Oleh Kelompok 9 :
Ammar Fakhruddin
Aldi Fahmi Mustofa
Segala puji bagi Allah SWT, atas izinnya kami penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah kami. Sholawat serta salam selalu
tersampaikan kepada junjungan alam yang telah memberikan pengajaran dan
mengenalkan ajaran yang lurus, yakni kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarganya, sahabatnya, dan juga kepada umatnya semoga mendapatkan
syafa’atnya di hari akhir nanti.
Tak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada Ustadz Ansor
Bahary, MA selaku dosen pembimbing mata kuliah “Tafsir Tahlili”. Sehingga
kami dapat menuntaskan penulisan makalah “TAFSIR TAHLILI JUZ 7 – 12
SURAT YUNUS 40 – 44 ”. Semoga beliau selalu dalam lindungan Allah SWT,
serta diberikan keberkahan dalam kehidupannya.
Jakarta, 2022
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ………………………………………………………..…..22
B. Saran ………………………………………………………………..…22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhlak merupakan salah satu aspek penting dan memiliki peranan vital
dalam kehidupan seorang muslim. Ya’qub (1985, hlm. 33) menjabarkan bahwa
akhlak mulia yang sesuai dengan ajaran Allah merupakan tugas para Rasul
diutus oleh Allah kepada umat Manusia. Meskipun para Rasul diutus pada
zaman yang tidak sama dan kondisi umat yang berbeda-beda, namun tugas
mereka sama yakni berusaha agar umat berada di jalan Allah, menyembah
Allah, mengerjakan perbuatan baik, menjauhi perbuatan munkar, serta untuk
menegakkan kebenaran dan keadilan yang merupakan prinsip akhlāk al karīmaħ.
Akhlak individu dan masyarakat telah diatur dalam Islam. Dalam lingkungan
masyarakat, terdapat berbagai macam golongan, suku, ras dan agama. Hubungan
yang tidak baik, seringkali menimbulkan konflik yang berakhir pada perpecahan
individu ataupun kelompok.
Dalam kehidupan sosial, muslim tidak terlepas dari muslim yang lain.
Dikatakan pada suatu hadis bahwa muslim adalah saudara bagi muslim yang
lain. Muslim memiliki hak dan kewajiban atas muslim yang lain. Islam telah
mengatur sedemikian rupa bagaimana muslim yang satu dengan muslim yang
lain bertindak dan beretika. Etika ini harus dijaga agar dapat tercipta hubungan
yang harmonis, aman, tentram dan damai. Jika tidak perselisihan dan perpecahan
akan terjadi. Ini terjadi karena perbedaan yang ada di kalangan umat muslim itu
sendiri. Perbedaan pendapat di kalangan umat Islam telah menjadi kenyataan
sejarah yang tak terelakkan ungkap Syamsuddin (2002, hlm. 201). Sejarah Islam
menyaksikan munculnya skisme yang beragam, sebagai hasil dari dialektika
pemahaman tentang Islam itu sendiri lanjutnya. Hal ini menunjukan bahwa
perbedaan di kalangan umat muslim tidak dapat dihindari, dan ini telah terjadi
1
pada masa awal Islam tumbuh. Namun, perbedaan ini kurang dapat disikapi oleh
muslim sendiri sebagai hal yang wajar. Ironisnya, perbedaan ini seringkali
menjadi faktor perpecahan dan konflik di kalangan umat muslim sendiri.
Sebagai pembelajaran, sejarah pemikiran Islam pernah mencatat seperti yang
dikemukakan Syamsuddin (2002, hlm. 202) bahwa cukup banyak perbedaan
pendapat yang membawa terjadinya pembunuhan, kasus Al-Hallaj (wafat 922
M) atau Suhrawardi (wafat 1191 M) misalnya, dua tokoh sufi terkemuka, karena
penguasa menganggap pikiran pikiran mereka bertentangan dengan akidah
agama.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja penjelasan dan maksud dari surat Yunus 40 - 44?
