Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ILMU FIQIH

TAYAMMUM
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Media
Pembelajaran Ilmu Fiqih
Dosen Pembimbing: Dr.R.Dedi Supriatna,M.Ag.

Disusun oleh :

Annisa Siti Marwah


Elis Susliawati
Liese Noor Puspitasari
Wina Widianingsih

PRODI PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
AL-MASTHURIYAH
2022/2023
Jl.Raya Tipar Cisaat Sukabumi Jawa Barat
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu tercurahkan kehadirat Allah SWT, karena hanyakepada-


Nyalah kita persembahkan segala bentuk pujian. Dia telah memberikan kita
beribu- ribu nikmat yang tak terhitung jumlahnya. Sehingga dengan iringanrahmat
dan hidayah Allah SWT lah, pembuatan makalah ini dapat terselesaikan dengan
tepat waktu.Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW karena dari beliaulah kita semua bisa mengetahui hukum-
hukum Allah SWT, sehingga kita bisa membedakan diantara perkara yang hakdan
yang batil dan perkara yang halal dan haram serta bisa mengetahui perkara yang
diridhoi dan dimurkai Allah SWT.

Selain itu, ucapan terimakasih juga penulis haturkan kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan dan pembuatan makalah ini, baik
kepadaguru, orang tua, maupun teman-teman sekalian. Adapun tujuan penulisan
makalah yang berjudul “Tayamum” ini yang pertama ialah untuk memenuhi tugas
dari Dr.R.Dedi Supriatna,M.Ag. pada mata kuliah Fiqih dan untuk menambah
wawasan kita mengenai tayamum Penulis menyadari bahwa makalah ini memang
jauh dari kesempurnaan,maka sudilah kiranya siapa saja yang membaca makalah
ini agar memaklumi akan kekurangan dari makalah ini dan saran bagi para
pembaca sangat terbuka lebar demi kemajuan akan suatu karya sastra
ini.Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.
 
Sukabumi,18 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang .....................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Pengertian Tayamum dan Dalilnya.......................................................3
B. Syarat-Syarat Tayamum........................................................................4
C. Sebab-Sebab yang Membolehkan Tayamum........................................5
D. Rukun Tayamum...................................................................................7
E. Cara Bertayamum..................................................................................8
F. Sunnah-Sunnah dalam Bertayamum.....................................................8
G. Hal-Hal yang dapat Membatalkan Tayamum.......................................9

BAB III PENUTUP.......................................................................................10


A. Kesimpulan.........................................................................................10
B. Saran....................................................................................................11

DAFTAR PUSAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Thaharah dapat disebut dengan suci. Islam menuntut pemeluknya untuk


senantiasa dalam kondisi suci, baik lahir maupun batin, karena Allah SWT sangat
mencintai orang-orang yang memelihara kesucian dirinya. Ajaran kebersihan atau
kesucian dalam Islam antara lain terlihat dari pensyariatan ibadah salat yang
dilakukan setiap hari.Salat dapat menyucikan lahiriyah melalui wudu yang
merupakan syarat sebelum melaksanakannya. Di samping itu dapat pula
menyucikan batiniyah melalui pengesaan Allah SWT.

Secara umum, kesuciaan lahiriyah dan batiniyah ini merupakan hakikat


thaharah, sehingga dengan demikian orang yang berada dalam kondisi suci ini
dapat melakukan ibadah kepada Allah SWT. Thaharah merupakan salah satu
syarat untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT, sehingga thaharah memegang
peranan penting dalam Islam. Karena begitu pentingnya masalah ini sampai-
sampai dalam keadaan tidak ada air pun tetap disyari’atkan untuk bersuci, yaitu
dengan tayamum. Tayamum sebagai ganti wudu dan mandi merupakan
keringanan dari Allah SWT agar manusia tetap dapat melaksanakan salat dan
ibadah lainnya yangharus dilaksanakan dengan wudu jika sulit memakai air.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan tayamum dan apa dalil yang


memperbolehkannya ?
2. Apa saja syarat tayamum ?
3. Apa saja sebab yang membolehkan tayamum ?
4. Apa saja rukun tayamum ?
5. Bagaimana cara bertayamum ?
6. Apa saja sunat dalam tayamum?
7. Apa saja hal yang dapat membatalkan tayamum?

