Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ibn bajjah menyandarkan filsafat dan logikanya pada karya-karya al-
farabi,dan dia telah memberikan sejumlah besar tambahan-tambahan dalam
karya-karya itu. Dan dia telah menggunakan metode penelitian filsafat yang
benar-benar lain. Tidak seperti al-farabi , dia berurusan segala masalah hanya
berdasarkan nalar semata. Dia mengagumi filsafat aristoteles, yang diatasnya
dia membangun sistemnya sendiri. Tapi dia berusaha untuk memahami lebih
dulu filsafatnya secara benar.Itulah sebabnya ibn bajjah menulis uraian-uraian
sendiri atas karya-karyanya aristoteles.
Atas dasar pemaparan diatas maka penulis menyusun makalah ini
dengan judul ”IBNU BAJJAH”. Dengan makalah ini penulis berharap
pembaca dapat memahami ilmu filsafat berdasarkan pemikiran yang islami
yang bersumber dari wahyu Allah SWT, dan dapat mengenal filosof dari dunia
Islam.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas pemakalah membahas tentang biografi Ibnu
Bajjah.

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini adalah untuk mengetahui
tentang biografi Ibnu Bajjah.

1
2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Riwayat Hidup dan Karyanya


Ibnu Bajjah adalah filosof Muslim yang pertama dan utama dala sejarah
kefiisafatan di Andalus. Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad ibnu
Yahya ibnu Al-Sha'igh, yang lebih terkenal dengan nama Ibnu Bajjah. 1 Orang
barat menyebutnya Avenpace.2 Ia dilahirkan di Saragrrsa (Spanyol) pada akhir
abad ke-5 H/abad ke-11 M. Riwayat hidupnya secara rinci tidak banyak
diketahui orang. Begitu juga mengenai pendidikan yang ditempuhnya dan guru
yang mengasuhnya tidak terdapat informasi yang jelas.
Menurut beberapa literatur,3 Ibnu Bajjah bukan hanva seorang filosof
ansich, tetapi ia juga seorang saintis yang rnenguasai beberapa disiplin ilmu
pengetahuan, seperti kedokteran, astronomi, fisika, musikus dan matematika.4
Fakta ini dapat diterima karena di masa itu ga masa filsafat Yunani) belum
terjadi pemisahan dalam suatu buku tara sains dan filsafat sehingga seseorang
yang mempelajari salah tunya terpaksa bersentuhan dengan yang lain. Ia juga
aktif dalam ma politik, sehingga Gubernur Saragossa Daulat Al-Murabith, Abu
ar ibnu Ibrahim Al-Sahrawi mengangkatnya menjadi wazir.5 Akan pi, sewaktu
Kota Saragossa jatuh ke tangan Raja Alfonso I di Aragon a tahun 512 H/1118
M. Ibnu Bajjah terpaksa pindah ke kota Seville Valencia. Di kota ini, ia bekerja
sebagai seorang dokter. Kemudian sini ia pindah ke Granada dan selanjutnya
berangkat ke Afnka Utara, at kerajaan Dinasti Murabith Barbar.
Di saat transit di Syatibah, Ibnu Bajjah ditangkap oleh penguasa
urabith, Amir Abu Ishak Ibrahim ibnu Yusuf ibnu Tasyfin yang uduhnya kafir

1
T.J. De Boer, Tarikh al-Falsafat fi al-Jslam, Terj. Muhammad Abd Al-Hadi Abu Zaidah,
(Kairo: Mathba,'at al-Taklif, 1962), h. 280.
2
Majid Fakhry, A History of Muslim Philosophy, Terj. Mulyadi Kartanegara, (Jakarta:
Pustaka Jaya, 1986), h. 397.
3
T.J. De Boer, OpCit., him. 281. Lihat juga: Muhammad 'Athif Al-Iraqy, al-Falsafat al-
lslSmiyyat, (Kairo: Dar al-Ma'arif, 1978), him. 59. (Selanjutnya disebut al-lraay, al-Falsafat).
4
Ibn Bajjah, Kitab Tadbir al-Mutawahhid, "lahkik Ma'an Ziyadah, (Beirut: Dar 1978),
cet. I, h. 3.
5
Umar Farukh, Tarikh al-Fikr al-Arabi Ha Ayydm ibn Khaldun, (Beirut: t.tp.,) h. 498.