2. Bagaimana munasabah ayat tantang surat Yunus 40 - 44?
3. Bagaimana sebab nuzul tentang ayat surat Yunus 40 - 44?
4. Bagaimana pendapat mufassir terkait surat Yunus 40 - 44?
5. Apa saja kontektualisasi dan hikmah terakait surat Yunus 40 - 44?
C. Tujuan
1. Mengetahui ayat dan isi surat Yunus 40 - 44
2. Mengetahui munasabah ayat surat Yunus 40 - 44
3. Mengetahui sebab nuzul tentang ayat surat Yunus 40 - 44
4. Mengetahui pendapat mufassir terkait surat Yunus 40 - 44
5. Mengetahui hikmah dan kontektualisasi terakait surat Yunus 40 - 44
2
BAB II
PEMBAHASAN
ِِ ِ
ين
َ َأعلَ ُم بٱلْ ُم ْفسد
ْ ك َ ُّو َِمْن ُهم َّمن يُْؤ ِم ُن بِِهۦ َو ِمْن ُهم َّمن اَّل يُْؤ ِم ُن بِِهۦ ۚ َو َرب
Artinya: “Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada
Al Quran, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak
beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-
orang yang berbuat kerusakan”. (QS. Al-Munafiqun [63]: 10)
ُّ ت تُ ْس ِم ُع
الص َّم َولَ ْو َك انُوا اَل َ َو ِمْن ُه ْم َم ْن يَ ْس تَ ِمعُو َن ِإلَْي
َ ْك ۚ َأفَ َأن
َي ْع ِقلُو َن
Artinya: “Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkanmu.
Apakah kamu dapat menjadikan orang-orang tuli itu mendengar
walaupun mereka tidak mengerti”. (QS. At-Taubah [9]: 103)
3
Artinya : “Dan di antara mereka ada orang yang melihat kepadamu,
apakah dapat kamu memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta,
walaupun mereka tidak dapat memperhatikan”. (QS. Al-Baqarah [2]:
215)
C. Mufradat Lughawi
َ َُوِإن َك َّذب
Jika mereka mendustakan kamu
وك
yaitu dengan terus tekad
mendustakan mu
4
َأع َم ُل َوَأنَ ۠ا مِم
ْ َأنتُم بَِٓريـُٔو َن َّٓا
Kamu berlepas terhadap apa
yang aku kerjakan dan aku
berlepas terhadap apa yang
ٓ بَِر
ىءٌ مِّمَّا َت ْع َملُو َن kamu kerjakan Janganlah
hukum aku dengan pekerjaan ku
dan aku tidak menghukum
kalian dengan pekerjaan kalian
ُّ تُ ْس ِم ُع
Apakah kamu menjadikan
الص َّم
mereka orang orang tuli itu
mendengar, Allah SWT
menyamakan mereka dengan
orang tui karna memang mereka
tidak mau mengambil pelajaran
5
menyamakan mereka dengan
orang buta karna memang
mereka tidak mau mengambil
pelajaran
1
Tafsir Al Munir Jilid 6
2
Asbabun Nuzul: Sebab-Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an oleh Imam As-Suyuthi
6
Kemudian Allah menandaskan kepada kaum Muslimin, bahwa Dia
tidak akan menganiaya hambanya dan tidak akan mengurangi daya
indera dan semua alat yang dimiliki manusia untuk memperoleh
petunjuk, agar mereka sampai kepada kebenaran dan dapat
mempedomani petunjuk itu sehingga dapat melaksanakannya untuk
mencapai segala sesuatu yang bermanfaat bagi mereka, asalkan
manusia itu sendiri mau mempergunakan pancainderanya sebaik-
baiknya.
E. Munasabah Ayat
1. Yunus ayat 52
اب اخْلُْل ِد َه ْل جُتَْز ْو َن ِإاَّل مِب َا ُكْنتُ ْم ِ ِ ِمُثَّ ق
َ يل للَّذ
َ ين ظَلَ ُموا ذُوقُوا َع َذ َ
َْسبونِ
ُ تَك
Kemudian dikatakan kepada orang-orang yang zalim (musyrik) itu:
"Rasakanlah olehmu siksaan yang kekal; kamu tidak diberi balasan
melainkan dengan apa yang telah kamu kerjakan".
2. Hud ayat 35
َْأم َي ُقولُو َن ا ْفَتَراهُ ۖ قُ ْل ِإ ِن ا ْفَتَر ْيتُهُ َف َعلَ َّي ِإ ْجَر ِامي َوَأنَا بَِريءٌ مِم َّا جُتْ ِر ُمو َن
7
“Malahan kaum Nuh itu berkata: "Dia cuma membuat-buat
nasihatnya saja". Katakanlah: "Jika aku membuat-buat nasihat itu, maka
hanya akulah yang memikul dosaku, dan aku berlepas diri dari dosa
yang kamu perbuat"
3. Saba ayat 25
َأل َع َّما َت ْع َملُو َن ْ قُ ْل اَل تُ ْسَألُو َن َع َّما
ُ َأجَر ْمنَا َواَل نُ ْس
Katakanlah: "Kamu tidak akan ditanya (bertanggung jawab)
tentang dosa yang kami perbuat dan kami tidak akan ditanya (pula)
tentang apa yang kamu perbuat"
Katakanlah: "Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal Dia
adalah Tuhan bagi segala sesuatu. Dan tidaklah seorang membuat dosa
melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan
seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian
kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya
kepadamu apa yang kamu perselisihkan".
