Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

FIQIH IBADAH

Tentang

THAHARAH

Disusun oleh:

Kelompok 1

Risya Mafrani 2214050078


Azzahra Siti Nurrahmi 2214050087

Dosen Pengampu:

Alisa Roza, M.Pd.I

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG

1444 H / 2023 M
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kita ucapkan,atas karunia nya
berupa nikmat iman dan kesehatan ini akhirnya pemakalah dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Thaharah”. Shalawat serta salam tercurahkan kehadiran nabi Muhammad
SAW, yang telah membawa perubahan dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh
dengan ilmu pengetahuan seperti saat ini.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Ibadah.
Selain itu pemakalah juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan dan
memperluas pemahaman mahasiswa/i mengenai materi tentang Thaharah yang berkaitan
dengan mata kuliah Fiqih Ibadah ini.

Pemakalah menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan


makalah ini, oleh karena itu pemakalah sangat menghargai akan saran dan kritik untuk
membangun makalah ini lebih baik lagi, Dan terakhir ucapan terima kasih yang sebesar
besarnya kepada Ibu Alisa Roza, M.Pd.I selaku dosen pembimbing mata kuliah Fiqih
Ibadah. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga melalui makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.

Padang, 5 Maret 2023

Pemakalah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................4
C. Tujuan..........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................6
A. THAHARAH...............................................................................................................6
1. Pengertian Secara Etimologi dan Terminologi Thaharah.....................................6
2. Dasar hukum Thaharah.........................................................................................6
3. Tujuan Thaharah dan Manfaat Thaharah..............................................................7
B. NAJIS..........................................................................................................................7
1. Batasan Najis.........................................................................................................7
2. Macam-macam dan Cara menghilangkan Najis....................................................8
C. HADAS.......................................................................................................................8
1. Batasan Hadas ......................................................................................................9
2. Macam-macam dan Cara menghilangkan Hadas..................................................9
D. AIR..............................................................................................................................10
1. Pengertian Air dan Dasar Hukum.........................................................................10
2. Pembagian Air.......................................................................................................11
E. ISTINJAK...................................................................................................................12
1. Pengertian Istinjak dan Dasar Hukum...................................................................13
2. Alat Yang Digunakan............................................................................................14
3. Adab Qadha al-Hajjah...........................................................................................14
BAB III PENUTUP...............................................................................................................15
A. Kesimpulan..................................................................................................................15
B. Saran............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Thaharah (bersuci) merupakan suatu kegiatan membersihkan diri dari segala


kotoran (polutan), dan memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada hanya sekedar
membersihkan, namun termasuk juga bebas dari benda-benda najis. Selain itu,
persyaratan air untuk thaharah yakni tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna
(Imam Bukhari).

Bersih atau suci dari najis bergantung pada pandangan syariah karena manusia
terkadang menganggap baik sesuatu yang keji atau menganggap keji sesuatu yang
baik. Oleh karena itu, asal segala sesuatu itu adalah suci. Jadi orang yang mengakatan
sesuatu itu najis, ia harus membuktikannya dengan tepat. Sebaliknya orang yang
mengatakan sesuatu itu suci tidak perlu memaparkan dalil.

Hadas adalah kondisi dimana seseorang dianggap tidak bersuci karena telah
mengeluarkan kotoran atau sebab-sebab lain yang dianggap membatalkan
kesuciannya

Istinjak adalah bersuci sesudah buang air besar atau buang air kecil. Dalam
kitab fiqih istinjak berarti menghilangkan atau meringankan najis dari qubul dan
dubur.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian secara etimologi dan terminologi, dasar hukum, tujuan dan manfaat
thaharah
2. Batasan, macam dan cara menghilangkan najis
3. Batasan, macam dan cara menghilangkan hadas
4. Pengertian, dasar hukum dan pembagian air
5. Pengertian, dasar hukum, alat yang digunakan dan adab qadha al-Hajjah
C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian secara etimologi dan terminologi, dasar hukum,


tujuan dan manfaat thaharah
2. Untuk mengetahui batasan, macam dan cara menghilangkan najis
3. Untuk mengetahui batasan, macam dan cara menghilangkan hadas
4. Untuk mengetahui pengertian, dasar hukum dan pembagian air
5. Untuk mengetahui pengertian, dasar hukum, alat yang digunakan dan adab qadha
al-Hajjah
BAB II
PEMBAHASAN

