Anda di halaman 1dari 18

Makalah Studi Al-Hadits

MEMBAHAS KITAB HADITS SHAHIH MUSLIM

Dosen Pengasuh :
Dr.Tarmizi M. Jakfar, M.Ag

Disusun Oleh:

HIKMATUL FITRI
NIM. 211003014

Mahasiswa Program Megister Pendidikan Agama Islam


Tahun Akademik 2021/2022

PROGRAM MEGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR- RANIRY
DARUSSALAM - BANDA ACEH
2021 M/1443 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang
berjudul “MEMBAHAS KITAB HADITS SHAHIH MUSLIM” yang sangat
sederhana. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Studi Al-
Hadits. Shalawat serta salam kepada Rasulullah Muhammad SAW. beserta
keluarga dan sahabatnya sekalian.
Adapun sesudah itu, penulis menyadari bahwa mulai dari perencanaan
sampai penyusunan makalah ini, telah banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu dengan segala hormat penulis sampaikan rasa terima kasih
yang kepada:
1. Dosen yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini
Dr.Tarmizi M. Jakfar, M.Ag
2. Teman-teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam
penyempurnaan makalah ini.
Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut penulis hanya dapat
berdo’a dan memohon kepada Allah SWT. semoga amal dan jerih payahnya
menjadi amal shaleh di hadapan Allah SWT. Amiin yaa Rabbal ‘Alamin.

ii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi materi maupun penyusunannya. Kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya hanya kepada Allah penulis berharap, semoga apa yang tertulis dalam
makalah ini bisa bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca pada
umumnya. Aamiin.

Banda Aceh, 01 Desember 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2


DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................... 2
A. Latar Belakang ........................................................................................... 2
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 3
BAB II .................................................................................................................... 4
A. Sejarah Singkat Penyusunan Kitab.......................................................... 4
B. Sistematika, Metode dan Kriteria Kesahihan Hadits ............................. 6
1. Sistematika Penulisan Kitab Shahih Muslim ...................................... 6
2. Metode Keshahihan Hadits Imam Muslim .......................................... 9
3. Kriteria Keshahihan sebuah Hadits ................................................... 10
C. Kedudukan Kitab Shahih Muslim diantara kitab-kitab Hadits yang
lain 11
D. Kelebihan dan Kekurangan Kitab Shahih Muslim .............................. 11
BAB III ................................................................................................................. 14
A. Kesimpulan ............................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Para ulama sepakat bahwa kitab yang paling baik setelah Al Quran adalah
kitab Sahih Al Bukhori dan Sahih Muslim. Kedua kitab ini terbukti dapat
diterima secara luas oleh umat Islam, namun kitab Sahih Al Bukhori dinilai lebih
shahih dan lebih banyak mengandung manfaat dan ilmu. Secara otentik, Imam
Muslim Rahimahullah termasuk orang yang mengambil faedah Imam Al Bukhori
Rahimahullah.
Kitab AlJami 'AsShahih Imam Muslim muncul pada periode ke-5 jika kita
mempertimbangkannya dari periode sejarah pembentukan dan perkembangan
Hadits. Dan tepatnya pada masa pemerintahan Bani Abbas, sekitar abad ke-3 H.
Dan peran kitab Al Jami 'As-Sahih merupakan hasil usaha Imam Muslim dalam
menyeleksi dan menyaring hadits-hadits pada periode sebelumnya. Karena pada
zaman dahulu, khususnya pada masa awal-awal kodifikasi, dianggap masih
banyak hadits-hadits yang bercampur antara sah dan dhoif, kemudian para ulama
menyaringnya dan mengumpulkannya dalam kitab masing-masing.
Perkembangan metode dan sistem penyusunannya masing-masing. Seperti Imam
Muslim dengan Al Jami' As Sahih.