F. Penafsiran Ayat
1. Surat Yunus ayat 41
8
a. TafsirAl – Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar
fiqih dan tafsir negeri Suriah
b. Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi
a. Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi
َّ Cوِإنْ َك (Jika
ْلC ُذبُو َك فَقC َ mereka mendustakan kamu, maka
katakanlah,) kepada mereka لِي َع َملِي َولَ ُك ْم َع َملُ ُك ْم (“Bagiku pekerjaanku
dan bagi kalian pekerjaan kalian) artinya bagi masing-masing pihak
menanggung akibat perbuatannya sendiri.5
3
Al- Mahalli, Imam Jalaluddin dan as-Suyuti. Tafsir Jalalain. Terj. Bahrun
Abubakar. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2007.
4
Al- Mahalli, Imam Jalaluddin dan as-Suyuti. Tafsir Jalalain. Terj. Bahrun
Abubakar. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2007.
5
Al- Mahalli, Imam Jalaluddin dan as-Suyuti. Tafsir Jalalain. Terj. Bahrun
Abubakar. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2007.
9
ََأ ْنتُ ْم بَ ِريُئونَ ِم َّما َأ ْع َم ُل َوَأنَا بَ ِري ٌء ِم َّما تَ ْع َملُون (Kalian berlepas diri terhadap apa
yang aku kerjakan dan aku berlepas diri terhadap apa yang kalian
kerjakan.”) akan tetapi ayat itu dinasakh oleh ayatus-saif atau ayat
yang menganjurkan memerangi mereka.
b. Tafsir Quraish Shihab
Apabila mereka masih bersikeras mendustakanmu, Muhammad,
setelah jelas bagi mereka tanda-tanda kenabianmu, maka katakanlah
kepada mereka; “Sesungguhnya aku mendapatkan balasan dari
perbuatanku, dan kalian juga mendapatkan balasan dari perbuatan
kalian–bagaimana pun bentuknya. Aku akan meneruskan dakwahku.
Dari itu, kalian tidak perlu mencela perbuatanku, sebagaimana aku
tidak akan mencela perbuatan kalian. Maka lakukanlah apa yang
kalian kehendaki, dan Allah akan membalas seluruh perbuatan kita
sesuai dengan apa yang kita kerjakan.”
3. Tafsir Yunus ayat 42
a. Tafsir Jalalain
6
Al- Mahalli, Imam Jalaluddin dan as-Suyuti. Tafsir Jalalain. Terj. Bahrun
Abubakar. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2007.
10
c. Tafsir Al-Wajiz
a. Tafsir Jalalain
c. Tafsir Al-Wajiz
7
Abdul ‘Azmi, Al-Wajiz fi Fiqhis Sunnah Wal Kitabil ‘Aziz, diterjemahkan
Ma’ruf Abdul Jalil, Al-Wajiz, Cet. 2, Jakarta: Pustaka As-Sunnah 2006
8
Al- Mahalli, Imam Jalaluddin dan as-Suyuti. Tafsir Jalalain. Terj. Bahrun
Abubakar. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2007.
9
Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Katsir ad-Dimasyqi, Terjemah Tafsir Ibnu
Katsir Juz 1, Bandung: Sinar Baru al-Gensindo, 2002
11
Di antara mereka ada orang yang melihat kepada bukti
kenabianmu, namun tidak mengimanimu. Lalu apakah dapat kamu
memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta, walaupun mereka
tidak dapat memperhatikan? Ayat ini sebagai alasan untuk melawan
mereka dan karena tidak adanya persiapan untuk memahami dan
menerima hidayah
10
Al- Mahalli, Imam Jalaluddin dan as-Suyuti. Tafsir Jalalain. Terj. Bahrun
Abubakar. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2007.
12
1. Semua orang kafir dan di antara mereka adalah penduduk
Mekah pada zaman dahulu: dari antara mereka ada yang
beriman kepada Al-Qur'an secara batin, akan tetapi mereka
sengaja menampakkanpendustaan mereka dan dari mereka
adayang memang benar-benar tidak beriman.Dan dari antara ada
yang beriman dikemudian hari yaitu dengan bertobat dari
kekafiran kemudian beriman, dan darimereka pun ada tetap
menolak dan terus dalam kekafiran, sesungguhnya Allah SWT
Maha Mengetahui semua mereka.
13
menciptakan kemampuan untuk berhidayah dala pendengaran
dan penglihatan itu.
