Anda di halaman 1dari 21

TAFSIR AHKAM

PENAFSIRAN AYAT HAJI

DOSEN PENGAMPU : DR ISKANDAR,M,SY

OLEH :

PUTRI IRMA EFENDI PAMISE ( 2111211011 )

AINI MUSTAFIDA ( 2111211015 )

SURNI NASRUN ( 2111211010)

AINUNRIZA (2111211020 )

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODY SYARIAH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUPANG

2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji milik Allah SWT. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan pada Rasulullah SAW. Karena
berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Hukum adalah sebagai salah satu
alat memperjuangkan Hak Asasi Manusia, Di dalam penyusunan karya makalah ini, tidak sedikit kendala
yang kami kelompok 10 hadapi. Tetapi kami mengerti bahwa kelancaran didalam penyusunan makalah
tulis ini tidak lain berkat pertolongan, dorongan, serta tuntunan semua pihak, hingga kendala-kendala
yang penulis hadapi bisa diselesaikan.
Makalah ini disusun supaya pembaca bisa memperluas pengetahuan perihal permasalahan hukum
yang ada, khusunya bagi kaum muslimin. Yang di sajikan menurut pengamatan dari beragam sumber
informasi, referensi, serta berita.
Semoga makalah ini bisa memberikan wawasan yang lebih luas serta jadi sumbangan pemikiran
bagi para pembaca terutama para pejuang-pejuang Islam dalam menegakan syariat Islam. Kami sadar
bahwa makalah ini ada banyak kekurangan serta jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kebaikan kita semua kedepanya. Terima kasih atas
perhatinya, kebenaran datang dati Allah SWT, kesalahan datangnya dari setan. Mohon maaf bila banyak
kesalahan

I
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR………………………………………………………………………………………………
………I
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………………………………………
….….II

BAB I
PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………………
……….1
A.LATAR BELAKANG……….
………………………………………………………………………………………… 1
B.RUMUSAN
MASALAH………………………………………………………………………………………..…….2
C.TUJUAN…………………………………………………………………………………………………
……………….2

BAB II
PEMBAHASAN………………………………………………………………………………………..
…………3
A.TERJEMAHAN DAN ASBAB AL-NUZUL ( Q.s ALI-IMRAN 96-97 , AL-HAJ 27-29 , AL-
BAQARAH 196-197……………………………………………………………………………………..
…………3
B.PENAFSIRAN AYAT
HAJI…………………………………………………………………………………………8
C.KETENTUAN-KETENTUAN
HAJI……………………………………………………………………………..14
D.ISTIMBA HUKUM DALAM
HAJI………………………………………………………………………………17

BAB III
PENUTUP……………………………………………………………………………………………………
……19
A. KESIMPULAN…………………………………………………………………………………………
………………19
B. DAFTAR
PISTAKA…………………………………………………………………………………………………...2
1

II
III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Haji merupakan salah satu rukun dari rukun Islam yang ke lima. Hukumnya wajib satu kali
seumur hidup bagi seorang musim yang merdeka, baligh, berakal dan mampu.Kewajiban haji ditekankan
kepada orang-orang Islam yang memiliki kemampuan atau kesanggupan (istitha’ah) karena memang
tugas itu berat dan memerlukan biaya yang tidak murah. Bagi mereka yang bertempat tinggal jauh, tidak
ditolak penafsiran ulama tentang makna istitha’ah yang berarti sehat jasmani dan rohani, mampu
melaksanakan perjalanan, memiliki perbekalan yang cukup, aman di perjalanan, serta khususnya aman
pula di Tanah Suci. Ibadah haji berbeda dengan Ibadah lain, pengalaman spiritual lebih banyak dialami
dan dirasakan oleh individu yang melaksanakannya saja, sedangkan orang lain tidak. Maka dari itu,
kiranya patut dipertanyakan, apakah fenomena pelaksanaan haji saat ini, lebih berorientasi pada
keshalehan individu atau juga mencakup keshalehan sosial.

dalam menafsirkan Alquran. Munculnya karya-karya tafsir yang beraneka ragam, pada dasarnya
semuanya berkeinginan untuk memahami apa yang terdapat didalam Alquran agar dapat membimbing
dan menjawab permasalahan-permasalahan umat manusia dimuka bumi ini. Variasi tafsir tersebut
merupakan gambaran bahwa Alquran bagaikan intan yang dapat memancarkan cahayanya ke berbagai
sudut kehidupan.

Kupang , 09 oktober 2022

1
B. RUMUSAN MASALAH
 Mengetahui terjemahan dan asbab al-nuzul dari Q.s ali-imran 96-97 , al-
haj 27-29 , al-baqarah 196-197
 Mengathui penafsiran ayat di atas
 Mengetahui semua ketentuan-ketentuan haji
 Bagiamana istimba hukum dalam haji

C. TUJUAN
Guna memenuhi tugas yang di berikan adapun tujan dari oembuatan makalah ini adalah agar kami
dapat mengetahui dan memehami konsep dari asbab al-nuzul serta penafsiran dari ayat ayat haji ,
ketentuan-ketentuan haji , dan istimba hukum dalam haji

BAB II
PEMBAHASAN

A. TERJEMAHAN DAN ASBAB AL-NUZUL (Q.s ali-imran 96-97 , al-haj 27-29 , al-
baqarah 196-197

1. Q.s ali-imran

 ayat 96

‫اس لَلَّ ِذى بِبَ َّكةَ ُمبَا َر ًكا َوهُدًى لِّ ْل ٰ َعلَ ِمين‬
ِ َّ‫ض َع لِلن‬ ٍ ‫ِإ َّن َأ َّو َل بَ ْي‬
ِ ‫ت ُو‬

2
TERJEMAHAN :
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang
di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.

