Dosen Pengampu:
KH. Muhson, M. Sy
Disusun oleh:
SEMESTER 2
TULUNGAGUNG
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita semua
rahmatNya yang tiada tara agungnya, sehingga kami dapat merampungkan tugas
makalah ini. Sholawat serta salam kepada insanul karim Nabi Muhammad SAW,
yang mengajari kita ilmu agung untuk keselamatan umat manusia dari kesesatan
sehingga tidak akan ditimpakan adzab oleh-Nya.
Tidak lupa ungkapan hormat kepada beliau Bapak Dosen pengampu mata
kuliah ”KAJIAN TAFSIR BIL MA’TSUR 1” Abah KH. Muhson, M. Sy dan Abi
KH. MOH. Minanurrochim Ali yang membimbing kita semua untuk menuju
kefahaman dari materi yang akan kita bahas bersama. Juga tidak lupa rekan
mahasiswa STAI MAS, yang selalu memberikan apresiasi dari pembelajaran kita .
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi............................................................................................2
B. Ayat-Ayat Munakahah Dalam Al-Qur’an.......................................7
C. Ayat-Ayat Munakahah Dalam Tafsir............................................10
D. Persamaan Dan Perbedaan Penafsiran..........................................12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................18
B. Saran..............................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketika al-Qur’an diturunkan, kemudian Rasulullah SAW,
memberikan penjelasan kepada para sahabat tentang arti dan
kandungannya, khususnya menyangkut ayatayat yang tidak dipahami atau
ayat yang samar-samar artinya. Hal ini berlangsung sampai wafatnya
Rasullah Saw.
Setelah wafat Rasulullah, para sahabat, mereka terpaksa
melakukan ijtihad, khususnya mereka yang mempunyai kemampuan
seperti ‘Ali bin Abi Thalib, Ibnu Abbas, Ubay bin Ka’ab, dan Ibnu
Mas'ud. Sementara sahabat ada pula menanyakan beberapa masalah.
Kususnya sejarah Nabi atau kisah-kisah yang tercantum kedalam al-
Qur’an, kepada tokoh-tokoh ahlul kitab yang telah memeluk agama Islam,
seperti ‘Abdullah bin Salam, Ka’ab al-Ahbar, dan lain-lain. Inilah yang
merupakan benih lahirnya Isra’Iliyyat.
Disamping itu para tokoh tafsir, dari golongan sahabat yang
disebutkan, mempunyai murid-murid dari para tabi’in, khususnya di kota-
kota tempat mereka tinggal. Sehingga lahirlah tokoh-tokoh tafsir baru dari
kalangan tabi’in di kota-kota tersbut. Gabungan dari tiga sumber diatas,
yaitu penafsiran Rasullah Saw, penafsiran sahabat-sahabat serta penafsiran
tabi’in, dikelompokkan menjadi satu kelompok yang dinamai Tafsir bil -
Ma’tsur.
Mengingat pada zaman modern ini perkembangan IPTEK semakin
pesat dan globalisasi tidak dapat dihindarkan, maka sangat perlu adanya
berbagai macam metode penafsiran yang bisa dijadikan alternatif untuk
memahami al-Qur’an secara kontekstual. Oleh karena itulah, sangat perlu
kiranya dipahami salah satu corak penafsiran yang bersandar pada riwayat
dengan nama Tafsir bil-Ma’tsur ini
B. Rumusan Masalah
1. Apa Saja Ayat-Ayat Yang Menerangkan Tentang Munakahah
Dalam Al-Qur’an?
2. Bagaimana Penjelasan Ayat-Ayat Munakahah Dari Ketiga Kitab
Tafsir?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Memaparkan Ayat-Ayat Yang Menerangkan Tentang
Munakahah Dalam Al-Qur’an
2. Untuk Memaparkan Ayat-Ayat Munakahah Dari Ketiga Kitab
Tafsir
BAB II
PEMBAHASAN
اَأْليَا َمى: merupakan jama dari kata أيّم yang berarti orang yang
belum beristri atau belum bersuami, baik statusnya itu
perawan/perjaka maupun sudah janda/duda. Dalam bahasanya
orang Arab
اَأْليَا َمى: mereka yang tidak berpasanganan, baik dari laki-
laki maupun perempuan.
ِعبَا ِد ُك ْم : berarti budak
اس ٌع
ِ و
َ : Dzat yang memiliki kekayaan luas yangmana Allah
memberikan rezeki tersebut kepada orang yang Dia kehendaki dari
hamba-Nya.