B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah diatas, maka dibatasilah penulisan
makalah ini dengan beberapa rumusan masalah yang perlu dibahas, yaitu :
1. Bagaimana sejarah singkat penyusunan Kitab Shahih Muslim ?
2. Bagaimana sistematika, metode dan kriteria keshahihan Hadis pada
Kitab Shahih Muslim ?
3. Bagaimana kedudukan kitab Shahih Muslim diantara kitab-kitab hadits
yang lain ?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan kitab Shahih Muslim ?
2
C. Tujuan Penulisan
Untuk menjawab beberapa rumusan masalah diatas, maka penulisan
makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui bagaimana sejarah singkat penyusunan Kitab Shahih
Muslim.
2. Mengetahui bagaimana sistematika, metode dan kriteria keshahihan
Hadis pada Kitab Shahih Musl
3. Mengetahui bagaimana kedudukan kitab Shahih Muslim diantara
kitab-kitab hadits yang lain.
4. Mengetahui apa kelebihan dan kekurangan kitab Shahih Muslim

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat Penyusunan Kitab

Nama lengkap Imam Muslim adalah Abu Husain Muslim ibnu Al-Hajjaj
Al-Qusyairi An-Naisaburi. Ia dilahirkan pada tahun 204 H, dan wafat pada tahun
261 H. Imam Bukhari adalah orang yang mencintai pengetahuan terutama di
bidang Hadits.1

Semenjak kecil, ketika umurnya menginjak 14 tahun, ia mulai


mengkhususkan diri mencari dan mendengarkan Hadits-hadits dari guru-guru
yang ada di Negerinya. Karena ketertarikannya kepada Hadits, kemudian ia mulai
melaksanakan rihlah imiah ke luar negeri, di antaranya ke Hijjaz, Irak, Suriah dan
Mesir. Dalam perjalanannya ini telah bertemu dengan guru-guru terkemuka dan
penghafal-penghafal Hadits. Guru-guru Imam Muslim, secara umum boleh
dikatakan sama dengan guru-guru Imam Bukhari, hanya saja Imam Muslim
pernah berguru pada Imam Bukhari, terutama ketika Imam Bukhari berkunjung ke
Naisabur.

Di samping kedalaman ilmunya dalam bidang Hadits, ia juga sangat


terkenal dengan kewara’annya, zuhud, tawadhu’ dan selalu ikhlas dalam
berkiprah. Kesemuanya ini telah menempanya Sehingga ia muncul sebagai
seorang ulama besar dan pakar ilmu Hadits. Beliau mampu menghafal ribuan
Hadits dan mewariskannya kepada generasi berikutnya melalui karya tulisnya.
Tidak kurang dari 20 buku telah beliau susun. Dan diantara karangan yang paling
monumental yaitu Al-jami’ As-Shahih Muslim, atau sering disebut dengan nama
Shahih Muslim.2

1
Abd. Wahid, “Khazanah Kitab Hadits (Metode, Sejarah dan Karya-karya)”
(Yogyakarta:Ar-raniry Press,2008) h. 47
2
Endang Soetari Ad, “Ilmu Hadits” (Bandung: Amal Bakti Press, 1997) h. 307. Judul
lengkapnya adalah Al-Musnad Ash-Shahih Al-Mukhtasar min As-Sunan bi Naql Al’-Adl’an Rasul
Allah.

4
Beberapa daerah atau negara yang pernah beliau jajaki antara lain :
1. Di Khurasan, ia belajar hadis kepada Yahya bin Yahya, Ishaq bin
Rahawaih dan ulama' hadis lainnya.
2. Di kota Ray, ia belajar hadis kepada Muhammad bin Mahram, Abu
Gasan, dan lain-lain.
3. Di kota Hijaz, ia belajar hadis kepada Sa'id bin Mansyur dan Abu
Mas'ab.
4. Di kota Mesir ia belajar hadis kepada Amir bin Sawad,Harmalah bin
Yahya, dan ulama' hadis lainyya.
5. Di Mekah, ia belajar hadis kepada Qa'nabi.
6. Di kota Bahgdad, ia belajar hadis kepada Imam Bukhori

