Anda di halaman 1dari 8

BAB TAYAMMUM

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


MATERI HADIST 1
Dosen Pengampu : H.ANWAR MUSTHAFA SHIDDIQ,S.PD.I

Disusun Oleh:

Rizki Aji Nugraha (2021.100023)

FAKULTAS TARBIYYAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
STIT MUHAMMADIYAH BANJAR
Jl. Dr. Husein Kartasasmita No.130, Banjar, Kec. Banjar, Kota Banjar
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Tayammum merupakan salah satu alternatif  yang bisa kita lakukan sebagai


pengganti whudu’. Apabila kita ingin bersuci akan tetapi air tidak ada
ataupun dalam perjalanan jauh, kita bisa melakukan tayammum. Tayammum
itu dilakukan dengan berbagai alasan dan persyaratan yang harus diketahui,
seperti ketiadaan air, dalam perjalanan jauh, dan dalam keadaan sakit.

Akan tetapi sebaliknya, pelaksanaan tayammum itu sering di salah mengerti


oleh seseorang. Ada yang asal tayammum tanpa alasan yang telah di
tetapkan di atas, ada juga yang salah dalam pelaksanaan atau tata caranya.
Tayammum ini dilakukan apabila ketiadaan air lagie, bukan karena malas
dalam menyentuh air. Hal tersebut sering kita jumpai di tengah-tengah
masyarakat.

Dengan factor tersebut, kami penulis tertarik untuk membahas masalah ini
dalam sebuah masalah yang akan kami ajukan.

B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Bagaimana konsep dasar tayammum?

2.      Bagaimana syarat-syarat tayammum?

3.      Apa sebab-sebab diperbolehkannya melakukan tayammum?

4.      Bagaimana rukun, sunnah, dan yang membatalkan tayammum?

5.      Bagaimana cara menggunakan tayammum?

6.      Bagaimana tata cara bertayammum?

C.    TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan makalah ini adalah untuk


menjelaskan rumusan masalah diatas secara mendalam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

TAYAMMUM

A.    PENGERTIAN DAN DALIL-DALIL TENTANG TAYAMMUM

Secara etimologis (bahasa), tayamum berarti kehendak (al-qasdu), atau


kehendak melakukan hal tertentu. Dalam istilah fiqih, tayamum diartikan
sebagai proses mengusapkan debu atau tanah yang suci pada muka dan
kedua tangan sebagai pengganti wudhu dan mandi besar, untuk dapat
melaksanakan ibadah, seperti sholat. Tayamum wajib dilakukan pada saat air
tidak ada, atau kondisi ketika seseorang tidak bisa menggunakan air.

Landasan dari tayamum adalah firman Allah swt. dalam surah al-Maidah
ayat 6:

‫ضى اَوْ َعلَى َسفَ ٍر اَوْ َجآ َء اَ َح ٌد ِم ْن ُك ْم ِّمنَ ْالغَآِئ ِط اَوْ لَ َم ْستُ ُم النِّ َسآ َء فَلَ ْم ت َِج ُدوْ ا مآ ًء فَتَيَ َّم ُموْ ا‬
َ ْ‫َواِ ْن ُك ْنتُ ْم َّمر‬
ُ‫م ِم ْنه‬kْ ‫م َو اَ ْي ِديَ ُك‬kْ ‫ص ِع ْيدًا طَيِّبًا فَا ْم َسحُوا بِ ُوجُوْ ِه ُك‬ َ

Artinya: "... Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari
tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan maka jika kamu tidak
memperoleh air maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah
wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu...."

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah saw.
bersabda:

ِ ‫ت االَرْ ضُ ُكلُّهَا لِ ْي َو اِل ُ َّمتِ ْي َمس‬


‫ْجدًا َوطَهُوْ رًا‬ ْ َ‫ُج ِعل‬

Artinya: "Semua bumi atau tanah dijadikan untukku dan umatku sebagai


masjid dan suci dan menyucikan."

Hadits ini menjadi dasar legalitas tayamum sebagai tata cara alternatif
mensucikan diri dari hadats.
Tentu saja, jika direnungi lebih dalam keberadaan tayamum sebagai tata cara
alternatif dalam bersuci, kita akan mendapatkan satu hikmah bahwa Allah
swt. tidak ingin memberatkan manusia dalam segala hal. Allah swt. tidak
akan memaksa manusia untuk melakukan sesuatu di luar kemampuannya.
Jika memang tidak bisa berwudhu maka bertayamumlah. Yassiruu wa laa
tu'assiruu, kata Nabi, Permudahlah dan jangan dipersulit.

