Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ‘ULLUMUL QUR’AN 3

(Rawa’iul Bayan Fi Tafsir Ayatil Ahkam)

Dosen Pengampu: H. Syamsu Syauqani Lc. MA

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah ‘ullumul qur’an 3’

Oleh:

Kelompok 1

Muhammad Juaini (180601063)

PRODI ILMU QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan seluruh alam, yang telah menurunkan Al-Qur’an
kepada umat manusia sebagai pedoman hidup untuk meraih kesuksesan hidup baik di dunia
maupun di akhirat, salawat serta salam tak lupa kita kirimkan kepada manusia yang sangat mulia
yaitu Nabi Muhammad SAW, yang melalui beliaulah Al-Qur’an diturunkan kepada umat
manusia, dan merupakan mukjizat terbesar beliau yaitu Al-Qur’an.

Ucapan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah ini dengan ucapan terima kasih
yang mendalam atas kepercayaannya kepada penulis untuk menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah ‘Ullumul Qur’an 3 yaitu dengan pembahasan kitab Rawa’iul Bayan, serta ucapan terima
kasih juga untk semua pihak yang telah ikut memudahkan penulis dalam menyelesaikan tugas
makalah ini dengan sebaik-baiknya.

Penulis menyadari akan kekurangan yang penulis miliki dalam menyelesaikan makalah
ini, oleh sebab itu penulis mengharapkan kepada semua pihak khususnya kepada dosen
pengampu untuk memberikan kritikan yang membangun apabila terdapat kekurangan serta
kekeliruan dalam penulisan dan penyusunan makalah ini.

Praya, Februari 2021

Muhammad Juaini

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................................3
A. Latar Belakang. .....................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah. ................................................................................................................3
C. Tujuan Masalah.....................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................................4
A. Biografi Pengarang Kitab. ....................................................................................................4
1. Karya-karya Syaik Ali al-Shabuni. ....................................................................................5
B. Latar Belakang Penulisan Kitab Rawai’ al- Bayan fi Tafsir Ayat al-Ahkam min al-Qur’an. ...8
C. Metode dan Corak Penafsiran Kitab Rawai’ al- Bayan fi Tafsir Ayat al-Ahkam min al-
Qur’an. ........................................................................................................................................ 10
D. Sistematikan Penulisan Kitab Rawai’ al- Bayan fi Tafsir Ayat al-Ahkam min al-Qur’an....... 13
BAB III PENUTUP......................................................................................................................... 15
A. Kesimpulan.......................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 16

2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Diantara kitab-kitab tafsir yang telah ada, terdapat kitab tafsir yang baru yaitu
kitab tafsir Rawa'i'ul Bayan Tafsir Ayat Al Ahkam Minal Qur'an yang disusun oleh
mufassir baru, seorang 'ulama dari kalangan sunni yang menguasai beberapa disiplin ilmu
pengetahuan, khususnya di bidang tafsir, hadis dan fiqh.
Kitab tafsirnya walaupun merupakan kitab tafsir yang baru, tetapi ternyata cepat
populer dan banyak peminatnya, terutama di kalangan cendekiawan muslim di Indonesia,
karena isinya yang padat, pembanasannya luas, sistematikanya baru, dengan memadukan
antara sistematika lama dan sistematika modern dengan bahasan yang mudah dipahami.
B. Rumusan Masalah.
1. Biografi pengarang kitab.
2. Latar belakang penulisan kitab.
3. Corak dan metode penuilsan kitab.
4. Sistematika penulisan kitab.
C. Tujuan Masalah.
1. Untuk mengetahui biografi pengarang kitab.
2. Untuk mengetahui latar belakang penulisan kitab.
3. Untuk mengetahui corak dan metode penulisan kitab.
4. Untuk mengetahui sistematika penulisan kitab.

3
BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi Pengarang Kitab.

Muhammad Ali al-Sabuni adalah seorang pemikir baru yang cukup produktif
dalam menghasilkan karya tulis, khususnya di bidang tafsir al-Qur’an (Mufassir). Dia adalah
seorang profesor dibidang syari’ah dan dirasah Islamiyah (Islamic studies) di Universitas King
Abdul Aziz Makkah Al Mukaramah.1

Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Ali bin Jamil Al-Sabuni. Beliau lahir di kota
Helb Syiria pada tahun 1928 M. Setelah lama berkecimpung dalam dunia pendidikan di Syiria,
beliau pun melanjutkan pendidikannya di Mesir, dan merampungkan program magisternya di
Universitas al-Azhar mengambil tesis khusus tentang perundang-undangan dalam islam, pada
tahun 1954 M. Saat ini bermukim di Makkah dan tercatat sebagai salah seorang staf pengajar
tafsir dan Ulum Al-Qur’an di fakultas syari’ah dan dirasah Islamiyah Universitas Malik Abdul
Aziz Makkah.2