5. Sesungguhnya Allah SWT tidak menzalimi orang-orang sesat
karena Allah SWT Maha adil dalam segala pekerjaan-Nya, akan
tetapi manusialah yang menzalimi diri mereka sendiri dengan
kekafiran dan maksiat serta melanggar perintah-perintah Tuhan
Pencipta mereka.
a. Yunus 41
b. Yunus 42
14
Dan dianatara orang-orang kafir, ada orang-orang yang mendengarkan
ucapanmu yang haq dan bacaan al-qur’anmu, akan tetapi mereka tidak
memperoleh hidayah. Maka apakah kamu sanggup membuat orang tuli
menjadi mendengar? maka demikian pula kamu tidak akan sanggup
memberikan hidayah kepada mereka, kecuali bila Allah menghendaki
mereka memperoleh hidayah. Sesungguhnya mereka itu orang-orang
yang tuli terhadap kebenaran, yakni, tidak memahaminya.
c. Yunus 43
Dan diantara orang-orang kafir, ada orang yang melihat kepadamu dan
bukti-bukti kenabianmu yang benar, akan tetapi dia tidak melihat apa
yang diberikan Allah kepadamu berupa cahaya keimananmu. Apakah
kamu (wahai rasul), sanggup untuk menciptakan penglihatan bagi orang-
orang buta yang membuatnya dapat mengetahui jalan? demikian pula,
kamu tidak sanggup untuk memberikan hidayah bagi mereka, bila
mereka itu kehilangan bashirah (mata hati yang lurus). semua itu hanya
milik Allah semata.
15
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah
pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam
Masjidil Haram)
d. Yunus 44
16
kepada diri mereka sendiri dengan tidak mempergunakan indera dan hati
mereka untuk menuju jalan kebenaran
Konteks ini berkaitan dengan golongan orang kafir pada masa kini yang
mana di umpamakan seperti di Zaman Nabi SAW. Setelah dijelaskan
bahwa orang-orang yang mendustakan Nabi Muhammad akan
mempertanggungjawabkan perbuatannya, lalu dijelaskan pada ayat ini,
dan di antara mereka ada yang mendengarkan engkau wahai Nabi
Muhammad, padahal hati mereka tidak menerimanya. Maka apakah
engkau dapat menjadikan orang yang tuli pendengaran hatinya itu
mendengar sedangkan mereka tidak mengerti? Tentu tidak bias.
17
memperhatikan kandungan Al-Quran dan tidak pula mau memikirkan
maksud dan tujuannya, sehingga mereka itu tidak dapat memahami
tujuan yang sebenarnya.
Dan firman-Nya:
Di akhir ayat ini, Allah menegaskan bahwa Nabi Muhammad saw tidak
akan mampu untuk membuat mereka itu mendengar dan mengerti akan
apa yang mereka dengarkan, karena mereka itu telah kehilangan manfaat
dari indera pendengaran dalam arti yang sebenar-benarnya. Mereka itu
bukanlah pendengar yang baik, sebab pendengar yang baik ialah orang
yang dapat memikirkan dan memahami serta melaksanakan maksud dan
tujuan dari apa yang didengarnya. Apalagi mereka selamanya memang
tidak akan berusaha untuk ikut mengerti, maka mereka tidak akan dapat
manfaat dari apa yang mereka dengarkan dan tidak akan dapat
memahami petunjuk-petunjuk yang dikandungnya.
Yunus ayat 43
18
lidah Nabi pada saat mengucapkan lafaz dan susunannya, bukan
merupakan perhatian yang murni yang dapat memahami dan
memikirkan makna yang terkandung di dalam kata yang tersusun dalam
kalimat itu. Itulah sebabnya maka cahaya iman dalam hati mereka tidak
dapat memancar karena tertutup noda-noda kemusyrikan. Mereka tidak
dapat melihat tanda-tanda kebenaran dan petunjuk yang terkandung
dalam Al-Qur'an. Padahal pandangan batin inilah yang membedakan
manusia dengan binatang. Seharusnya dengan perhatian itu manusia
dapat memahami dan memikirkan apa yang dilihatnya, karena Allah
menyamakan mereka itu dengan orang buta.
Yunus ayat 44
Konteks ini berkaitan dengan pertanyaan yang mana jika ada yang lahir
dalam keadaan keluarga non-Muslim, apakah Allah menjadikan kafir
hamba-Nya sendiri? Dengan menanyakan hal tersebut, apakah sudah
termasuk murtad atau kafir?
19
Sesungguhnya Allah tidak menzalimi manusia sedikit pun, tetapi
manusia itulah yang menzalimi dirinya sendiri [QS. Yunus (10): 44].
BAB III
11
Abdur Raḥmān as-Sa‘dῑ, Tafsīr as-Sa‘dī, hlm. 365
12
Rasyid Ridha, Tafsīr al-Manār, juz XI, hlm. 315
20
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
21
Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Katsir ad-Dimasyqi, Terjemah Tafsir Ibnu
Katsir Juz 1, Bandung: Sinar Baru al-Gensindo, 2002
Al- Mahalli, Imam Jalaluddin dan as-Suyuti. Tafsir Jalalain. Terj. Bahrun
Abubakar. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2007.
22