Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“ WUDHU TAYAMUM dan MANDI JANABAH “

Dibuat oleh Kelompok 1 :

1. Muhammad Fadli 212026


2. Nur Lisan 211790
3. Shella Afriauni Widya 211967

Mata Kuliah : Fiqh Ibadah


Dosen Pengampu : Ramli Muasmara M. Pd.I

STAIN SULTAN ABDURRAHMAN


KEPULAUAN RIAU
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji sykur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayahNya.
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah WUDHU TAYAMUM DAN MANDI
JANABAH guna memnuhi tugas mata kuliah Fiqh Ibadah.

Dengan adanya makalah ini semoga dapat membantu mempermudah proses belajar dan
bermanfaat bagi kita semua. Untuk mempersingkat waktu langsung saja kita mulai.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tanjungpinang, 29 Spetember 2021

Tim Penyusun
Daftar Isi

HALAMAN JUDUL...........................................................................................................

KATA PENGANTAR.........................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................

A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
C. Tujuan......................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................

A. Wudhu Tayamum.....................................................................................................
B. Mandi Janabah.........................................................................................................

BAB III PENUTUP.............................................................................................................

A. Kesimpulan...............................................................................................................
B. Saran.........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Islam adalah agama yang sangat memperhatikan masalah kebersihan, Allah mensyariatkan
wudhu sebagai syarat sah shalat, tawaf, dan menyentuh mushaf. Ia juga mewajibkan mandi
besar junub, haid, dan nifas, menyunnahkan mandi besar pada hari jum‟at dan sebelum
melaksanakan shalat id. Bahkan, islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk senantiasa
memperhatikan kebersihan dan kesucian pakaian, badan, dan tempat dari berbagai najis dan
kotoran. Allah SWT. Juga memotivasi kita untuk melakukan semjua itu, sesuai dengan firman
Allah : “ sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang
yang mensucikan diri.” (Al-Baqarah : 222 ).

Ada keringanan bagi orang yang tidak bisa melakukan wudhu atau mandi dengan air karena
udzur tertentu yaitu bisa tayamum sebagai penggantinya. Tayamum dilakukan dengan debu
yang suci dan dengan syarat serta rukun yang sudah diatur dalam syariat islam. Sebagimana
dalam firman Allah Q.S Al-Maidah :6 yang artinya :

“ Dan apabila kamu sakit, atau dalam perjalanan, atau kembali dari tempat buang air, atau
menyentuh perempuan, lalu kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah dengan tanah yang
baik (bersih)…”

Mandi besar, mandi junub atau mandi wajib merupakan mandi yang menggunakan air suci dan
bersih yang mensucikan dengan mengalirkan air tersebut keseluruh tubuh dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Tujuan dari mandi tersebut adalah untuk menghilangkan hadas besar yang
harus dihilangkan sebelum melakukan ibadah shalat. Maka dari itu, sebagai umat islam sangat
penting mengetahui tata cara mandi besar sesuai dengan tuntutan Rasulullah SAW agar ibadah
kita diterima oleh Allah dan mendapatkan pahala.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, perumusan masalah dalam makalah ini
meliputi :

1. Apakah pengertian wudhu tayamum dan mandi janabah ?


2. Apa saja macam-macam wudhu tayamum dan mandi janabah ?
3. Apa saja syarat-syarat wudhu tayamum dan mandi janabah ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari wudhu tayamum dan mandi janabah
2. Mengetahui macam-macam wudhu tayamum dan mandi janabah
3. Mengetahui apa saja syarat-syarat wudhu tayamum dan mandi janabah

BAB II
PEMBAHASAN
A. WUDHU TAYAMUM

Tayamum adalah pengganti wudhu atau mandi wajib yang tadinya seharusnya menggunakan air
bersih digantikan dengan menggunakan tanah atau debu yang bersih.

