Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

STUDI ANALISA KITAB AT-TIBYAN FI ULUMIL QUR'AN


Karya Syekh Ali As-Sabuni

OLEH :
MULIADI

Dosen Pengampu: Ust. Munawir Husni, M.Hum.

MA’HAD ALY THOHIR YASIN


JL. PATIRATA, NO.08 DESA LENDANG NANGKA, MASBAGIK, LOMBOK TIMUR, NTB

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Segala puja dan puji bagi Allah SWT.yang telah memberikan kita kesehatan
dan kemudahan dalam mengerjakan tugas materi tentang STUDI ANALISA KITAB AT-
TIBYAN FI ULUMIL QUR’AN ini. Sholawat beserta salam tetap tercurahkan kepada
baginda Nabi besar Muhammad Saw. beserta keluarga,sahabat-sahabat beliau. Semoga kita
mendapat syafa’at beliau di akhirat kelak.Aamiin.

Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan kesempatan
sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah ini.Saya selaku penulis tentu menyadari bahwa
makalah ini masih banyak sekali kesalahan dan kekurangannya.Untuk itu, mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca agar manjadi makalah yang lebih baik lagi.

Saya juga mengucapkan terimakasi banyak kepada kedua orangtua yang menjadi motivasi
dalam mengerjakan tugas-tugas ini dan tak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada Dosen
pengampu mata kuliah Metodologi Penenlitian Naskah Kitab secara khususnya dan semua
guru dan jajaran yang ada Ma’had Aly Thohir Yasin.

Demikian kata pengantar yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini bermanfaat
bagi diri pribadi, keluarga, masyarakat,ummat, nusa dan bangsa dan semoga Allah SWT.
Senantiasa meridhoi semua kebaikan yang kita lakukan.Sekian dan Terimakasih.

Banok, 30 Oktober 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN
a. Latar belakang........................................................................................................04
b. Rumusan masalah..................................................................................................04
c. Tujuan/manfaat penulisan......................................................................................04

BAB II. PEMBAHASAN


a. Biografi Imam Ali As-Sabuni.............................................................................05
1. Riwayat hidup Imam Ali As-Sabuni............................................................05
2. Karya-karya Imam Ali As-Sabuni...............................................................07
b. Kitab At-Tibyan Fi Ulumil Qur'an.....................................................................08
1. Sejarah Penulisan Kitab At-Tibyan Fi Ulumil Qur'an..................................08
2. Tanggapan ulama tentang Kitab At-Tibyan Fi Ulumil Qur'an.....................09
3. Isi materi Kitab At-Tibyan Fi Ulumil Qur'an...............................................10
4. Kelebihan dan kekurangan Kitab At-Tibyan Fi Ulumil Qur'an...................11

BAB III. PENUTUP


a. Kesimpulan..........................................................................................................12
b. Kritik dan Saran ..................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Naskah Kitab dan sebagai jalan untuk
menambah wawasan tentang Ilmu-ilmu Al-Qur’an yang terdapat pada Kitab Kitab At-Tibyan
Fi Ulumil Qur’an karya ulama Quro’ yang terkemuka pada zamannya yaitu imam Ali As-
sabuni.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Siapakah sebenarnya pengarang Kitab At-Tibyan Fi Ulumil Qur’an?
2. Apa saja isi Kitab Kitab At-Tibyan Fi Ulumil Qur’an?

C. TUJUAN/MANFAAT PENULISAN
Makalah menjadi sarana untuk mendemonstrasikan pemahaman penulis tentang pokok
pemasalahan teoretis yang dikaji atau kemampuan penulis dalam menerapkan suatu prosedur,
prinsip, atau teori yang berhubungan dengan masalah tertentu.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. BIOGRAFI IMAM ALI AS-SHABUNI

