Disusun
Oleh:
Dosen Pengampu:
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di zaman modern ini, banyak penemuan-penemuan teoretis baru yang
berpengaruh besar dalam dunia ilmiah. Seiring dengan penemuan-penemuan
teknologi baru yang sangat maju yang dapat menimbulkan revolusi di berbagai
bidang seperti pendidikan, ekonomi, hukum, budaya masyarakat dan lain-lain.
Tentu hal ini akan mengubah cara pandang kita dalam memahami model yang
akan kita gunakan untuk diterapkan di masyarakat. Hal tersebut yang dalam
bukunya Thomas Kuhn disebutkan “munculnya” teori atau penemuan baru
(Digarizki & Al Anang, 2020).
Menurut Thomas Kuhn sendiri menjelaskan bahwa Paradigma merupakan
suatu cara pandang, nilai-nilai, metode-metode, prinsip dasar atau memecahkan
sesuatu masalah yang dianut oleh suatu masyarakat ilmiah pada suatu tertentu.
Apabila suatu cara pandang tertentu mendapat tantangan dari luar atau mengalami
krisis, kepercayaan terhadap cara pandang tersebut menjadi luntur, dan cara
pandang yang demikian menjadi kurang berwibawa, pada saat itulah menjadi
pertanda telah terjadi pergeseran paradigma. Dalam hal ini, dapat kita pahami
bahwa pendapat Thomas Kuhn tentang paradigma itu sendiri yaitu suatu teori
yang akan kita pakai, gunakan, terapkan/paparkan untuk pengaplikasian dalam
masyarakat (Nurkhalis, 2012).
Menurut Kuhn perkembangan ilmu pengetahuan justru terjadi secara
revolusioner, dan dia menolak pandangan bahwa ilmu pengetahuan yaitu sesuatu
yang bebas nilai, tidak saling terikat, dan empiris (kajian berdasarkan pengamatan
dan pengalaman). Dan menurutnya ilmu pengetahuan tidak mungkin terlepas dari
paradigma (Kesuma & Hidayat, 2020).
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan secara singkat biografi Thomas Samuel Kuhn?
2. Bagaimana pemikiran Thomas Samuel Kuhn tentang ilmu?
3. Apa saja Revolusi Ilmiah menurut Thomas Samuel Kuhn?
4. Bagaimana Konsep Paradigma Thomas Samuel Kuhn?
C. TUJUAN PENULISAN
Untuk menjawab beberapa rumusan masalah diatas, maka penulisan
makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui secara singkat bografi mengenai Thomas Samuel Kuhn
2. Mengetahui pemikiran Thomas Samuel Kuhn tentang ilmu
3. Mengetahui dan memahami revolusi Ilmiah menurut Thomas Samuel
kuhn
4. Mengetahui konsep Paradigma menurut Thomas Samuel kuhn
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
membawanya pada suatu kesimpulan bahwa teori dan praktek ilmiah telah usang
sehingga secara radikal telah merobohkan sebagian konsepsi dasarnya tentang
sifat ilmu pengetahuan. Pandangan Kuhn ini menajadikannya revolusioner
terhadap arah pemikiran pembaharuan teori keilmuan terutama dalam bidang
filsafat ilmu.
Beberapa tahun kemudian, dia meninggalkan Harvard dan bekerja sebagai
dosen sejarah sains di Universitas Berkeley, California pada tahun 1956. Pada
tahun 1964, dia mendapatkan gelar professor bidang sejarah sains sekaligus
filsafat dari Princeton University. Setelah itu, di tahun 1983, ia mendapat gelar
professor lagi di Massachustts Institute of University (Pewarta, 2021).
4
Dalam bukunya The Structure of Scientific Revolution, Kuhn berusaha
meyakinkan bahwa dasar segala penyelidikan adalah pada sejarah ilmu. Ia
memandang ilmu dari perspektif sejarah. Menurutnya, filsafat ilmu harus berguru
pada sejarah ilmu, sehingga nantinya dapat memahami bagaimana hakikat dari
ilmu.