Asbab al-nuzul al-imran 96 :


Pertama, Perdebatan (jadal), yaitu perdebatan antara sesama umat Islam atau antara umat Islam dengan
orang-orang kafir. Misalnya perdebatan antara sahabat Nabi saw dengan orang yahudi yang menyebabkan
turunnya surah Ali Imran (3) ayat 96. Mujahid berkata; suatu ketika umat Islam dan Yahudi saling
membanggakan kiblat mereka. Orang Yahudi berkata, Baitul Maqdis lebih utama dari Ka’bah karena ke
sanalah tempat berhijrahnya para nabi dan ia terletak pada tanah suci. Umat Islam berkata pula,
Ka’bahlah yang paling mulia dan utama. Maka kemudian turun surah Ali Imran (3) ayat 96 tersebut,

 Ayat 97

ٰ ۢ
‫سبِياًل ۚ َو َمن‬ َ ‫ستَطَا َع ِإلَ ْي ِه‬ْ ‫ت َم ِن ٱ‬ ِ ‫فِي ِه َءا ٰيَتٌ بَيِّنَتٌ َّمقَا ُم ِإ ْب ٰ َر ِهي َم ۖ َو َمن د ََخلَهۥُ َكانَ َءا ِمنًا ۗ َوهَّلِل ِ َعلَى ٱلنَّا‬
ِ ‫س ِح ُّج ٱ ْلبَ ْي‬
َ‫َن ٱ ْل ٰ َعلَ ِمين‬
ِ ‫َكفَ َر فَِإنَّ ٱهَّلل َ َغنِ ٌّى ع‬

Artinya: Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa
memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap
Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari
(kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam

ASBAB AL-NUZUL AL-IMRAN 97 :

Diriwayatkan oleh Sa’id bin Mansur yang bersumber dari ‘Ikrimah: Bahwa ketika turun ayat 85 surat Ali-
Imran berkatalah kaum Yahudi: “Sebenarnya kami ini Muslimin”. Bersabdalah Nabi Saw kepada mereka:
“Allah telah mewajibkan kaum Muslimin naik Haji ke Baitullah”. Mereka berkata: “Tidak diwajibkan
kepada kami”. Mereka menolak menjalankan ibadah haji. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Ali-Imran :
97) yang menegaskan kewajiban seorang muslim, sedang yang menolak melaksanakannya adalah kafir”.

2. Q.s al-hajj

 Ayat 27 :

ُّ ‫ي ِللطَّاِئفِينَ َوا ْلقَاِئ ِمينَ َو‬mَ ِ‫ش ْيًئا َوطَ ِّه ْر بَ ْيت‬
‫الر َّك ِع‬ َ ‫ش ِركْ بِي‬ ِ ‫َوِإ ْذ بَ َّوْأنَا ِإِل ْب َرا ِهي َم َم َكانَ ا ْلبَ ْي‬
ْ ُ‫ت َأن اَّل ت‬
‫س ُجود‬
ُّ ‫ال‬

Terjemahan :

Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan
kaki, atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh.
Asbab al-nuzul :

3
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Mujahid bahwa dahulu mereka tidak berkendaraan. Maka Allah
menurunkan ayat ini. Memerintahkan mereka membawa bekal serta membolehkan mereka naik
kendaraan dan membawa barang dagangan.
 ayat 28

َ ِ‫ضا ِم ٍر يَْأت‬
ٍ ‫ين ِمن ُك ِّل فَ ٍّج َع ِم‬
‫يق‬ َ ‫س بِا ْل َح ِّج يَْأتُو َك ِر َجااًل َو َعلَ ٰى ُك ِّل‬ِ ‫َوَأ ِّذن فِي النَّا‬
َ ِ‫ضا ِم ٍر يَْأت‬
ٍ ‫ين ِمن ُك ِّل فَ ٍّج َع ِم‬
‫يق‬ َ ‫س بِا ْل َح ِّج يَْأتُو َك ِر َجااًل َو َعلَ ٰى ُك ِّل‬ِ ‫َوَأ ِّذن فِي النَّا‬
Terjemahan :
Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan agar mere-ka
menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rezeki yang
diberikan Dia kepada mereka berupa hewan ternak. Maka makanlah sebagian darinya
dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir

 Ayat 29

ِ ِ‫ت ا ْل َعت‬
‫يق‬ َ ‫ضوا تَفَثَ ُه ْم َو ْليُوفُوا نُ ُذ‬
ِ ‫ور ُه ْم َو ْليَطَّ َّوفُوا بِا ْلبَ ْي‬ ُ ‫ثُ َّم ْليَ ْق‬
Terjemahan 29 :
Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran (yang ada di badan) mereka, menyempurnakan
nazar-nazar mereka dan melakukan tawaf sekeliling rumah tua (Baitullah).
Asbab-nuzul
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Juraij bahwa dahulu orang-orang jahiliah mengolesi Ka’bah
dengan daging dan darah unta. Maka para sahabat Nabi Muhammad saw. pun berkata, “Kita lebih layak
untuk mengolesinya.” Maka Allah menurunkan ayat, “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali
tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya

3. Al-baqarah

 Ayat 196
‫ى َم ِحلَّ ۥهُ ۚ فَ َمن َكانَ ِمن ُكم‬ ُ ‫س ُك ْم َحت َّٰى يَ ْبلُ َغ ٱ ْل َه ْد‬
َ ‫وا ُر ُءو‬ ۟ ُ‫ْى ۖ َواَل ت َْحلِق‬ ِ ‫س َر ِمنَ ٱ ْل َهد‬ ِ ‫وا ٱ ْل َح َّج َوٱ ْل ُع ْم َرةَ هَّلِل ِ ۚ فَِإنْ ُأ ْح‬
ْ ‫ص ْرتُ ْم فَ َما ٱ‬
َ ‫ستَ ْي‬ ۟ ‫َوَأتِ ُّم‬
ۚ ‫ْى‬ِ ‫س َر ِمنَ ٱ ْل َهد‬ َ ‫ستَ ْي‬ْ ‫س ٍك ۚ فَِإ َذٓا َأ ِمنتُ ْم فَ َمن تَ َمتَّ َع بِٱ ْل ُع ْم َر ِة ِإلَى ٱ ْل َح ِّج فَ َما ٱ‬ُ ُ‫ص َدقَ ٍة َأ ْو ن‬ َ ‫صيَ ٍام َأ ْو‬
ِ ‫س ِۦه فَفِ ْديَةٌ ِّمن‬ ِ ‫ضا َأ ْو بِ ِٓۦه َأ ًذى ِّمن َّرْأ‬ ً ‫َّم ِري‬
‫َأ‬ َ ٰ ٌ َ ‫َأ‬ َ ٰ َ
ْ
ۚ ‫س ِج ِد ٱل َح َر ِام‬ ْ
ْ ‫ض ِرى ٱل َم‬ ُ ُ َّ
ِ ‫ش َرة كا ِملة ۗ ذلِ َك لِ َمن ل ْم يَكنْ ْهل ۥهُ َحا‬ َ َ ٌ ْ ُ
َ ‫س ْب َع ٍة ِإذا َر َج ْعت ْم ۗ تِل َك َع‬ ْ َ
َ ‫صيَا ُم ثلث ِة يَّ ٍام فِى ٱل َح ِّج َو‬ ِ ‫فَ َمن ل ْم يَ ِج ْد ف‬
َ َّ
ِ ‫ش ِدي ُد ٱ ْل ِعقَا‬
‫ب‬ ۟ ۟
َ َ ‫َوٱتَّقُوا ٱهَّلل َ َوٱ ْعلَ ُم ٓوا َأنَّ ٱهَّلل‬