3
B.     SYARAT SAH MELAKUKAN TAYAMMUM
Adapun syarat sah melakukan tayammum adalah sebagai berikut:

1.      Telah masuk waktu sholat

2.      Memakai tanah berdebu yang bersih dari najis dan kotoran

3.      Memenuhi alasan/sebab melakukan tayammum

4.      Sudah berupaya/berusaha mencari air namun tidak ketemu

5.      Tidak haid maupun nifas bagi perempuan

6.      Menghilangkan najis yang melekat pada tubuh

C.    SEBAB-SEBAB DIPERBOLEHKAN MELAKUKAN TAYAMMUM

Diperbolehkan melakukan tayammum dengan sebab-sebab sebagai berikut:

1.      Tidak ada air dan telah berusaha mencarinya, tetapi tidak bertemu

2.      Berhalangan menggunakan air, misalnya karena sakit yang apabila


menggunakan air akan kambuh sakitnya

3.      Dalam perjalanan jauh

4.      Jumlah air tidak mencukupi karena jumlahnya yang sedikit

5.      Air yang mempunyai suhu atau ada kondisinya mengundang


kemudharatan

6.      Air yang ada hanya cukup untuk minum saja

7.      Air berada di tempat yang jauh yang dapat membuat telat sholat

8.      Sumber air yang di dalamnya berbahaya, misalnya telah tercampur


racun

9.      Kekhawatiran yang timbul mengenai bahaya jika badan tersentuh air


karena sakit yang diderita atau hawa dingin yang terlalu parah.

Bahkan menurut beberapa ulama, orang yang khawatir bahwa kematian akan
menjemputnya pada saat hawa dingin sangat menusuk diperbolehkan
tayamum karena serupa orang sakit. (Shahih Fiqih Sunnah I/196). Dalilnya

4
adalah sebuah hadits yang diriwayatkan dari Jabir ra., ia bercerita sebagai
berikut:

Pada suatu saat kami bepergian dalam sebuah rombongan perjalanan. Tiba-
tiba ada seorang lelaki diantara kami yang tertimpa batu sehingga
menyisakan luka di kepalanya. Beberapa waktu sesudah itu dia mengalami
mimpi basah. Maka dia pun bertanya kepada sahabat-sahabatnya, “Apakah
menurut kalian dalam kondisi ini saya diberi keringanan untuk bertayamum
saja?” Menanggapi pertanyaan itu mereka menjawab, “Menurut kami
engkau tidak diberikan keringanan untuk melakukan hal itu, sedangkan
engkau sanggup memakai air.” Maka orang itu pun mandi dan akhirnya
meninggal. Tatkala kami berjumpa dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam maka beliau mendapat laporan tentang peristiwa itu. Beliau
bersabda, “Mereka telah menyebabkan dia mati! Semoga Allah
membinasakan mereka. Kenapa mereka tidak mau bertanya ketika tidak
mengetahui. Karena sesungguhnya obat ketidaktahuan adalah dengan
bertanya. Sebenarnya dia cukup bertayamum saja.” HR. Abu Dawud,
Ahmad dan Hakim

D.    RUKUN, SUNAT DAN YANG MEMBATALKAN TAYAMMUM

1.      RUKUN TAYAMMUM

a.       Niat (untuk dibolehkan melakukan sholat)

b.      Mengusap muka dengan debu tanah, dengan dua kali usapan

c.       Mengusap dua belah tangan hingga siku-siku dengan debu tanah dua
kali

2.      SUNAT TAYAMMUM

a.       Membaca basmalah (bismillahirrahmanirrohim)

b.      Mendahulukan anggota yang kanan daripada yang kiri

c.       Menipiskan debu

d.      Menghadap kiblat

e.       Membaca doa ketika selesai tayamum

f.       Menggosok sela jari setelah menyapu tangan hingga siku


5
3.      HAL-HAL YANG MEMBATALKAN TAYAMMUM

a.       Segala yang membatalkan wudhu’ membatalkan tayammum

b.      Melihat air sebelum sholat, kecuali yang bertayammum karena sakit.


Sebagaimana sabda rasulullah saw yang di riwayatkan oleh Abu Daud:

  َ‫ فَاِ َّن ٓذلِك‬٬ُ‫ فَاِ َذا َو َجد َْال َما َء فَ ْليُ ِم َسهُ بَ َش َرتَة‬٬ َ‫ َواِ ْن لَ ْم يَ ِج ِد ْال َما َء َع َش َر ِسنِ ْين‬٬ ‫م‬kِِ‫ب طَهُوْ رُال ُم ْسل‬
َ ِِّ‫اِ َّن الص َِّع ْي َد الطَّي‬
‫خَ ْي ٌٌر‬

Artinya: sesungguhnya tanah yang suci itu alat untuk bersuci bagi orang
islam. Selagipun tidak mendapatkan air selama sepuluh tahun. Apabila ia
telah mendapatkan air maka hendaklah ia menyentuhkan air itu kepada
kulitnya. Karena hal itu lebih baik.

            Maksudnya: tayammum seseorang akan batal setelah air sudah ada.