2
3

(herasy). Hal ini disebabkan Daulat Al-Murabith, nut teologi al-Asy'ary


karenanya mereka tidak dapat menerima ngan-pandangan filsafatnya.
Kemudian, Ibnu Bajjah dibebaskan bantuan Ibn Rusyd, filosof besar Spanyol
yang pernah menjadi muridnya.6
Setelah itu, Ibnu Bajjah berargkat pula ke Fez Marokko. Di kou
diangkat menjaui wazir oleh Abu Bakr Yahya ibnu Yusuf ibnu In selama 20
tahun. Akhirnya di kota inilah ia meiigiiemhuskan nya yang terakhir pada
bulan Ramadhan 533 H /1138M. Menurut beberapa informasi, kematiannya ini
karena diracuni oleh temannya, seorang dokter yang iri hati terhadap
kegeniusannya.

B. Karya Tulisnya
Menurut Ibnu Thufail, Ibnu Bajjah adalah seorang filosof Muslim yang
paling cemerlang otaknya, paling tepat analisisnya, dan paling benar
pemikirannya. Namun, amat disayangkan pembahasan filsafatnya dalam
beberapa bukunya tidaklah matang dan sempurna. Ini disebabkan ambisi
keduniaannya yang begitu besar dan kematiannya yang begitu cepat.7
Karya tulis Ibnu Bajjah yang terpenting dalam bidang filsafat, ialah
sebagai berikut.
1. Kitab Tadbir al-Mutawahhid, ini adalah kitab yang paling populer dan
pentmg dari seluruh karya tulisnya. Kitab ini berisikan akhlak dan politik
serta usaha-usaha individu menjauhkan diri dari segala macam keburukan-
keburukan dalam masyarakat negara, yang disebutnya sebagai Insan
Muwahhid (manusia penyendiri).
2. Rlsalat al-Wadd', risalah ini membahas Penggerak Pertama (Tuhan),
manusia. alam, dan kedokteran.
3. Rhdlat al-Ittishdl, risalah ini menguraikan tentang hubungan manusia
dengan Akal Fa'al.
4. Kitab al-Nafs, kitab ini menjelaskan tentang jiwa.

6
Muhammad Saghir Hasan Al-Ma'sumi, "ibnu Bajjah', dalam M.M.Syarif History of
Muslim Philosophy, Vol. I, (Wisbaden: Otto Harossowitz, 1963), h.7
7
Majid Fakhry, op.cit., h. 360.
4

C. Keadaan Sosio-Kultural
Ada sekitar dua abad lamanya keterlambatan lahirnya filsafat di
kawasan Islam baglan Barat, Andalus, dari kawasan Islam bagian Timur.
Kebangkitan filsafat dalam dunia Islam (Timur), —terjemahan
diprakarsai oleh Dinasti Abbasiyah (Khalifah Al-Makmun) walaupun
embrionya sudah dimulai masa Khalifah Ibnu Yazid (Bani Umayyah).8
Gerakan intelektual di Timur berkembang dengan cepat sebab orang-orang
Suryani di Timur, sebelumnya telah mengalihbahasakan buku-buku Yunani ke
dalam bahasa mereka dan karya mereka ini tetap terpelihara di kota-kota
sekitar Syria. Dengan demikian, ketika orang Islam menaklukkan kota-kota ini
tidak mendapat kesulitan untuk mendapatkan dan menerjemahkannya.
Dengan keberhasilan Dinasti Abbasiyah naik "panggung" kekuasaan di
kawasan Islam bagian Timur pada abad ke 8 H/749 M, menggantikan Dinasti
Umayyah, segera muncul di Spanyol Dinasti Umayyah tandingan. Dinasti
Umayyah ini dibangun oleh Abdur Rahman Al-Dakhil,H cucu Hisyam ibnu
Al-Malik, khalifah ke-10 Umayyah di kawasan Islam Timur. Secara
menakjubkan Abdur Rahman berhasil menyelamatkan diri dari Dunia Islam
Timur ke Spanyol (Andalus), ketika penguasa Abbasiyah melakukan
pembunuhan tanpa ampun terhadap keluarganya, Bani Umayyah. Dalarn v/aktu
yang reiarif singkat, Dinasti Umayyah Andalus telah mengancam Dauiat
Abbasiyah di Timur, baik secara politik maupun kultural. PaJa masa
sesudahnya, secara brilian Dinasti Umaiyah Andalus ini telah memainkan
peranan yang penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan di "pentas”
sejarah, yang menjadi cikai bakal kemajuan ilmu pengetahuan di Barat (Eiopa
Barat).