Dalam karyanya Kuhn juga menggambarkan paradigma sebagai
“disciplinary matrix” (matrik disiplin ilmu). Dimana ini menjadikannya sebagai
tolak ukur terhadap ilmu-ilmu yang lainnya. Namun dalam pandangan
paradigmanya juga dapat diartikan sebagai kerangka referensi yang mendasari
sejumlah teori maupun praktik ilmiah dalam periode tertentu. Hal ini dikarenakan
adanya apa yang ia sebut sebagai paradigma shift yaitu pergeseran paradigma
dimana tidak ada paradigma yang menetap melainkan akan digantikan dengan
paradigma baru selanjutnya. Proses revolusi ilmiah atau revolusi sains dianggap
sebagai episode pengembangan non-kumulatif, dimana di dalamnya paradigma
lama diganti seluruhnya atau sebagian dengan paradigma baru yang bertentangan.
Menurut Kuhn, ilmu sebagai sebuah kegiatan menyelesaikan puzzle.
Furngsi dari paradigma adalah seperti menyediakan puzzle bagi para ilmuan
sekaligus menyediakan alat untuk solusinya. (Thomas S. Khun, 1970). Paradigma
inilah yang dijadikan kerangka referensi yang mendasari sejumlah teori maupun
praktik ilmiah dalam periode tertentu. (I Bambang, 1996). Paradigma
membimbing kegiatan ilmiah dalam masa sains normal, dimana para ilmuan
berkesampatan menjabarkan dan mengembangkannya secara terperinci dan
mendalam, karena tidak sibuk dengan hal-hal mendasar.
Kuhn menggunakan istilah “Paradigma” untuk menggambarkan sistem
keyakinan yang mendasari upaya untuk memecahkan problem-problem yang ada
dalam ilmu. Paradigma diartikan sebagai seperangkat keyakinan mendasar yang
menuntut seseorang bertindak dalam kehidupan sehari-hari.
Pemikiran Kuhn terhadap perkembangan ilmu dimulai dari tahap pra-
paradigma. Tahap ini merupakan masa dimana pengetahuan manusia belum
mempunyai seperangkat teori, metode, dan dasar keyakinan yang lainnya. Fase ini
dimiliki oleh masyarakat primitive. Permasalahan-permasalahan yang mereka
5
hadapi, mereka selesaikan tanpa seperangkat teori dan metode. Seiring
berjalannya waktu, muncul teori, metode, dan fakta yang disepakati dan menjadi
pegangan aktivitas ilmiah. Inilah yang disebut paradigma.
Menurut Kuhn, sebenarnya dalam sejarah telah membuktikan bahwa suatu
paradigma tidak ada yang sempurna dalam menjawab problem ilmiah. Problem-
problem yang tidak dapat diselesaikan oleh paradigma, disebut Kuhn dengan
“anomali”.
6
sehingga jalan menuju normal science mulai ditemukan (Kuhn & Relevansinya,
2015).
Tahap kedua, Sains normal. Pada fase ini seorang ilmuan mengumpulkan
banyak teori layaknya kepingan puzzle. Dalam Sains normal, tugas ilmuan
memperluas dan lebih membenarkan paradigm. Pada wilayah ini bisa saja terdaoat
banyak persoalan yang tidak terselesaikan dan kejanggalan, Kuhn menyebut
keadaan ini sebagai anomali. Jika anomali-anomali yang ada terakomodasi dan
menjadi akut, maka akan menimbulkan krisis dan memicu timbulnya paradigma
baru, inilah yang oleh Kuhn disebut sebagai “ revolusi sains”.