1
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian tayamum dan dalil yang


memperbolehkannya.
2. Untuk mengetahui syarat tayamum.
3. Untuk mengetahui sebab-sebab yang membolehkan tayamum
4. Untuk mengetahui rukun-rukun tayamum.
5. Untuk mengetahui cara bertayamum
6. Untuk mengetahui sunat- sunat dalam tayamum
7. Untuk mengetahui hal- hal yang dapat membatalkan tayamum.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tayamum dan Dalilnya

Secara bahasa, tayamum berarti kesengajaan atau maksud. Menurut istilah,


tayamum adalah mendatangkan debu yang suci sampai ke wajah dan kedua tangan
sebagai pengganti wudu atau mandi yang disertai dengan ketentuan khusus.
Tayamum juga dapat diartikan dengan menyengaja tanah untuk penghapus muka
dan kedua tangan dengan maksud dapat melakukansalat dan lain-lain.

Tayamum mulai disyariatkan pada tahun keenam hijriah pada peperangan


Bani Mustaliq. Ketika itu Aisyah kehilangan kalungnya, lalu Rasulullah SAW
mengutus orang mencarinya, kemudian waktu salat dating sedangkan air tidak
ada, maka turunlah ayat tentang tayamum didalam Q.S Al-Maidah ayat :6 :

‫س ۤا َء فَلَ ْم ت َِجد ُْوا َم ۤا ًء‬ ْ ‫سفَ ٍر اَ ْو َج ۤا َء اَ َح ٌد ِّم ْن ُك ْم ِّمنَ ا ْل َغ ۤا ِٕى ِط اَ ْو ٰل َم‬


َ ِّ‫ستُ ُم الن‬ َ ‫ضى اَ ْو ع َٰلى‬ ٓ ٰ ‫َواِنْ ُك ْنتُ ْم َّم ْر‬
‫هّٰللا‬
ٍ ‫س ُح ْوا بِ ُو ُج ْو ِه ُك ْم َواَ ْي ِد ْي ُك ْم ِّم ْنهُ ۗ َما يُ ِر ْي ُد ُ لِيَ ْج َع َل َعلَ ْي ُك ْم ِّمنْ َح َر‬
‫ج‬ َ ‫ص ِع ْيدًا طَيِّبًا فَا ْم‬ َ ‫فَتَيَ َّم ُم ْوا‬
٦ َ‫ش ُك ُر ْون‬ ْ َ‫َّو ٰل ِكنْ يُّ ِر ْي ُد لِيُطَ ِّه َر ُك ْم َولِيُتِ َّم نِ ْع َمت َٗه َعلَ ْي ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم ت‬

Artinya:

... Jika kamu sakit, dalam perjalanan, kembali dari tempat buang air (kakus),
atau menyentuh203) perempuan, lalu tidak memperoleh air, bertayamumlah
dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu)
itu. Allah tidak ingin menjadikan bagimu sedikit pun kesulitan, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu agar kamu
bersyukur. (Q.S. al - Maidah: 06)

Begitupun Rasulullah SAW bersabda:


Yang artinya :
“Dari Abu Umamah bahwa Nabi SAW bersabda, Dijadikan bagi kita bumi
semuanya sebagai tempat sujud dan tanahnya adalah suci”. (H.R. Ahmad).

3
B. Syarat-syarat Tayamum

Adapun dalam Kaifiyat Bertayamum akan dibenarkan apabila


terpenuhinya syarat-syarat sebagai berikut:

1. Ada uzur sehingga tidak dapat menggunakan air.

Uzur menggunakan airi tu terjadi oleh sebab musafir, sakit atau hajat.
Dalam hal ini keadaan orang musafir itu ada empat golongan, yaitu :