8
Khaliq ibnu Yazid menginstruksikan untuk menerjemahkan kitab-kitab al-Fahafat al-
lslamiyyat, (Kairo: Maktabat al-Saqafiyyat, 1962), h. 39.
5

D. Filsafat Ibnu Bajjah


Filsafat Ibnu Bajjah banyak terpengaruh oleh pemikiran Islam dari
kawasan di Timur, seperti Al-Farabi dan Ibnu Sma. Hal ini disebabkan
kawasan Islam di Timur lebih dahulu melakukan penelitian ilmiah dan kajian
filsafat dan kawasan Islam di Barat (Andalus). Untuk lebih jelasnya, di bawah
ini kita akan menelusuri pemikiran filsafatnya.
1. Metafisika (Ketuhanan)
Menarik tesis yang dimunculkan MM. Syarif,9 kendatipun —
dalam pandangan De Boer—filsafat fisika, metafisika, dan logika Ibnu
Bajjah sejalan dengan Al-Farabi, namun ia tidaklah menyalin dan
menerima semua yang dituturkan Al-Farabi, tetapi ia telah memberikan
sejumiah besar tambahan dalam filsafatnya dan menggunakan rr.etode-
metode penelitian filsafat yang hanya didasarkan pada naiar semata.
Menurut Ibnu Bajjah, segala yang ada {ai-maujudai) terbagi dua:
yang bergerak dan tidak bergerak. Yan? bergerak adalah jisim (materi)
yang sifatnya finite (terbatas). Gerak terjadi dari perbuatan yang
menggerakkan terhadap yang digerakkan. Gerakan ini digerakkan pula
oleh gerakan yang lain. yang akhir rentetari gerakan ini Jigerakkan oleh
penggerak yang tidak bergerak; dalam arti penggerak yang tidak berubah
yang berbeda dengan jisim (materi). Penggerak ini bersifat azali. Gerak
jisim mustahil timbul dari substansinya sendiri sebab ia terbatas. Oleh
karena itu, gerakan ini mesti berasal dari gerakan yang infinite (tidak
terbatas), yang oleh Ibnu Bajjah disebut dengan 'aql.
Kesimpulannya, gerakan alam ini —jisim yang terbatas—
digerakkan oleh 'aql (bukan berasal dari substansi alam sendiri) Sedangkan
yang tidak bergerak ialah 'aql, ia menggerakkan alam dan ia sendiri tidak
bergerak. 'Aql inilah yang disebut dengan Allah ('aql, 'dqilr dan ma'qul),
sebagaimana yang dikemukakan oleh Al-Farabi dan Ibnu Sina
sebelumnya.

