Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

Surat Yunus Ayat 40 - 44


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah:
Tafsir Tahlili Juz 7 - 12
Dosen Pengampuh: Ansor Bahary, MA

Oleh Kelompok 9 :
Ammar Fakhruddin
Aldi Fahmi Mustofa

PROGRAM STUDI AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QUR’AN (PTIQ)
JAKARTA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, atas izinnya kami penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah kami. Sholawat serta salam selalu
tersampaikan kepada junjungan alam yang telah memberikan pengajaran dan
mengenalkan ajaran yang lurus, yakni kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarganya, sahabatnya, dan juga kepada umatnya semoga mendapatkan
syafa’atnya di hari akhir nanti.

Tak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada Ustadz Ansor
Bahary, MA selaku dosen pembimbing mata kuliah “Tafsir Tahlili”. Sehingga
kami dapat menuntaskan penulisan makalah “TAFSIR TAHLILI JUZ 7 – 12
SURAT YUNUS 40 – 44 ”. Semoga beliau selalu dalam lindungan Allah SWT,
serta diberikan keberkahan dalam kehidupannya.

Kami sebagai penulis sangat bersyukur telah menyelesaikan makalah


kami, harapan kedepannya dapat memberikan manfaat kepada pembaca juga
kepada kami.

Kami menyadari akan kekurangan dalam penulisan makalah yang kami


tulis, dikarenakan kurangnya pengetahuan serta wawasan kami. Oleh karena hal
itu kami sangat terbuka akan kritik serta saran yang membangun agar dapat
memperbaiki kesalahan pada makalah yang akan mendatang.

Sekian yang dapat kami sampaikan, kurang lebihnya mohon maaf


apabila menemukan kebenaran dalam makalah datangnya dari Allah SWT
sedangkan bila ada kesalahan datangnya dari kami.

Jakarta, 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………….…………..……….ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………..……iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakangan …………………………………………………….…1


B. Rumusan Masalah …………………………………………………...….2
C. Tujuan …………………………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN

A. Ayat dan Terjemah Q.S. Yunus 40 - 44 …………………………….…..3


B. Makna dan Kosakata ayat.................................. ………………………..5
C. Sabab Nuzul Ayat ………………………………………………….…..7
D. Munasabah Ayat. ………………………………………………………9
E. Pandangan Para Mufassirin ………...…………………………...…….12
F. Kontektualisasi ayat pada saat ini ………………………………..……13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………..…..22
B. Saran ………………………………………………………………..…22

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………...….23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akhlak merupakan salah satu aspek penting dan memiliki peranan vital
dalam kehidupan seorang muslim. Ya’qub (1985, hlm. 33) menjabarkan bahwa
akhlak mulia yang sesuai dengan ajaran Allah merupakan tugas para Rasul
diutus oleh Allah kepada umat Manusia. Meskipun para Rasul diutus pada
zaman yang tidak sama dan kondisi umat yang berbeda-beda, namun tugas
mereka sama yakni berusaha agar umat berada di jalan Allah, menyembah
Allah, mengerjakan perbuatan baik, menjauhi perbuatan munkar, serta untuk
menegakkan kebenaran dan keadilan yang merupakan prinsip akhlāk al karīmaħ.
Akhlak individu dan masyarakat telah diatur dalam Islam. Dalam lingkungan
masyarakat, terdapat berbagai macam golongan, suku, ras dan agama. Hubungan
yang tidak baik, seringkali menimbulkan konflik yang berakhir pada perpecahan
individu ataupun kelompok.