HUKUM DAN KEDUDUKAN TAYAMUM

Adapun yang berkaitan engan bersuci tayamum,maka tayamum itu adalah pengganti air.
Dalilnya adalah firman Allah : "Maka jika kamu tidak mendapatkan air, maka bertayamumlah
dengan debu yang suci." (Al Maidah : 6). Sabda Rasulullah -shallallahu 'alaihi wa sallam-:
"Telah dijadikan bagiku bumi sebagai mesjid dan alat untuk bersuci." [H. R. Bukhari dan
Muslim] Maka bertayamaum dibolehkan dalam dua kondisi : saat tidak mendapati air dan saat
tidak mampu untuk memakai air disebabkan sakit atau semisalnya

SEBAB-SEBAB YANG MEMBOLEHKAN BERTAYAMUM

• Jika tidak ada air baik dalam keadaan safar/dalam perjalanan ataupun tidak.

• Terdapat air dalam jumlah terbatas, sementara ada kebutuhan lain yang juga memerlukan
air tersebut, seperti untuk minum dan memasak

• Adanya kekhawatiran jika bersuci dengan air akan membahayakan badan atau semakin
lama sembuh dari sakit

• Ketidakmampuan menggunakan air untuk berwudhu dikarenakan sakit dan tidak mampu
bergerak untuk mengambil air wudhu dan tidak adanya orang yang mampu membantu untuk
berwudhu bersamaan dengan kekhawatiran habisnya waktu sholat

• Khawatir kedinginan jika bersuci dengan air dan tidak adanya yang dapat
menghangatkan air tersebut
TATA CARA BERTAYAMUM

Imam Ahmad berpendapat bahwa tayamum hanya dengan memukul tanah satu kali, lalu
mengusap wajah dan telapak tangan sampai pergelangan, tidak sampai siku. Imam Ahmad
berkata, “Barangsiapa berkata bahwa tayamum dengan (mengusap kedua tangan) sampai siku
maka ia adalah sesuatu yang dia tambahkan dari dirinya. ”Sabda Nabi saw kepada Ammar bin
Yasir,

“Semestinya cukup bagimu memukul tanah dengan kedua tanganmu satu kali kemudian kamu
mengusap dengan keduanya wajah dan kedua telapak tanganmu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Hadits ini secara jelas bahwa tayamum yang diajarkan oleh Nabi saw kepada Ammar adalah
dengan memukul tanah satu kali dan tangan yang diusap adalah kedua telapak tangan, sampai
pergelangan bukan sampai siku.

PERKARA YANG MEMBATALKAN TAYAMUM

Semua perkara yang membatalkan wudhu juga membatalkan tayamum, serta apabila telah hilang
hal-hal yang membolehkan seseorang bertayamum, seperti ketika seseorang tidak memiliki air
kemudian ia bertayamum sebelum sholat, setelah itu dia menemukan air, maka batalah tayamum
nya dan ia harus berwudhu, Rasulullah SAW bersabada “Debu itu cukup bagimu untuk bersuci
selama kamu tidak mendapatkan air. Apabila kamu telah mendapatkan air, maka usapkanlah ia
ke kulitmu”

BEBERAPA HAL PENTING BERKAITAN DENGAN TAYAMUM

• Sebelum bertayamum hendaknya membersihkan muka dari segala sesuatu yang


menghalangi air ke kulit seperti cat dll.

• Tayamum meruapakan pengganti wudhu atau mandi dalam keadaan darurat, oleh sebab itu
dengan bertayamum seseorang boleh mengerjakan shalat, memegang mushaf Al-Qur‟an dan
sebagainya sebelum batal tayamumnya

• Dengan satu kali tayamum, dibolehkan mengerjakan shalat fardhu ataupun sunnah berapa
saja dikendaki, tidak usah mengulangi tayamumnya apabila ingin sholat kembali selama
tayamumnya tidak batal.[3] Akan tetapi mengenai pengunaan tayamum untuk sholat fardhu ini,
ada beberapa pendapat. Yang pertama yang sudah dijelas kan tadi, yang kedua tayamum tidak
bisa digunakan untuk sholat fardhu selanjutnya, cukup untuk satu kali sholat fardhu saja,
terkecuali sholat sunnat tidak mengapanih tambhan gesan mkalh kita. simpan dimnakh dlu, kena
kita gawi.