Syaikh Ali al-Shabuni dibesarkan di tengah-tengah keluarga terpelajar. Ayahnya, Syaikh


Jamil, merupakan salah seorang ulama senior di Aleppo. Ia memperoleh pendidikan dasar dan
formal mengenai bahasa Arab, ilmu waris, dan ilmu-ilmu agama di bawah bimbingan langsung
sang ayah. Sejak usia kanak-kanak, ia sudah memperlihatkan bakat dan kecerdasan dalam
menyerap berbagai ilmu agama. Di usianya yang masih belia, Syaikh Ali al-Shabuni sudah hafal
al-Qur’an. Tidak heran bila kemampuannya ini membuat banyak ulama di tempatnya belajar
sangat menyukai kepribadian al-Sabuni. Salah satu gurunya adalah sang ayah, Jamil al-Sabuni.
Ia juga berguru pada ulama terkemuka di Aleppo, seperti Syekh Muhammad Najib Sirajuddin,
Syaikh Ahmad al-Shama, Syaikh Muhammad Said al-Idibi, Syekh Muhammad Raghib al-
Tabbakh, dan Syekh Muhammad Najib Khayatah.3

Syaikh Ali al-Shabuni memulai belajarnya dari kecil di Suriah sehingga menamatkan
Tsanawiyah (Setingkat SMU) itu merupakan akhir perjalanan di Suriah. Kemudian ia
meneruskan belajarnya di Universitas al-Azhar Mesir, hingga dia mendapatkan gelar Lc (sama

1
Muhammad Yusuf, Studi Kitab Tafsir Kontemporer, Yogyakarta: Teras, 2006, hlm. 49
2
M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an Tafsir, (Jakarta: Fakultas Ushuluddin
IAIN Sunan Kalijaga Dosen Tafsir Hadits, Studi Kitab Hadits, Yogyakarta: 2003), TERAS, hlm. 133
3
Ibid. hlm. 134

4
dengan gelar Sarjana/S1) pada tahun 1371 H/ 1952 M. Setelah selesai mendapatkan gelar
tersebut Syaikh Ali al-Shabuni meneruskan belajarnya di Universitas yang sama sampai
mendapatkan gelar Megister pada tahun 1954 M. Dalam bidang spesialisasi hukum Syar’i. Ia
menjadi utusan dari kementrian Wakaf Suria untuk menyelesaikan Al-Dirasah Al-‘Ulya (sekolah
pasca sarjana).4

Menurut penilaian Syaikh Abdullah al-Hayyat, Khatib Masjid al-Haram dan penasehat
kementrian Pengajaran Arab Saudi, Syaikh Ali al-Shabuni adalah seorang ulama yang memiliki
disiplin Ilmu yang beragam. Salah satu cirinya adalah aktivitasnya yang mencolok dibidang Ilmu
dan Pengetahuan. Ia banyak menggunakan kesempatanya berkompetisi dengan waktu untuk
menelorkan karya ilmiyah yang bermanfaat dan memberi energi pencerahan, yang merupakan
sebuah penelaahan, pembahasan dan penelitian yang cukup lama. Dalam menuangkan
pemikiranya Syaikh Ali al-Shabuni tidak tergesa-gesa dan tidak hanya sekedar mengejar
kuantitas karya tertulis semata, namun menekankan bobot ilmiah, kedalam pemahaman, serta
menegdepankan kualitas karya ilmiah yang dihasilkan, agar mendekati kesempurnaan dan
memprioritaskan validasi serta tingkat kebenaran. Sehingga karya-karyanya di lingkungan
ulama’ Islam dianggap memiliki karakter tersendiri bagi seorang pemikir baru lebih dari itu,
hasil penanya dinilai tidak hanya penting bagi umat islam dan para pecinta ilmu (intelek) untuk
masa-masa yang akan datang.5

1. Karya-karya Syaik Ali al-Shabuni.

Sampai saat ini karya-karya Syaikh Ali al-Shabuni kurang dikenal oleh masyarakat luas,
padahal karyanya telah beredar dikalangan dunia Islam, berikut adalah karya-karya Syaikh Ali
al-Sabuni yang cukup populer yaitu:6

a. Ikhtisar Tafsir Ibnu Katsir.