Adapun kalau adanya air itu setelah selesainya sholat,maka sholat kita sah
saja dan tidak wajib qadha’. Dan demikian pula jika kita menemukan air
sebelum sholat atau akan mulai sholat, kita di anjurkan untuk bertayammum.

E.     CARA MENGGUNAKAN TAYAMMUM

Sekali bertayammum hanya dapat dipakai untuk satu sholat fardhu saja,
meskipun belum batal. Adapun untuk dipakai sholat sunat beberapa kali
cukuplah dengan satu kali tayammum.

Bagi orang yang salah satu anggota wudhu’nya terbebat(dibalut), maka


cukup balutanya itu saja diusap dengan air atau tayammum.

F.     HUKUM MELIHAT AIR BAGI ORANG YANG TAYAMMUM

1.      Jika ada air setelah bertayammum tetapi sholat belum dikerjakan, maka
ia wajib berwudhu’.

2.      Pada waktu sedang sholat kemudian terdapat air sholatnya harus di


lanjutkan seperti bagi orang musyafir dan sholatnya tidak batal.

3.      Jika telah selesai melaksanakan sholat baru ada air sementara, waktu
sholat masih ada, maka boleh mengulang sholat dengan berwudhu’, dan
boleh pula tidak mengulanginya.

6
4.      Jika air ada setelah sholat dikerjakan dan waktu sholat telah habis,
maka sholat tidak perlu di ulangi, karena sholatnya sudah sah.
G.    TATA CARA/PRAKTEK BERTAYAMMUM

a.       Membaca basmalah

b.      Renggangkan jari-jemari, tempelkan ke debu, tekan-tekan hingga debu


melekat.

c.       Angkat kedua tangan lalu tiup telapak tangan untuk menipiskan debu
yang menempel, tetapi tiup ke arah berlainan dari sumber debu tadi.

d.      Niat tayamum: Nawaytuttayammuma listibaa hatishhalaati


fardhollillahi ta'aala (Saya niat tayammum untuk diperbolehkan melakukan
shalat karena Allah Ta'ala).

e.       Mengusap telapak tangan ke muka secara merata.

f.       Bersihkan debu yang tersisa di telapak tangan.

g.      Ambil debu lagi dengan merenggangkan jari-jemar, tempelkan ke


debu, tekan-tekan hingga melekat

h.      Angkat kedua tangan lalu tiup telapak tangan untuk menipiskan debu
yang menempel, tetapi tiup ke arah berlainan dari sumber debu tadi.

i.        Mengusap debu ke tangan kanan lalu ke tangan kiri.

   BERTAYAMMUM MENGGUNAKAN DINDING

Selain pada permukaan bumi secara langsung, seperti misalnya tanah, batu
dan lain sebagainya, bertayamum juga dapat dilakukan dengan dinding. Hal
ini sesuai dengan salah satu hadits sebagai berikut:

Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma bahwa dia berkata;


Saya datang bersama dengan ‘Abdullah bin Yasar bekas budak Maimunah
isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tatkala kami bertemu dengan Abu
Jahim bin Al-Harits bin Ash-Shamah Al-Anshari maka Abu Jahim
mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah datang dari arah
sumur Jamal. Kemudian ada seorang lelaki yang menemuinya dan
mengucapkan salam kepada beliau. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
tidak menjawab salamnya hingga beliau menyentuh dinding (dengan
tangannya,) kemudian membasuh wajah dan kedua telapak tangannya. Baru
setelah itu beliau mau menjawab salamnya.” Muttafaq ‘alaih.

Maka dari itu tayammum dengan dinding juga diperbolehkan sesuai dalil
diatas.

7
BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Jadi tayammum adalah pengganti bersuci dengan air untuk melaksanakan


sholat. Secara etimologis (bahasa), tayamum berarti kehendak (al-qasdu),
atau kehendak melakukan hal tertentu. Dalam istilah fiqih, tayamum
diartikan sebagai proses mengusapkan debu atau tanah yang suci pada muka
dan kedua tangan sebagai pengganti wudhu dan mandi besar, untuk dapat
melaksanakan ibadah, seperti sholat. Tayamum wajib dilakukan pada saat air
tidak ada, atau kondisi ketika seseorang tidak bisa menggunakan air.

Tayammum sah dilaksanakan jika mengerjakan semua rukun dan syarat-


syarat sah tayammum. Tayammum juga bias dilakukan dengan dinding.

B.     SARAN

Penulis berharap semoga makalah ini mempunyai manfaat kepada


pembacanya juga kami membutuhkan kritik membangun dari audien untuk
menyempurnakan makalah kami ini.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

          Rifa’I moh, Tuntunan Sholat Lengkap, Semarang: PT Karya Toha


Putra, 1998

            Muhammad Ali, Ilmu Aqidah, Bandung: Rineka Cipta, 2002

            Http://blogspot. Com/ tata cara tayammum.2012

Anda mungkin juga menyukai