1. Riwayat Hidup
Riwayat Muhammad Ali Al Shabuni Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Ali bin
Jamil Al Shabuni. Beliau lahir di kota Halb/Aleppo Syiria pada tahun 1928 M. Setelah lama
berkecimpung dalam dunia pendidikan di Syiria, beliau pun melanjutkan pendidikannya di
Mesir, dan merampungkan program magisternya di universitas Al Azhar mengambil tesis
khusus tentang perundang-undangan dalam Islam pada tahun 1954 M. Saat ini bermukim di
Mekkah dan tercatat sebagai salah seorang staf pengajar tafsir dan ulumul qur‟an di Fakultas
Syari‟ah dan Dirasat Islamiyah Universitas Malik Abdul Aziz Makkah. Syaikh Al Shabuni
dibesarkan di tengah-tengah keluarga terpelajar.Ayahnya, Syaikh Jamil, merupakan salah
seorang ulama senior di Aleppo.Ia memperoleh pendidikan dasar dan formal mengenai bahasa
arab, ilmu waris, dan ilmu-ilmu agama di bawah bimbingan langsung sang ayah. Sejak usia
kanak-kanak, ia sudah memperlihatkan bakat dan kecerdasan dalam menyerap berbagai ilmu
agama. Diusianya yang masih belia, Al Shabuni sudah hafal al Quran.Tak heran bila
kemampuannya ini membuat banyak ulama di tempatnya belajar sangat menyukai
kepribadian Al Shabuni. Salah satu gurunya adalah sang ayah, Jamil Al Shabuni. Ia juga
berguru pada ulama terkemuka di Aleppo, seperti Syaikh Muhammad Najib Sirajuddin,
Syaikh Ahmad Al Shama, Syaikh 16 Muhammad Said Al Idlibi, Syaikh Muhammad Raghib
Al Tabbakh, dan Syaikh Muhammad Najib Khayatah. Untuk menambah pengetahuannya, Al
Shabuni juga kerap mengikuti kajian-kajian para ulama lainnya yang biasa diselenggarakan di
berbagai masjid.Setelah menamatkan pendidikan dasar, Al Shabuni melanjutkan pendidikan
formalnya di sekolah milik pemerintah, Madrasah Al Tijariyyah. Di sini, ia hanya
mengenyam pendidikan selama satu tahun. Kemudian, ia meneruskan pendidikan di sekolah
khusus syari‟ah, Khasrawiyya, yang berada di Aleppo. Saat bersekolah di Khasrawiyya, ia
tidak hanya mempelajari bidang ilmu-ilmu Islam, tetapi juga mata pelajaran umum.Ia berhasil
menyelesaikan pendidikan di Khasrawiyya dan lulus tahun 1949. Atas beasiswa dari
Departemen Wakaf Suriah, ia melanjutkan pendidikannya di Universitas Al Azhar Mesir,
hingga selesai strata satu dari Fakultas Syari‟ah pada tahun 1952. Dua tahun berikutnya, di
Universitas yang sama, ia memperoleh gelar magister pada konsentrasi Peradilan Syariah
(Qudha Asy Syariyyah). Studinya di Mesir merupakan beasiswa dari Departemen Wakaf
Suriah. Selepas dari Mesir, Syaikh Al Shabuni kembali ke kota kelahirannya. Ia mengajar
5
diberbagai sekolah menengah atas yang ada di Aleppo. Pekerjaan sebagai guru sekolah
menengah atas ini ia lakoni selama delapan tahun, dari tahun 1955 hingga 1962. Setelah itu, ia