a. Ia yakin bahwa di sekitar tempatnya berada itu benar-benar tidak ada air,
maka ia boleh langsung bertayamum tanpa harus mencari air terlebih
dahulu.
b. Ia tidak yakin, tetapi ia menduga bahwa di sana mungkin ada air tetapi
mungkin juga tidak. Pada keadaan demikian, ia wajib dahulu mencari air
di tempat-tempat yang dianggapnya mungkin ada airnya.
c. Ia yakin ada air di sekitar tempatnya. Dalam hal ini ada beberapa
kemungkinan :
a) Apabila tempat air itu dekat berada pada jarak yang layak terjangkau
oleh musafir untuk kepentingan mencari kayu,mengambil rumput atau
menggembalakan hewannya, maka ia wajib mengambil air itu dan
tidak dibenarkan bertayamum.
b) Apabila tempat air itu jauh, sehingga kalau ia pergi mengambilnya
waktu salat akan habis, maka ia boleh bertayamum sebab ketika itu ia
dianggap tidak mendapatkan air.
c) Apabila tempatnya agak jauh melebihi jarak untuk mengambil kayu
dan sebagainya akan tetapi ia masih mungkin mengambil air tanpa
kehabisan waktu salat, maka ia boleh bertayamum, sebab berjalan
melebihi batas tersebut dianggap memberatkan.
d) Apabila tempat air itu dekat akan tetapi sulit mengambilnya karena
banyak musafir lain berdesakan untuk mengambil air di tempat itu,
maka ia boleh bertayamum.

4
2. Masuknya waktu salat.

Tayamum untuk salat yang berwaktu baik fardu maupun sunah, hanya
dibenarkan setelah masuk waktunya. Alasannya tayamum adalah thaharah darurat
dan tidak ada keadaan darurat sebelum masuknya waktu salat.

3. Mencari air setelah waktu, sesuai dengan ketentuan pada nomor 1 di atas.
4. Tidak dapat menggunakan air

Bisa sisebabkan oleh beberapa hal seperti halnya karena uzur syari seperti
takut akan pencuri atau ketinggalan dari rombongan.

5. Tanah yang murni dan suci.

Tayamum hanya sah menggunakan turab’,tanah yang suci dan berdebu,


Bahan-bahan lainnya seperti semen, batu, belerang dan sebagainya, atau tanah
yang bercampur dengannya tidak sah digunakan untuk bertayamum.

C. Sebab-Sebab Yang Membolehkan Tayamum

Para ahli fiqh menetapkan beberapa keadaan yang menyebabkan seseorang


boleh bertayamum sebagai berikut :

1. Dalam keadaan tidak ada air

Para fukaha menetapkan ketiadaan air sebagai salah satu penyebab


bolehnya tayamum. Termasuk ke dalam pengertian ini ada air dalam jumlah yang
sedikit yang tidak cukup untuk wudu atau mandi dan ada air tetapi harganya
melebihi harga pasaran sehingga sulit untuk membelinya. Termasuk juga adanya
air tetapi berada di tempat yang cukup jauh dan untuk mencarinya mengalami
kesulitan. Ukuran jauh menurut golongan Hanafiyah adalah mencapai 1 mil atau
sekitar 1.848 meter. Menurut golongan Malikiyah mencapai 2 mil. Golongan
Syafi‟iyah lebih memerinci kebolehan tayamum yang disebabkan ketiadaan air.
Jika seorang telah yakin bahwa air tidak ada disekitarnya ia boleh bertayamum
tanpa dituntut untuk mencarinya. Tetapi jika meragukan atau mempunyai
persangkaan berat terhadap adanya air maka dia mesti memeriksa rumahnya dan

5
rumah temannya terlebih secara berulang-ulang yang jarak minimal 1.848 meter.
Kalau memang kenyataan tidak ditemukan adanya air barulah dia boleh
bertayamum. Sebaliknya jika seseorang meyakini ada air maka dia mesti
mencarinya sampai menempuh jarak 6000 langkah tanpa ada halangan.

2. Tidak ada kemampuan untuk memakai air.

Termasuk dalam pengertian orang yang di penjara dalam rumah tahanan


yang terletak dipinggir sungai, dan dia tidak diizinkan untuk keluar. Demikian
juga halnya orang yang diikat di pinggir kali dan orang yang tidak berani keluar
rumah mengambil air karena ada ancaman bahaya.

3. Dalam keadaan sakit.

Orang sakit bila khawatir memakai air dapat melakukan tayamum untuk
mengangkat hadas. Kekhawatiran itu ada dua kemungkinan, pertama khawatir
akan datang penyakit baru, dan yang kedua khawatir bertambah penyakit atau
lambat penyembuhannya.

4. Membutuhkan air.

Seseorang yang memiliki air dalam jumlah yang mencukupi sekedar untuk
wudu atau mandi, tetapi dia sangat membutuhkannya untuk keperluan lain yang
akan menyelamatkan jiwa dari kemudaratan, maka ketika itu dibolehkan
bertayamum.

