Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH

“Tayamum Selain Tanah (Debu)”

( Diajukan Guna Memenuhi Mata Kuliah Fiqih


Kontemporer ) Dosen Pengampu Mata Kuliah : Dr. Iskandar,
M.Sy

DISUSUN OLEH :

WULAN NURANI ILYAS (2011211006)


NURUL HIDAYATI (2011211021)

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKSYIAH FAKULTAS


AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUPANG

2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah sederhana ini dengan baik dan tepat waktu. Tanpa
pertolongannya tentu saja kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan benar. Salawat serta salam semoga tetap terlimpah curahkan kepada junjungan kita
yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya diakhirat nanti.
Sebelumnya kami sangat mengucapkan banyak syukur kepada Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan nikmat sehatnya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran
sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah dari Fiqih Kontemporer yang berjudul “Tayamum Selain Tanah (Debu)”. Kami tentu
menyadari makalah sederhana ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan yang ada di dalamnya. Untuk itu, kami sangat mengharapkan
kritik serta saran dari para pembaca untuk pembenahan makalah ini selanjutnya, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Tidak hanya
itu, kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam menyusun makalah ini.

Kupang, 13 Oktober 2022

Kelompok 13

i
DAFTAR IS

I
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan Masalah...............................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
A. Pengertian Tayammum...................................................................................................2
B. Dalil-dalil tentang tayammum.........................................................................................2
C. Syarat Tayamum.............................................................................................................3
D. Hal-hal yang dibolehkan untuk tayamum.......................................................................3
E. Debu Yang Digunakan Untuk Bertayamum...................................................................4
F. Cara Bertayamum............................................................................................................4
G. Pembatal Tayamum.........................................................................................................5
H. Debu yang Digunakan Untuk bertayamum.....................................................................5
BAB III.......................................................................................................................................6
PENUTUP..................................................................................................................................6
A. KESIMPULAN...............................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu cara untuk kita bersuci dari hadast kecil maupun hadast besar Adalah
dengan berwudhu. Namun adakalanya ada yang membuat kita untuk tidak menggunakan air
untuk berwudhu. Cara lain agar dapat bersuci yaitu dengan kitabertayamum.

Sering kali kita mendengar kata tayamum namun belum tentu kita memahami
bagaimana tata cara yang sesuai syariat islam. Maka dari itu setiap orang muslim harus
mengetahui tata caranya, sehingga bersuci yang kita lakukan sah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Tayamum?


2. Dalil-dalil apa saja mengenai tayammum?
3. Apa saja syarat rukun tayammum?
4. Hal- hal yang dibolehkan untuk Tayamum?
5. Hal- hal yang membatalkan Tayamum?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian Tayamum.


2. Mengetahui dalil-dalil tentang tayammum.
3. Mengetahui apa saja syarat tayammum.
4. Mengetahui hal-hal yang dibolehkan untuk bertayamum.
5. Mengetahui apa yang membatalkan tayammum.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tayammum

Tayamum berasal dari akar kata “tayammama” yang berarti bermaksud. Secara istilah
tayamum adalah menyampaikan debu kepada wajah dan kedua tangan dengan niat khusus.

Tayamum merupakan sarana bersuci pengganti wudhu (hadas kecil) dan mandi wajib
(hadas besar) ketika terdapat uzur untuk melakukannya. Tata cara tayamum untuk kedua
hadas tersebut adalah sama. Hanya saja, tayamum karena hadas kecil menjadi batal jika
terdapat hal-hal yang membatalkan wudhu, sementara tayamum dari hadas besar tidak batal
karena terdapat hal-hal tersebut tapi menjadi batal jika menemukan air dan mampu
menggunakannya.

B. Dalil-dalil tentang tayammum

Tayamum adalah ibadah yang hanya Allah syariatkan untuk umat Nabi Muhammad
SAW. Pensyariatan tayamum ini didasarkan pada Alquran dan hadits. Adapun Alquran yaitu
firman Allah SWT:

‫حُوا‬E‫ا فَا ْم َس‬EEً‫طيِّب‬ َ ‫ ِعيدًا‬E‫ص‬ َ ‫وا‬EE‫ا ًء فَتَيَ َّم ُم‬EE‫ضى َأوْ َعلَى َسفَ ٍر َأوْ َجا َء َأ َح ٌد ِم ْن ُك ْم ِمنَ ْالغَاِئ ِط َأوْ اَل َم ْستُ ُم النِّ َسا َء فَلَ ْم ت َِجدُوا َم‬
َ ْ‫وَِإ ْن ُك ْنتُ ْم َمر‬
ُ‫بِ ُوجُو ِه ُك ْم َوَأ ْي ِدي ُك ْم ِم ْنه‬

“Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus)
atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan
tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.” (Al-Mâidah:
6).
Dan hadits Nabi SAW:

‫ ِإ َذا لَ ْم ن َِج ِد ْال َما َء‬،‫ت تُرْ بَتُهَا لَنَا طَهُورًا‬


ْ َ‫َو ُج ِعل‬

“Dan dijadikan debunya bagi kita suci jika tidak menemukan air.” (HR. Muslim).