Terkait alasan yang mendorong Imam muslim untuk menyusun kitab


Sahih Muslim sekurang-kurangnya karena ada dua alasan pokok,yaitu:

a. Pada masanya masih sangat sulit mencari referensi koleksi hadis yang
memuat hadis-hadis sahih dengan kandungan yang komplit dan sistematis.
b. Pada masanya terdapat kaum zindik yang selalu berusaha membuat sebuah
hadis palsu dan menyebarkannya, serta mencampuradukkan antara hadis-
hadis yang sahih dan dhaif.3

Kitab ini memuat banyak hadis. Hanya saja, mengenai akurasi jumlah
hadisnya tidak ada kesatuan pendapat. Informasi yang beredarpun masih simpang
siur. Menurut keterangan Ahman bin Salamah, seorang sahabat Imam Muslim
sekaligus penulis naskah kitab ini, Sahih Muslim memuat 12.000 hadis. Pendapat
lain menyebutkan jumlahnya 5632 hadis. Ada juga yang menyebutkan 4.000
hadis. Berdasarkan perhitungan Fuad Abdul Baqi kitab shahih Muslim memuat
3,033 hadits. Metode perhitungan beliau tidak didasarkan pada sistem isnad
melainkan pada subject subject nya. Seperti kita ketahui bahwa para Muhadditsin
biasanya menghitung jumlah hadis berdasarkan isnad. Oleh sebab itu jika
mengikuti metode mereka maka jumlah hadis yang dimuat dalam Shahih Muslim

3
https://pandidikan.blogspot.com/2010/03/ruang-lingkup-kitab-sahih-muslim.html. Di
akses pada tgl 01 Desember.

5
bisa berjumlah dua kali lipat. Bahkan ada yang menyatakan (Amin al-Khauli
seorang ulama hadis dari Mesir) bahwa hadis yang terdapat dalam shahih Muslim
tersebut berjumlah 4000 hadits tanpa pengulangan sedang dengan pengulangan
berjumlah 7,275 hadits.

B. Sistematika, Metode dan Kriteria Kesahihan Hadits


1. Sistematika Penulisan Kitab Shahih Muslim
Kitab himpunan hadis sahih karya Imam Muslim ini berjudul asli :

".‫"املسند الصحيح املختصر من السنن بنقل العدل عن العدل عن رسول هللا صلي هللا عليه وسلم‬

Imam Muslim sangat teliti dalam mempelajari para perawi, menyeleksi


yang diriwayatkan, dan membandingkan antara riwayat yang satu dengan yang
lainnya, meneliti susunan lafadznya dan memberikan petunjuk bila terdapat
perbedaan pada lafazd-lafazd itu. Penyusunan buku memakan waktu sekitar 15
tahun. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu muridnya yang menemaninya
selama persiapan, Ahmad bin Salamah, ia mengatakan: "Saya menulis bersama-
sama dengan umat Islam untuk menyusun laporan. Menyusun Sahih selama 15
tahun. Buku itu berisi 12.000 hadits". Dan kitab ini disusun baik ketika Imam
Muslim berada di rumahnya maupun ketika ia melakukan rihlah ilmiah di
berbagai bidang. Dari usaha ini menghasilkan kitab sahih yang menjadi rujukan
bagi para peneliti dan para ulama. Imam Muslim menyaring hadis yang
dimasukkan dalam kitabnya itu dari ribuan hadis yang telah didengarnya, dia
pernah berkata: “aku menyusun kitab Sahih ini hasil saringan dari 300.000
hadits”. Kitab Sahih ini adalah hasil dari kehidupan yang penuh berkah yang
ditulis di mana saja ia berada baik dalam waktu sempit maupun lapang dia
mengumpulkan, menghafal, menyaring dan menulis sehingga menjadi sebuah
kitab Sahih yang sangat baik dan teratur dan dia menyelesaikan penyusunan kitab
Sahih itu dalam waktu 15 tahun.4