4
Artinya:
Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah. Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh
atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur
kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit atau ada
gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfid-yah, yaitu: berpuasa atau
bersedekah atau berkorban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan
'umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. Tetapi
jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa
haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna.
Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar)
Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). Dan bertakwalah kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.
Asbab al-nuzul :

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Shafwan bin Umayyah. Seorang laki-laki berjubah yang
semerbak dengan minyak za’faran menghadap kepada Nabi SAW dan berkata. “Ya Rasulullah, apa yang
harus saya lakukan dalam menunaikan umrah?” Maka turunlah “Wa atimmulhajja wal ‘umrata lillah.”
Rasulullah bersabda: “Mana orang yang tadi bertanya tentang umrah itu?” Orang itu menjawab: “Saya ya
Rasulullah.” Selanjutnya Rasulullah SAW bersabda. “Tanggalkan bajumu, bersihkan hidung dan
mandilah dengan sempurna, kemudian kerjakan apa yang biasa kau kerjakan pada waktu haji.”
Diriwayatkan oleh al-Bukhari yang bersumber dari Ka’b bin ‘Ujrah. Ketika sedang melakukan
umrah, saya merasa kepayahan, karena di rambut dan di muka saya bertebaran kutu. Ketika itu Rasulullah
SAW melihat aku kepayahan karena penyakit pada rambutku itu. Maka turunlah “fafidyatum min
shiyamin aw shadaqatin aw nusuk” khusus tentang aku dan berlaku bagi semua. Rasulullah bersabda:
“Apakah kamu punya biri-biri untuk fidyah?” Aku menjawab bahwa aku tidak memilikinya. Rasulullah
SAW bersabda: “Berpuasalah kamu tiga hari, atau beri makanlah enam orang miskin. Tiap orang
setengah sha’ makanan, dan bercukurlah kamu Diriwayatkan oleh Ahmad dari Ka’b. ketika Rasulullah
SAW beserta shahabat berada di Hudaibiyah sedang berihram, kaum musyrikin melarang mereka
meneruskan umrah. Salah seorang shahabat, yaitu Ka’b bin Ujrah, kepalanya penuh kutu hingga
bertebaran ke mukanya. Ketika itu Rasulullah SAW lewat di hadapannya dan melihat Ka’b bin ‘Ujrah
kepayahan. lalu Rasulullah SAW bersabda: “Apakah kutu-kutu itu mengganggu?” Rasulullah menyuruh
agar orang itu bercukur dan membayar fidyah. Diriwayatkan oleh al-Wahidi dari ‘Atha dari Ibnu Abbas.
Ketika Rasulullah SAW dan para shahabat berhenti di Hudaibiahdatanglah Ka’ab bin ‘Ujrah yang di
kepala dan mukanya bertebaran kutu karena banyaknya. Ia berkata: “Ya Rasulullah, kutukutu ini sangat
menyakitkanku.” Maka turunlah ayat ini.

 Ayat 197

‫ث َواَل‬ َ ‫ض ِفي ِْهنَّ ْال َح َّج َفاَل َر َف‬ َ ‫ت ۚ َف َمنْ َف َر‬ 5ٌ ‫اَ ْل َح ُّج اَ ْش ُه ٌر مَّعْ لُ ْو ٰم‬
ۗ ُ ‫فُس ُْو َق َواَل ِجدَا َل ِفى ْال َح ِّج ۗ َو َما َت ْف َعلُ ْوا ِمنْ َخي ٍْر يَّعْ َل ْم ُه هّٰللا‬
ِ ‫الزا ِد ال َّت ْق ٰو ۖى َوا َّتقُ ْو ِن ٰ ٓياُولِى ااْل َ ْل َبا‬
‫ب‬ َّ ‫َو َت َزوَّ ُد ْوا َفاِنَّ َخي َْر‬

5
TERJEMAHAN : (Musim) haji itu (pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi. Barangsiapa mengerjakan
(ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, maka janganlah dia berkata jorok (rafats), berbuat maksiat dan
bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji. Segala yang baik yang kamu kerjakan, Allah mengetahuinya.
Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai
orang-orang yang mempunyai akal sehat

Asbab al-nuzul :

Al-Bukhari dan yang lainnya meriwayatkan dari ibnu abbas, dia berkata, “orang yaman selalumenunaikan
haji tanpa membawa bekal. Dan mereka berkata, ‘kami bertawakkal kepada Allah’. Maka turunlah ayat
ini.

B. PENAFSIRAN AYAT

1. Q.s ali-imran 96-97

‫س لَلَّ ِذى بِبَ َّكةَ ُمبَا َر ًكا َو ُهدًى لِّ ْل ٰ َعلَ ِمين‬
ِ ‫ض َع لِلنَّا‬ ٍ ‫ِإنَّ َأ َّو َل بَ ْي‬
ِ ‫ت ُو‬

96

 TERJEMAHAN 96 :
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang
di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.

 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia :

Sesungguhnya rumah pertama yang dibangun untuk peribadahan kepada Allah di muka bumi ialah
Baitullah Al- Haram yang berada di Makkah. Rumah ini rumah penuh berkah, di mana kebaikan
dilipatgandakan di dalamnya dan limpahan rahmat turun di sana. Dan dalam menghadap kepadanya
ketika shalat dan mendatanginya untuk pelaksanaan haji dan umrah terdapat kebaikan dan hidayah bagi
manusia seseluruhnya.

ٰ ۢ
‫سبِياًل ۚ َو َمن‬ َ ‫ستَطَا َع ِإلَ ْي ِه‬ْ ‫ت َم ِن ٱ‬ ِ ‫فِي ِه َءا ٰيَتٌ بَيِّنَتٌ َّمقَا ُم ِإ ْب ٰ َر ِهي َم ۖ َو َمن د ََخلَهۥُ َكانَ َءا ِمنًا ۗ َوهَّلِل ِ َعلَى ٱلنَّا‬
ِ ‫س ِح ُّج ٱ ْلبَ ْي‬
َ‫َن ٱ ْل ٰ َعلَ ِمين‬
ِ ‫َكفَ َر فَِإنَّ ٱهَّلل َ َغنِ ٌّى ع‬
97
Artinya: Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa
memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap
Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari
(kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam

6
 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia :
Dan pada Baitullah ini terdapat bukti-bukti nyata bahwa ia dibangun oleh tangan Ibrahim dan
sesungguhnya Allah telah mengagungkan dan memuliakannya. Di antaranya adalah maqam Ibrahim,
yaitu batu yang Ibrahim berdiri di atasnya ketika dia dan putranya, Ismail, meninggikan fondasi-fondasi
Baitullah. Siapa saja yang memasuki Baitullah ini, maka dia akan merasa aman terhadap jiwanya, tidak
ada seorangpun yang berbuat buruk kepadanya. Dan sesungguhnya Allah telah mewajibkan atas orang
yang mampu dari kalangan manusia di mana pun berada untuk mendatangi Baitullah ini untuk
melaksanakan manasik haji. Dan barangsiapa mengingkari kewajiban haji, maka sungguh dia telah kafir.
Dan Allah Maha kaya tidak membutuhkannya, haji dan amal perbuatannya dan juga dari seluruh
makhlukNya.