9
Muhammad Saghir, Ibnu Bajjah, op.cit., him. 511.
6

Perlu diketahui bahwa para filosof Muslim pada umumnya


menyebut Allah itu adalah 'aql. Argumen yang mereka majukan ialah
Allah Pencipta dan Pengatur alam yang beredar menurut natur rancangan-
Nya, mestilah Ia memiliki daya berpikir. Kemudian dalam mentauhidkan
Allah semutlak-mutlaknya, para filosof Muslim menyebut Allah adalah
Zat yang mempunyai daya berpikir ('aql), juga berpikir Cdqil) dan objek
pemikirannya sendiri (ma'qul). Keseluruhannya adalah zat-Nya yang Esa.
Sebagaimana Aristoteles, Ibnu Bajjah juga mendasarkan filsafat
nietafisikanya pada fisika. Argumen adanya Allah adalah dengan adanya
gerakan di alam ini. Jadi, Allah adalah azali dan gerakannya bersifat tidak
terbatas.
Di sinilah letakieelebihan Ibnu Bajjah walaupun ia berangkat dari
filsafat gerak Aristoteles, namun ia kembali pada ajaran Islam. Dasar
filsafat Aristoteles ialah ilmu pengetahuan alam yang tidak mengakui
adanya sesuatu di balikalam empiris ini. Kendatipun penggerak pertama
berbeda dengan materi, namun ia masih bersifat empiris.
Uraian di atas dapat dijadikan sebagai indikasi bahwa Ibnu Bajjah
mempelajari dan memahami filsafat Aristoteles dengan baik karena
argumen yang dimajukannya masih berbau Aristotelean. Tampaknya Ibnu
Bajjah berupaya mengislamkan argumen metafisika Aristoteles tersebut.
Karena itu, menurutnya, Allah tidak hanya penggerak, tetapi ia adalah
Pencipta dan Pengatur alam. Namun, secara umum uraian Ibnu Bajjah di
bidang ini belum begitu mendalam. Penalaran yang lebih sempurna dalam
hal ini akan dapat dilihat dalam filsafat Ibnu Thufail dan Ibnu Rusyd.
2. Materi dan Bentuk
Menurut pandangan Ibnu Bajjah, Materi (al-llayuld) tidak mungkin
bereksistensi tanpa bentuk (al-shurat). Sementara itu, bentuk bisa
bereksistensi dengan sendirinya tanpa materi. Jika tidak, secara pasti kita
tidak mungkin dapat menggambarkan adanya modifikasi (perubahan-
perubahan) pada benda. Perubahan-perubahan tersebut adalah suatu
kemungkinan dan inilah yang dimaksud dengan pengertian bentuk materi.
7

Pandangan ibnu Bajjah ini diwamai oleh pemikiran Aristoteles dan


Plato Menurut Aristoteles, mated adalah sesuatu yang menerima bentuk
yang bersifat potensialkas dan dapat berubah sesuai bentuk. Sementara
menurut pandangan FLilu, bciituk adalah nyata dan tidak membutuhkan
seraatu pun untuk bereksistensi. Bentuk, menurut Plato, terdapat di luar
benda. Bentuk yang dimaksud Ibnu Bajjah mencakup arti jiwa, daya,
makna, dan konsep.24 Bentuk hanya dapat ditangkap dengan akai dan
tidak dapat ditangkap oleh pancaindra. Bentuk pertama, menurut Ibnu
Bajjah, merupakan suatu bentuk abstrak yang bereksistensi dalam materi,
yang dikatakannya sebagai tidak mempunyai bentuk.
Bentuk, menurut Ibnu Bajjah, bertingkat-tingkat. Tingkat yang ling
rendah adalah bentuk materi pertama dan yang paling tinggi lah bentuk
akal pemisah (al-'aql al-mufdriq). Dari bentuk yang pal-rendah sampai
pada bentuk yang paling tinggi terjalin seperti mata tfli. Akal manusiawi
dapat mencapai bentuk kesempurnaannya gan melewati rantai tersebut
dengan berfilsafat. Jiwa seperti ini t berhubungan dengan Akal Aktif.
Setiap materi, menurut Ibnu Bajjah, mempunyai tiga bentuk, tuk
rohani umum atau bentuk intelektual, bentuk khusus dan tuk fisik.
3. Jiwa
Ibnu bajjah mendasarkan terhadap fisika dan ia memulai dengan
definisi jiwa dan menyatakan bahwa tubuh, baik yang alamiah maupun
yang tidak alamiah tersusun dari materi dan bentuk-bentuk merupakan
perolehan permanen atau kenyataan tubuh. Kenyataan ini bermacam-
macam, ia memiliki segala yang bereksistensi yang melaksanakan fungsi
mereka tanpa harus digerakan atau segala yang bergerak atau aktif bila
mereka diaktifkan. Tubuh jenis kedua ini terdiri atas penggerak dan yang
digerakan. Sedangkan tubuh yang tidak alamiah memiliki penggerak luar,
dan bentuk yang membuat nyata sebuah tubuh alamiah inilah yang disebut
jiwa. Karena itu jiwa dianggap sebagai pernyataan pertama dalam tubuh
alamiah dan teratur yang bersifat nutritif (mengandung zat-zat untuk
badan) sensitif (kepekaan) dan imajinatif (rasional). Menurut Ibnu Bajjah
8