4
Ibid

6
Menurut para ulama, persyaratan yang ditetapkan Imam Muslim dalam
kitabnya pada dasarnya sama dengan penetapan Shahih Al-Bukhari. Ibnu Ash-
Shalah mengatakan bahwa pesyaratan Imam Muslim dalam kitab Shahihnya
adalah:
✓ Hadits itu bersambung sanadnya
✓ Hadits diriwayatkan oleh orang kepercayaan (tsiqah) dari generasi
permulaan sampai akhir
✓ Terhindar dari Syudzudz dan ‘illah

Persyaratan di atas sama juga dipergunakan oleh Imam Bukhari, hanya apa
yang dimaksud dengan bersambung sanad ada sedikit perbedaan. Menurut Imam
Bukhari, seorang perawi harus benar-benar betemu dengan pemberi hadits kendati
hanya sekali. Di antara lambang periwatannya atau serah terima hadits dengan
ungkapan: Akhbarna (memberitakan kepada kami) sami’tu (aku mendengar) dan
lain-lain. Dalam arti guru membaca murid mendengar. Sementara menurut Imam
Muslim, asal mereka itu semasa almu’asharah (hidup satu masa) sudah dinilai
bersambung sanadnya. Tampaknya hal inilah yang yang menyebabkan para ulama
menilai Shahih Al-Bukhari lebih tinggi tingkat kesahihan nya dibanding dengan
Shahih Muslim, tetapi di antara ulama Maghribi berpendapat shahih Muslim lebih
unggul dalam hal sistematikanya lebih bagus.5
Untuk Mengetahui isi dan sistematika Sahih Muslim secara rinci, di bawah
ini dikemukakan susunanannya, yaitu :
1. Kitab tentang iman.
2. Kitab tentang taharah.
3. kitab tentang haid.
4. Kitab tentang solat.
5. Kitab tentang masjid.
6. Kitab tentang solat para musafir.
7. Kitab tentang solat jumat.
8. Kitab tentang dua hari raya.

5
Abdul majid, “Ulumul Hadits”, (Jakarta: Amzah, 2008) h. 260-261

7
9. Kitab tentang salat istisqo'.
10. Kitab tentang gerhana matahari dan gerhana bulan.
11. Kitab tentang solat jenazah.
12. Kitab tentrang zakat.
13. Kitab tentang puasa.
14. Kitab tentang iktikaf .
15. Kitab tentang haji.
16. Kitab tentang pernikahan.
17. Kitab tentang (penyusuan).
18. Kitab tentang perceraian.
19. Kitab tentang sumpah li'an.
20. Kitab tentang pemerdekaan budak.
21. Kitab tentang jual beli.
22. Kitab tentang akad penyiraman tanaman ( al-musaqah ).
23. Kitab tentang waris-mewarisi.
24. Kitab tentang hibah.
25. Kitab Tentang wasiat.
26. Kitab tentang nazar.
27. Kitab tentang sumpah.
28. Kitab tentang qisos dan diat.
29. Kitab tentang hudud.
30. Kitab tentang al-aqdiyah ( pemutusan perkara ).
31. Kitab tentang barang temuan.
32. Kitab tentang jihad.
33. Kitab tentang kepemimpinan.
34. Kitab tentang perburuan dan sembelihan.
35. Kitab tentang hewan kurban.
36. Kitab tentang minuman.
37. Kitab tentang pakaiaan.
38. Kitab tentang adab.
39. Kitab tentang akad pesanan ( as-salam ).

8
40. Kitab tentang lafal-lafal adab dan sejenisnya.
41. Kitab tentang syair.
42. Kitab tentang mimpi (ar-ru'ya).
43. Kitab tentang keutamaan.
44. Kitab tentang keutamaan Sahabat.
45. Kitab tentang kebaikan dan menyambung persaudaraan.
46. Kitab tentang qadar.
47. Kitab tentang ilmu.
48. Kitab tentang zikir, do'a, tobat, istigfar.
49. Kitab tentang tobat.
50. Kitab tentang sifat orang-orang munafik.
51. Kitab tentang surga.
52. Kitab tentang fitnah-fitnah dan tanda-tanda kiamat.
53. Kitab tentang kezuhudan.
54. Kitab tentang tafsir.