Dalam kehidupan sosial, muslim tidak terlepas dari muslim yang lain.
Dikatakan pada suatu hadis bahwa muslim adalah saudara bagi muslim yang
lain. Muslim memiliki hak dan kewajiban atas muslim yang lain. Islam telah
mengatur sedemikian rupa bagaimana muslim yang satu dengan muslim yang
lain bertindak dan beretika. Etika ini harus dijaga agar dapat tercipta hubungan
yang harmonis, aman, tentram dan damai. Jika tidak perselisihan dan perpecahan
akan terjadi. Ini terjadi karena perbedaan yang ada di kalangan umat muslim itu
sendiri. Perbedaan pendapat di kalangan umat Islam telah menjadi kenyataan
sejarah yang tak terelakkan ungkap Syamsuddin (2002, hlm. 201). Sejarah Islam
menyaksikan munculnya skisme yang beragam, sebagai hasil dari dialektika
pemahaman tentang Islam itu sendiri lanjutnya. Hal ini menunjukan bahwa
perbedaan di kalangan umat muslim tidak dapat dihindari, dan ini telah terjadi

1
pada masa awal Islam tumbuh. Namun, perbedaan ini kurang dapat disikapi oleh
muslim sendiri sebagai hal yang wajar. Ironisnya, perbedaan ini seringkali
menjadi faktor perpecahan dan konflik di kalangan umat muslim sendiri.
Sebagai pembelajaran, sejarah pemikiran Islam pernah mencatat seperti yang
dikemukakan Syamsuddin (2002, hlm. 202) bahwa cukup banyak perbedaan
pendapat yang membawa terjadinya pembunuhan, kasus Al-Hallaj (wafat 922
M) atau Suhrawardi (wafat 1191 M) misalnya, dua tokoh sufi terkemuka, karena
penguasa menganggap pikiran pikiran mereka bertentangan dengan akidah
agama.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja penjelasan dan maksud dari surat Yunus 40 - 44?
2. Bagaimana munasabah ayat tantang surat Yunus 40 - 44?
3. Bagaimana sebab nuzul tentang ayat surat Yunus 40 - 44?
4. Bagaimana pendapat mufassir terkait surat Yunus 40 - 44?
5. Apa saja kontektualisasi dan hikmah terakait surat Yunus 40 - 44?

C. Tujuan
1. Mengetahui ayat dan isi surat Yunus 40 - 44
2. Mengetahui munasabah ayat surat Yunus 40 - 44
3. Mengetahui sebab nuzul tentang ayat surat Yunus 40 - 44
4. Mengetahui pendapat mufassir terkait surat Yunus 40 - 44
5. Mengetahui hikmah dan kontektualisasi terakait surat Yunus 40 - 44

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ayat Ayat surat Yunus 40 - 44


1. Surat Yunus 40 - 44
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman: 

ِِ ِ
‫ين‬
َ ‫َأعلَ ُم بٱلْ ُم ْفسد‬
ْ ‫ك‬ َ ُّ‫و َِمْن ُهم َّمن يُْؤ ِم ُن بِِهۦ َو ِمْن ُهم َّمن اَّل يُْؤ ِم ُن بِِهۦ ۚ َو َرب‬
Artinya: “Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada
Al Quran, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak
beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-
orang yang berbuat kerusakan”. (QS. Al-Munafiqun [63]: 10)

‫َأع َم ُل َوَأنَ ۠ا‬ ‫مِم‬ ِ


ْ ‫وك َف ُقل ىِّل َع َملى َولَ ُك ْم َع َملُ ُك ْم ۖ َأنتُم بَِر ٓيـُٔو َن َّٓا‬ َ ُ‫َوِإن َك َّذب‬
ٓ ‫بَِر‬
‫ىءٌ مِّمَّا َت ْع َملُو َن‬
Artinya: “Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah:
"Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri
terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap
apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Baqarah [2]: 267)

ُّ ‫ت تُ ْس ِم ُع‬
‫الص َّم َولَ ْو َك انُوا اَل‬ َ ‫َو ِمْن ُه ْم َم ْن يَ ْس تَ ِمعُو َن ِإلَْي‬
َ ْ‫ك ۚ َأفَ َأن‬
‫َي ْع ِقلُو َن‬
Artinya: “Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkanmu.
Apakah kamu dapat menjadikan orang-orang tuli itu mendengar
walaupun mereka tidak mengerti”. (QS. At-Taubah [9]: 103)