jiwa yang berhasrat terdiri atas tiga unsur yaitu, (A) hasrat imajinatif, yang
melaluinya anak keturunan dibesarkan individu-individu dibawa ketempat-
ketempat tinggal mereka dan memiliki rasa sayang, cinta dan yang
semacamnya. (B) hasrat menengah, yang melaluinya timbul nafsu akan
makanan, perumahan, cinta dan ilmu. (C) hasrat berbicara, yang
melaluinya timbul pengajaran, ini merupakan hasrat khusus yang dimiliki
oleh manusia, tidak seperti kedua hasrat lainnya.
Jiwa, menurut Ibnu Bajjah, adalah jauhar rohani, akan kekal
setelah mati. Di akhirat jiwalah yang akan menerima pembalasan, baik
balasan kesenangan (surga) maupun balasan siksaan (neraka). Akal, daya
berpikir bagi jiwa, adalah satu bagi setiap orang yang berakal. Ia dapat
bersatu dengan Akal fa'dl yang di atasnya dengan jalan ma'rifah filsafat.
Filsafat Ibnu Bajjah tentang jiwa pada prinsipnya didasarkan pada
filsafat Al-Farabi dan Ibnu Sina.
4. Akal dan Ma'rifah
Ibnu Bajjah menempatkan akal dalam posisi yang sangat penting
Dengan perantaraan akal, manusia dapat mengetahui segala sesuatu,
termasuk dalam mencapai kebahagiaan dan masalah Ilahiyat. Akal,
menurut Ibnu Bajjah terdiri dari dua jenis.
a. Akal teoritis
Akal ini diperoieh hanya berdasarkan pemahaman terhadap
sesuatu yang konkret atau abstrak.
b. Akal praktis
Akal ini diperoleh melalui penyelidikan (eksperimen) sehingga
menemukan ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu, pengetahuan yang diperoleh akal ada dua jenis
pula: yang dapat dipahami, tetapi tidak dapat dihayati; yang dapat
dipahami dan dapat pula dihayati.10