mendapatkan tawaran untuk mengajar di Fakultas Syariah Universitas Umm Al Qura dan
Fakultas Ilmu Pendidikan Islam Universitas King Abdul Aziz. Kedua universitas ini berada di
Kota Makkah.Ia menghabiskan waktu dengan kesibukannya 17 mengajar didua perguruan
tinggi ini selama 28 tahun. Karena prestasi akademik dan kemampuannya dalam menulis, saat
menjadi dosen di Universitas Umm Al Qura, Al Shabuni pernah menyandang jabatan ketua
Fakultas Syari‟ah.Ia juga dipercaya untuk mengepalai Pusat Kajian Akademik dan Pelestarian
Warisan Islam. Hingga kini, ia tercatat sebagai guru besar Ilmu Tafsir pada Fakultas Ilmu
Pendidikan Islam Universitas King Abdul Aziz. Di samping mengajar di kedua universitas
itu, Syaikh Al Shabuni juga kerap memberikan kuliah terbuka bagi masyarakat umum yang
bertempat di Masjidil Haram.Kuliah umum serupa mengenai tafsir juga digelar disalah satu
masjid di Kota Jeddah.Kegiatan ini berlangsung selama sekitar delapan tahun.Setiap materi
yang disampaikannya dalam kuliah umum ini, oleh Al Shabuni, direkamnya dalam
kaset.Bahkan, tidak sedikit dari hasil rekaman tersebut yang kemudian ditayangkan dalam
program khusus di televisi. Proses rekaman yang berisi kuliah-kuliah umum Syaikh Al
Shabuni ini berhasil diselesaikan pada tahun 1998. Di samping sibuk mengajar, Syaikh Al
Shabuni juga aktif dalam Organisasi Liga Muslim Dunia. Saat di Liga Muslim Dunia, ia
menjabat sebagai penasihat pada Dewan Riset Kajian Ilmiah mengenai al Qur‟an dan Sunnah,
bergabung dalam organisasi ini selama beberapa tahun. Setelah itu, ia mengabdikan diri
sepenuhnya untuk menulis dan melakukan penelitian. Salah satu karyanya yang terkenal
adalah Shafwah At Tafasir. Kitab tafsir al Qur‟an ini merupakan salah satu tafsir terbaik
karena luasnya pengetahuan yang dimiliki oleh sang pengarang. Selain dikenal sebagai hafiz
al Qur‟an, Syaikh Ali As-Shabuni juga memahami dasar-dasar ilmu tafsir, guru besar ilmu
syari‟ah, dan ketokohannya sebagai seorang intelektual muslim. Hal ini menambah bobot
kualitas dari tafsirnya. Menurut penilaian Syaikh Abdullah Khayyat, khatib masjidil haram
dan penasehat kementrian pengajaran Arab Saudi, Syaikh Al Shabuni adalah seorang ulama
yang memiliki banyak pengetahuan, salah satu cirinya adalah aktivitasnya yang mencolok
dalam bidang ilmu pengetahuan, ia banyak menggunakan kesempatan berlomba dengan
waktu untuk mengeluarkan karya ilmiahnya yang bermanfaat dengan member konteks
pencerahan, yang merupakan buah penelaahan, pembahasan dan penelitian yang cukup lama
menuangkan pemikirannya, Syaikh Al Shabuni tidak tergesa-gesa, dan tidak berorientasi
mengejar banyak karya tulis, namun menekankan segi ilmiah ke dalam pemahaman serta
aspek-aspek kualitas dari sebuah karya ilmiah, untuk mendekati kesempurnaan dan segi