ِ ‫ك ۚ َأفََأنْت َته ِدي الْعمي ولَو َكانُوا اَل يب‬


‫ص ُرو َن‬ َ ‫ي َو ِمْن ُه ْم َم ْن َيْنظُُر ِإلَْي‬
ُْ ْ َ َ ُْ ْ َ

3
Artinya : “Dan di antara mereka ada orang yang melihat kepadamu,
apakah dapat kamu memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta,
walaupun mereka tidak dapat memperhatikan”. (QS. Al-Baqarah [2]:
215)

ِ‫َّاس َأْن ُف َس ُه ْم يَظْلِ ُمون‬ ِٰ ِ َّ


َ ‫َّن اللهَ اَل يَظْل ُم الن‬
َ ‫َّاس َشْيًئا َولَك َّن الن‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia
sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada
diri mereka sendiri.” (QS. Al-Baqarah [2]: 110)

C. Mufradat Lughawi

‫و َِمْن ُهم‬ Maksudnya di antara orang


orang yang mendustakan adalah
penduduk mekkah

‫َّمن يُْؤ ِم ُن بِِۦه‬ Ada orang orang yang percaya


dengan Al – Qur’an dalam
dirinya bahwa Al – Qur’an
adalah hak yang benar tetapi
orang itu tetep menentangnya

‫َّمن اَّل يُْؤ ِم ُن بِِۦه‬ Orang orang yang tidak beriman


kepadanya dalam dirinya terlalu
bodoh dia dan kurang nya
tadabbur Al Qur’an atau bahkan
ia mati dalam keadaan kafir

َ ُ‫َوِإن َك َّذب‬
Jika mereka mendustakan kamu
‫وك‬
yaitu dengan terus tekad
mendustakan mu

4
‫َأع َم ُل َوَأنَ ۠ا‬ ‫مِم‬
ْ ‫َأنتُم بَِٓريـُٔو َن َّٓا‬
Kamu berlepas terhadap apa
yang aku kerjakan dan aku
berlepas terhadap apa yang
ٓ ‫بَِر‬
‫ىءٌ مِّمَّا َت ْع َملُو َن‬ kamu kerjakan Janganlah
hukum aku dengan pekerjaan ku
dan aku tidak menghukum
kalian dengan pekerjaan kalian

َ ‫َم ْن يَ ْستَ ِمعُو َن ِإلَْي‬


Ada orang yang mendengarkan
‫ك‬
kamu apabila membaca Al’
Qur’an dan mengajarkan
Syariat mereka akan tetapi
mereka tidak menerimanya
seperti orang yang tuli

ُّ ‫تُ ْس ِم ُع‬
Apakah kamu menjadikan
‫الص َّم‬
mereka orang orang tuli itu
mendengar, Allah SWT
menyamakan mereka dengan
orang tui karna memang mereka
tidak mau mengambil pelajaran

َ ‫َم ْن َيْنظُُر ِإلَْي‬


Dan di antara mereka ada yang
‫ك‬
melihat kamu , mereka melihat
tanda tanda kenabian kamu
tetapi mereka tidak memercayai
kamu

‫ت َت ْه ِدي الْعُ ْم َي‬


َ ْ‫َأفََأن‬
Apakah kamu menjadikan
mereka orang orang buta itu
mendengar, Allah SWT

5
menyamakan mereka dengan
orang buta karna memang
mereka tidak mau mengambil
pelajaran

‫َّاس‬ ِٰ Kebanyakan dari ‘ulama ilmu


َ ‫َولَك َّن الن‬ Nahwu berpendapat bahwa
pilihan pada kalimat Lakin jika
bersamanya wawu maka harus
di Syiddah kan1

D. Sabab Nuzul Ayat


1. Surat Yunus ayat 40 - 41
Mengutip buku Asbabun Nuzul: Sebab-Sebab Turunnya Ayat Al-
Qur’an oleh Imam As-Suyuthi, asbabun nuzul adalah kumpulan
peristiwa yang menjelaskan mengapa sebuah ayat Al Quran
diturunkan oleh Allah SWT.
Asbabun nuzul dapat membantu umat Muslim untuk memahami
ayat Al Quran lebih dalam. Tapi tidak semua ayat Al Quran
memiliki asbabun nuzul, surat Yunus ayat 40-41 di antaranya.

