Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ilmu Kalam
Disusun Oleh :
FAKULTAS TARBIYAH
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Alloh SWT. Yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehinggga kita masih
bisa menuntut ilmu dengan segala keterbatasan di era pandemi ini. Sholawat serta salam semoga
selalu tercurah limpahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. kepada keluarganya, para
sahabatnya, semoga sampai kepada kita syafa’atnya di yaumil akhir nanti, Aamiin.
Kami ucapkan terimakasih kepada Dosen Pengampu mata kuliah Ilmu Kalam ini, karena telah
memberikan kami kesempatan untuk menyampaikan hasil dari makalah kami dengan judu ” Corak
pemikiran Islam Masa Kini.” Adapun tujuan utama penulisan makalah ini ditujukan sebagai tanda
pengerjaan tugas yang telah disampaikan dan semoga bisa bermanfaat bagi kita semua.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih
terdapat kesalahan, dan kekurangannya, sehingga masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik
dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini di kemudian
hari. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan pengetahuan,
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca. Aamiin.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................... 1
1.3 Tujuan Masalah...................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 3
2.1 Riwayat H.M.Rasyidi............................................................. 3
2.2 Pemikiran Kalam H.M.Rasyidi.............................................. 3
a.Tentang Perbedaan Ilmu Kalam dan Teknologi.................. 3
b.Tema-tema Ilmu Kalam...................................................... 3
c.Hakikat Iman....................................................................... 4
2.3 Riwayat Harun Nasution......................................................... 4
2.4 Pemikiran Kalam Harun Nasution......................................... 4
a.Peranan Akal....................................................................... 4
b.Prmbaharuan Teknologi...................................................... 5
c.Hubungan Akal dan Wahyu ..................................... 5
BAB III PENUTUP..................................................................................... 6
A. Kesimpulan............................................................................. 6
B. Saran........................................................................................ 6
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu kalam atau teologi sudah kita kenal sejak zaman Khulafaur Rasyidin, menurut Harun
Nasution kemunculan persoalan kalam dipicu oleh persoalan politik yang menyangkut peristiwa
pembunuhan Ustman bin Affan yang berbuntut pada penolakan Muawiyah atas kekhalifahan Ali
bin Abi Thalib.
Ilmu kalam atau teologi dari masa ke masa mengalami perkembangan yang cukup pesat,
banyak tokoh-tokoh pemikir ilmu kalam bermunculan. Dan memiliki argumentasi yang berbeda-
beda, sehingga persoalan-persoalan yang mengenai ilmu kalam atau teologi itu sendiri semakin
serius untuk dibahas. Karena dari permasalahan tersebut akan memicu timbulnya pemikiran-
pemikiran yang baru dan tanggapan dari berbagai tokoh-tokoh ilmu kalam itu sendiri.
1
1.3 TUJUAN MASALAH
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
Rasyid kemudian menegaskan pada saat ini, di Barat sudah dirasakan bahwa akal tidak mampu
mengetahui baik dan buruk. Buktinya adalah kemunculan eksistensialisme sebagai reaksi terhadap
aliran rasionalisme.[4]
Rasyidi mengakui bahwa soal-soal yang pernah diperbincangkan pada dua belas abad yang lalu,
masih ada yang relevan untuk masa sekarang, tetapi ada pula yang sudah tidak relevan. Pada waktu
sekarang, demikian Rasyidi menguraikan, yang masih dirasakanlah oleh umat Islam pada umumnya
adalah keberadaan Syi’ah.[5]
c.Hakikat iman
Bagian ini merupakan kritikan Rasyidi terhadap deskripsi iman yang diberikan Nurcholis Madjid,
yakni “percaya dan menaruh kepercayaan kepada Tuhan. Dan sikap apresiatif kepada Tuhan
merupakan inti pengalaman keagamaan seseorang. Sikap ini disebut takwa. Takwa diperkuat dengan
kontak yang kontinu dengan Tuhan. Apresiasi ketuhanan menumbuhkan kesadaran ketuhanan yang
menyeluruh, sehingga menumbuhkan keadaan bersatunya hamba dengan Tuhan.”[6]Menanggapi
pernyataan di atas Rasyidi mengatakan bahwa iman bukan sekedar menuju bersatunya manusia
dengan Tuhan, tetapi dapat dilihat dalam dimensi konsekuensial atau hubungan dengan manusia
dengan manusia, yakni hidup dalam masyarakat. Bersatunya seseorang dengan Tuhan tidak
merupakan aspek yang mudah dicapai, mungkin hanya seseorang saja dari sejuta orang. Jadi, yang
terpenting dari aspek penyatuan itu adalah kepercayaan, ibadah dan kemasyarakatan.[7]
5
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa H.M. Rasyidi berpandangan bahwa ilmu kalam
sama sekali berbeda dengan teologi. Beliau tidak sependapat dengan Harun yang sangat
mengagungkan akal yang dapat mengetahui baik dan buruk dilihat dari perkembangan
zaman.Tentang iman, Rasyidi mengatakan bahwa iman bukan sekedar bersatunya manusia dengan
Tuhan, tetapi dapat dilihat dalam dimensi konsekuensial atau hubungan manusia dengan
manusia,yakni hidup dalam masyarakat. Jadi, yang lebih penting dari aspek penyatuan itu adalah
kepercayaan, ibadah, dan kemasyarakatan.