Kitab ini merupakan ringkasan kitab tafsir karya Ibnu Katsir. Dalam ringkasan kitab
tafsir monumental ini Syaikh Ali al-Shabuni menempuh metode maudhu’i (tematik). Dari upaya

4
Muhammad Ali Iyazi, al-Mufassirun Hayatuhum wa Manhajuhum, Wizarah al- Syaqafah wa al-Irsyad
al-Islami, hlm. 507-508
5
Muhammad Yusuf, Studi kitab Tafsir kontemporer, hlm. 49-50
6
Ibid, hlm. 55-58

5
inilah, umat islam dapat membaca tafsir Ibnu Katsir secara mudah, ringkas, dan kemprehensif,
serta diharapkan para pembaca mampu merencana kandungan subtansinya secara memadai.

b. Rawai’ al- Bayan fi Tafsir Ayat al-Ahkam min al-Qur’an.

Kitab ini berupa tafsir maudu’i (tematik) terhadap ayat-ayat hukum yang ada dalam al-
Qur’an. Dalam arti, dari kitab inilah kaum muslim dapat mengambil rujukan dari hukum-hukum
(masadir al-ahkam), sekaligus sebagai marja’ al-awwal (rujukan utama) yakni al-Qur’an.
Melalui karya inilah, umat islam memperoleh banyak informasi dan manfaat, karena dapat
mengetahui hukum-hukum positif keagamaan, kemasyarakatan, dan sebagainya . sehingga umat
Islam tidak repot dan pelik dalam memehami Al-Qur’an secara utuh.

c. Tibyan Fi Ulum al-Qur’an.

Karya ini awalnya merupakan “diktat” utama bagi kajian tentang ilmu-ilmu al-Qur’an
secara lengkap. Kitab ini disusun dengan sistematika standar ilmiah, penyajian, ringkas, dan
meliputi sejumlah wacana keilmuan penting dan aktual yang sangat diperlukan bagi proses
pendalaman seluk-beluk mengenai al-Qur’an.

d. Shafwah at-Tafsir Li al-Qur’an al-Karim.

Kitab ini adalah karya mutakhir Syaikh Ali al-Shabuni dan sekaligus menjadi karya
monumentalnya dalam bidang tafsir. Kitab Tafsir ini dihimpun dari berbagai kitab tafsir besar
secara rinci, ringkas, kronologis, dan sistematis, sehingga menjadi jelas dan lugas.

Karya-karya Syaikh Ali al-Shabuni yang telah disebutkan diatas merupakan karya beliau
yang cukup populer di masyarat. Kemudian adapun karya-karya beliau yang lainnya, yaitu
sebagai berikut:7

1. Al-Tafsir al-Wadih al-Muyassar.


2. Al-Qur’an al-Karim wa bi Hamisyihi Durrah al-Tafasir.
3. Mukhtasar Tafsir Ibn Kasir.
4. Al-Mawaris fi al-Syari’ah al-Islamiyyah fi Dau’ al-Kitab wa al-Sunnah.

7
Abd. al-Qadir Muhammad al-Salih, al-Tafsir wa al-Mufassirun fi ‘Asr al-Hadis, (Cet.I; Beirut : Dar al-
Ma’rifah, 1424 H/2003 M), hlm. 183 dan 361
6
5. Al-Syubuhat wa al-Bathil Haula Ta’addud Zaujat al-Rasul.
6. Al-Nubuwwah wa al-Anbiya’.
7. Al-Fiqh al-Syar’i al-Muyassar fi Dau’ al-Kitab wa al-Sunnah Fiqh al-Mu’amalah.
8. Al-Fiqh al-Syar’i al-Muyassar fi Dau’ al-Kitab wa al-Sunnah Fiqh al ‘Ibadah.
9. Hadiyyah al-Afrah li al-‘Arusyain al-Zawaj al-Islami al-Mubakkar: Sa’adah wa
Hasanah.
10. Mauqif al-Syari’ah al-Gurrah min Nikah al-Mut’ah.
11. Min Kunuz al-Sunnah Dirasah Adabiyyah wa Lugawiyyah min al-Hadis al-Syarif.
12. Al-Sunnah al-Nabawiyyah Qismun min al-Wahy al-Ilahi al-Munazzal.
13. Mawsu’ah al-Fiqh al-Islami al-Muyassar.
14. Mawqif al-Syari’ah al-Gurra’min Nikah al-Mut’ah.
15. Harakah al-Ard wa Dauranuha Haqiqah ‘Ilmiyyah Asbatahaal-Qur’an.
16. Risalah fi Hukm al-Taswir.
17. Ma’an al-Qur’an al-Karim li Abi Ja’far al-Nuhas.
18. Al-Muktatafatmin ‘Uyun al-Syi’ir.
19. Mukhtasar Tafsir al-Thabari.
20. Tanwir al-Azhan min Tafsir Ruh al-Bayan.
21. Al-Syarh al-Muyassar li Sahih al-Bukhari.
22. Al-Ibda’ al-Bayan.
23. Al-Mahd wa Asyrat al-Sa’ah.
24. Aqidah Ahl al-Sunnah fi Mizan al-Syar’i.
25. Risalah al-Salah.
26. Syarh Riyad al-Salihin.
27. Safhat Musyriqah min Hayat al-Rasul wa Sahabatih al-Kiram.
28. .I’jaz al-Bayan fi Maqasid Suwar al-Qur’an.
29. Al-Zauj al-Islami al-Mubakkir.
30. Jarimah al-Riba’ Akhtar al-Jaraim al-Diniyyah wa al-Ijtima’iyyah.
31. Al-Muntaqa al-Mukhtar min Kitab al-Azkar.
32. Qabasun min Nur al-Qur’an.
33. Fath al-Rahman bi Kasyf ma Yaltabis fi al-Qur’an.
34. Shafwah at-Tafsir.