5. Takut kehilangan harta jika mencari air.

Menurut kalangan Syafi‟iyah kekhawatiran terhadap musuh, pencuri atau


kebakaran membolehkan tayamum lebih dulu tanpa mencari air. Kekhawatiran itu
bisa terjadi atas diri sendiri, harta, keamanan, atau kekhawatiran terhadap orang
yang berhutang yang hartanya sedang dalam keadaan yang berkuasa.

6
6. Keadaan sangat dingin.

Golongan Syafi‟iyah dan Hanbaliya membolehkan bertayamum dengan


alasan dingin jika sulit memanaskan air atau panasan air tidak memberi manfaat
dan wajib meng-qadha salatnya.

7. Tidak ada alat untuk mengambil air.

Misalnya ada air pada suatu tempat yang hanya didapatkan dengan alat-
alat tertentu, sementara alat itu tidak ada padanya, seperti ketiadaan timba
pengambil air dari sumur yang dalam, jika terus diusahakan waktu akan habis.
Namun, dalam hal ini wajib berusaha mencari alat.

8. Takut habis waktu salat.

Sebab ini hanya didukung oleh golongan Malikiyah, karena memelihara


pelaksanaan salat pada waktunya lebih utama dari mencari kesempurnaan
thaharah dengan air. Namun dikalangan Syafi‟iyah tidak membolehkan
bertayamum karena takut akan habis waktu salat jika ia mengambil air untuk
wudu karena tayamum dilakukan bersamaan dengan adanya air.

D. Rukun Tayamum

Tayamum terdiri atas empat rukun, yaitu :

1. Niat.

Dalil wajibnya niat di sini ialah hadis yang juga dikemukakan sebagai dalil
niat pada wudu. Niat ini dilakukan serentak dengan pekerjaan pertama dalam
tayamum, yaitu ketika memindahkan tanah ke wajah. Lafaz niat tayamum ialah:

َّ ‫ْت التَّيَ ُّم َم اِل ْستِبَا َح ِة ال‬


‫صاَل ِة هللِ تَ َعالَى‬ ُ ‫نَ َوي‬

Artinya: "Aku berniat tayamum Untuk melaksanakan sholat karena Allah."

2. Mengusap/menyapu wajah.
3. Mengusap/menyapu kedua tangan hingga ke siku.

7
4. Tertib, yakni mendahulukan wajah dari pada tangan.
E. Cara Bertayamum

Menurut golongan Hanafiyah dan Syafi‟iyah, memukulkan tangan ke


tanah dilakukan dengan dua pukulan, satu pukulan untuk muka dan satu lagi
untuk dua tangan. Hal ini berdasar hadis riwayat Al-Hakim. Cara menyapu tangan
adalah dengan melalukan tangan kiri ke tangan kanan mulai dari punggung
telapak tangan sampai kesiku, kemudian dikembalikan melalui siku bagian dalam
sampai ke pergelangan. Sebaliknya untuk tangan kiri melalukan tangan kanan ke
tangan kiri sebagaimana yang pertama.

Yang dimaksud dengan dua kali pukul ialah dua kali memindahkan tanah,
baik pemindahan itu dengan memukulkan tanah ke atas tanah dengan hanya
meletakkan tangan di atas tanah atau berlaku menurut adat kebiasaan. Tidak wajib
juga menertibkan dua kali pukul. Jika dipukulkan kedua tangannya ke atas tanah
dengan serentak, lalu disapunya dengan sebelah tangan kanan ke muka, kemudian
dengan sebelah tangan kiri ketangan kanan, kemudian disapukan lagi tangan
kanan ke atas tanah dan disapu ke tangan yang kiri, maka hal itu diperbolehkan.

F. Sunnah-Sunnah dalam Bertayamum

Hal-hal yang sunnah yang mesti dilakukan atau dikerjakan pada waktu
melakukan tayamum ialah:

1. Membaca basmalah di awalnya.


2. Memulai sapuan dari bagian atas wajah.
3. Menipiskan debu di telapak tangan sebelum menyapukannya.
4. Merenggangkan jari-jari ketika menepukkannya pertama kali ke tanah.
5. Mendahulukan tangan kanan atas tangan kiri.
6. Menyela-nyela jari setelah menyapu kedua tangan.
7. Tidak mengangkat tangan dari anggota yang sedang disapu sebelum
selesai menyapunya.
8. Muwalah, menyapu wajah dan kedua tangan secara beruntun, tidak
berselang lama antara satu dengan yang lainnya.