10
Muslim Ishak, Tokoh-Tokoh Filsafat Islam dari Barat (Spanyol), (Surabaya: Bina Ilmu,
1980), h. 31.
9

Berbeda dengan Al-Ghazali, menurut Ibnu Bajjah manusia


dapat mencapai puncak ma'rifah dengan akal semata, bukan dengan
jalan sufi melalui al-qalb, atau al-zauq. Manusia kata Ibnu Bajjah,
setelah bersih dari sifat kerendahan dan keburukan masyarakat akan
dapat bersatu dengan Akal Aktif dan ketika itulah ia akan memperoleh
puncak ma'rifah karena limpahan dari Allah.11
Dalam buku Tadbir al-Mutawahhid, Ibnu Bajjah
mengkritikkonsep uzlah tasawuf Al-Ghazali. Pengasingan diri secara
total dari masyarakat manusia bertentangan dengan tabiat manusiawi
sebagai makhluk sosial.12 Bagi Ibnu Bajjah uzlah yang tepat adalah
'uzlah falsafi, yakni tetap hidup dan berhubungan dengan masyarakat,
namun ia wajib meninggalkan segala sifat-sifat yang tercela dari
masyarakat dan sanggup mengendalikan diri sehingga tidak terseret ke
dalam perbuatan rendah masyarakat. Penyendiri hanya bergau! dengan
para alirr. saia, jika tidak ada orang yang alim mesti uzlah total, dalam
arti hanya bergaul dengan masyarakat terbatas pada hal-hal yang tidak
dapat dihindari. Lebih jelas tentang manusia penyendiri ini akan
diuraikan pada tempat khusus.
5. Akhlak
Ibnu Bajjah membagi perbuatan manusia menjadi perbuatan
hewani dan manusiawi. Perbuatan hewani didasarkan atas dorongan naluri
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan keinginan hawa nafsu.
Sementara itu, perbuatan manusiawi adalah perbuatan yang didasarkan
atas pertimbangan rasio dan kemauan yang bersih lagi luhur. Sebagai
contoh, perbuatan makan bisa dikategorikan perbuatan hewani dan bisa
pula menjadi perbuatan manusiawi. Apabila perbuatan makan tersebut
dilakukan untuk memenuhi keinginan hawa nafsu, perbuatan ini jatuh pada
perbuatan hewani. Namun, apabila perbuatan makan dilakukan bertujuan
untuk memelihara kehidupan dalam mencapai keutamaan dalam hidup,

11
Muhammad Challab, al-Ma'rifat 'ind Mufakkir al-Muslim, (Kairo: Dar al-Mishriyyat,
1966), hlm. 272.
12
Ahmad Fu'ad Al-Ahwany, op.cit., hlm. 92.
10

perbuatan tersebut jatuh pada perbuatan manusiawi. Perbedaan antara


kedua perbuatan ini tergantung pada motivasi pelakunya, bukan pada
perbuatannya. Perbuatan yang bermotifkan hawa nafsu tergolong pada
jenis perbuatan hewani dan perbuatan bermotifkan rasio (akal) maka
dinamakan perbuatan manusiawi.
Secara ringkas Ibnu Bajjah membagi tujuan perbuatan manusia
menjadi tiga tingkat sebagai berikut.
a. Tujuan jasmaniah, dilakukan atas dasar kepuasan rohaniah. Pada
tujuan ini manusia sama derajatnya dengan hewan.
b. Tujuan rohaniah khusus, dilakukan atas dasar kepuasan rohaniah.
Tujuan ini akan melahirkan keutamaan akhlaqiyah dan aqliyah.
c. Tujuan rohaniah umum (rasio), dilakukan atas dasar kepuasan
pemikiran untuk dapat berhubungan dengan Allah. Inilah tingkat
manusia yang sempurna dan taraf inilah yang ingin dicapai manusia
penyendiri Ibnu Bajjah.
6. Politik
Banyak orang mengira bahwa Ibnu Bajjah menginginkan supaya
seseorang jauh dari masyarakat ramai, ini dari pengertian mutawahhid.
Sebenarnya mutawahhhi itu harus berhubungan dengan masyarakat, tapi
harus dapat menguasai diri dan menahan napsu, tidak terbawa perbuatan
rendah. Seseorang harus berpusat pada dirinya sendiri, menjadi contoh
orang lain dalam menyusun undang-undang bagi masyarakat.
Ini dapat diterapkan pada Negara utama, dalam Negara rusak
menjadi terpaksa dan impulsive. Karena mereka bertindak rasional dan
sukarela, tetapi di dorong oleh kebutuhan hidup, kesenangan pujian atau
kejayaan. Dalam kehidupan rezim, aspirasi intelektual dirintangi, maka
tindakan seseorang terkucil, menarik diri dari pergaulan manusia di dalam
Negara untuk apolitik.
11