2
C. Syarat Tayamum

Terdapat tujuh syarat sah tayammum, yaitu:

1. Bertayamum dengan debu. Syarat-syarat debu yang boleh digunakan untuk tayamum
adalah:

 Suci (tidak najis).


 Dapat mensucikan (bukan mustakmal). Debu mustakmal adalah debu yang masih
berada di anggota tayamum atau yang sudah terlepas darinya. Begitu pula debu yang
digunakan untuk membersihkan najis.
 Murni yaitu yang tidak tercampur dengan benda lain meskipun sedikit, seperti pasir,
tepung.
 Memiliki serbuk debu, yaitu ditandai dengan ada yang menempel di anggota
tayamum.
2. Menghilangkan najis terlebih dahulu, karena tayamum adalah cara bersuci yang lemah
(pengganti).

3. Menentukan arah kiblat dengan berijtihad jika belum mengetahuinya.

4. Sudah masuk waktu shalat, karena tayamum adalah cara bersuci dalam keadaan darurat
sementara tidak dianggap darurat jika belum masuk waktu shalat. Nabi SAW bersabda:

ُ ‫صلَّي‬
‫ْت‬ َّ ‫َأ ْينَ َما َأ ْد َر َك ْتنِي ال‬
ُ ْ‫صالَةُ تَ َمسَّح‬
َ ‫ت َو‬

“Dimana saja aku bertemu waktu shalat maka aku akan membasuh (bertayamum) dan
shalat.” (HR. Ahmad).

6. Bertayamum untuk setiap satu shalat wajib. Al-Baihaqi meriwayatkan dari Ibnu
Umar RA: “Seseorang bertayamum untuk setiap shalat meskipun belum batal.

D. Hal-hal yang dibolehkan untuk tayamum

Penyebab diperbolehkannya tayamum adalah ketiadaan air, baik secara hakiki maupun
secara hukmi(metafor)
Air secara hakiki adalah suatu kondisi yang benar-benar tidak ada air atau ada air
namun tidak cukup untuk digunakan bersuci. Akan tetapi, sebelum bertayamum diwajibkan
mencari-cari air terlebih dahulu diantara barang-barang bawaannya, meminta kepada

3
segerombolannya atau orang lain, atau tempat yang terdekat dengannya. Jika memang tidak
ada atau keberadaannya terlalu jauuh maka tidak wajib meminta atau mencari.
Sedangkan ketiadaan air secara hukmi ada lima sebab, yaitu:
1. Takut karena bahaya.
2. Takut kedinginan.
3. Takut musuh.
4. Kebutuhan mendesak pada air.
5. Takut kehabisan waktu.

E. Debu Yang Digunakan Untuk Bertayamum

boleh bertayamum dengan menggunakan debu yang suci, dan segala sesuatu yang
termasuk jenis tanah, seperti kerikil, batu, dan kapu batu, sebagaimana firman Allah:”maka
bertayamumlah kamu dengan tenah yang baik(suci).”(QS. An-Nisa’ (4): 43). Semua ahli
bahasa sepakat bahwa yang dimaksud debu dalam ayat di atas adalah permukaan tanah secara
umum, baik berupa debu maupun jenis lainnya.
F. Cara Bertayamum

1. Menepuk dua tapak tangan pada debu kali pertama untuk menyapu muka.
2. Berniat: bertayamum.
Masa niat: ketika pertama memindahkan debu dan sehingga menyentuh sebagian
muka.
3. Menyapu muka.
4. Menepuk tangan ke debu yang ke dua untuk menyapu tangan (sebelum menepuk
tangan ke debu untuk yang ke dua kali, hendaklah dibersihkan kedua telapak tangan terlebis
dahulu dari debu tanah yang telah digunakan).
5. Menyapu tangan kana dari belakang tapak tangan dengan empat perut jari tangan kiri
dari ujung jari (selain ibu jari) hingga naik ke siku, hingga ke ujung ibu jari.
6. Menyapu tangan kiri dari belakang tapak tangan dengan empat perut jari tangan kanan
dari ujung jari (selain ibu jari) hingga naik ke siku, hingga ke ujung ibu jari.
Catatan:
 Untuk menyapu tangan , wajib ditanggalkan cincin , jam tangan dan gelang sekiranya
debu tidak sampai di bawahnya. Jika sampai debu, maka sunat sahaja
menanggalkannya.

4
 Sunat menipiskan debu tanah pada tapak tangan sebelum disapukan ke anggota
tayammum.
G. Pembatal Tayamum

Hal-hal yang membatalkan tayamum ada empat, yaitu:


1. Semua perbuatan yang membatalkan wudhu.

2. Murtad, karena tayamum dilakukan untuk kebolehan melaksanakan shalat sehingga


hal itu tidak diperlukan bagi orang yang murtad. Berbeda dengan wudhu dan mandi karena
keduanya bertujuan menghilangkan hadas bukan sekedar untuk kebolehan melaksanakan
shalat.