2. Q.s al-haj 27-29

ُّ ‫ي ِللطَّاِئفِينَ َوا ْلقَاِئ ِمينَ َو‬mَ ِ‫ش ْيًئا َوطَ ِّه ْر بَ ْيت‬
‫الر َّك ِع‬ َ ‫ش ِركْ بِي‬ ِ ‫َوِإ ْذ بَ َّوْأنَا ِإِل ْب َرا ِهي َم َم َكانَ ا ْلبَ ْي‬
ْ ُ‫ت َأن اَّل ت‬
‫س ُجود‬
ُّ ‫ال‬

 Terjemahan 27 :

Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan
kaki, atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh.

 Tafsiran :

(Dan) ingatlah (ketika Kami jelaskan) Kami terangkan (kepada Ibrahim tempat Baitullah) supaya ia
membangunnya kembali karena Baitullah itu telah diangkat sejak zaman banjir besar yakni zamannya
Nabi Nuh, kemudian Kami perintahkan kepada Ibrahim, ("Janganlah kamu menyekutukan Aku dengan
sesuatu pun dan sucikanlah rumah-Ku ini) dari berhala-berhala (bagi orang-orang yang tawaf dan orang-
orang yang bermukim)yakni orang-orang yang tinggal di sekitarnya (dan orang-orang yang rukuk dan
sujud") Rukka'is-sujuud adalah bentuk jamak dari kata Raaki 'iin dan Saajidin, maksudnya adalah orang-
orang yang salh.

َ ِ‫ضا ِم ٍر يَْأت‬
ٍ ‫ين ِمن ُك ِّل فَ ٍّج َع ِم‬
‫يق‬ َ ‫س بِا ْل َح ِّج يَْأتُو َك ِر َجااًل َو َعلَ ٰى ُك ِّل‬ِ ‫َوَأ ِّذن فِي النَّا‬
َ ِ‫ضا ِم ٍر يَْأت‬
ٍ ‫ين ِمن ُك ِّل فَ ٍّج َع ِم‬
‫يق‬ َ ‫س بِا ْل َح ِّج يَْأتُو َك ِر َجااًل َو َعلَ ٰى ُك ِّل‬ِ ‫َوَأ ِّذن فِي النَّا‬
Terjemahan :
Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan agar mere-ka
menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rezeki yang

7
diberikan Dia kepada mereka berupa hewan ternak. Maka makanlah sebagian darinya
dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir

 Tafsiran :
(Dan berserulah) serukanlah (kepada manusia untuk mengerjakan haji) kemudian Nabi Ibrahim naik ke
puncak bukit Abu Qubais, lalu ia berseru, "Hai manusia! Sesungguhnya Rabb kalian telah membangun
Baitullah dan Dia telah mewajibkan kalian untuk melakukan haji, maka sambutlah seruan Rabb kalian
ini". Lalu Nabi Ibrahim menolehkan wajahnya ke kanan dan ke kiri serta ke arah Timur dan ke arah
Barat. Maka menjawablah semua orang yang telah ditentukan baginya dapat berhaji dari tulang-tulang
sulbi kaum lelaki dan rahim-rahim kaum wanita, seraya mengatakan, "Labbaik allaahumma Labbaika",
artinya: Ya Allah, kami penuhi panggilan-Mu, Ya Allah, kami penuhi panggilan-Mu. Sedangkan Jawab
dari Amar yang di muka tadi ialah (niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki) lafal
Rijaalan adalah bentuk jamak dari lafal Raajilun, wazannya sama dengan lafal Qaaimun yang bentuk
jamaknya adalah Qiyaamun; artinya berjalan kaki (dan) dengan berkendaraan(dengan menaiki unta yang
kurus) karena lamanya perjalanan; lafal Dhamirin dapat ditujukan kepada jenis jantan dan betina (mereka
datang) yakni unta-unta kurus itu yang dimaksud adalah orang-orang yang mengendarainya (dari segenap
penjuru yang jauh) dari daerah yang perjalanannya sangat jauh

ِ ِ‫ت ا ْل َعت‬
‫يق‬ َ ‫ضوا تَفَثَ ُه ْم َو ْليُوفُوا نُ ُذ‬
ِ ‫ور ُه ْم َو ْليَطَّ َّوفُوا بِا ْلبَ ْي‬ ُ ‫ثُ َّم ْليَ ْق‬
 Terjemahan 29 :
Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran (yang ada di badan) mereka, menyempurnakan
nazar-nazar mereka dan melakukan tawaf sekeliling rumah tua (Baitullah).
 Tafsiran:
(Kemudian hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka) maksudnya
hendaklah mereka merapihkan ketidakrapihan diri mereka seperti memotong rambut dan kuku yang
panjang (dan hendaklah mereka menunaikan) dapat dibaca Walyuufuu dan Walyuwaffuu (nazar-nazar
mereka) dengan menyembelih hewan ternak sebagai hewan kurban (dan hendaklah mereka melakukan
tawaf) tawaf ifadah (sekeliling rumah yang tua itu) yakni rumah kuno, karena ia adalah rumah pertama
yang dibuat untuk ibadah manusia.