A. THAHARAH
1. Pengertian Thaharah
Secara etimologi thaharah artinya membersihkan kotoran, baik kotoran yang
berwujud maupun yang tak berwujud. Kemudian secara terminologi, thaharah
artinya menghilangkan hadas, najis dan kotoran (dari tubuh, yang menyebabkan
tidak sahnya ibadah lainnya) menggunakan air atau tanah yang bersih. Menurut
syara’, thaharah adalah suci dari hadas atau najis, dengan cara yang telah
ditentukan oleh syara, atau menghilangkan najis, yang dapat dilakukan dengan
mandi dan tayamum.
Dari beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa thaharah
berarti menyucikan atau membersihkan diri dari najis dan hadats sebagai salah
satu syarat melakukan ibadah yang dapat dilakukan dengan wudhu, mandi dan
tayamum dengan alat yang digumakan yaitu air, debu, dan atau batu.

2. Dasar Hukum Thaharah


Thaharah (bersuci) hukumnya ialah wajib berdasarkan penjelasan al Quran
ataupun as-Sunnah. Firman Allah dalam Q.S al-Maidah/5 :6,
‫ق َوا ْم َسحُوْ ا بِ ُرءُوْ ِس ُك ْم َواَرْ ُجلَ ُك ْم اِلَى‬ ِ ِ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا قُ ْمتُ ْم اِلَى الص َّٰلو ِة فَا ْغ ِسلُوْ ا ُوجُوْ هَ ُك ْم َواَ ْي ِديَ ُك ْم اِلَى ْال َم َراف‬
‫ ۤا َء‬p ‫تُ ُم النِّ َس‬p ‫ ٌد ِّم ْن ُك ْم ِّمنَ ْالغ َۤا ِٕى ِط اَوْ ٰل َم ْس‬p‫ضى اَوْ ع َٰلى َسفَ ٍر اَوْ َج ۤا َء اَ َح‬ ٓ ٰ ْ‫ ِن َواِ ْن ُك ْنتُ ْم ُجنُبًا فَاطَّهَّرُوْ ۗا َواِ ْن ُك ْنتُ ْم َّمر‬pۗ ‫ْال َك ْعبَ ْي‬
‫هّٰللا‬
‫ج و َّٰل ِك ْن‬ َ ‫فَلَ ْم تَ ِج ُدوْ ا َم ۤا ًء فَتَيَ َّم ُموْ ا‬
ٍ ‫ َر‬p‫ َل َعلَ ْي ُك ْم ِّم ْن َح‬p‫ ُد ُ لِيَجْ َع‬p‫ص ِع ْيدًا طَيِّبًا فَا ْم َسحُوْ ا بِ ُوجُوْ ِه ُك ْم َواَ ْي ِد ْي ُك ْم ِّم ْنهُ ۗ َما ي ُِر ْي‬
َ‫ي ُِّر ْي ُد لِيُطَه َِّر ُك ْم َولِيُتِ َّم نِ ْع َمتَهٗ َعلَ ْي ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُوْ ن‬

Terjemahan:
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat,
maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka
mandilah. Dan jika kamu sakit1 atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat

1
Maksudnya: sakit yang tidak boleh kena air.
buang air (kakus) atau menyentuh2 perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh
air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan
tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia
hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar
kamu bersyukur.”3

Berdasarkan bunyi ayat di atas, Allah SWT. Memerintahkan kepada orang-orang


beriman agar dalam melaksanakan ibadah kondisi tubuh atau badan harus bersih
dan suci dari segala kotoran baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat, tidak
ada alas an bagi orang yang beriman untuk tidak bersuci dalam melaksanakan
ibadah terutama sholat.