Sabab Nuzul Surat Yunus Ayat 40-41

Dikutip dari Asbabun Nuzul: Sebab-Sebab Turunnya Ayat Al-


Qur’an oleh Imam As-Suyuthi, dalam surat Yunus ayat 40 dan 41,
Allah mengatakan kepada Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya
untuk membiarkan orang-orang yang tidak percaya pada Allah SWT
dan Al Quran. Mereka yang beriman akan mendapatkan ganjaran di
akhirat. Sedangkan mereka yang masih teguh dengan kekafirannya
akan diazab oleh Allah.2

Sabab Nuzul Surat Yunus Ayat 44

1
Tafsir Al Munir Jilid 6

2
Asbabun Nuzul: Sebab-Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an oleh Imam As-Suyuthi

6
Kemudian Allah menandaskan kepada kaum Muslimin, bahwa Dia
tidak akan menganiaya hambanya dan tidak akan mengurangi daya
indera dan semua alat yang dimiliki manusia untuk memperoleh
petunjuk, agar mereka sampai kepada kebenaran dan dapat
mempedomani petunjuk itu sehingga dapat melaksanakannya untuk
mencapai segala sesuatu yang bermanfaat bagi mereka, asalkan
manusia itu sendiri mau mempergunakan pancainderanya sebaik-
baiknya.

Kalau terjadi sebaliknya, merekalah yang menganiaya diri mereka


sendiri. Karena mereka diberi mata dan telinga, tetapi tidak mau
memahami petunjuk Allah berarti merekalah yang menganiaya diri
mereka sendiri. Karena mereka tidak mau mendengar, dan diberi hati
tetapi tidak mau mengerti, maka sepantasnyalah apabila mereka
disiksa sebab menganiaya diri mereka sendiri.

Allah telah menurunkan utusan untuk membimbing mereka kepada


kehidupan yang bahagia di dunia dan di akhirat, tetapi mereka tidak
mau mendengar dan tidak mau menaatinya, maka apabila mereka
tersesat di dunia dan di akhirat kelak dijatuhi siksaan yang berat,
maka yang menganiaya mereka itu tiada lain adalah diri mereka
sendiri.

E. Munasabah Ayat
1. Yunus ayat 52
‫اب اخْلُْل ِد َه ْل جُتَْز ْو َن ِإاَّل مِب َا ُكْنتُ ْم‬ ِ ِ ِ‫مُثَّ ق‬
َ ‫يل للَّذ‬
َ ‫ين ظَلَ ُموا ذُوقُوا َع َذ‬ َ
َ‫ْسبون‬ِ
ُ ‫تَك‬
Kemudian dikatakan kepada orang-orang yang zalim (musyrik) itu:
"Rasakanlah olehmu siksaan yang kekal; kamu tidak diberi balasan
melainkan dengan apa yang telah kamu kerjakan".

2. Hud ayat 35

‫َْأم َي ُقولُو َن ا ْفَتَراهُ ۖ قُ ْل ِإ ِن ا ْفَتَر ْيتُهُ َف َعلَ َّي ِإ ْجَر ِامي َوَأنَا بَِريءٌ مِم َّا جُتْ ِر ُمو َن‬

7
“Malahan kaum Nuh itu berkata: "Dia cuma membuat-buat
nasihatnya saja". Katakanlah: "Jika aku membuat-buat nasihat itu, maka
hanya akulah yang memikul dosaku, dan aku berlepas diri dari dosa
yang kamu perbuat"

3. Saba ayat 25
‫َأل َع َّما َت ْع َملُو َن‬ ْ ‫قُ ْل اَل تُ ْسَألُو َن َع َّما‬
ُ ‫َأجَر ْمنَا َواَل نُ ْس‬
Katakanlah: "Kamu tidak akan ditanya (bertanggung jawab)
tentang dosa yang kami perbuat dan kami tidak akan ditanya (pula)
tentang apa yang kamu perbuat"