7. Manusia Penyendiri
Al-insan al-munfarid adalah filsafat Ibnu Bajjah yang penjelasan
pertama adalah tadbir almuwahhid, berasal dari bahasa Arab. Maksud
pengertiannya mengatur perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan
atau aturan yang sempurna. Maka harus khusus bagi manusia, ini hanya
dapat dilakukan dengan akal dan ikhtiar yang membedakan manusia
dengan hewan.
Kata ini mencakup pengertian umum dan khusus segala perbuatan
manusia, dalam pengertian khusus pengaturan Negara dalam pencapaian
tertentu yaitu kebahagiaan. Jika dihubungkan dengan allah menjadi al-
mutadabbir, maha pengatur, ia mengatur alam teratur dan rapi tanpa cacat.
Ini hanya penyempurnaan saja, manusia meniru Allah terhadap alam
dengan akal dan ikhtiar, dalam filsafat disebut aql.13
Istilah al-mutawahhid manusia menyendiri, mengasingkan diri dari
perbuatan tidak baik, cukup berhubungan dengan ulama dan ilmuwan. Jika
filosof tidak melalukan hal itu, maka pemikiran mereka akan turun tidak
pernah sampai ke tingkat mustafad. Yaitu akal yang dapat berhubungan
dengan dengan akal faal, maka ia menyamakan manusia menyendiri
bagaikan tumbuhan. Jika tidak menyendiri akan layu, pikiran filsafatnya
mengalami kemunduran, maka tidak akan mendcapai kebahagiaan
(sa’adah). Filosof Yang mengutamakan amal akan mencapai derajat
kesempurnaan, filsafat manusia menyendiri cocok dengan zaman modern.
Manusia dalam masyarakat yang bergelimang dalam kemaksiatan
dan kebobrokan serta matrealistis, harus membatasi dalam pergaulan dan
berhubungan dengan masyarakat, hanya memenuhi kebutuha pokok saja.

13
Mustafa, H.A. Filsafat Islam. (Bandung. Pustaka Islam: 2007). h.75
12

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Nama asli Ibnu Bajjah adalah Abu Bakar Muhammad Ibn Yahya al-
Sha’igh. Di dunia Barat ia dikenal dengan sebutan Avempace. Dia berasal dari
keluarga Al-Tujib. Sedangkan pemikiran Ibnu Bajjah diantaranya:
1. Metafisika (Ketuhanan)
2. Materi dan Bentuk
3. Jiwa
4. Akal dan Ma'rifah
5. Akhlak
6. Politik
7. Manusia Penyendiri
Karya-karya dari Ibnu Bajjah :
1. Tardiyyah
2. Kitab an-Nabat
3. Al-Andalus
4. Risalah Ittishal al-‘Aql bi al-Insan

B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, mudah-mudahan dengan adanya
makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan manfaat bagi kita semua.
Untuk kesempurnaan makalah ini, kami selaku pemakalah bersedia menerima
kritik dan saran yang membangun untuk menuju yang lebih baik nantinya.
untuk perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

12
13

DAFTAR KEPUSTAKAAN

T.J. De Boer, 1962 Tarikh al-Falsafat fi al-Jslam, Terj. Muhammad Abd Al-Hadi
Abu Zaidah, (Kairo: Mathba,'at al-Taklif)
Majid Fakhry, 1986,A History of Muslim Philosophy, Terj. Mulyadi Kartanegara,
(Jakarta: Pustaka Jaya)
Ibn Bajjah, 1978, Kitab Tadbir al-Mutawahhid, "lahkik Ma'an Ziyadah, (Beirut:
Dar), cet. I
Umar Farukh, Tarikh al-Fikr al-Arabi Ha Ayydm ibn Khaldun, (Beirut: t.tp.,)
Muhammad Saghir Hasan Al-Ma'sumi, 1963, "ibnu Bajjah', dalam M.M.Syarif
History of Muslim Philosophy, Vol. I, (Wisbaden: Otto Harossowitz),
Khaliq ibnu Yazid, 1962. menginstruksikan untuk menerjemahkan kitab-kitab al-
Fahafat al-lslamiyyat, (Kairo: Maktabat al-Saqafiyyat,)
Muhammad Challab, 1966. al-Ma'rifat 'ind Mufakkir al-Muslim, (Kairo: Dar al-
Mishriyyat),
Mustafa, H.A. 2007. Filsafat Islam. Pustaka Islam: Bandung.

Anda mungkin juga menyukai