3. Q.s al-baqarah 196-197


‫ى َم ِحلَّ ۥهُ ۚ فَ َمن َكانَ ِمن ُكم‬ ُ ‫س ُك ْم َحت َّٰى يَ ْبلُ َغ ٱ ْل َه ْد‬َ ‫وا ُر ُءو‬ ۟ ُ‫ْى ۖ َواَل ت َْحلِق‬ ِ ‫س َر ِمنَ ٱ ْل َهد‬ ْ ‫ص ْرتُ ْم فَ َما ٱ‬
َ ‫ستَ ْي‬ ۟ ‫َوَأتِ ُّم‬
ِ ‫وا ٱ ْل َح َّج َوٱ ْل ُع ْم َرةَ هَّلِل ِ ۚ فَِإنْ ُأ ْح‬
ۚ ‫ْى‬ِ ‫س َر ِمنَ ٱ ْل َهد‬ َ ‫ستَ ْي‬ْ ‫س ٍك ۚ فَِإ َذٓا َأ ِمنتُ ْم فَ َمن تَ َمتَّ َع بِٱ ْل ُع ْم َر ِة ِإلَى ٱ ْل َح ِّج فَ َما ٱ‬
ُ ُ‫ص َدقَ ٍة َأ ْو ن‬ َ ‫صيَ ٍام َأ ْو‬
ِ ‫س ِۦه فَفِ ْديَةٌ ِّمن‬ ِ ‫ضا َأ ْو ِب ِٓۦه َأ ًذى ِّمن َّرْأ‬ ً ‫َّم ِري‬
‫َأ‬ َ ٰ ٌ َ ‫َأ‬ ٰ
ۚ ‫س ِج ِد ٱ ْل َح َر ِام‬
ْ ‫ض ِرى ٱ ْل َم‬ ِ ‫ش َرةٌ َكا ِملَة ۗ ذلِ َك لِ َمن لَّ ْم يَ ُكنْ ْهلُ ۥهُ َحا‬ َ ‫صيَا ُم ثَلَثَ ِة يَّ ٍام فِى ٱ ْل َح ِّج َو‬
َ ‫س ْب َع ٍة ِإذا َر َج ْعتُ ْم ۗ تِ ْل َك َع‬ ِ َ‫فَ َمن لَّ ْم يَ ِج ْد ف‬
ْ
ِ ‫ش ِدي ُد ٱل ِعقَا‬
‫ب‬ ‫هَّلل‬ ‫َأ‬ ۟ َ ‫هَّلل‬
َ َ ‫َوٱتَّقوا ٱ َ َوٱ ْعل ُم ٓوا نَّ ٱ‬ ۟ ُ

196

8
 Artinya:
Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah. Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh
atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur
kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit atau ada
gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfid-yah, yaitu: berpuasa atau
bersedekah atau berkorban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan
'umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. Tetapi
jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa
haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna.
Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar)
Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). Dan bertakwalah kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.
 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh :
Dan laksanakanlah ibadah haji dan umrah dengan sempurna, murni karena mengharap wajah Allah.
Apabila ada sesuatu penghambat yang menghalangi kalian untuk menyempurnakannya, setelah masuk
keadaan ihram dengan keduanya, seperti adanya musuh dan menjadi sakit, maka kewajiban kalian adalah
menyembelih sembelihan yang mudah kalian dapatkan seperti unta, sapi, atau kambing, guna
mendekatkan diri  kepada Allah. Supaya kalian dapat keluar dari kondisi ihram kalian dengan
menggunduli rambut kepala atau memendekannya saja.

Dan janganlah kalian menggunduli rambut kepala kalian ketika kalian mengalami hambatan ( untuk
meneruskan manasik nya ) hingga orang-orang yang mengalami hambatan itu menyembelih hewan hadyu
nya di tempat dia terhalang halangi oleh faktor itu. Kemudian dian menjadi dalam keadaan halal kembali
dari ihromnya, sebagaimana nabi menyembelih unta nya di hudaybiyah, dengan menggundul rambut
kepalanya. sedang orang yang tidak mengalami hambatan di jalan, dia tidak menyembelih hewan
hadyunya, kecuali di wilayah tanah haram( kota suci) yang menjadi tempat halalnya pada hari raya,
tanggal 10 dan hari-hari tasyrik setelahnya.

Maka barangsiapa dari kalian mengalami sakit atau pada dirinya terdapat gangguan pada kepalanya yang
membuatnya perlu menggunduli kepalanya, sedang dia dalam keadaan ihram, maka Ia boleh
menggundulnya, dan wajib bayar fidyah, dengan cara berpuasa 3 hari, atau bersedekah kepada 6 orang
miskin, untuk masing-masing orang miskin setengah sha dari makanan, atau menyembelih satu kambing
untuk dibagikan kepada kaum fakir miskin di tanah haram.

Dan apabila kalian berada dalam kondisi sehat wal afiat dan aman tentram, maka barangsiapa hendak
mengerjakan nusuk tamattu dengan umroh dahulu sebelum ibadah haji ( pada bulan-bulan haji ) , yaitu
dengan diperbolehkannya perkara-perkara yang terlarang bagi dirinya karena memasuki kondisi ihrom
pasca umrohnya selesai, maka menjadi kewajibannya untuk menyembelih hewan hadyu. barang siapa
tidak mendapatkan hewan hadyu yang disembelihnya, maka dia wajib berpuasa 3 hari di bulan bulan haji
dan 7 hari ketika kalian selesai dari sebuah manasik haji dan kalian telah kembali kepada keluarga kalian.
Itu adalah 10 hari yang sempurna yang harus dilalui dengan berpuasa.

9
‫ث َواَل‬ َ ‫ض ِفي ِْهنَّ ْال َح َّج َفاَل َر َف‬ َ ‫ت ۚ َف َمنْ َف َر‬ 5ٌ ‫اَ ْل َح ُّج اَ ْش ُه ٌر مَّعْ لُ ْو ٰم‬
ۗ ُ ‫فُس ُْو َق َواَل ِجدَا َل ِفى ْال َح ِّج ۗ َو َما َت ْف َعلُ ْوا ِمنْ َخي ٍْر يَّعْ َل ْم ُه هّٰللا‬
ِ ‫الزا ِد ال َّت ْق ٰو ۖى َوا َّتقُ ْو ِن ٰ ٓياُولِى ااْل َ ْل َبا‬
‫ب‬ َّ ‫َو َت َزوَّ ُد ْوا َفاِنَّ َخي َْر‬
197

TERJEMAHAN : (Musim) haji itu (pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi. Barangsiapa mengerjakan
(ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, maka janganlah dia berkata jorok (rafats), berbuat maksiat dan
bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji. Segala yang baik yang kamu kerjakan, Allah mengetahuinya.
Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai
orang-orang yang mempunyai akal sehat

Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia:


Tidak ada dosa atas diri kalian untuk mencari rezeki dari Tuhan kalian dengan mengambil keuntungan
dari perniagaan pada hari-hari haji. apabila kalian telah bertolak setelah terbenamnya matahari
meninggalkan Arafah, yaitu tempat yang menjadi tempat Wukuf bagi jemaah haji pada tanggal sembilan
Dzulhijjah, maka ingatlah Allah dengan Bertasbih, talbiah, dan berdoa di sisi masy'aril haram (di
Muzdalifah). dan sebutlah Allah dengan cara benar yang dituntunkan Allah bagi kalian kepadanya. dan
sesungguhnya dia dahulu sebelum berada di dalam kesesatan, sehingga tidak mengenal kebenaran