4. Al – an’am ayat 164


‫س ِإاَّل‬
ٍ ‫ب ُك ُّل َن ْف‬ ِ ٍ ُّ ‫قُ ْل َأ َغْيَر اللَّ ِه َأبْغِي َربًّا َو ُه َو َر‬
ُ ‫ب ُك ِّل َش ْيء ۚ َواَل تَكْس‬
‫ُأخَر ٰى ۚ مُثَّ ِإىَل ٰ َربِّ ُك ْم َم ْر ِجعُ ُك ْم َفُينَبُِّئ ُك ْم مِب َا‬
ْ ‫َعلَْي َها ۚ َواَل تَ ِز ُر َوا ِز َرةٌ ِو ْز َر‬
‫ُكْنتُ ْم فِ ِيه خَت ْتَلِ ُفو َن‬

Katakanlah: "Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal Dia
adalah Tuhan bagi segala sesuatu. Dan tidaklah seorang membuat dosa
melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan
seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian
kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya
kepadamu apa yang kamu perselisihkan".

5. As Syu’ara ayat 216


‫ص ْو َك َف ُق ْل ِإيِّن بَِريءٌ مِم َّا َت ْع َملُو َن‬
َ ‫فَِإ ْن َع‬
Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah: "Sesungguhnya
aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan"

F. Penafsiran Ayat
1. Surat Yunus ayat 41

8
a. TafsirAl – Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar
fiqih dan tafsir negeri Suriah

Di antara mereka para penduduk Makkah yang mendustkan


Alquran ada juga orang-orang yang beriman kepada Al Quran.,Di
antaranya ada pula orang-orang yang tidak beriman kepadanya.
Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat
kerusakan dan kekufuran.3

b. Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

(Di antara mereka) penduduk Mekah (ada arang-orang yang beriman


kepada Al-Qur'an) hal ini diketahui oleh Allah (dan di antara
mereka ada pula orang-orang yang tidak beriman kepadanya) untuk
selama-lamanya. (Rabbmu lebih mengetahui tentang orang-orang
yang berbuat kerusakan) hal ini merupakan ancaman yang ditujukan
kepada mereka yang tidak beriman kepadanya.4

2. Surat Yunus Ayat 41

a. Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

َّ C‫وِإنْ َك‬ (Jika
 ‫ ْل‬C ُ‫ذبُو َك فَق‬C َ mereka mendustakan kamu, maka
katakanlah,) kepada mereka ‫لِي َع َملِي َولَ ُك ْم َع َملُ ُك ْم‬ (“Bagiku pekerjaanku
dan bagi kalian pekerjaan kalian) artinya bagi masing-masing pihak
menanggung akibat perbuatannya sendiri.5

3
Al- Mahalli, Imam Jalaluddin dan as-Suyuti. Tafsir Jalalain. Terj. Bahrun
Abubakar. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2007.
4
Al- Mahalli, Imam Jalaluddin dan as-Suyuti. Tafsir Jalalain. Terj. Bahrun
Abubakar. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2007.
5
Al- Mahalli, Imam Jalaluddin dan as-Suyuti. Tafsir Jalalain. Terj. Bahrun
Abubakar. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2007.

9
َ‫َأ ْنتُ ْم بَ ِريُئونَ ِم َّما َأ ْع َم ُل َوَأنَا بَ ِري ٌء ِم َّما تَ ْع َملُون‬ (Kalian berlepas diri terhadap apa
yang aku kerjakan dan aku berlepas diri terhadap apa yang kalian
kerjakan.”) akan tetapi ayat itu dinasakh oleh ayatus-saif atau ayat
yang menganjurkan memerangi mereka.
b. Tafsir Quraish Shihab
Apabila mereka masih bersikeras mendustakanmu, Muhammad,
setelah jelas bagi mereka tanda-tanda kenabianmu, maka katakanlah
kepada mereka; “Sesungguhnya aku mendapatkan balasan dari
perbuatanku, dan kalian juga mendapatkan balasan dari perbuatan
kalian–bagaimana pun bentuknya. Aku akan meneruskan dakwahku.
Dari itu, kalian tidak perlu mencela perbuatanku, sebagaimana aku
tidak akan mencela perbuatan kalian. Maka lakukanlah apa yang
kalian kehendaki, dan Allah akan membalas seluruh perbuatan kita
sesuai dengan apa yang kita kerjakan.”
3. Tafsir Yunus ayat 42