7
35. Dll.
B. Latar Belakang Penulisan Kitab Rawai’ al- Bayan fi Tafsir Ayat al-Ahkam min al-
Qur’an.

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa salah satu karya monumental Muhammad Ali al-
Shabuni adalah kitab Rawai’ al-Bayan Tafsir Ayat al-Ahkam min al-Qur’an, kitab ini
merupakan salah satu kitab tafsir kontemporer yang berusaha menampilkan al-Qur’an
disertai dengan penjelasan-penjelasan yang komprehensif, bahasa yang sederhana, dan
metode sistematis.8

Kehadiran kitab Tafsir Ayat al-Ahkam ini merupakan salah satu bentuk respon balik atas
permasalahan-permasalahan yang dihadapi masyarakat, khususnya dalam masalah hukum
Islam, yang tentunya tantangan dan problematika tersebut berbeda satu sama lain. Bahkan
keanekaragaman itu terkadang menjadi penghalang dalam kehidupan masyarakat muslim
sehingga mereka tidak mampu mengikuti laju perkembangan zaman yang pada akhirnya
menjadi salah satu penyebab ketertinggalan mereka dibandingkan dengan masyarakat
lainnya.

Pada sisi lain, penghalang yang muncul dalam kehidupan masyarakat muslim itu
melahirkan pandangan negatif dari orang lain serta mempertegas image yang tidak baik yang
pada akhirnya berujung pada aneka tuduhan yang menyakitkan. Di mana tuduhan-tuduhan
tersebut diyakini sepenuhnya adalah tidak adil. Hanya saja masyarakat muslim juga tidak
boleh menutup mata bahwa secara tidak sadar sering kali mereka mempunyai andil atas
munculnya tuduhan dan pandangan negatif tersebut.

Syaikh Ali al-Shabuni sebagai seorang ulama kontemporer yang berhadapan dengan
kondisi seperti itu tertarik untuk mengkaji dan menampilkan al-Qur’an sehingga kegelisahan
masyarakat terhadap problematika hukum Islam yang ada bisa terobati bahkan hati mereka
semakin tenang ketika membaca al-Qur’an. Sebagaimana firman Allah swt. dalam QS. al-
Anfal ayat 2:

8
Muhammad Ali al-Shabuni, Rawai’ al-Bayan Tafsir Ayat al-Ahkam min al-Qur’an, Jilid I
(Jakarta : Dar al-Kutub al-Islamiyyah, 1422 H/2001 M), hlm. 8
8
∩⊄∪ tβθè=©.uθtGtƒ óΟÎγÎn/u‘ 4’n?tãuρ $YΖ≈yϑƒÎ) öΝåκøEyŠ#y— …çµçG≈tƒ#u öΝÍκöŽn=tã ôMu‹Î=è? #sŒÎ)uρ öΝåκæ5θè=è% ôMn=Å_uρ ª!$# tÏ.èŒ #sŒÎ) tÏ%©!$# šχθãΖÏΒ÷σßϑø9$# $yϑ¯ΡÎ)

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut
nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman
mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”.

Ketertarikan al-Shabuni untuk menulis kitab tafsirnya dilatarbelakangi oleh beberapa hal
yang dia sampaikan pada muqaddimah kitab tafsirnya, yaitu: Pertama, al-Shabuni meyakini
bahwa di antara amalan yang didahulukan, dan amalan yang paling baik yang perlu dilakukan
manusia adalah berkhidmat kepada kitab Allah yaitu al-Qur’an. Allah menjadikan al-Qur’an itu
sebagai sinar dan cahaya kehidupan bagi manusia, dan sebagai al-risalah al-samawiyyah terakhir
atau penutup yang diturunkan kepada manusia.9Sebagaimana firman Allah swt., QS. an-Nisa
ayat 174.