Tahap ketiga, yakni pergeseran paradigma. Pada periode revolusioner ini
suatu komunitas ilmiah menyusun diri kembali disekeliling suatu paradigma baru,
memilih nilai-nilai, norma-norma, asumsi-asumsi, bahasa-bahasa, dan cara-cara
mengamati serta memahami alam ilmiahnya dengan cara yang baru. Inilah proses
pergeseran paradigma (shifting paradigm), yakni proses dari keadaan sains normal
menuju sains revolusi. Cara pemahaman dan pemecahan persoalan model lama
ditinggalkan dan diganti dengan model yang baru. Kuhn percaya bahwa semua
bidang ilmiah melalui pergeseran paradigma ini berkali-kali yang disebut Ekstra
Ordinary Science (Sains Luar Biasa), seperti teori-teori baru menggantikan yang
lama. (Muhammad Muslih, 2008).
Dalam memahami revolusi ilmiah Kuhn ada beberapa sejarah ilmu
pengetahuan yang dalam perkembangannya mengalami pergeseran paradigma,
diantaranya digambarkan pada hal berikut ini.
Pertama, sejarah ilmu alam misalnya, pernah mengalami periode pra
ilmiah. Periode pra ilmiah ini dapat dilihat dari munculnya pemikiran filsafat di
Yunani. Pada saat itu filsafat telah berhasil menggeser pola pikir bangsa Yunani
dan umat manusia pada umumnya dari pandangan mitosentris menjadi
logosentris. Awalnya bangsa Yunani dan bangsa lain di dunia meyakini bahwa
seluruh kejadian di alam ini dipengaruhi oleh dewa. Sehingga sudah seharusnya
para dewa ini dihormati, bahkan disembah. Pengaruh pemikiran filsafat pada saat
itu mampu merubah dari pola fikir yang tergantun pada dewa diubah pada pola
fikir yang tergantung pada rasio. Fenomena alam, seperti gerhana tidak lagi
7
dipersonifikasikan pada kegiatan dewa yang sedang tidur, tetapi akhirnya muncul
penemuan ilmiah bahwa gerhana merupakan kejadian alam yang disebabkan oleh
matahari, bulan dan bumi berada pada garis yang sejajar dan berakibat bayangan
bulan menimpa sebagian permukaan bumi. (Akhyar, 2015).
Kedua, kelanjutan dari pemikiran Aristoteles tentang geosentris, kemudian
muncul pola baru sebagai sebuah revolusi ilmiah dari Copernicus. Gagasan
Copernicus menggantikan teori geosentris. Perubahan teori geosentris ke
heliosentris yang dikenal sebagai revolusi Copernican yang menyatakan bahwa
bumi dan planet-planet mengelilingi matahari. Sehingga, mataharilah yang
menjadi pusat sistem tata surya. Akhirnya teori Copernicus ini menjadi paradigma
baru/hasil pergeseran paradigma dari paradigma lama ke paradigma baru.
(Akhyar, 2015).
8
Paradigma didefenisikan sebagai pandangan dasar tentang apa yang
menjadi pokok bahasan yang seharusnya dikaji oleh disiplin ilmu pengetahuan,
mencakup apa yang seharusnya ditanyakan dan bagaimana rumusan jawabannya
disertai dengan interpretasi jawaban. Paradigma dalam hal ini adalah konsesus
bersama oleh para ilmuan tertentu yang menjadikannya memiliki corak yang
berbeda antara satu komunitas ilmuan dan komunitas ilmuan lainnya. Varian
paradigma yang berbeda-beda dalam dunia ilmiah dapat terjadi karena latar
belakang filosofis, teori dan instrumen serta motedologi ilmiah yang digunakan
sebagai pisau analisisnya.
Thomas Kuhn dalam buku The Structure of Scientific Revolution
menjelaskan :
“by choosing it, I meanto suggest that some accapted examples of actual
scientific practice-examples which include law, theory, application and
instrumentation together-profide models from which spring
particularcohenrent traditions of scintific research.” (Kuhn, 1962).