a. Tafsir Jalalain

َ‫ك‬CCْ‫تَ ِمعُونَ ِإلَي‬CC‫س‬


ْ َ‫و ِم ْن ُه ْم َمنْ ي‬ (Dan
َ di antara mereka ada orang yang
mendengarkanmu) jika kamu membacakan Alquran ‫ ِم ُع‬CCC‫ُس‬ ْ ‫َأ ْنتَ ت‬CCCَ‫َأف‬
‫ َّم‬CCCC‫الص‬ (apakah
ُّ kamu dapat menjadikan orang-orang tuli itu
mendengar) keadaan mereka yang tidak mau mengambil manfaat
daripada Alquran yang dibacakan kepada mereka diserupakan
dengan keadaan orang-orang yang tuli ‫ولَ ْو كَانُوا‬ (walaupun َ keadaan
ُ ‫اَل‬
mereka) di samping tuli itu  َ‫ون‬CC‫ يَ ْعقِل‬ (tidak mengerti) tidak mau
berpikir.6

b. Tafsir Quraish Shihab

Di antara orang-orang kafir itu ada yang mendengarmu, wahai


Rasul, ketika kamu menyeru mereka kepada agama Allah. Namun
demikian, kalbu mereka telah tertutup untuk mendengar seruanmu.

Maka kamu tidak akan dapat memperdengarkan mereka yang


tuli itu dan tidak pula dapat memberi mereka petunjuk. Apalagi jika
ditambahkan dalam ketulian mereka itu, ketidakpahaman mereka
terhadap apa yang kamu katakan.

6
Al- Mahalli, Imam Jalaluddin dan as-Suyuti. Tafsir Jalalain. Terj. Bahrun
Abubakar. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2007.

10
c. Tafsir Al-Wajiz

Di antara mereka orang musrik dan kafir ada orang yang


mendengarkanmu membaca Alquran dan mengajarkan syariat.
Namun mereka seperti orang tuli yang tidak mendengar apa-apa.
Apakah kamu dapat menjadikan orang-orang tuli itu mendengar
walaupun mereka tidak mengerti? Tidak bisa.7

4. Surat Yunus Ayat 43

a. Tafsir Jalalain

Allah SWT menyerupakan keadaan mereka dengan keadaan


orang-orang yang tidak dapat melihat, karena mereka tidak mau
mengambil petunjuk dari apa yang mereka lihat. Bahkan keadaan
mereka lebih parah lagi; gambaran ini diungkapkan pula di dalam
firman-Nya yang lain, yaitu, “Karena sesungguhnya bukanlah mata
itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.” (Al-
Hajj 46).8

b. Tafsir Quraish Shihab

Di antara mereka ada yang melihatmu dan peduli dengan


keadaanmu, sehingga ia dapat melihat bukti- bukti kenabianmu yang
jelas. Tetapi, sayang, mereka tidak mau menerima petunjuk
kenabian itu.

Perumpamaan bagi mereka adalah bagaikan orang buta, dan


kamu tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang buta itu.
Kebutaan penglihatan adalah seperti kebutaan mata hati, kedua-
duanya tidak dapat menerima petunjuk. Orang yang buta tidak dapat
menerima petunjuk yang berbentuk materi, dan orang yang sesat
tidak dapat menerima petunjuk yang bersifat maknawi.9

c. Tafsir Al-Wajiz

7
Abdul ‘Azmi, Al-Wajiz fi Fiqhis Sunnah Wal Kitabil ‘Aziz, diterjemahkan
Ma’ruf Abdul Jalil, Al-Wajiz, Cet. 2, Jakarta: Pustaka As-Sunnah 2006
8
Al- Mahalli, Imam Jalaluddin dan as-Suyuti. Tafsir Jalalain. Terj. Bahrun
Abubakar. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2007.
9
Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Katsir ad-Dimasyqi, Terjemah Tafsir Ibnu
Katsir Juz 1, Bandung: Sinar Baru al-Gensindo, 2002