6
kebenaran.1 Juga dikenal sebagai pakar ilmu al Qur‟an, bahasa arab, fiqh, dan sastra arab.
Abdul Qodir Muhammad Shalih dalam “Al Tafsir Wa Al Mufassirun Fi Al A‟shri Al Hadits”
menyebutnya sebagai akademisi yang ilmiah dan banyak menelurkan karya-karya bermutu”.

2. Karya-Karya Muhammad Ali Al Shabuni


a. Rawa’i Al Bayan fi Tafsir Ayat Al Ahkam min Al Qur’an.
Kitab ini mengandung keajaiban tentang ayat-ayat hukum di dalam al Qur‟an.
Disusun dalam dua jilid besar, ia adalah kitab terbaik yang pernah dikarang perihal soal ini,
sebab dua jilid ini, telah dapat menghimpun karangan-karangan klasik dengan isi yang
melimpah ruah serta ide dan fikiran yang subur, satu pihak dan karangan-karangan modern
dengan gaya yang khas dalam segi penampilan, penyususnan, dan kemudian uslub dipihak
lain. Selain itu, Muhammad Ali Al Shabuni telah nampak keistimewaannya dalam tulisan ini
tentang keterusterangannya dan penjelasannya dalam menetapkan keobjektifan agama islam
mengenai pengertian ayat-ayat hukum, dan tentang sanggahannya terhadap dalil-dalil
beberapa orang musuh islam yang menyalahgunakan penanya dengan mempergunakan
dirinya dengan menyerang Nabi Muhammad Saw dalam hal pernikahan beliau dengan
beberapa orang istri (poligami).2
b. Al Tibyan fi ‘Ulum Al Qur’an (Pengantar Studi Al Qur’an)
Awalnya, buku ini adalah diktat kuliah dalam ilmu al Qur‟an untuk para mahasiswa
Fakultas Syari‟ah dan Dirasah Islamiyah di Makkah Al Mukarramah, dengan maksud untuk
melengkapi bahan kurikulum fakultas serta keperluan para mahasiswa yang cinta kepada ilmu
pengetahuan dan mendambakan diri dengan penuh perhatian kepadanya
c. Para Nabi dalam Al Qur’an (Al Nubuwah wa Al Anbiya’)
Berbeda dengan buku yang sudah ada (sebagai) buku terjemahan, buku ini dikemas
secara ringkas, lantaran karya ini merupakan sebuah karya saduran dari sebuah kitab
berbahasa Arab yang ditulis oleh Syaikh Muhammad Ali Al Shabuni.
d. Qabasun min Nur Al Qur’an (Cahaya Al Qur’an)
Judul asli buku ini dalam bahasa Arabnya adalah Qabasun Min Nur al Qur‟an dan
diterjemahkan oleh Kathur Suhardi kedalam bahasa Indonesia menjadi cahaya al Qur‟an.
Kitab tafsir ini, diantaranya disajikan ayat-ayat al Qur‟an dari awal hingga akhir secara
berurutan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Sehingga pola ini
memeberikan kemaslahatan tesendiri yang tidak didapatkan di kitab-kitab tafsir lain. Adapun
bentuk penyajiannya ialah ayat demi ayat atau beberapa ayat yang terangkum dalam satu
kelompok maknanya dan tema yang karena itulah kitab ini disebut tafsir tematik, sistem
penyusunan kitab ini serupa dengan kitab Shafwah Al Tafasir.