2. Metode Keshahihan Hadits Imam Muslim


Imam muslim dalam mukadimahnya memberikan penjelasan yang lebih
gamblang mengenai syarat yang dipakai dalam shahihnya, dia membagi hadis
dalam tiga macam syarat yaitu: Satu Hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang
adil dan kuat hafalannya. Dua Hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang tidak
diketahui keadaannya (Mastur), dan kekuatan hafalannya di pertengahan. Tiga
Hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang lemah hafalannya dan banyak
salahnya.6
Apabila kita perhatikan bagian-bagian dari kitab shahih Muslim maka
didapatkan jumlah kira-kira 54 (pokok bahasan). Di mulai dengan kitab al-Iman,
dilanjutkan dengan kitab al-Ibadah yang terdiri dari kitab kedua dan kelima belas.
Kemudian tentang menikah dan hal-hal lain yang berkaitan dengannya, kemudian
kitab mu’amalat, jihad, makanan, minuman, pakaian adab dan keutamaan-
keutamaan serta diakhiri dengan kitab tafsir yang ringkas sekali. Kitab tafsirnya

6
Wahid, “Khazanah . . . “, hlm. 53

9
terdiri dari 34 hadis. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian berkenaan dengan
pembagian kitab tersebut adalah
✓ Imam Muslim memisahkan hadis-hadis Qadar dan iman
✓ Memisahkan sifat-sifat munafik dari iman
✓ Hadits-hadits yang mengenai adab diperincikan kepada beberapa kitab
singgah di samping kitab al-adab terdapat juga tetap as-salam, pada liat
termasuk adab juga di samping itu terdapat kita juga kitab Al-Birri wa al-
Shahihah wa al-Adab.7

3. Kriteria Keshahihan sebuah Hadits


Setiap kitab mempunyai ciri khas tertentu yang tidak dimiliki oleh kitab
lain. Salah satu ciri khas kitab Shahih Muslim adalah adalah matan-matan hadits
yang semakna beserta dengan sanadnya diletakkan pada satu tempat, dan tidak
dipisah dalam beberapa bab yang berbeda, juga tidak mengulang hadits kecuali
karena sangat perlu diulang untuk kepentingan sanad atau matan hadits. Dari segi
ini, para ulama menilai bahwa Imam Muslim mempunyai keahlian khusus yang
tidak dimiliki oleh ulama lain termasuk Imam Bukhari.
Cara tersebut dilakukan oleh Imam Muslim, karena di sini bukan untuk
menerangkan segi fiqih dan penggalan hukum dan adab dari hadits. Tidak seperti
Imam Bukhari yang mempunyai maksud untuk memenggal kandungan suatu
hadis. Oleh karena itu, dia menempuh caranya sendiri untuk menyusun kitab
shahihnya.
Ciri khas shahih Muslim lainnya adalah ketelitian dalam kata-kata.
Apabila seorang perawi dengan perawi lainnya terdapat perbedaan lafadz, padahal
maknanya sama, Imam Muslim mencantumkan dan menerangkan matan-matan
hadits yang lafadznya berbeda itu. Begitu pula, jika seorang perawi mengatakan
hadatsana (dia menceritakan kepada kami), dan perawi lain mengatakan
akhbarna (ia mengabarkan kepada kami), maka Imam Muslim akan menjelaskan
perbedaan lafadz ini. Apabila sebuah hadits diriwayatkan oleh orang banyak dan
terdapat beberapa lafadz yang berbeda, Imam Muslim akan menerangkan bahwa

7
Abd Wahid, “Khazanah Kitab Hadits. . . .”, hlm. 51

10
lafadz yang disebutkan itu berasal dari si fulan. Oleh karena itu, dalam hadits
semacam ini, Imam Muslim mengatakan wa al-lafz fi al-Fulan (lafadz dari si
Fulan) itulah ketelitian dalam periwayatan yang menjadi ciri khas Imam Muslim.8