3. Tujuan dan Manfaat Thaharah

Tujuan Thaharah, sebagai berikut:


a. Guna menyucikan diri dari kotoran berupa hadas dan najis
b. Sebagai syarat sahnya sholat dan ibadah seorang hamba

Manfaat Thaharah, sebagai berikut:


a. Bersuci merupakan bentuk pengakuan islam terhadap fitrah manusia
b. Menjaga kemuliaan dan wibawa umat islam
c. Menjaga Kesehatan
d. Menyiapkan diri dalam kondisi yang baik Ketika menghadap Allah SWT.

B. NAJIS

1. Batasan Najis
Najis adalah semua benda yang dihukumi kotor oleh syariat, seperti bangkai, darah, kotoran
hewan dan sebagainya. Najasah atau najis menurut bahasa ialah kotoran dan lawan suci
menurut syara’, yang membatalkan shalat, seperti kotoran manusia dan kemih. Batasan
ukuran najis yang sedikit yang di-ma’fu dalam syariat adalah dikembalikan kepada ‘Urf,

2
Artinya: menyentuh. Menurut Jumhur: ialah menyentuh sedang Sebagian muffasirin ialah: Menyetubuhi.

3
Departemen Agama RI, op. cit., h. 108.
yaitu menurut standar manusia pada umumnya tatkala memandang hal itu sedikit dan tidak
menjijikkan.

Berkata ibnu ‘Utsaimin rahimahullah yang artinya:

Patokannya adalah patokan umumnya manusia, apa yang mereka pandang banyak maka
dianggap banyak, dan apa yang dipandang sedikit maka dianggap sedikit” (asy syarh al
mumti’, 1/272)

Dan ini merupakan pendapat dalam Madzhab syafi’i ( Rhaudhathuth thalibin, An nawawi
1/43), (Al hawi al kabir, Al mawardi 1/295), juga Madzhab hanbali (Al inshaf, Al mardawi
1/198), (Al mughni, Ibnu qudamah 2/59), juga pendapat Lajnah Daimah ( Fatawa al lajnah
ad daimah, Al majmu’ah ats tsaniyah 5/153)

Lalu, Berkata Ibnu Taimiyah rahimahullah yang artinya:

Dan batasan sedikit (najis) selama belum nampak menjijikkan dalam pandangan ‘urf
( kebiasaan /adat ) umumnya manusia, karena memang tidak ada batasan tentang najis ini
baik dari sisi bahasa maupun syariat (Syarh mdatul fiqh, Ibnu Taimiyah, bab shalat: 346).

2. Macam-macam Najis
Berdasarkan keterangan tersebut macam-macam dan cara menghilangkan najis,
dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Najasah mukhaffafah, ialah najis yang disucikan cukup dengan memercikkan air
pada najis, yang termasuk dalam najis ini adalah air kencing anak laki-laki yang
belum makan makanan lain kecuali susu ibunya.
b. Najasah mutawasithah, ialah najis yang disucikan dengan hanya dengan
mengalirkan air di atasnya saja, kalau di hukmi dan dengan menghilangkan
a’in najis dan hilang rasa, warna dan bau dari najis.
c. Najasah mughalladhah, ialah najis yang perlu dibasuh tujuh kali, salah
satunya dengan air yang bercampur dengan tanah, yaitu jilatan
anjing(menurut as syafi‟i). Klasifikasi najis tersebut dijelaskan mengenai
najis-najis dan cara menyucikannya.
C. HADAST
1. Batasan Hadast
Hadas adalah kondisi dimana seseorang dianggap tidak bersuci karena telah
mengeluarkan kotoran atau sebab-sebab lain yang dianggap membatalkan
kesuciannya.

2. Macam-macam Hadast dan Cara Menghilangkannya


Macam-macam hadast, terbagi menjadi 2:
a. Hadast Kecil
Segala suatu peristiwa atau kejadian yang menyebabkan seseorang harus
bersuci dengan berwudhu atau tayamum.