∩⊇∠⊆∪ $Y؏Î6•Β #Y‘θçΡ öΝä3ö‹s9Î) !$uΖø9t“Ρr&uρ öΝä3În/§‘ ÏiΒ Ö≈yδöç/ Νä.u!%y` ô‰s% â¨$¨Ζ9$# $pκš‰r'¯≈tƒ

Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari
Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang
terang benderang (Al Quran)”.

Karena itu, penyusunan kitab tafsir ayat al-ahkam diharapkan oleh Sayikh Ali al-Shabuni
dapat menjadi penerang agama, memberikan sinar dan cahaya kepada umat serta diberikan
kemuliaan terhadap pengamalan al-Qur’an bagi mereka yang senantiasa menjaga al-Qur’an
dengan metode dan cara-cara yang mulia. sebagaimana janji yang disampaikan Rasulullah saw.
akan kemuliaan dalam hidup bagi mereka yang menjaga dan menghapal al-Qur’an. Sebagaimana
kutipan hadis yang termuat dalam mukaddimah kitab Syaikh Ali al-Shabuni ini.

Syaikh Ali al-Shabuni memiliki harapan menjadi golongan orang-orang yang menjaga al-
Qur’an, yaitu golongan orang-orang yang senantiasa menjaga keotentikan al-Qur’an yang
merupakan pegangan dan pedoman hidup manusia, setidaknya menjadi orang yang senantiasa

9
Muhammad Ali al-Shabuni, Rawai’ al-Bayan Tafsir Ayat al-Ahkam min al-Qur’an, Jilid I, hlm. 7

9
meniru perbuatan mereka, yaitu orang-orang yang dimuliakan Tuhan dengan penjagaannya
terhadap al-Qur’an.

Kedua, salah satu amalan yang dapat bertahan dan masih terus mengalir kepada manusia
sekalipun dia telah mati, adalah ilmu yang bermanfaat, yaitu amalan yang diyakini kebaikannya
akan terus mengalir kepada manusia bila hal atau sesuatu itu terus dimanfaatkan oleh orang-
orang. Begitulah salah satu tujuan mulia Syaikh Ali al-Shabuni yang ia sematkan di antara
tujuannya dalam menghasilkan karya. Sebagaimana perkataannya dalam kitab tafsirnya:

“Dan saya memiliki harapan mulia, yaitu Allah memberikan saya kemudahan dalam
berkhidmat kepada agama dan ilmu. Maka saya membuat kitab-kitab yang semoga dapat
bermanfaat bagi manusia, dengan keyakinan saya bahwa hal ini merupaka bagian dari amalan-
amalan saleh, yang tersisa untuk manusia setelah matinya.”10

Ketiga, dengan kitab tafsir karya Syaikh Ali al-Shabuni, diharapakan dapat memberikan
kemudahan dan kejelasan kepada umat dalam memahami ajaran-ajaran yang terkandung dalam
al-Qur'an, khususnya ketentuan-ketentuan yang tidak ditetapkan Allah melalui ayat-ayat ahkam-
Nya. Sebagaimana yang ia katakan saat menggambarkan rasa syukurnya kepada Allah yang
diberi kemudahan dan kesempatan untuk menelaah, mengajar, menulis serta menyusun sebuah
kitab tafsir di negeri yang tenang lagi aman Makkah al - Mukarramah tanpa adanya gangguan
kejahatan dan keburukan.

Keempat, tujuan yang ia gambarkan dalam mukaddimah kitabnya. Dia mengharapkan


agar karyanya dapat terjaga, sehingga memberikan manfaat kepada kaum muslimin seluruhnya
hingga hari akhir, yaitu hari yang tidak satupun sesuatu yang bermanfaat dari harta dan
keturunan kecuali mereka yang datang kepada Allah dengan membawa hati yang bersih lagi
selamat.

C. Metode dan Corak Penafsiran Kitab Rawai’ al- Bayan fi Tafsir Ayat al-Ahkam min
al-Qur’an.
1. Metode Penafsiran Kitab Rawai’ al- Bayan fi Tafsir Ayat al-Ahkam min al-Qur’an.