BERTAYAMUM TETAPI ADA PERBAN DIBAGIAN ANGGOTA TAYAMUM


Dari riwayat sahabat Jabir r.a “Kami keluar untuk bersafar, kemudian salah seorang di antara
kami ada yang terkena batu maka terlukalah kepalanya. Kemudian orang tersebut mimpi basah,
lalu orang tersebut bertanya kepada sahabat-sahabatnya : “Apakah kalian mendapati untukku
keringanan untuk bertayamum?” mereka menjawab: “Kami tidak mendapatkan adanya
keringanan bagimu sedang kamu mampu untuk menggunakan air.” Kemudian orang tersebut
mandi lalu meninggal. Kemudian setelah kami sampai kepada Rasulullah shallallahu „alaihi wa
sallam aku memberitahukan kepada beliau tentang hal ini, kemudian beliau bersabda: “Mereka
telah membunuhnya semoga Allah membunuh mereka, mengapa mereka tidak mau bertanya jika
mereka tidak tahu, sesungguhnya obat dari tidak tahu adalah bertanya. Sesungguhnya cukup
baginya untuk bertayamum dan menutup lukanya tersebut dengan potongan kain, kemudian dia
cukup untuk mengusapnya.” (HR. Abu Daud)”. Dari hadist tersebut dapat dipahami apabila kita
hendak bertayamum akan tetapi ada perban didaerah tangan atau wajah, maka cukup dengan
mengusap perbannya, tidak usah melepaskannya yang akan berbahaya.

B. MANDI JANABAH

Mandi janabah adalah mengguyurkan air keseluruh badan, sedangkan menurut syara‟
mengguyurkan air keseluruh badan dengan disertai niat. Sedangkan Janabat, menurut istilah
orang yang wajib mandi dikarenakan berjima‟ atau karena keluar air mani

1. HUKUM DAN KEDUDUKAN MANDI JANABAH

Adapun yang berkaitan dengan mandi besar yaitu menyiram sekujur tubuh dengan air. Dasarnya
dalah firman Allah Ta‟ala : "Dan jika kamu junub maka mandilah" (Al Maidah : 6). Dan firman
Allah : "(jangan pula hampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar
berlalu saja, hingga kamu mandi" (An Nisa : 43).

HAL-HAL MEWAJIBKAN MANDI JANABAH

• Mengeluarkan air mani dengan syahwat walaupun dalam keadaan tidur atau tidak
• Jima‟ (hubungan suami istri) walaupun tidak keluar mani Dari Abu Hurairoh r.a
dari Nabi saw bersabda : “Apabila seseorang duduk antara empat bagiannya (tubuh
perempuan) kemudian ia bersungguh-sungguh maka telah wajib atasnya mandi. Dan
salah satu riwayat dalam Shahih Muslim “walaupun tidak keluar”
• Berhentinya haid atau nifas bagi wanita
• Orang kafir masuk islam, Hadits Abu Hurairah radhiyallahu „anhu yang
diriwayatkan oleh Bukhary-Muslim tentang kisah Tsumamah bin Utsal radhiyallahu
„anhu yang sengaja mandi kemudian menghadap kepada Nabi shollallahu „alaihi wa „ala
alihi wa sallam untuk masuk Islam
• Orang yang meninggal wajib dimandikan, “Mandikanlah dia tiga kali atau lima
atau tujuh atau lebih jika kalian melihatnya dengan air dan daun bidara”. (HR. Bukhary-
Muslim).

TATA CARA MANDI JANABAH

Dalam tata cara mandi janabat ini ada yang mujzi (mencukupi atau memadai) yaitu niat
karena niat dapat menshohehkan amal perbuatan seseorang, kemudian menyiram kepala
sampai kedasar rambut dan seluruh anggota badan dengan air sesuai riwayat “Kami (para
shahabat) saling membicarakan tentang mandi junub di sisi Nabi shollallahu „alaihi wa „ala
alihi wa sallam maka beliau berkata : Adapun saya, cukup dengan menuangkan air di atas
kepalaku tiga kali kemudian setelah itu menyiramkan air ke seluruh badanku”. (HR. Ahmad
dan dishohihkan oleh An-Nawawy dalam Al-Majmu‟ 2/209 dan asal hadits ini dalam riwayat
Bukhary-Muslim).