Hal-hal yang termasuk ke dalam hadas kecil adalah:


1. Keluar sesuatu dari dua lubang yaitu qubul dan dubur
2. Bersentuhan langsung antara kulit laki-laki dan kulit perempuan yang sudah
baligh dan bukan mahramnya
3. Menyentuh kemaluan, baik kemaluan sendiri maupun kemaluan orang lain
dengan telapak tangan atau jari.
4. Hilang kesadaran, seperti tidur nyenyak, gila, pingsan, atau mabuk.

b. Hadast Besar
Segala sesuatu atau kondisi yang menyebabkan seseorang harus bersuci
dengan mandi wajib.

Hal-hal yang termasuk ke dalam hadas besar adalah:


1. Keluar darah bagi perempuan, berupa haid (darah yang keluar setiap bulan),
nifas (darah yang keluar setelah melahirkan), maupun wiladah (darah yang
keluar ketika melahirkan)
2. Keluar air mani, baik disebabkan karena mimpi basah atau sebab lain
3. Hubungan suami istri (Jima'), baik yang keluar mani atau pun tidak.
4. Meninggal dunia
Menghilangkan hadas besar adalah dengan cara mandi atau tayammum,
sedangkan untuk menghilangkan hadas kecil adalah dengan berwudhu atau tayammum.
Kesemuanya telah diatur tentang tatacara pelaksanaannya, syarat rukunnya, maupun segala

hal yang berkaitan dengannya.

D. AIR
1. Pengertian Air dan Dasar Hukum
Air adalah salah satu media yang dipakai untuk bersuci. Di dalam fiqih Islam air menjadi
sesuatu yang penting sebagai sarana utama dalam bersuci, baik bersuci dari hadas
maupun dari najis. Dengannya seorang Muslim bisa melaksanakan berbagai ibadah secara
sah karena telah bersih dari hadas dan najis yang dihasilkan dengan menggunakan air.

Dari Abu Sa'id al-Khudri, dia berkata, "Rasulullah bersabda, 'Sesungguhnya air itu suci
dan mensucikan, tidak dapat dinajiskan oleh sesuatu. " 4 (Diriwayatkan oleh tiga imam
(Abu Daud, at-Tirmidzi dan anNasai) dan dishahihkan oleh Ahmad)

Air, yang terbagi menjadi :


a) Air mutlak Yaitu air yang suci lagi mensucikan terhadap lainnya. Misalnya air
hujan, air salju, air sumur, air laut, air sungai, air empang, air danau, atau air telaga.
b) Air musta’mal Yaitu air yang telah dipakai untuk berwudhu atau mandi.
Hukumnya air semacam ini tetap bersuci lagi mensucikan.
c) Air suci tetapi tidak mensucikan Yaitu air yang suci tetapi tidak dapat digunakan
untuk berthaharah. Air ini jika dilihat dari zatnya sendiri adalah suci, semisal air
kelapa. d) Air yang bernajis Yaitu air yang tercampur dengan barang najis sehingga
merubah salah satu diantara rasa, warna atau baunya. Air semacam ini tidak dapat
dipergunakan untuk thaharah, baik untuk menghilangkan hadast maupun
menghilangkan najis.

4
Hadist tentang air oleh Ahmad
2. Pembagian Air

Air terbagi menjadi :


a) Air mutlak Yaitu air yang suci lagi mensucikan terhadap lainnya. Misalnya air
hujan, air salju, air sumur, air laut, air sungai, air empang, air danau, atau air telaga.
b) Air musta’mal Yaitu air yang telah dipakai untuk berwudhu atau mandi.
Hukumnya air semacam ini tetap bersuci lagi mensucikan.
c) Air suci tetapi tidak mensucikan Yaitu air yang suci tetapi tidak dapat digunakan
untuk berthaharah. Air ini jika dilihat dari zatnya sendiri adalah suci, semisal air
kelapa. d) Air yang bernajis Yaitu air yang tercampur dengan barang najis sehingga
merubah salah satu diantara rasa, warna atau baunya. Air semacam ini tidak dapat
dipergunakan untuk thaharah, baik untuk menghilangkan hadast maupun
menghilangkan najis.