C. Kedudukan Kitab Shahih Muslim diantara kitab-kitab Hadits yang


lain
Shahih Muslim memiliki kedudukan kedua setelah Shahih Bukhari.
Perbedaan pendapat tidak dapat dihindari, mana yang lebih utama antara Shahih
Bukhari dan Shahih Muslim. Menurut jumhur Muhadditsin, bahwa kedua kitab
tersebut memiliki posisi paling atas dibandingkan kitab-kitab lainnya. Akan tetapi
sejumlah ulama Maroko berpendapat bahwa Shahih Muslim lebih utama daripada
Shahih Bukhari dari segi metode penyusunan nya, karena Imam Muslim
menempatkan hadits sesuai dengan tema oleh karena itu lebih mudah mencari
hadits di dalam Shahih Muslim.9 Dan kitab ini pun termasuk ke dalam kutubus
sittah yang dinilai sebagai karya-karya monumental dalam sejarah kehidupan
umat islam. Hal ini berkat ketelitian Imam Muslim dalam memasukkan hadits.
Beliau pernah berkata: " Aku tidak mencantumkan satu hadits pun ke dalam
kitabku ini melainkan karena ada alasannya. Aku tidak menggugurkan satu hadits
pun di dalam kitabku ini melainkan karena ada alasannya".

D. Kelebihan dan Kekurangan Kitab Shahih Muslim


Kendati kitab Shahih ini oleh para Ulama ditempatkan pada peringkat
kedua setelah Shahih Bukhari. Namun Shahih Muslim memiliki keistimewaan
tersendiri, diantarnya:
1. Muslim lebih tetili dalam hal meriwayatkan Hadits, sebab pada waktu
menerima Hadits ia mencatatnya dan menyampaikannya dengan cara
bi al-Lafz.
2. Dalam suunannya, Shahih Muslim lebih sistematis sehingga hadits-
haditsnya mudah untuk ditelusuri.
8
Abd Wahid, “Khazanah Kitab Hadits. . . .”, hlm. 53-54
9
https://jurnal.iainkediri.ac.id/index.php/didaktika/article/ Di akses pada tgl 02
Desember

11
3. Shahih Muslim tidak memasukkan fatwa sahabat atau tabi’in dalam
memperjelas Hadits yang diriwayatkannya.
4. Metode penyusunannya menggunakan prinsip Jarh dan Ta’dil

Di samping kelebihan yang dimilikinya juga tidak terlepas dari


kelemahannya. Di antar kelemahannya yaitu:
1. Di dalamnya ada Hadits Mu’allaq kendati sedikit
2. Terdapat Hadits Mursal dan Munqathi’
3. Adanya Hadits-hadits dari perawi yang dianggap lemah
Terlepas dari adanya indikasi-indikasi kelemahan tersebut, kitab shahih
Muslim telah memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap perkembangan
Hadits. Sebab kitab ini dalam hukum Islam secara sepakat dijadikan sebagai
sumber ketiga dasar hukum Islam setelah Al-Qur’an, Shahih Bukhari dan
selanjutnya Shahih Muslim.
Para ulama sepakat menyatakan: “Kitab Muslim adalah kitab kedua
setelah kitab Bukhari dan tidak ada seorang pun yang dapat menyamai Bukhari
dalam mengktritik sanad-sanad Hadits dan perawi-perawinya selain dari
Muslim”10

Muttafaq `Alaih
Istilah hadis muttafaq `alaih merupakan hadis dengan tingkat otentisitas
yang tertinggi. Masyarakat Muslim meyakini bahwa hadis tersebut terdapat dalam
dua kitab hadis paling shahih, yaitu Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim dengan
redaksi yang sama. Lebih-lebih apabila informasi tentang hadis muttafaq `alaih itu
mereka peroleh dari kitab himpunan hadis yang telah menjadi referensi para tokoh
agama, seperti dari kitab Al-Arba`in al-Nawawiyyah atau Riyadh al-Shalihin
karya Abu Zakariyya Yahya bin Syaraf al-Nawawi (w. 676 H). Tidak
terbayangkan oleh mereka bahwa hadis yang mereka kenal itu ternyata tidak
tercantum dalam kedua kitab hadis paling shahih tersebut atau salah satunya,
seperti hadis “Innamâ al-a`mâl bi al-niyyât” yang tercantum sebagai hadis