10
Ibid, hlm. 7

10
Di kalangan ulama tafsir, mereka mengklasifikasi metode tafsir menjadi tafsir tahlili,
maudu’i, muqarin, dan ijmali. Masing-masing metode tersebut memiliki karakter yang berbeda
antara satu dengan yang lain. Hanya saja, dari beberapa metode tersebut dapat dikatakan bahwa
tidak ada tafsir yang terbaik sebab masing-masing mempunyai karakter dan ciri khas tertentu,
serta kelebihan dan kekurangannya sangat bergantung pada kebutuhan dan kemampuan mufassir
menerapkannya.11

Dalam hal ini, dari beberapa metode yang telah ditetapkan oleh ulama sebagaimana
penjelasannya pada bab sebelumnya, penulis dapat menyimpulkan bahwa tafsir ayat al-ahkam
karya Syaikh al-Shabuni ini menggunakan beberapa metode.

a. Metode Maudu’i.

Sebelum menjelaskan tentang metode maudu’i yang digunakan oleh Syaikh Ali al-
Shabuni, terlebih dahulu perlu dilihat cara kerja dari metode ini. Cara kerja dalam menerapkan
metode maudu'i adalah sebagai berikut:12

1) Memilih tema yang akan dibahas.


2) Menghimpun seluruh ayat dalam al-Qur’an yang berkaitan dengan tema tersebut.
3) Menentukan urutan ayat al-Qur’an sesuai dengan waktu turunnya serta menjelaskan
asbab al-nuzulnya.
4) Menjelaskan munasabah atau korelasi ayat-ayat tersebut.
5) Menyusun pembahasan dalam sebuah kerangka yang sempurna.
6) Mengemukakan hadis-hadis bahkan penemuan ilmiah yang terkait dengan tema yang
dibahas.
7) Mengkaji ayat-ayat yang sama pengertiannya, atau mengembalikan ayat yang ‘am
kepada yang khas, mutlaq kepada muqayyad , atau mengkompromikan ayat-ayat yang
terlihat bertentangan sehingga ditemukan penafsiran yang menyeluruh dan utuh.
8) Memberi kesimpulan.

11
H. Anshori LAL, Tafsir Bil Ra’yi: Menafsirkan Al - Qur’an Dengan Ijtihad (Cet.I; Jakarta: Gaung
Persada Press, 2010), hlm. 88
12
‘Abd. Al-Hayy al-Farmawi, Muqaddimah fi al-Tafsir al-Maudu'i, (Cet. III: t.t: tp, 1409 H/1988 M),
hlm. 51-52
11
Jika dilihat cara kerja metode maudu’i, begitu juga dengan sistematika pembahasan serta
pemilahan ayat-ayat secara tematik maka dapat disimpulkan bahwa dalam membahas
tafsirnya, Syaikh Ali al-Shabuni menggunakan metode maudu’i atau tematik, yang ditandai
dengan penentuan tema atau judul dari kelompok-kelompok ayat yang ditafsirkan, dan juga
korelasi yang bersifat kemprehensif antara kelompok-kelompok ayat tersebut.

b. Metode Tahlili.

Dari cara kerja metode tahlili, Syaikh Ali al-Shabuni dalam membahas tafsirya juga
menggunakan metode tahlili dalam tafsirnya, ia menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur’an dari
seluruh aspeknya, ditandai dengan penjelasan kebahasaannya, baik dari aspek i’rabnya,
balagahnya, maupun kosakatanya. Demikian pula dengan penjelasan asbab al-nuzul , kandungan
ayat secara global, serta pelajaran yang dapat dipetik dari ayat tersebut.

c. Metode Muqaran.

Salah satu jenis metode tafsir dengan model muqa>ran atau perbandingan sebagaimana
penjelasan yang telah lalu adalah membandingkan berbagai pendapat para ulama dalam
menafsirkan al-Qur’an serta membandingkan segi-segi dan kecenderungan mereka yang
berbeda-beda dalam menginterpretasikan ayat-ayat al-Qur’an. Selain dua jenis lainnya yaitu
membandingkan teks ayat-ayat al-Qur’an yang memiliki kemiripan redaksi tetapi maksudnya
berbeda, atau memiliki redaksi yang berbeda dengan maksud yang sama dan membandingkan
ayat al-Qur’an dengan hadis-hadis Nabi yang tampak bertentangan. Dari jenis-jenis itu terlihat
jelas bahwa tafsir al-Qur’an dengan metode ini mempunyai cakupan yang luas, sebab tidak
hanya membandingkan ayat dengan ayat, tetapi juga membandingkan ayat dengan hadis serta
pendapat ulama atau mufassir dalam menginterpretasikan suatu ayat serta hal-hal atau masalah-
masalah yang terkandung dalam ayat tersebut.