C. KETENTUAN-KETENTUAN HAJI

Ibadah Haji merupakan rukun Islam yang ke-5. Ibadah ini wajib hukumnya bagi orang
Islam yang mampu melaksanakannya.
Dalil tentang kewajiban haji juga dijelaskan dalam Al Quran dan hadits Nabi
Muhammad SAW. Allah SWT berfirman dalam Al Qur'an Surat Ali 'Imran ayat 97
sebagai berikut:

ٌّ‫اع ِإلَ ْي ِه َس ِبياًل ۚ َو َمن َك َف َر َفِإنَّ ٱهَّلل َ َغنِى‬


َ ‫ت َم ِن ٱسْ َت َط‬ ِ ‫ان َءا ِم ًنا ۗ َوهَّلِل ِ َع َلى ٱل َّن‬
ِ ‫اس ِح ُّج ْٱل َب ْي‬ َ ‫ت َّم َقا ُم ِإب ٰ َْرهِي َم ۖ َو َمن َد َخ َلهُۥ َك‬ ٌ ۢ ‫فِي ِه َءا ٰ َي‬
ٌ ‫ت َب ِّي ٰ َن‬
َ ‫َع ِن ْٱل ٰ َعلَم‬
‫ِين‬
Artinya:"Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim;
barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji
adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka
sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam."

Dalam hadits nabi SAW yang diriwayatkan dalam HR. Ahmad, Muslim, dan Nasa'i,
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda: "Wahai sekalian manusia, sungguh
Allah telah mewajibkan kepada kamu untuk mengerjakan ibadah haji, maka hendaklah

10
kamu kerjakan." Seorang sahabat bertanya, "Apakah setiap tahun wahai Rasulullah?"
Beliau diam tidak menjawab dan bertanya mengulanginya sampai tiga kali. Rasulullah
SAW kemudian bersabda, "Kalau saja jawab 'ya' sudah tentu menjadi wajib (tiap-tiap
tahun), dan kamu tidak akan mampu melaksanakannya, biarkan saja apa yang saya
tinggalkan (jangan ditanyakan sesuatu yang tidak disebutkan)." (HR. Ahmad, Muslim
dan Nasa'i)

Dari dalil di atas dapat diketahui bahwasannya ibadah ini menjadi wajib bagi orang yang
mampu. Adapun mampu menjadi salah satu syarat wajib haji.

4 Perbedaan Haji dan Umroh Lengkap dengan Dalilnya


Syarat Wajib Haji

Dikutip dari buku Fikih Tsanawiyah oleh Zainal Muttaqin, MA dan Drs. Amir Abyan, MA,
syarat haji terdiri dari syarat wajib haji dan syarat sah haji. Adapun yang termasuk
syarat wajib sebagai berikut:

1. Islam
2. Baligh
3. Berakal
4. Merdeka
5. Mampu (Istitha'ah)

Pada syarat kelima, yang dimaksud dengan mampu meliputi 6 hal antara lain sebagai
berikut,

1. Memiliki biaya untuk pergi ke Mekah dan kembali. Biaya ini seringkali disebut dengan
Ongkos Naik Haji (ONH)

2. Ada kendaraan, baik milik pribadi maupun pemerintah atau swasta. Syarat ini berlaku
bagi orang yang bertempat tinggal jauh dari Mekah

3. Aman selama dalam perjalanan, baik saat pergi maupun pulang

4. Khusus untuk wanita harus mempunyai mahram, bisa juga dengan suaminya atau
dengan sesama wanita lain yang dipercayainya

5. Sehat jasmani dan rohani

6. Memiliki pengetahuan tentang peraturan dan hukum haji


Syarat Sah Haji

Sementara itu, syarat sah haji terdiri dari 4 hal, antara lain sebagai berikut:

11
Ads by
Ads by

1. Islam
2. Baligh
3. Berakal
4. Merdeka

Rukun Haji

Rukun haji merupakan bagian dari pelaksanaan dalam ibadah haji yang harus
dilakukan selama menunaikannya. Apabila salah satu rukun haji tidak terpenuhi maka
hajinya dianggap tidak sah dan wajib mengulangi pada tahun berikutnya.

Masih dalam buku yang sama, terdapat enam rukun haji yang wajib dipenuhi. Antara
lain sebagai berikut:

1. Ihram

Ihram merupakan niat mengerjakan haji dengan pakaian ihram dan meninggalkan
semua yang dilarang dalam haji. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam hadits
yang diriwayatkan oleh Bukhari,

"Sesungguhnya segala amal ibadah hanya sah apabila dengan niat." (HR. Bukhari)

2. Wuquf di Padang Arafah

Wuquf artinya berhenti di Padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah. Di mulai dari waktu
zuhur sampai terbit fajar tanggal 10 Dzulhijjah. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW
dalam hadits yang diriwayatkan oleh Lima Ahli Hadits,

"Haji itu adalah Arafah. Siapa saja yang datang pada malam tanggal 10 sebelum terbit
fajar, maka sesungguhnya ia telah mendapat haji yang sah." (HR. Lima Ahli Hadits)

3. Tawaf Ifadah

Mengelilingi Ka'bah (Baitul Atiq) sebanyak tujuh kali keliling dimulai dari Hajar Aswad.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Al-Hajj ayat 29 yang artinya,

"Dan melakukan tawaf sekeliling rumah tua (Baitullah)," (Q.S Al-Hajj: 29)

4. Sa'i

12
Sai'i yaitu berlari-lari kecil antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Tiap satu
kali perjalanan dari Shafa ke Marwah dihitung satu kali, begitu sebaliknya. Sa'i diakhiri
di bukit Marwah. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam hadits Imam Ahmad,

"Telah diwajibkan atas kamu sekalian berlari-lari kecil, maka bersa'ilah kamu." (HR.
Imam Ahmad)

5. Tahallul

Tahallul yaitu mencukur atau menggunting rambut kepala paling sedikit tiga helai
rambut. Tahallul terdiri dari dua macam, yaitu tahallul awwal dan tahallul tsani.

Tahallul awwal adalah seseorang yang telah mengerjakan dua di antara tiga hal yakni
melempar jumrah aqabah, mencukur, dan tawaf ifadah. Di sini telah diperbolehkan
untuk meninggalkan pakaian ihram termasuk memakai wangi-wanginan, namun masih
dilarang bersenggama dengan suami istri.