Adapun cara yang sempurna yaitu yang pertama dari riwayat Aisyah r.a “Bahwasanya Nabi
shollallahu „alaihi wa „ala alihi wa sallam kalau mandi dari janabah maka beliau memulai
dengan mencuci kedua telapak tangannya –dalam riwayat Muslim, kemudian beliau
menuangkan (air) dengan tangan kanannya keatas tangan kirinya lalu beliau mencuci
kemaluannya- kemudian berwudhu sebagaimana wudhunya untuk sholat kemudian
memasukkan jari-jarinya kedalam air kemudian menyela dasar-dasar rambutnya sampai
beliau menyangka sampainya air kedasar rambutnya kemudian menyiram kepalanya dengan
kedua tangannya sebanyak tiga kali kemudian beliau menyiram seluruh tubuhnya. (HR.
Bukhary-Muslim).

Yang kedua dari riwayat Maimunah r.a “Saya meletakkan untuk Rasulullah shollallahu
„alaihi wa „ala alihi wa sallam air mandi janabah maka beliau menuangkan dengan tangan
kanannya diatas tangan kirinya dua kali atau tiga kali kemudian mencuci kemaluannya
kemudian menggosokkan tangannya di tanah atau tembok dua kali atau tiga kali kemudian
berkumur-kumur dan istinsyaq (menghirup air) kemudian mencuci mukanya dan kedua
tangannya sampai siku kemudian menyiram kepalanya kemudian menyiram seluruh
tubuhnya kemudian mengambil posisi/tempat, bergeser lalu mencuci kedua kakinya
kemudian saya memberikan padanya kain (semacam handuk-pent.) tetapi beliau tidak
menginginkannya lalu beliau menyeka air dengan kedua tangannya. (HR. Bukhary-
Muslim)”.

Dari kedua hadist diatas dapat disimpulkan:


• Membasuh kedua telapak tangan tiga kali
• Mencuci kemaluan dan tempat yang terkena air mani.
• Mencuci tangan lagi sesudah mencuci kemaluan dan membersihkannya dengan
sabun ataupun yang selainnya, seperti tanah.
• Berwudhu dengan sempurna seperti wudhu untuk shalat. Dalam hal ini ada
perbedaan pendapat dari kedua hadist tersebut, apakah setelah mandi baru mencuci kakinya
atau sebelum mandi mencuci kakinya, disini Imam Malik mengambil jalan tengah yaitu
apabila tempat yang kita mandikan itu dalam keadaan kotor maka setelah mandi membasuh
kakinya, tetapi apabila tempatnya bersih maka sebelum mandi mencuci kakinya.
• Menyilang-nyilangi jari tangan sampai terasa air meresap dikulit kepala
• Kemudian menuangkan air kekepala sebanyak 3 kali. Lalu menyiram air
keseluruh tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan mendahulukan yang kanan
sampai merata dan mengenai seluruh kulit.

TATA CARA MANDI JANABAT BAGI WANITA

Tata cara mandi janabat pada wanita sama saja dengan laki-laki, akan tetapi wanita tidak
wajib menyela jalinan rambutnya, tetapi menyiramkan air sampai keakar-akar rambutnya,
sesuai dengan hadist Ummu Salamah r.a, ada seorang wanita bertanya, “Wahai Rasulullah
SAW, sesungguhnya aku ini seorang wnaita yang memiliki banyak jalinan rambut, apakah
aku harus menruraikannya dalam mandi junub?” Beliau menjawab, “Engkau cukup
menyiramkan air keatas rambut dengan tiga siraman, kemudian membasahi seluruh badan.
Dengan demikian engkau sudah suci. “(HR. Ahmad, Muslim, dan at-Tirmidzi).

TATA CARA MANDI BAGI WANITA HAID ATAU NIFAS

Adapun orang yang haid atau nifas, maka tata cara mandinya sama dengan mandi janabah
kecuali dalam beberapa perkara.
Disunnahkan baginya untuk mengambil potongan kain, kapasatau yang sejenisnya kemudian
diberi wangi-wangian harum-haruman kemudian dioleskan digosokkan pada tempat
keluarnya darah (kemaluannya) untuk membersihkan dan mensucikan dari bau yang kurang
sedap. Hal ini didasarkan pada hadits ‟Aisyah : "Sesungguhnya ada seorang perempuan
datang kepada Nabi sho-llallahu ‟alaihi wa ‟ala alihi wa sallam bertanya tentang mandi dari
Haid. Maka Nabi menjawab ambillah secarik kain yang diberi wangi-wangian kemudian
kamu bersuci dengannya. Dia bertanya lagi :Bagaimana saya bersuci dengannya?. Nabi
shollallahu ‟alaihi wa ‟alaalihi wa sallam menjawab : Bersucilah dengannya . Dia bertanya
lagibagaimana?. Nabi Menjawab : Subhanallah, bersucilah dengannya.Kemudian akupun
menarik perempuan itu ke arahku, kemudian sayaberkata : Ikutilah (cucila) bekas-bekas
darah (kemaluan)". Dan juga disunnahkan membuka kepang rambut padanya.