Sementara, Harun Nasution adalah seorang tokoh pemikir ilmu kalam/teologi di mana beliau
memilki beberapa pemikiran-pemikiran terkait dengan masalah ini, di antaranya yaitu: beliau pernah
menulis bahwa Akal Melambangkan Kekuatan Manusia, hal ini mengartikan bahwa dengan akal lah
manusia dapat melakukan berbagai aktivitas yang berkaitan dengan keperluan hidupnya. Dengan
akal manusia dapat mengalahkan makhluk lain, dan bertambah tingginya akal manusia maka
bertambah tinggi pula kesanggupannya untuk mengalahkan makhluk lain. Bertambah lemah
kekuatan akal manusia, bertambah lemah pulalah kesanggupannya untuk menghadapi kekuatan-
kekuatan lain tersebut.
Beliau juga berpendapat bahwa keterbelakangan dan kemunduran umat Islam Indonesia (juga di
mana saja) adalah disebabkan “ada yang salah” dalam teologi mereka, maka dari itu beliau memiliki
pemikiran tentang pembaharuan teologi. Beliaupun berpendapat bahwa ada hubungan antara akal
dan wahyu. Akal mempunyai kedudukan yang tinggi dalam Al-Qur’an, orang yang beriman tidak
perlu menerima bahwa wahyu sudah mengandung segala-galanya. Wahyu bahkan tidak menjelaskan
semua permasalahan keagamaan.
B.SARAN
6
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihan dan Abdul Razak, Ilmu Kalam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2003
Faqih, Mansoer, Mencari Teologi Tertindas (Kidmat Dan Kritik) Untuk Guruku Prof. Harun Nasution,
dalam Suminto
----------------------, Teologi Islam Rasional ”Apresiasi Terhadap Wacana Praktis Harun Nasution”
Ciputat: Cetakan, 2005
Nasution, Harun, Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan Jakarta: UI Press, 1983
Rozak, Abdul dan Rosihan Anwar, Ilmu Kalam, bandung: Pustaka Setia, 2006
Rasjidi, H.M. Koreksi Terhadap Dr. Harun Nasution, Tentang “Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya”,
Jakarta: Bulan Bintang, 1977
Rasjidi, H.M. Koreksi Terhadap Dr. Nurcholish Madjid tentang Sekularisasi, Jakarta: Bulang Bintang,
1977
[1] Nurcholis Madjid, Kaki Langit Peradaban Islam, (Jakarta: Paramadina, 1997), hal. 61
[2] H.M. Rasjidi, Koreksi Terhadap Dr. Harun Nasution, Tentang “Islam Ditinjau dari Berbagai
Aspeknya”, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), hal. 32
[3] H.M. Rasjidi, Koreksi Terhadap Dr. Harun Nasution,…, hal. 33-34
[6] H.M. Rasjidi, Koreksi Terhadap Dr. Nurcholish Madjid tentang Sekularisasi, (Jakarta: Bulang
Bintang, 1977), hlm. 61.
[8] Abdul Halim. Teologi Islam Rasional. (Jakarta: Ciputat Pers, 2001) hlm. 3
[9] Abdul Rozak, Ilmu Kalam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2003) hal. 240
[11] Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan (Jakarta: UI Press,
1983) hlm. 56.
[12] Harun Nasution, Akal dan Wahyu dalam Islam (Jakarta: UI Press, 1980) hlm. 101
[13] Mansoer Faqih, Mencari Teologi Tertindas (Kidmat Dan Kritik) Untuk Guruku Prof. Harun
Nasution, dalam Suminto, hlm.167
[14] Anwar, Rosihan dan Abdul Razak, Ilmu Kalam (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2003) hal. 243
[15] Nurcholis Madjid. Teologi Islam Rasional ”Apresiasi Terhadap Wacana Praktis Harun Nasution”
(Ciputat: Cetakan, 2005), hal. 234