Sementara itu, tahallul tsani merupakan seseorang yang telah mengerjakan ketiga
yakni melempar jumrah aqabah, mencukur, dan tawaf ifadah. Di sini orang sudah
diperbolehkan melakukan hal yang dilarang selama ibadah haji termasuk halal baginya
untuk bersenggama.

6. Tertib

Tertib artinya menjalankan ibadah haji secara berurutan sebagaimana dalam rukun haji.

Itulah syarat wajib haji beserta syarat sah dan rukun berdasarkan syariat.

D . ISTIMBAD HUKUM

.ekarang kita telah memiliki landasan teori yang kuat, serta prinsip-prinsip sistem ekonomi islam yang
mantap. Namun, dua hal ini belum cukup karena teori dan sistem menuntut adanya manusia yang
menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam teori dan sistem tersebut. Dengan kata lain, harus ada
manusia yang berperilaku, berakhlak secara professional (ihsan, itqan) dalam bidang tertentu yakni
ekonomi. Baik dia berada pada posisi produsen, konsumen, pengusaha, karyawan atau sebagai pejabat
pemerintah sekaligus. Karena teori yang unggul dan sistem ekonomi yang sesuai syariah sama sekali
bukan merupakan jaminan bahwa perekonomian umat islam akan otomatis maju. Sistem ekonomi islam
hanya memastikan bahwa tidak ada transaksi ekonomi yang bertentangan dengan syariah. Tetapi chimera
bisnis tergantung pada man behind the gun-nya. Karena itu pelaku ekonomi dalam kerangka ini dapat saja
dipegang oleh umat non-muslim. Perekonomian umat islam baru dapat maju bila pola pikir dan pola laku
muslimin dan muslimat sudah itqan (tekun) dan ihsan (professional). Berdasarkan pada hal itu penulis

13
tertarik untuk mengungkapkan sebuah realitas sosial yang terjadi pada sistem atau program dari
perbankan syari’ah tentang adanya pembayaran ujroh dana talanagan haji, maka penulis mengangkat
persoalan yang sudah terjadi dikalangan umat islam tersebut sebagai imbas dari terjadinya sistim antrian
masa tunggu pemberangkatan haji dari Kementrian Agama  yang hampir 15 tahun, sehingga anak yang
baru berumur 15 tahun sudah harus ikut daftar haji agar nanti berangkat dia genap berusia 30 tahun.
Adapun orang dewasa yang sudah berumur 40 tahun ketika dia mendaftarkan masa tunggu haji, maka dia
berangkat haji dipastikan berumur 55 tahun dengan berbagai macam resiko yang diterima terutama
kesehatannya. Berkaitan dengan itu maka pihak perbankan syari’ah membuat program dana talangan haji
bagi setiap orang muslim yang ingin menunaikan haji, pihak bank membayarkan kepada pihak
Kementrian Agama sejumlah uang  atas nama perorangan yang ikut program aqad dana talangan haji
tersebut untuk mendapatkan kuota haji, sedangkan bagi orang tersebut melunasi hutangnya  dengan cara
di angsur tiap bulan sampai batas yang di tentukan oleh kedua belah pihak bersama dengan membayar
ujroh kepada pihak bank senilai  10 % pertahun yang harus dibayarkan diawal bulan, pembayaran ujroh
itu tidak akan terhenti selama orang tersebut belum melunasi hutangnya kepada bank. Menurut analisa
istibath hukum dana talangan haji adalah berhukum boleh sesuai dengan akad yang di sepakati oleh kedua
belah pihak ( antara perbankan syari’ah dengan calon jama’ah haji untuk mendapatkan porsi
pemberangkatan haji). Adapun akad yang dipakai oleh perbankan adalah dengan menggunakan akad
Kafalah bil Ujroh, yaitu akad penjaminan pelunasan porsi haji kepada kantor Kemenag RI sebagai
instansi penyelenggaraan pemberangkatan haji ( selaku pihak ketiga) untuk memenuhi kewajiban calon
jama’ah haji dalam mendapatkan porsi pemberangkatan haji ( selaku pihak kedua), maka atas
kesepakatan akad inilah maka pihak perbankan syari’ah boleh menerima biaya (ujroh) dari pihak calon
jama’ah haji.

BAB III
PENUTUP

A . KESIMPULAN

QS al-Baqarah/02:197,
ْ ُ‫ق َواَل ِجدَا َل فِي ۡٱل َح ۗجِّ َو َما ت َۡف َعل‬
ْ ‫ َز َّود‬yَ‫ هُ ٱهَّلل ۗ ُ َوت‬yۡ‫ ٖر يَ ۡعلَم‬y‫وا ِم ۡن َخ ۡي‬
‫ َّزا ِد‬y‫ َر ٱل‬y‫ِإ َّن خَ ۡي‬yَ‫ُوا ف‬ َ ‫ث َواَل فُسُو‬ َ ‫ۚت فَ َمن فَ َر‬ٞ ‫ُر َّم ۡعلُو ٰ َم‬ٞ ‫ۡٱل َحجُّ َأ ۡشه‬
َ َ‫ض فِي ِه َّن ۡٱل َح َّج فَاَل َرف‬
ۖ
ِ َ‫ٱلتَّ ۡق َو ٰى َوٱتَّقُو ِن ٰيَُٓأوْ لِي ٱَأۡل ۡل ٰب‬
‫ب‬

14
Haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, maka barangsiapa yang mewajibkan (atas dirinya) untuk
berhaji di dalamnya (bulan-bulan itu), maka tidak ada rafats (bercampur dengan isteri, cumbu-rayu, dan
berkata cabul), tidak ada kefasikan (berucap atau berbuat sesuatu yang melanggar norma-norma susila
dan agama) dan tidak ada bantah-bantahan di dalam haji. Dan apa pun yang kamu kerjakan berupa
kebaikan, (pasti) Allah mengetahuinya. Berbekallah kamu! Maka, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah
takwa, dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal bersih, murni, dan cerah!