B. KITAB AT-TIBYAN FI ULUMIL QUR’AN


1. Sejarah Penulisan Kitab
1
“Biografi-syaikh-muhammad-ali-ash-shabuni”http://www.fimadani.com. diunduh pada 06 November 2016
pukul 05:25 WITA.
2
2 “Biografi-Syaikh-Muhammad-ali-ash-shabuni”http://www.fimadani.com.diunduh pada 06 November 2016
pukul 05:25 WITA.
7
Ulumul Qur'an tidak lahir sekaligus sebagai ilmu yang terdiri dari berbagai macam
cabang. Ulumul Qur'an menjadi suatu disiplin ilmu melalui proses pertumbuhan dan
perkembangan sesuai dengan kesempatan dan kebutuhan untuk membenahi al-Qur’an dari
segi keberadaan dan pemahamannya. Oleh karena itu, sebagai seorang muslim perlu untuk
mempelajari sejarah ulumul Qur’an dimana az-Zarqani mengklasifikasikan sejarah Ulumul
Qur’an menjadi tiga tahap perjalanan sebagai berikut ;
a. Sebelum Masa Kodifikasi
Pada masa Rasulullah Saw.dan para sahabat, Ulumul Qur’an belum dikenal sebagai
suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri dan tertulis. Para sahabat yang merupakan orang-orang
Arab asli pada masa itu dapat merasakan struktur bahasa Arab yang tinggi dan memahami apa
yang diturunkan kepada Rasul. Apabila mereka menemukan kesulitan dalam memahami ayat-
ayat tertentu, maka mereka menanyakannya langsung kepada Rasul Saw. Adapun sebab-
sebab mengapa Ulumul Qur’an belum dikodifikasikan pada masa Nabi dan Sahabat, yaitu
antara lain:
1) Pada umumnya para sahabat adalah ummi (tidak dapat menulis dan membaca),
bahkan kurang mengenal adanya bacaan dan tulisan.
2) Terbatasnya alat-alat tulis di kalangan mereka kala itu sehingga mereka
menuangkannya pada pelepah kurma, tulang belulang, kulit binatang, dan lain
sebagainya. Karena itu tidak mudah bagi mereka untuk membukukan atau
mengkodifikasi apa yang mereka dengar dari Rasulullah Saw.
3) Mereka dilarang menulis sesuatu hal selain daripada al-Qur’an karena
dikhawatirkan tulisan tersebut akan tercampur aduk dengannya. Sebagaimana
ditegaskan Nabi Saw.: Dari Abu Sa'id al-Khudri, bahwa Rasul Saw. bersabda:
“Janganlah kalian menulis (apa pun) dariku. Dan barangsiapa menulis selain al-
Qur’an, maka sebaiknya ia menghapusnya.” (HR. Muslim)
4) Sahabat adalah orang Arab asli sehingga mereka dapat menikmati al-Qur’an secara
langsung dengan ketulusan jiwa, mereka juga dapat menerima, menyerap dan
menyampaikan al-Qur’an dengan cepat.
Karena beberapa sebab itulah, Ulumul Qur’an pada masa ini tidak ditulis. Kondisi
seperti ini berlangsung selama dua masa kepemimpinan khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq dan
khalifah Umar bin Khattab. Meskipun demikian, generasi sahabat tetap merupakan generasi
Islam pertama yang memiliki andil cukup signifikan dalam proses penyebaran ajaran Islam,
termasuk di dalamnya Ulumul Qur’an, baik secara talaqqi maupun syafawi, bukan secara
tadwini dan kitabah (kodifikasi).
b. Permulaan Masa Kodifikasi
Wilayah Islam pada era khalifah Utsman bin Affan semakin bertambah luas sehingga
terjadi perbauran antara masyarakat Arab dan bangsa-bangsa yang tidak mengetahui bahasa
Arab ('ajam). Keadaan demikian menimbulkan kekhawatiran sebagian dari sahabat akan
tercemarnya keistimewaan bahasa Arab, bahkan lebih dikhawatirkan akan merusak qira'ah al-
Qur’an yang menjadi standar bacaan masyarakat arab pada saat itu. Sebagai solusi maka
disalinlah dari tulisantulisan aslinya sebuah al-Qur’an yang kemudian dikenal dengan mushaf
imam. Proses penyalinan al-Qur’an ini dilakukan dengan model tulisan ar-rasm alutsmani.
Model penulisan al-Qur’an yang kemudian dikenal sebagai ilmu ar-rasm al-Utsmani (ilmu
rasm al-Qur’an) yang disinyalir oleh sebagian ulama sebagai dasar atau tonggak awal