8
G. Hal-hal yang Dapat Membatalkan Tayamum

Adapun hal-hal yang dapat membatalkan Tayamum adalah ada tiga hal
yang yaitu:

1. Segala perkara yang bisa membatalkan wudu.Yaitu :


a. Keluar sesuatu dari qubul atau dubur berupa apapun.
b. Tidur, kecuali dalam keadaan duduk mantap.
c. Hilang akal dengan sebab gila, mabuk, pitam, penyakit atau lainnya.
d. Bersentuh kulit laki-laki dan perempuan.
e. Menyentuh kemaluan.

2. Melihat air sebelum mulai melakukan salat.

Adapun kalau ia melihat air ketika sedang melakukan salat, jika salat itu
memadai dengan tayamum, maka tidak perlu diulang kembali, seperti salat orang
musafir, salat dan tayamumnya tidak batal. Akan tetapi, jika salat itu masih wajib
diulang, seperti salat orang muqim yang bertayamum karena ketiadaan air, maka
tayamum dan salatnya menjadi batal.

3. Murtad

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang diuraikan di atas, maka dapat kita ambil


beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Tayamum adalah mendatangkan debu yang suci sampai ke wajah dan


kedua tangan sebagai pengganti wudu atau mandi yang disertai dengan
ketentuan khusus.
2. Syarat-syarat tayamum yaitu, ada uzur sehingga tidak dapat menggunakan
air, masuk waktu salat, tidak dapat menggunakan air karena uzur
syar‟i,dan menggunakan tanah debu dan suci.
3. Sebab-sebab yang membolehkan tayamum ialah, dalam keadaan tidak
adaair, tidak ada kemampuan menggunakan air, dalam keadaan sakit,
sangat membutuhkan air, takut kehilangan harta jika mencari air, keadaan
yang sangat dingin, tidak ada alat untuk mengambil air, dan takut habis
waktu salat.
4. Rukun tayamum yaitu niat, menyapu wajah, menyapu kedua tanganhingga
ke siku, dan tertib.
5. Tayamum dilakukan dengan dua pukulan, satu pukulan untuk muka dan
satu lagi untuk dua tangan.
6. Sunat tayamum ialah, membaca basmalah di awalnya, memulai sapuan
dari bagian atas wajah, menipiskan debu sebelum
menyapukannya,merenggangkan jari-jari ketika menepukkannya pertama
kali ke tanah,mendahulukan tangan kanan, menyela-nyela jari setelah
menyapu keduatangan, tidak mengangkat tangan dari anggota yang sedang
disapu, dan muwalah.
7. Ada tiga hal yang membatalkan tayamum, yaitu Segala perkara yang
bisamembatalkan wudu, melihat air sebelum mulai melakukan salat, dan
murtad.

10
B. Saran

Setelah membaca pemaparan di atas maka penulis menyarankan kepada


kita semua agar memahami apa saja yang berkaitan dengan tayamum untuk bekal
kita misalnya kita sedang dilanda kesulitan dalam mencari air sehingga
bagaimanapun kondisinya tidak ada yang menghalangi kita dari beribadah kepada
Allah SWT.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Abidin, Slamet dan Moh. Suyono, Fiqih Ibadah, Bandung: Pustaka Setia,

1998.Al Banjari, Syekh Muhammad Arsyad,

2. Kitab Sabilal Muhtadin, Surabaya: BinaIlmu, 2008.Al-Ghazy, Asy-Syekh

Muhammad bin Qosim,

3. Fathul Qarib, Surabaya: Al-Hidayah, 1991. Nasution, Lahmuddin,

4. Fiqh 1, Jakarta: Jaya Baru, 1998.Ritonga, Rahman dan Zainuddin,

5. Fiqh Ibadah, Jakarta: Gaya Media Pratama,1997.Sabiq, Sayyid,

6. Fikih Sunnah 1, Bandung: Alma‟arif, 1973

Anda mungkin juga menyukai