Berdasarkan statemen di atas Kuhn menjelaskan paradigma sebagai
beberapa contoh praktik ilmiah actual yang diterima. Termasuk contohnya adalah
hukum, teori, aplikasi, dan instrument yang merupakan model yang diterima
bersama dan menjadi sumber tradisi khusus dalam penelitian ilmiah.
Berdasarkan hal-hal di atas dapat disimpulkan bahwa paradigma adalah
bagian dari teori lama yang pernah digunakan oleh ilmuan sebagai inspirasi dalam
praktik ilmiah sebagai acuan riset terdahulu dan dipaparkan berdasarkan dari
pengujian-pengujian dan interpretasi dari kaum ilmuan berdasarkan metode ilmiah
yang digunakan. Sehingga output paradigm dipakai sebagai keseluruhan
manifestasi keyakinan, hukum, teori, nilai teknik, dan lain-lain yang telah diakui
bersama anggota masyarakat.
Paradigma dalam penelitian ilmiah terdapat dua karakteristik yang menjadi
substansinya, yaitu : pertama, menawarkan unsur baru tertentu yang menarik
pengikut keluar dari persaingan metode kerja dalam kegiatan ilmiah sebelumnya;
kedua, menawarkan pula persoalan-persoalan baru yang masih terbuka dan belum
terselesaikan (Alifah Putri & Iskandar, 2020).
9
Kebenaran ilmiah dapat berubah-ubah secara revolusioner. Ilmu
pengetahuan merupakan suatu pembelajaran yang terakumulasi dan sistematik
tengang fenomena. Kemajuan ilmu pengetahuan tidak hanya ditandai oleh suatu
akumulasi fakta-fakta ilmiah, tetapi oleh berkembangnya metode dan sikap ilmiah
yang terus mengalami perkembangan (The Columbias Encyclopedia, 1963).
Thomas Kuhn membagi paradigma dalam beberapa tipe paradigma, yaitu
paradigma metafisik, paradigma sosiologis dan paradigm konstruk.
1. Paradigma Metafisik
Paradigma metafisik merupakan paradigma yang menjadi konsesus terluas
dan membatasi bidang kajian dari satu bidang keilmuan saja, sehingga
ilmuan akan lebih terfokus dalam penelitiannya. Paradigma metafisik ini
memiliki beberapa fungsi :
a. Untuk merumuskan masalah ontology (realitas/objek kajian) yang
menjadi objek penelitian ilmiah.
b. Untuk membantu kelompok ilmuan tertntu agar menemukan
realitas/objek kajian (problem ontology) yang menjadi fokus
penelitiannya.
c. Untuk membantu ilmuan menemukan teori ilmiah dan penjelesannya
tentang objek yang diteliti. (George, 2004).
2. Paradigma Sosiologis
Pengertian paradigm sosiologi ini dikemukakan Masterman sebagai
konsep eksemplarnya Kuhn. Eksemplar dalam hal ini berkaitan dengan
kebiasaan-kebiasaan, keputusan-keputusan, dan aturan umum serta hasil
penelitian yang dapat diterima secara umum di masyarakat.
3. Paradigma Konstruk
Paradigma konstruk adalah konsep yang paling sempit dibanding kedua
paradigm di atas. Contoh pembangunan reactor nuklir merupakan
paradigma konstruk dalam fisika nuklir d an mendirikan laboratorium
menjadi paradigm konstruk bagi ilmu psikologi eskperimental (Almas,
2018).
10
Ketiga paradigma diatas memiliki perbedaan perspektif tentang realitas
dan kebenaran, namun pada dasarnya tujuan akhirnya sama, yaitu menjelaskan
fenomenas sosial yang ada. Masing-masing paradigm memiliki kekhasan dan
karakteristik khusus, baik melalui metode dan teori tertentu dalam memahami
setiap fenomena.