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Syaikh Ali al-Shabuni juga
menggunakan metode muqaran sekalipun karakter dan sistematika metode muqaran tidak
dipergunakan secara utuh, namun mengandung unsur perbandingan dari jenis ketiga yaitu
membandingkan pendapat mufassir dengan penafsirannya dalam suatu ayat atau hal-hal yang
terkait dengan ayat tersebut kemudian menarik kesimpulan terhadap pendapat yang kuat dari
pendapat-pendapat mufassir. Sebagaimana yang terlihat pada salah satu sistematika yang

12
digunakan oleh Syaikh Ali al-Shabuni, yaitu mengangkat pendapat ulama fikih (fuqaha) yang
berkaitan dengan ayat hukum yang dibahas beserta dalil-dalil yang diperpegangi oleh ulama
tersebut, kemudian melakukan tarjih guna mengambil dalil yang lebih kuat.13

2. Corak Penafsiran Kitab Corak Penafsiran Kitab Rawai’ al- Bayan fi Tafsir Ayat al-Ahkam
min al-Qur’an.

Dalam penafsiran al-Qur’an terdapat beberapa corak atau kecenderungan yang


dipergunakan untuk membahas ayat-ayat al-Qur’an. Mulai dari corak sastra dan bahasa, filsafat
dan teologi, fiqh, hingga sastra budaya kemasyarakatan, sebagaimana pembahasan yang lalu.
Setiap kitab tafsir memiliki corak tersendiri sesuai dengan keahlian penulisnya dan hal tersebut
dilihat dari aspek dominasinya. Dengan kata lain, penentuan suatu corak tafsir untuk sebuah
kitab tergantung dari frekuensi penerapannya. Corak yang paling banyak digunakan, maka itulah
yang dijadikan kesimpulan corak bagi sebuah kitab tafsir sebagaimana pembahasan lalu karena
setiap kitab pasti membahas lebih dari satu corak karena memang ayat-ayat al-Qur’an pun
sifatnya bermacam-macam. Ada ayat-ayat yang terkait dengan hukum, akidah, isyarat-isyarat
ilmiah, bahkan ayat-ayat yang menggambarkan keindahan bahasa al-Qur’an itu sendiri.

Corak Kitab Rawai' al-Bayan ini termasuk dalam kategori al-Tafsir al-Fiqhiy atau
hukum, dikarenakan tafsir ini secara khusus hanya membahas masalah hukum. Al-Tafsir al-
Fiqhiy sendiri pada umumnya merupakan penafsiran yang dilakukan oleh tokoh suatu mazhab
tertentu untuk dapat dijadikan sebagai dalil atas kebenaran mazhabnya. Al-Tafsir al-Fiqhiy ini
dapat pula dikatakan sebagai al-Tafsir al-Ahkam karena corak tafsir ini berorientasi pada hukum
Islam (fiqh). Corak fiqih muncul karena berkembangnya ilmu fiqih dan terbentuknya mazhab-
mazhab fiqih yang setiap golongan berusaha membuktikan kebenaran pendapatnya lewat
penafsiran terhadap ayat-ayat hukum. Sedangkan Syaikh Ali al-Shabuni sendiri tidak berpegang
pada satu madzhab tertentu (al-Talfiq), ia mengambil pendapat yang dianggapnya lebih kuat (al-
tarjih) dalam menetapkan sebuah hukum.

D. Sistematikan Penulisan Kitab Rawai’ al- Bayan fi Tafsir Ayat al-Ahkam min al-
Qur’an.

13
Muhammad Ali al-Shabuni, Rawai’ al-Bayan Tafsir Ayat al-Ahkam min al-Qur’an, Jilid I, hlm. 8

13
Telah disebutkan di atas bahwa kitab tafsir karya Syaikh Ali al-Shabuni ini merupakan salah
satu kitab tafsir kontemporer yang berusaha menggabungkan antara keotentikan masa lalu dan
keindahan masa kini, sehingga al-Qur’an selalu bisa tampil memberi petunjuk dan menerangi
perjalanan hidup manusia secara keseluruhan.

Di antara keistimewaan kitab tafsir ini adalah sistematika penulisan atau pembahasannya
yang konsisten, menggambarkan keaktualan penafsirannya serta kemudahan pemahamannya.
Hal ini tentunya menjadi bukti keinginan penulisnya untuk menampilkan al-Qur’an dengan
sebuah penafsiran yang menarik. Selain itu, karya Syaikh Ali al-Shabuni ini diperkaya dengan
rujukan atau sumber berupa literatur dari para pemikir muslim yang terdahulu. Sebab Syaikh Ali
al-Shabuni dalam setiap karyanya selalu mencoba memadukan pemikiran ulama tafsir (mufassir
un), baik dari kalangan mutaqaddimin maupun muta’akhkhirin. Sebagaiman ungkapannya dalam
mukaddimah kitabnya.