3. Menemukan air bagi yang bertayamum karena tidak terdapat air. Rasulullah SAW
bersabda:

َ ِ‫ فَِإ َّن َذل‬،ُ‫ فَِإ َذا َو َج َد ْال َما َء فَ ْليُ ِم َّسهُ بَ َش َرتَه‬، َ‫ َوِإ ْن لَ ْم يَ ِج ِد ْال َما َء َع َش َر ِسنِ ْين‬،‫ِّب طَهُوْ ُر ْال ُم ْسلِ ِم‬
‫ك خَ ْي ٌر‬ َ ‫د الطَّي‬Eَ ‫ص ِع ْي‬
َّ ‫ِإ َّن ال‬

“Sesungguhnya debu yang baik adalah alat bersuci bagi seorang muslim meskipun ia
tidak menemukan air selama sepuluh tahun. Jika ia menemukannya maka hendaknya ia
menyentuhkannya pada kulitnya karena itu lebih baik baginya.” (HR. Abu Daud).

Jika orang tersebut menemukan air setelah selesai melaksanakan shalat maka
shalatnya sah dan tidak perlu mengulangnya. Begitu pula, jika ia menemukannya ketika
sudah masuk dalam shalat maka ia boleh menyempurnakan shalatnya itu. Tapi jika ia
membatalkannya lalu melaksanakan shalat dengan berwudhu maka itu lebih afdhal.

4. Mampu menggunakan air, seperti orang yang sembuh dari penyakitnya.

H. Debu yang Digunakan Untuk bertayamum

boleh bertayamum dengan menggunakan debu yang suci, dan segala sesuatu yang
termasuk jenis tanah, seperti kerikil, batu, dan kapu batu, sebagaimana firman Allah:”maka
bertayamumlah kamu dengan tenah yang baik(suci).”(QS. An-Nisa’ (4): 43). Semua ahli
bahasa sepakat bahwa yang dimaksud debu dalam ayat di atas adalah permukaan tanah secara
umum, baik berupa debu maupun jenis lainnya.

5
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Tayammum  adalah mengusap muka dan kedua tangan dengan debu yang suci pada
saat-saat tertentu, sebagai pengganti wudhu’ dan mandi dengan syarat dan rukun yang
tertentu. Dilarang bertayamum dengan tanah berlumpur, bernajis atau berbingkah. Pasir
halus, pecahan batu halus boleh dijadikan alat melakukan tayamum. Tayamum merupakan
cara untuk menghilangkan hadats sebagai pengganti wudhu dikarena ada sebab-sebab yang
memaksa. Orang tidak boleh melakukan tayammum selagi dirinya dan keadaannya masih
memungkinkan menemukan air. Tayamum hanya di khususkan pada peristiwa-peristiwa
kritis tidak ada air.
Orang yang melakukan tayamum lalu shalat, apabila air sudah tersedia maka ia tidak
wajib mengulang sholatnya. Namun untuk menghilangkan hadas, harus tetap mengutamakan
air daripada tayamum yang wajib hukumnya bila sudah tersedia. Tayamum untuk hadas
hanya bersifat sementara dan darurat hingga air sudah ada.
Tata cara bertayammum yang sesuai al-qur’an dan sunnah adalah: berniat kemudian
membaca basmalah, lalu meletakkan kedua tangan pada debu dan mengusap di wajah (muka)
sebanyak dua kali dan kembali meletakkan tangan pada debu dan mengusap tangan dari
ujung jari hingga ke siku dan mendahulukan tangan kanan kemudian tangan kiri.
Tayammum dianggap batal apabila menemukan air jika yang menyebabkan
bertayammum adalah karena tidak ada air, bagi yang bertayammum karena sakitnya yang
berbahaya jika menyentuh air maka tayammum dianggap batal jika sakitnya telah sembuh.
Kedua, yang membatalkan tayammum adalah jika keluar dari agama islam (murtad), serta
semua yang membatalkan wudhu juga dapat membatalkan tayammum.

6
DAFTAR PUSTAKA

Ust. Labib MZ, Kunci Ibadah, Surabaya : Bintang Usaha Jaya, 2008.
SyaikhMuhammadNashiruddinAl-Albani.
http://organisasi.org/pengertian-tayamum-cara-syarat-rukun-sebab-sunat-tayammum-wudhu-
dengan-debu-tanah. Diakses pada tanggal 18 September 2012.
http://salafivilla.blogspot.com/2009/06/hukum-seputar-tayammum.html. Diakses pada
tanggal18September 2012.
http://panduansholat.blogspot.com/2011/03/tayamum.html. Diakses pada tanggal 18
September 2012

Anda mungkin juga menyukai