an

Bagaimanakamuakanmengambilnyakembali,padahalsebagiankamutelahbergaul(bercampur) dengan yang lain sebagaisuamiisteri.Danmereka(isteriisterimu)telahmengambildarikamu perjanjianyangteguh.(QS.AlNisa'21)


DantelahKamiangkatkeatas(kepala)merekabukitThursinauntuk(menerima)perjanjian(yang telahKamiambildari)mereka.Dankamiperintahkankepadamereka:"Masuklahpintugerbang itusambilbersujud",danKamiperintahkan(pula)kepadamereka:"Janganlahkamumelanggar peraturanmengenaihariSabtu",danKamitelahmengambildarimerekaperjanjianyangteguh. (QS.AlNisa'154)


Dan(ingatlah)ketikaKamimengambilperjanjiandarinabinabidandarikamu(sendiri)dariNuh, Ibrahim, Musa dan Isa putraMaryam,danKamitelahmengambildarimerekaperjanjianyang teguh.(QS.AlAhzab:7) 5.Kesimpulan Apayangdapatkitasimpulkandaripemaparanmasalahiniadalahsebagai berikut: 1. Pemikiran Nasr Hamid dan orangorang sejenisnya yang mengatakan bahwa alQur'an adalah produk sejarah, teks linguistik yang terpengaruh budaya Arab dan teks manusiawi yang bersifat relatif sebenarnya adalah pemikiran golongan anti Qur'an. Sebab, dalam pandangan kaum Muslimin,definisialQur'anadalah: . AlQur'anadalahfirmanAllahyangberupamukjizat(yangmembuatsemuamakhluktidakberdaya menirunya), ia adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, tertulis dalam mushafmushaf, ditransformasikan dari generasi ke generasi secara mutawir dan membacanya terhitungsebagaiibadah. 2. Liberalisme adalah tonggak baru sejarah kehidupan masyarakat Barat yg membatasi bahkan menyingkirkan peran agama dalam kehidupan publik. Liberalisasi alQur'an adalah sebuah upaya untuk menjauhkan kaum Muslimin dari pedoman hidupnya danbertujuan bagaimana umat Islam padaakhirnyaberbicarattgTuhantanpamelaluiagama,melakukanaktivitaspolitik,perekonomian danberinteraksisosialtanpapanduanagama. 3. Dengan maraknya penghujatan terhadap alQur'an seharusnya membuat kita bangkit dan sadar bahwa pedoman hidup dan harta yang paling bernilai tengah diserang. Maka sepatutnya, sebagai generasi Qur'ani dan khairul ummah, kita harus mengkaji alQur'an lebih mendalam dan serius. Sehingga alQur'an senantiasa menjadi imam dan cahaya kita dalam berpolitik, berkarier, bermu'amalah dsb seperti yang termuat dalam doa yg selalu kita lantunkan setelah membaca al Qur'an:

YaAllahsayangilahkamidenganalQur'an,danjadikanlahiaimam,cahaya,petunjukdan rahmatbagikami.
Wallaha'lambilawb

BiodataPenulis: Henri Shalahuddin, lahir di Bojonegoro, Jawa Timur, 5 September 1975, menamatkan jenjang Strata 1 (S1) di Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Pondok Modern Gontor (19951999) di fakultas Ushuluddin. Sedangkan pendidikan S2, ditempuhnya di International Islamic University Malaysia (IIUM), faculty of Islamic Revealed Knowledge and Human Science (IRKH), Department of Usul alDin and Islamic Thought. Di antara riset yang pernah ditulisnya dalam Bahasa Arab adalah: Mawqif Ahli lSunnah wa l Jamah min alUl alKhamsah li lMutazilah (Ahlussunahs Attitude toward Five Principles of Mu'tazilah, 120 halaman) di bawah bimbingan Drs. Amal Fathullah Zarkasyi, MA. Sebuah penelitian untuk memenuhi persyaratan S1 di ISID Gontor Indonesia. Dawr alGhazl f Tawr Manhaj Ilmi lKalm min khilli Kitbihi alIqtid fi lItiqd (=alGhazalis Role in Developing of Islamic Theology based on his Book alIqtid fi lItiqd). Tesis Master di IIUM Gombak Kuala Lumpur, 110 halaman, November 2003, di bawah bimbingan Prof. Dr. Abu Yaarib alMarzouqi (Tunis) dan Prof. Dr. Ibrahim Zein (Sudan). Abstraknya telah dipublikasikan di Jurnal IIUM, TAJDID, 8th year, February 2004, issue no. 15, sebagai salah satu tesis master terbaik. Di samping itu, terdapat sebuah artikel penulis tentang alImm alGhazl: Muawwir Manhaj Ilmi l Kalm yang dimuat dalam jurnal Pascasarjana, alRisalah, an Annual Academic Refereed Journal, Fourth Year December 2004 Dhul alQidah 1424H Issue No. 4, Centre for Postgraduate Studies (CPS) IIUM dan beberapa artikel lainnya berbahasa Indonesia dipublikasikan di Majalah Media Dakwah, Harian Republika dan Majalah Hidayatullah. Menikah dengan Elisabeth Diana Dewi (November 2004) dan dikarunia satu putra, Tif Amad Nabl (8 Januari 2006). Penulis pernah aktif mengajar di beberapa lembaga pendidikan, di antaranya di Pondok Modern Darusalam Gontor (April 1995 November 2000), dosen di Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Gontor dalam materi Ilmu Kalm (Islamic Theology) sejak November 1999 hingga November 2000, Pesantren alRasyid Bojonegoro (Desember 2000Juni 2001), dan Sekolah alAmin Gombak Selangor, Malaysia (January April 2002). Beberapa pengalaman yang mengembangkan intelektual penulis di antaranya adalah menjadi asisten riset Assoc. Prof. Dr. Abd. El Salam Beshr Mohamed, (dosen IIUM asal Mesir mulai September Desember 2003), editor karyakarya ilmiah di percetakan Kachi Trading. Sdn. Bhd IIUM Kuala Lumpur (Maret Juli 2003), dan petugas haji (Mission of Indonesian Hajj), Desember 2004 Februari 2005. Saat ini ia aktif sebagai peneliti dan sekretaris di Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS), dosen STID M. Natsir, mengisi kajian tentang Pemikiran Islam, mengisi kursus Tafsir dan ancaman liberalisme, serta sebagai penulis di beberapa penerbit dan majalah.

Anda mungkin juga menyukai