QS Ali ’Imran/3:96-97,

ۗ ٰ ُ ۢ َ‫ار ٗكا َوه ُٗدى لِّ ۡل ٰ َعلَ ِمينَ فِي ِه َءا ٰي‬ ٖ ‫ِإ َّن َأ َّو َل بَ ۡي‬
ِ َّ‫ت َّمقَا ُم ِإ ۡب ٰ َر ِهي ۖ َم َو َمن َدخَ لَ ۥهُ َكانَ َءا ِم ٗنا َوهَّلِل ِ َعلَى ٱلن‬ٞ َ‫ت بَيِّن‬
ُّ‫اس ِحج‬ َ َ‫اس لَلَّ ِذي بِبَ َّكةَ ُمب‬
ِ َّ‫ض َع لِلن‬ ِ ‫ت ُو‬
. َ‫ٱستَطَا َع ِإلَ ۡي ِه َسبِياٗل ۚ َو َمن َكفَ َر فَِإ َّن ٱهَّلل َ َغنِ ٌّي َع ِن ۡٱل ٰ َعلَ ِمين‬
ۡ ‫ت َم ِن‬ ِ ‫ۡٱلبَ ۡي‬

Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah bagi) manusia, ialah
yang di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam. Padanya
terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) Maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya
(Baitullah), menjadi amanlah dia; mengerjakan haji menuju Baitullah adalah kewajiban manusia
terhadap Allah, (yaitu bagi) yang sanggup mengadakan perjalanan ke sana, barangsiapa kafir,
maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (dan tidak butu) pada seluruh alam.

HR. al-Imam Ahmad dari Jabir bin ‘Abdullah, bahwa sanya Nabi saw. bersabda;

.َ‫ْس له َج َزا ٌء اال ْال َجنَّـة‬


َ ‫اَ ْل َحجُّ ْال َم ْبرُوْ ُر لَي‬

Haji Mabrur tidak ada imbalan lain baginya kecuali surga.


Dalam hadits nabi SAW yang diriwayatkan dalam HR. Ahmad, Muslim, dan Nasa'i,
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda: "Wahai sekalian manusia, sungguh
Allah telah mewajibkan kepada kamu untuk mengerjakan ibadah haji, maka hendaklah
kamu kerjakan." Seorang sahabat bertanya, "Apakah setiap tahun wahai Rasulullah?"
Beliau diam tidak menjawab dan bertanya mengulanginya sampai tiga kali. Rasulullah
SAW kemudian bersabda, "Kalau saja jawab 'ya' sudah tentu menjadi wajib (tiap-tiap
tahun), dan kamu tidak akan mampu melaksanakannya, biarkan saja apa yang saya
tinggalkan (jangan ditanyakan sesuatu yang tidak disebutkan)." (HR. Ahmad, Muslim
dan Nasa'i)

Dari dalil di atas dapat diketahui bahwasannya ibadah ini menjadi wajib bagi orang yang
mampu. Adapun mampu menjadi salah satu syarat wajib haji.

Dikutip dari buku Fikih Tsanawiyah oleh Zainal Muttaqin, MA dan Drs. Amir Abyan, MA,
syarat haji terdiri dari syarat wajib haji dan syarat sah haji. Adapun yang termasuk
syarat wajib sebagai berikut:

15
1. Islam
2. Baligh
3. Berakal
4. Merdeka
5. Mampu (Istitha'ah)

Pada syarat kelima, yang dimaksud dengan mampu meliputi 6 hal antara lain sebagai
berikut,

1. Memiliki biaya untuk pergi ke Mekah dan kembali. Biaya ini seringkali disebut dengan
Ongkos Naik Haji (ONH)

2. Ada kendaraan, baik milik pribadi maupun pemerintah atau swasta. Syarat ini berlaku
bagi orang yang bertempat tinggal jauh dari Mekah

3. Aman selama dalam perjalanan, baik saat pergi maupun pulang

4. Khusus untuk wanita harus mempunyai mahram, bisa juga dengan suaminya atau
dengan sesama wanita lain yang dipercayainya

5. Sehat jasmani dan rohani

6. Memiliki pengetahuan tentang peraturan dan hukum haji


Syarat Sah Haji

Sementara itu, syarat sah haji terdiri dari 4 hal, antara lain sebagai berikut

1. Islam
2. Baligh
3. Berakal
4. Merdeka

Rukun Haji :
1. Ihram
2. Wuquf di Padang Arafah
3. Tawaf Ifadah
4. Sa'i
5. Tahallul

B . DAFTAR PUSTAKA

16
Al-Asqalani, I.H., 2015. Terjemahan Bulughul Maram Jilid 1 Tim Editor Inaba Pustaka, ed.,
Bandung: Inaba Pustaka. Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik, 2015. Jawa
Tengah dalam Angka (Jawa Tengah in Figures) 2015. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah,
1, hal.1– 337. Available at: http://jateng.bps.go.id. Ching, F.D.K., 2008. Arsitektur: Bentuk,
Ruang, dan Tatanan, Ditjen PHU, 2015. Perspektif penyelenggaraan Haji tahun 2015. Presentasi.
kamusbahasaindonesia.org, Definisi haji - Kamus Bahasa Indonesia. Available at:
http://kamusbahasaindonesia.org/haji/mirip [Diakses Agustus 16, 2017]. kbbi.co.id, Arti Kata
"haji" Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia | KBBI.co.id. Available at: http://kbbi.co.id/arti-
kata/haji [Diakses Agustus 16, 2017]. KEMENAG, 2017. Jadwal Pemberangkatan dan
Pemulangan Jemaah Haji Embarkasi Solo 1438H. KEMENAG, 2016a. Pedoman Pelaksanaan
Bimbingan Manasik Haji. KEMENAG, 2016b. Penyelenggaraan Ibadah Haji. , hal.1–22.
KEMENAG, 2016c. Tuntunan Manasik Haji dan Umrah. Available at: www.haji.kemenag.go.id.
Kompas.com, 2008. Sejarah Asrama Haji, Berawal dari Wabah Kolera - Kompas.com. Available
at: http://nasional.kompas.com/read/2008/11/10/12282647/sejarah.asrama.haji.berawal.da
ri.wabah.kolera. [Diakses Agustus 16, 2017]. MENHUB, 2011. PERATURAN BERSAMA MENTERI
AGAMA DAN MENTERI PERHUBUNGAN NO. 4 TH.2012 NO. PM 30 TH.2012 TENTANG
PERSYARATAN DAN TATA CARA PENETAPAN EMBARKASI DAN DEBARKASI HAJI. , 1999. Neufert,
E., 1996. Data Arsitek Jilid 1, Neufert, E., 2002. Data Arsitek Jilid 2, Sarwat, A., 2011. KITAB
Manasik Haji dan Umrah, Jakarta: DU Publishing. SOLO, P.E., Informasi Masa Pemberangkatan
Calon Jemaah Haji Embarkasi Solo 1438H / 2017M Informasi Pemberangkatan Calon Jemaah
Haji ( CJH ), Syaifuddin Zuhri, 2016. Penjelasan Tentang Haji - Kesehatan Haji. Available at:
http://kesehatanhaji.com/2016/04/penjelasan-tentang-haji/ [Diakses Agustus 16, 2017].
Yanis, M., 2016. KEBIJAKAN TEKNIS PENYELENGGARAAN.

17

Anda mungkin juga menyukai