SYARAT-SYARAT AIR YANG DIGUNAKAN DALAM MANDI JANABAT/JUNUB


• Air dalam keadaan mengalir
Air yang suci dan mengalir dapat digunakan untuk mensucikan anggota badan atau pakaian
yang terkena najis. Air yang mengalir ini banyak sekali kita jupai, seperti air sungai, air kran,
atau air yang kita alirkan sendiri seperti air dari timba.
• Minimal volume air Dua Kulah
Apabila air tidak dapat mengalir, minimal air suci yang harus kita gunakan untuk bersuci
adalah dua kulah. Ada beberapa pendapat mengenai volume dari dua kulah ini. Menurut Al
Nawawi, 2 kulah itu sama dengan 174,580 Liter (55,9 cm kubik). Menurut Al -Rafi‟i, sama
dengan 176,245 liter (56,1 cm kubik). Sedangkan menurut Imam Al Bagdadi dua kulah itu
setara dengan 245,325 liter (62,4 cm kubik).
• Suci dari najis dan belum pernah dipakai
Maksudnya adalah air tersebut tidak dalam keadaan tercemar oleh najis dan belum pernah
dipakai untuk bersuci sebelumnya. Air yang suci dari najis akan tetapi sudah pernah dipakai
untuk bersuci tidak dapat digunakan untuk menyucikan benda yang terkena najis.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sebelum melakukan ibadah shalat harus membersihkan tubuh dari hadas kecil dan hadas
besar, seperti melaksanakan ibadah wudhu‟, mandi dan tayammum. Wudhu‟ adalah salah satu
ibadah yang dilakukan dengan cara mencuci sebahagian anggota tubuh dengan air dengan sarat
dan rukun sebagai syarat sah sholat yang dilaksanakan sebelum melaksanakan sholat dan ibadah
yang lainnya.

Mandi (al-ghusl) adalah mencuci seluruh tubuh dengan menggunakan air yang disertai
dengan rukun mandi.

Sedangkan tayammum adalah mengusapkan tanah ke sebagian anggota tubuh (muka dan
tangan) sebagai ganti wudhu‟ yang dilakukan karena adanya uzur bagi orang yang tidak dapat
memakai air, yang mempunyai sarat dan rukun

Wudhu, tayamum dan mandi tidak dilakukan dengan sembarangan. Ada aturan yang
mengikatnya seperti syarat dan rukun. Ada juga sunnah-sunnahnya, dan wudhu maupun
tayamum bisa batal karena sesuatu hal.

B. SARAN

1. Sebagai orang muslim kita harus tahu mengenai hukum-hukum islam khususnya fiqih, dan
selalu mengamalkannya.
2. Sebagai orang islam kita juga diwajibkan untuk menjaga kesucian dari hadats, oleh karena
itu mari kita bersama-sama mempelajari apa-apa saja yang dapat menghilangkan hadats.
DAFTAR PUSTAKA

Rasjid, Sulaiman. 2014. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Al Gesindo.


Rauf, M. Amrin. 2011. Buku Pintar Agama Islam. Jogjakarta : Sabil.
Rifa‟i, Moh. 2013. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang: PT. Karya Toha
Putra.
Sadjak, Muhammad Nadjib. 2013. Terjamah Matan At-Taqrib wa al-Ghoyah.
Jatirogo: Kampong Kyai.
Silaturrohmah, Nur dan Budiman Mustofa. 2014. Fikih Muslimah Terlengkap.
Surakarta: Al-Qudwah.
Mustafa, Ahmad. 2001. Fiqih. Semarang : Wicaksana

Anda mungkin juga menyukai