E. ISTINJAK
1. Pengertian Istinjak dan Dasar Hukum
Istinja’ adalah bersuci dengan air atau yang lainnya untuk membersihkan najis yang
berupa kotoran yang ada atau menempel pada tempat keluarnya kotoran tersebut
(qubul dan dubur) seperti berak dan kecing. Jadi segala sesuatu yang keluar dari qubul
dan dubur adalah sesuatu yang dianggap kotor dan wajib dibersihkan atau
dihilangkan, dengan menggunakan air atau yang lainnya.

Dalil mengenai istinja ini tertera dalam Al-Quran surah At-Taubah ayat 108 sebagai
berikut: “Di dalam masjid itu terdapat penduduk Quba yang bersuci dan
membersihkan dirinya, Allah sangat cinta kepada hamba-Nya yang bersuci.” 5(QS.
At-Taubah [9]: 108).

5
Dalil tentang istinjak oleh tirto.id
2. Alat Digunakan Untuk Istinjak
a. Air mutlak
b. Batu
c. Tisu
d. Daun kering
e. Kulit kayu

3. Adab Qadha al-Hajja

a. Adab sebelum
1. Menutup kepala
2. Memakai alas kaki
3. Tidak membawa sesuatu yang bertulis dengan nama allah dan rasul
4. Langkah masuk dengan kaki kiri membaca doa masuk tandas.

b. Adab semasa
1. Hendaklah duduk
2. Dilarang bercakap dan makan

c. Adab selepas
1. Langkah keluar dengan kaki kanan
2. Cuci tandas selepas menggunakannya
3. Membaca doa keluar tandas.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Secara terminologi, thaharah artinya menghilangkan hadas, najis dan kotoran (dari
tubuh, yang menyebabkan tidak sahnya ibadah lainnya) menggunakan air atau tanah
yang bersih.

Dari beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa thaharah berarti
menyucikan atau membersihkan diri dari najis dan hadats sebagai salah satu syarat
melakukan ibadah yang dapat dilakukan dengan wudhu, mandi dan tayamum dengan
alat yang digumakan yaitu air, debu, dan atau batu.

Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air
(kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka
bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu
dengan (debu) itu.

Memerintahkan kepada orang-orang beriman agar dalam melaksanakan ibadah


kondisi tubuh atau badan harus bersih dan suci dari segala kotoran baik yang terlihat
maupun yang tidak terlihat, tidak ada alas an bagi orang yang beriman untuk tidak
bersuci dalam melaksanakan ibadah terutama sholat.

Pengertian Istinjak dan Dasar Hukum Istinja’ adalah bersuci dengan air atau yang
lainnya untuk membersihkan najis yang berupa kotoran yang ada atau menempel pada
tempat keluarnya kotoran tersebut (qubul dan dubur) seperti berak dan kecing.
Jadi segala sesuatu yang keluar dari qubul dan dubur adalah sesuatu yang dianggap
kotor dan wajib dibersihkan atau dihilangkan, dengan menggunakan air atau yang
lainnya.

B. SARAN
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan diatas, makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang
bersifat membangun sangatlah kami harapkan terutama bagi dosen yang membimbing
mata kuliah Fiqih Ibadah dan rekan-rekan pembaca sekalian demi kesempurnaan
makalah ini dimasa mendatang, semoga makalah ini menambah wawasan kita.
DAFTAR PUSTAKA

KhoirotunNisa Dan Hayumuti. 2019. TADARUS: Jurnal Pendidikan Islam,


MateriThaharah. (SMP MUHAMMADIYAH 10 SURABAYA)

Kamaludin. 2014. Konsep Najis dan Pencuciannya dalam fatwa MUI. (Universitas
Islam Negeri Jakarta)

Sirajuddin. 2011. PENTINGNYA PENGETAHUAN THAHARAH DAN


PENGAMALANNYA BAGI MASYARAKAT. (UIN Alauddin
Makassar)

Dra. Hj. Aisyah Maawiyah, M.Ag. 2017. THAHARAH SEBAGAI KUNCI IBADAH.
(Semarang)

Anda mungkin juga menyukai