“Seperti halnya kitab ini, di mana saya simpulkan dari apa yang dikatakan para
mutaqaddimun dan muta’akhkhirun, dan menyatukan antara pendapat terdahulu dan sekarang,
dan saya tidak menulis sesuatu hingga saya membaca kurang lebih 15 literatur dari literatur
induk dari kitab-kitab tafsir, bahasa, dan hadis, kemudian saya menulis pembahasan ini dalam
bentuk muhadarat dengan penjelasan dari literatur-literatur yang saya kutip dengan penuh
amanah”.14

Sistematika penyusunan Rawai’ al-Bayan adalah mengurutkan susunan tafsirnya yang


dimulai dari surah al-Fatihah hingga surat al-Muzzammil, dan hanya memfokuskan pada ayat-
ayat hukum, sehingga tidak semua ayat dalam surah ditafsirkan, meskipun demikian ia tetap
menafsirkan sesuai dengan susunan mushaf atau tartib mushaf, setiap ayat-ayat hukum diberikan
judul sesuai dengan tema pembahasan dalam kaitannya dengan ayat-ayat tersebut kemudian
dibahas sesuai dengan sistematika yang telah disusun.

14
Muhammad Ali al-Shabuni, Rawai’ al-Bayan Tafsir Ayat al-Ahkam min al-Qur’an, Jilid I, hlm. 9

14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.

Kitab Tafsir Rawa‟i al-Bayan yang termasuk kategori tafsir ahkam ingin memberi
informasi kepada masyarakat bahwa posisi al-Qur’an sebagai petunjuk umat bukan hanya pada
tataran teoritis, namun lebih pada penerapan dalam kehidupan sehari-hari (bermasyarakat).
Metode maudhu’i dalam teknik penafsiran mempermudah pembaca dalam proses pencarian
hukum, mulai dari proses pencarian riwayat, kesimpulan, hikmah al-tasyr, serta memperkuat
posisi al-Qur’an dalam bentuk keterikatan masing-masing ayat. Corak penafsirannya temasuk
dalam kategori hukum, dan dalam penafsirannya Syaikh Ali al-Shabuni menyampaikan dari
masing-masing mazhab, ulama hadis, tafsir dan al-Qur’an.

Teknik penafsiran dimulai dari: Al-Tahlil al-Lafziy, Al-Ma’na al-ijmaliy, asbab al-Nuzul,
Munsabah al-Ayat, Wujuh al-Qira’at, Wujuh al-I’rab, Latha’if al-Tafsir, Al-Ahkam Mukallaf al-
Syar’iyyah, Matursyid alaihi al-Ayat, Hikmah al-Tasyri’. Penafsiran Syaikh Ali al-Shabuni yang
tergolong tegas dan lugas, misalnya dalam kasus “menjahui istri yang sedang haid” ia
memaparkan masing-masing pendapat para ulama. Kemudian ia mentarjihnya, sehingga hasil
keputusannya memang valid, dan hal ini juga didukung dengan kandungan hikmah di balik ayat
tersebut.

15
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf Muhammad. 2006. Studi Kitab Tafsir Kontemporer. Yogyakarta: TERAS.
Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi. 2003. Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an Tafsir. Jakarta:
Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga Dosen Tafsir Hadits. Studi Kitab Hadits. Yogyakarta:
TERAS.
Iyazi Muhammad Ali i. al-Mufassirun Hayatuhum wa Manhajuhum, Wizarah al- Syaqafah wa
al-Irsyad al-Islami.
Abd. al-Qadir Muhammad al-Salih. 1424 H/2003 M. al-Tafsir wa al-Mufassirun fi ‘Asr al-
Hadis. Cet.I; Beirut: Dar al-Ma’rifah.
Al-Shabuni, Muhammad Ali. 1422 H/2001 M. Rawai’ al-Bayan Tafsir Ayat al-Ahkam min al-
Qur’an. Jilid I. Jakarta: Dar al-Kutub al-Islamiyyah.
Anshori LAL. 2010. Tafsir Bil Ra’yi: Menafsirkan Al - Qur’an Dengan Ijtiha. Cet.I: Jakarta:
Gaung Persada Press.
Al-Farmawi Abd. Al-Hayy. 1409 H/1988 M. Muqaddimah fi al-Tafsir al-Maudu'i. Cet. III.

16

Anda mungkin juga menyukai