َعلِي ٌم : Maha mengetahui segala kebutuhan manusia dan
sesuatu yang baik bagi mereka. Maka Dialah yang melimpahkan
rezeki serta membagikan kepada mereka.
Nikahkanlah orang-orang yang belum bersuami atau belum
beristri. Tegasnya, berikanlah pertolongan kepada mereka sehingga
mereka dapat melaksanakan pernikahan.
Nikahkanlah juga budak-budakmu, baik laki-laki maupun
perempuan yang sanggup berumah tangga, sanggup memenuhi
haknya, sehat badan, bekecukupan serta dapa melaksanakan hak-
hak agama yang wajib bagi mereka. Janganlah kamu melihat
kemiskinan orang yang meminang atau kemiskinan orang yang
akan kamu nikahi. Karena Allah mempunyai keluasan dan
kekayaan. Tidak ada penghabisan bagi keutamaan-Nya dan tidak
ada batasan bagi kodratnya. Dia bisa memberi rezeki yang cukup
kepada suami istri tersebut. Serta Allah juga Maha mengetahui.
Dia memberi rezeki yang lapang kepada siapa yang Dia
kehendaki dan Dia menyempitkan rezeki kepada siapa yang Dia
kehendaki.
Bagi mereka yang tidak memperoleh jalan yang
memungkinkan untuk menikah, hendaklah mengguhkan niatnya
sampai mempunayi kemampuan untuk itu.
Apabila budakmu yang ingin memerdekakan diri
secara mukatabah, dengan cara membayar uang tebusan sesuai
perjanjian, maka penuhilah keinginan mereka dan jadikanlah
mereka orang yang merdeka setelah mereka memenuhi apa yang
telah diperjanjikan. Serta Allah juga mendorong para tuan
(pemilik) budak yang bersangkutan untuk memberikan sebagian
hartanya kepada budak yang dimilikinya untuk dapat
dipergunakan membayar tebusan atas dirinya.
Janganlah memaksa budak perempuanmu supaya mereka
melacurkan diri untuk mencari kekayaan, sedangkan mereka
sesungguhnya tidak mau malakukannya. Perempuan yang dipaksa
melacur akan diampuni dosanya oleh Allah dan dosa itu dipikul
oleh orang yang memaksanya.
Kami (Allah) telah menurunkan kepadamu ayat-ayat al-
Qur’an yang nyata, yang menjelaskan segala apa yang kamu
perlukan. Sebagaimana Allah telah menurunkan kisah-kisah umat
terdahulu dan berbagai macam pelajaran yang menjadi ibarat atau
contoh bagi semua orang yang bertaqwa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut tafsir Ibnu Katsir berpendapat terdapat pada Al Qur'an surat An
Nur ayat 32 bahwa setiap orang yang mampu kawin diwajibkan
melakukannya. Karena sesungguhnya kawin itu lebih menundukkan
pandangan mata dan lebih memelihara kemaluan. Dan barang siapa yang
tidak mampu, hendaknyalah ia berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu
dapat dijadikan peredam (berahi) baginya. Ibnu Abbas dalam tafsirnya surat
An-Nur ayat 32 Allah menganjurkan pernikahan dan menggalakkannya, serta
menyuruh manusia supaya menikahkan orang-orang yang merdeka dan
hamba sahaya, dan Allah menjanjikan akan memberikan kecukupan kepada
mereka yang telah berkeluarga. Sedangkan menurut tafsir Rowai’ul Bayan,
yaitu Nikahkanlah orang-orang yang belum bersuami atau belum beristri.
Tegasnya, berikanlah pertolongan kepada mereka sehingga mereka dapat
melaksanakan pernikahan.
Janganlah kamu melihat kemiskinan orang yang meminang atau kemiskinan
orang yang akan kamu nikahi. Karena Allah mempunyai keluasan dan
kekayaan. Tidak ada penghabisan bagi keutamaan-Nya dan tidak ada batasan
bagi kodratnya. Dia bisa memberi rezeki yang cukup kepada suami istri
tersebut. Serta Allah juga Maha mengetahui. Dia memberi rezeki yang lapang
kepada siapa yang Dia kehendaki dan Dia menyempitkan rezeki kepada siapa
yang Dia kehendaki.
B. Saran
Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kata sempurnaan serta banyak kekurangnya, baik dari segi tata bahasa
maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman
sekalian yang kadangkala hanya menturuti egoisme pribadi. Untuk itu besar
harapan kami kritik dan saran yang membangun untuk lebih
menyempurnakan makalah kami.