Paradigma ditempatkan oleh Kuhn sebagai suatu cara pandang, prinsip
dasar, metode-metode, dan nilai-nilai dalam memecahkan sesuatu masalah yang
dipegang teguh oleh suatu komunitas ilmiah tertentu. Kegiatan ilmiah dibimbing
oleh paradigma dalam masa sains normal, dimana para ilmuan berkesempatan
mengembangkannya secara terperinci dan mendalam. Ilmuan pun tidak bersikap
kritis pada paradigma yang membimbing aktivitas ilmiahnya. Hingga sampai pada
fase anomaly ketika ilmuwan menjumpai berbagai fenomena yang tidak bisa
diterangkan dengan teorinya dan kemudian terjadilah krisis ilmu pengetahuan.
Revolusi ilmiah inilah yang diperlukan dalam upaya memecahkan permasalahan
manusia dan menghasilkan paradigma baru setelah terjadinya krisis. Thomas
Kuhn dengan konsep revolusi ilmiahnya memiliki karakteristik pemikiran dan
model filsafat baru dalam hal sejarah lahirnya ilmu pengetahuan dan filsafat sains
serta peranan sejarah ilmu pengetahuan dalam mengkonstruksi munculnya ilmu
pengetahuan baru. Bagi Thomas Kuhn sejarah ilmu pengetahuan merupakan
starting point dalam mengkaji permasalahan fundamental dalam epistemologi
keilmuan karena sains pada dasarnya selalu ditandai dengan kuatnya paradigma
serta revolusi ilmiah setelahnya.
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, penulis menyimpulkan beberapa poin
penting, terutama tentang biografi Thomas Samuel Kahn, Thomas Samuel kan
adalah seorang filosof, fisikawan dan sejarawan Amerika yang menulis buku The
Structure of Scientific Revolutions (Struktur Revolusi Ilmiah) pada tahun 1962,
yang sangat berpengaruh di dunia. Selanjutnya, pemikiran nya terhadap ilmu
Pemikiran Kuhn terhadap perkembangan ilmu dimulai dari tahap pra-paradigma.
Tahap ini merupakan masa dimana pengetahuan manusia belum mempunyai
seperangkat teori, metode, dan dasar keyakinan yang lainnya. Fase ini dimiliki
oleh masyarakat primitive. Permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi,
mereka selesaikan tanpa seperangkat teori dan metode. Seiring berjalannya waktu,
muncul teori, metode, dan fakta yang disepakati dan menjadi pegangan aktivitas
ilmiah. Inilah yang disebut paradigma. Thomas Kuhn membagi paradigma dalam
beberapa tipe paradigma, yaitu paradigma metafisik, paradigma sosiologis dan
paradigm konstruk.
B. SARAN
Dengan adanya makalah pembahasan tentang ilmu menurut Thomas
Samuel Kuhn ini, diharapkan pembaca dapat menjadi rujukan dan dapat
memanfaatkannya dalam dunia akademik maupun kehidupan sehari-hari. Penulis
juga berharap adanya masukan atau kritikan demi terciptanya makalah ini lebih
detail dan memuaskan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Akhyar Yusuf Lubis, Filsafat Ilmu Klasik Hingga Kontemporer, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2015).
Alifah Putri, F., & Iskandar, W. (2020). Paradigma Thomas Kuhn: Revolusi Ilmu
Pengetahuan Dan Pendidikan. Nizhamiyah, 10(2), 6.
http://ejournal.kopertais4.or.id/madura/index.php/kabilah/article/view/3402
Sabila Nur Akhda. (2019). 1318-3569-1-Pb. Jurnal Pemikiran Islam, 5(1), 85.
Ulya, I., & Abid, N. (2015). Pemikiran Thomas Kuhn dan Relevansinya Terhadap
Keilmuan Islam. Fikrah: Jurnal Ilmu Aqidah Dan Studi Keagamaan, 3(2),
249–276.
13
I Bambang Sugiharto, Postmodernisme: Tantangan Bagi Filsafat, (Yogyakarta:
Kanisius, 1996)
Muhammad Muslih, Filsafat Ilmu : Kajian Atas Asumsi Dasar Paradigma dan
Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Belukar, cet.7, 2008).
14