munculnya Ulumul Qur’an. Lalu pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib, lahn (kerancuan)
8
dalam bahasa dan berbahasa Arab semakin parah. Untuk membentengi bahasa Arab -dan
tentunya al-Qur’an- dari berbagai kesalahan bacaan, maka khalifah Ali memerintahkan Abu
al-Aswad ad-Du'ali untuk membuat kaidah (gramatikal) bahasa Arab.Karena peristiwa ini,
sebagian ahli kemudian menyebut Ali sebagai pencetus ilmu Nahwu (gramatikal) atau ilmu
I'rab al-Qur’an.Dari uraian di atas, secara garis besar dapat dikatakan bahwa, perhatian para
pembesar sahabat dan tabi'in waktu itu adalah menyebarkan Ulumul Qur’an secara riwayat
dan talqin (dari lisan ke lisan), bukan dengan tulisan atau tadwin (kodifikasi). Kendati
demikian, apa yang mereka lakukan dapat dikatakan sebagai permulaan proses penulisan atau
kodifikasi Ulumul Qur’an. Para sahabat yang mempunyai andil besar dalam proses
periwayatan Ulumul Qur’an secara lisan ke lisan adalah empat khalifah rasyidin, Ibnu Abbas,
Ibnu Mas'ud, Abu Musa al-Asy'ari, Zaid bin Tsabit, dan Abdullah bin Zubair. Sedangkan dari
kalangan tabi'in adalah Mujahid, 'Atha' ‘Ikrimah, Qatadah, Sa'id bin Jubair, al-Hasan al-
Bashri, dan Zaid bin Aslam. Mereka semua adalah para tokoh peletak batu pertama ilmu
tafsir, ilmu asbabun nuzul, Ilmu nasikh mansukh, ilmu gharib al-Qur’an, dan sebagainya yang
notabene adalah bagian dari disiplin ilmu Ulumul Qur’an.
c. Masa Kodifikasi
Kemudian datanglah masa kodifikasi.Di era ini, berbagai kitab tentang Ulamul Qur'an
pun ditulis dan dikodifikasikan. Namun, poin yang menjadi prioritas utama para ulama
dimasa itu adalah ilmu tafsir, karena ilmu ini dianggap memiliki fungsi yang sangat vital
dalam proses pemahaman dan penjelasan isi alQur’an. Adapun para penulis pertama dalam
bidang tafsir adalah Syu'bah bin alHajjaj (160 H), Wali bin al-Jarrah (197 H) dan Sufyan bin
Uyainah (198 H). Tafsirtafsir mereka berisi tentang pandangan dan pendapat para sahabat dan
tabi'in.Hal ini menunjukkan betapa besarnya perhatian dan semngat para ulama untuk
memahami dan menggali makna-makna yang terkandung dalam al-Qur’an.14 Kemudian pada
abad ke-3 Hijriyah muncul tokoh tafsir pertama yang membentangkan berbagai pendapat dan
mentarjih sebagiannya.Ia adalah Ibnu Jarir at-Thabari (310 H) dengan kitabnya, Jami' al-
Bayan fi Tafsir Ayi al-Qur'an. Kemudian proses penulisan tafsir ini terus berlangsung hingga
saat sekarang dengan model dan karakter yang berbeda-beda antara satu masa dengan masa
yang lainnya.
2. Tanggapan ulama tentang kitab At-Tibyan Fi Ulumil Qur’an
a. Menurut Az-Zurqani dalam karyanya yang berjudul Manahil al-Irfan fi Ulum Al-
Qur’an, Ulumul Qur’an adalah pembahasan-pembahasan yang berhubungan dengan
Al-Qur’an.Dengan begitu, menurut Az-Zurqani, cakupan pembahasan Ulumul
Qur’an meliputi turunnya, urutan-urutannya, pengumpulannya, penulisannya,
bacaannya, penafsirannya, kemu’jizatannya, nasikh mansukhnya, dan penolakan hal-
hal yang menimbulkan keragu-raguan terhadap Al-Qur’an, dan lain sebagainya.
b. Menurut Syeikh Manna Al-Qaththan dalam bukunya Mahabits Fi Ulum Al-
Qur’an, Ulumul Qur’an adalah llmu yang mencakup pembahasan-pembahasan yang
berhubungan dengan Al-Qur’an, dari segi pengetahuan tentang sebab-sebab
turunnya, pengumpulan Al-Qur’an dan urutan-urutannya. Ulumul Qur'an pun
mencangkup soal pengetahuan tentang ayat-ayat Makiyah dan Madaniyah, nasikh
mansukh, muhkam, dan mustasyabih serta hal-hal lain yang ada hubungannya Al-
Qur'an.
c. Menurut Syekh Ali Al-Shabuni, Ulumul Qur’an adalah pembahasan-pembahasan
yang berhubungan dengan kitab yang mulia ini dari segi turunnya, pengumpulannya,
penertibannya, pembukuannya, mengetahui sebab turunnya, Makiyah dan