10
Endang Soetari, “Ilmu Hadits. . hlm. 308

12
pertama dalam kitab Al-Arba`in al-Nawawiyyah dan Riyadh alShalihin itu
sebenarnya tidak ada dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim dengan redaksi
yang sepenuhnya sama seperti itu.
Istilah hadis muttafaq `alaih sudah sangat lama dipergunakan di kalangan
ulama hadis, sejak Imam Al-Baghawi (w. 510 H) dalam Syarh al-Sunnah, Al-
Nawawi (w. 676 H) dalam Riyadh al-Shalihin dan Al-Arba`in al-Nawawiyyah,
dan Ibn Hajar Al-Asqalani (w. 952 H) dalam Bulugh al-Maram. Adapun Majd al-
Din Abu al-Barakat Ibn Taymiyyah (w. 652 H) dalam Muntaqa al-Akhbar
menggunakan istilah tersebut untuk hadis yang diriwayatkan Al-Bukhari, Muslim,
dan Ahmad bin Hanbal (w. 241 H).
Dilihat dari keterpenuhan kriteria hadis muttafaq `alaih, maka hadis-hadis
muttafaq `alaih dalam Riyadh al-Shalihin dapat dikagorisasikan menjadi empat,
yaitu a) hadis-hadis yang redaksinya benar-benar sama dengan redaksinya dalam
Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim sebesar 52 %, b) hadis-hadis yang
redaksinya hanya sama sama dengan redaksinya dalam Shahih alBukhari sebesar
19 %, c) hadis-hadis yang redaksinya hanya sama dengan redaksinya dalam
Shahih Muslim sebesar 17 %, d) hadis-hadis yang redaksinya tidak sama dengan
redaksinya dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim sebesar 12 % (Hadis,
2017).

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa
penempatan kitab Shahih Muslim pada tingkatan ke dua dalam deretan kutub al-
sittah, menunjukkan tingginya nilai dan kualitas yang dimiliki oleh kitab Shahih
Muslim.
Bahkan dalam segi-segi tertentu menurut para ulama, terdapat hal-hal
tertentu pada tataran lebih baik yang dimiliki Imam Muslim dibandingkan Imam
Bukhari. Namun pertimbangan dan penilaian para ulama tidak dalam satu segi
saja, melainkan dalam semua segi, sehingga keduanya memang harus diletakkan
pada posisi yang berbeda yaitu Shahih Bukhari pada peringkat pertama dan
Shahih Muslim pada peringkat ke dua.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abd Wahid, Khazanah Kitab Hadits metode, Sejarah, dan Karya-karyanya, (Yogyakarta:
Ar-Raniry Press, Cet. I, 2008)

Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits, (Jakarta: Amzah, Cet, I. 2008).


Endang Soetari, Ilmu Hadits, (Bandung: Amal Bakti Press, Cet, II, 1997).

M. Agus Solahuddin, Agus Suyadi, Ulumul Hadits, (Bandung: Pustaka Setia, Cet, V,
2009)

Muhammad Ahmad, M. Mudzakkir, Ulumul Hadits, (Bandung: Pustaka Setia, Cet,


III, 2004).
Zufran Rahman, Kajian Sunnah Nabi SAW Sebagai Sumber Hukum Islam, (Jakarta
Pusat: Pedoman Ilmu Jaya, Cet, I. 1995).

https://jurnal.iainkediri.ac.id/index.php/didaktika/article/ Di akses pada tgl 02


Desember

Hadis, J. I. (2017). DALAM KITAB RIYÂDH AL-SHÂLIHÎN Mujiyo Fakultas


Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung Jl . AH . Nasution No . 105
Cibiru , Bandung Abstract Abstrak A . PENDAHULUAN Istilah hadis
muttafaq ` alaih merupakan hadis dengan tingkat otentisitas yang tertinggi.
2(Maret), 179–186.

15

Anda mungkin juga menyukai