9
Madaniyahnya, nasikh dan mansukhnya, muhkam, dan mutasyabihnya dan lain-lain
pembahasan yang berkaitan dengan Al-Qur’an.

Beralaskan definisi para ulama tersebut, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa Ulumul
Qur’an terdiri atas berbagai pembahasan ilmu-ilmu yang berkaitan erat dengan Al-Qur'an.

3. Isi Materi Kitab At-Tibyan Fi Ulumil Qur’an

Pokok pembahasan kitab ulumul qur’an diantaranya adalah ;

Proses turunnya Alquran (Nuzulul Quran)

Bahasannya berupa waktu dan tempat turunnya suatu ayat, penyebab, dan sejarah
lengkapnya.

Pembahasan terkait sanad (rangkaian periwayat)

Bahasannya berupa jenis-jenis riwayat (riwayat mutawatir, riwayat ahad, riwayat


syadz), macam qira’at nabi, penjelasan mengenai para perawi dan penghafal Alquran, serta
proses penyebaran riwayat (tahammul).

Pembahasan soal qira’at (cara membaca Alquran)

Topik ini menyangkut beberapa hal, di antaranya cara berhenti (waqaf), cara memulai
bacaan (ibtida’), macam bacaan yang harus dipanjangkan (mad), cara membaca huruf, dll.

Pembahasan terkait kata-kata dalam Alquran

Topik yang dibahas antara lain mengenai kata-kata asing dalam Alquran (gharib),
kata-kata yang berubah harakat akhirnya (mu’rab), kata-kata yang memiliki makna serupa
(homonim), padanan kata-kata dalam ayat (sinonim), isti’arah, dan penyerupaan (tasybih).

Pembahasan mengenai makna-makna dalam Alquran

Makna yang dimaksud tidak secara harfiah, namun ada pembahasan makna lain,
misalnya makna umum (‘am), makna lahir, makna global (mujmal), makna konteks
pembicaraan (manthuq), makna yang tidak melahirkan keraguan (muhkam), dan makna yang
terdapat kesamaran di dalamnya (mutasyabih).
Naasikh dan Mansukh
I’jazul Qur’an
Makiyah Dan Nasikh madaniyah
Kodifikasi Al-Qur’an
Munasabah
Muhkam dan Mutasyabih
dll
10
4. kelebihan dan kekurangan kitab ulumul Qur’an
Salah satu kelebihan nya yaitu mengetahui secara jelas bagaimana sebab turunnya Al-
Quran dari cara pewahyuannya, tempat, waktu dan kejadian yang menyebabkan suatu ayat
turun ke bumi.
Sedangkan kekurangan nya menurut saya tidak ada, karna kitab ini memanbahas ilmu-
ilmu yang terdapat dalam Al-Qur’an itu secara terperinci dan mudah untuk di pahami.

11
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Ulumul Qur’an merupakan ilmu-ilmu yang membahas tentang Al-Qur’an. Dilihat dari
pembagiannya, macamnya, dan bahasan yang terkandung didalamnya menunjukkan bahwa
cakupan dari ulumul Qur’an ini sangat luas. Ilmu-ilmu yang terkandung di dalam nya
merupakan suatu hal yang perlu di pelajari sebagai seorang penuntut ilmu guna mengetahui,
yang kemudian memahami isi dari Al-Qur’an dari berbagai aspek yang dibahas.

b. Kritik dan Saran


Dari hasil analisa yang masih jauh dari kata sempurna, saya selaku penyusun meminta maaf
dan harap maklum apabila ada kesalahan penulisan atau isi materi pada analisa ini.Maka dari
itu, saya meminta kritik dan saran untuk menjadi lebih baik ke depannya terutama kritik dan
saran dari dosen pengampu mata kuliah metodologi penelitian naskah kitab, teman-teman atau
para pembaca/pendengar untuk menjadi pembelajaran.Dengan segala hormat dan tanpa
mengurangi rasa hormat saya ucapkan terimakasih banyak.

12
DAFTAR PUSTAKA
Biografi-syaikh-muhammad-ali-ash-shabuni”http://www.fimadani.com.diunduh pada 06
November 2016 pukul 05:25 WITA.
“Biografi-Syaikh-Muhammad-ali-ash-shabuni”http://www.fimadani.com. diunduh pada 06
November 2016 pukul 05:25 WITA.
Abdul Wahid Ramli, ‘Ulumul Qur‟ An’ (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002). h. 15
Lal. Ulumul Qur’an.., h. 6

13

Anda mungkin juga menyukai