11
Di antara mereka ada orang yang melihat kepada bukti
kenabianmu, namun tidak mengimanimu. Lalu apakah dapat kamu
memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta, walaupun mereka
tidak dapat memperhatikan? Ayat ini sebagai alasan untuk melawan
mereka dan karena tidak adanya persiapan untuk memahami dan
menerima hidayah

5. Surat Yunus ayat 44


a. Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Sesungguhnya Allah tidak berbuat zhalim kepada manusia
sedikitpun dengan menambah kesalahan-kesalahan mereka atau
mengurangi kebaikan-kebaikan mereka. Akan tetapi manusialah
yang berbuat kezhaliman terhadap diri mereka sendiri dengan
berbuat kekafiran, maksiat, dan melanggar perintah Allah dan
laranganNya.”.10

b. Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah


pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam
Masjidil Haram)
Sesungguhnya Allah bersih dari tindakan zalim (semena-mena)
kepada hamba-hamba-Nya. Dia tidak pernah menzalimi mereka
sedikitpun. Tetapi merekalah yang gemar menzalimi diri mereka
sendiri dengan cara menjerumuskan diri ke dalam jurang
kehancuran, akibat terlalu fanatik kepada kebatilan, sombong dan
angkuh.
c. Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar
fiqih dan tafsir negeri Suriah
Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim atau menghukum
seseorang dengan semena-mena, akan tetapi manusia itulah yang
berbuat zalim kepada diri mereka sendiri dengan tidak
mempergunakan indera dan hati mereka untuk
menuju jalan kebenaran
G. Hikmat Ayat
FIQIH KEHIDUPAN ATAU HUKUM.HUKUM DARI SURAT DI ATAS

10
Al- Mahalli, Imam Jalaluddin dan as-Suyuti. Tafsir Jalalain. Terj. Bahrun
Abubakar. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2007.

12
1. Semua orang kafir dan di antara mereka adalah penduduk
Mekah pada zaman dahulu: dari antara mereka ada yang
beriman kepada Al-Qur'an secara batin, akan tetapi mereka
sengaja menampakkanpendustaan mereka dan dari mereka
adayang memang benar-benar tidak beriman.Dan dari antara ada
yang beriman dikemudian hari yaitu dengan bertobat dari
kekafiran kemudian beriman, dan darimereka pun ada tetap
menolak dan terus dalam kekafiran, sesungguhnya Allah SWT
Maha Mengetahui semua mereka.

2. Setiap manusia hanya bertanggung jawab atas dirinya sendiri


dan akan mendapatkan balasannya. |ika baik maka dia akan
mendapat balasan yang baik pula, dan jika buruk maka dia akan
mendapat balasan yang buruk, dan tidak ada satu orang pun
yang dibebani dengan dosa orang lain.

3. Sesungguhnya indra itu baik indra pendengaran maupun


penglihatan mempunyai dua tujuan: tujuan zahir (nyata) yaitu
men- dengar hal-hal yang terdengar dan melihat hal-hal yang
terlihat, agar kehidupan ini menjadi baik adapun tujuan
hakikinya adalah penggunaannya untuk bertadabur tentang yang
didengac memahami dan memikirkannya, penggunaan
penglihatan dalam urusan agama dan akhlak agar sampai kepada
nikmat iman dan hidayah serta kebenaran, terbebas dari
kezaliman kekafiran, kesesatan dan kebatilan. Rasulullah saw
hanyalah sebatas me- nyampaikan, memberi peringatan dan ka-
bar gembira, beliau tidak mampu untuk menanamkan keimanan
dalam hati, me- nanamkan hidayah dalam jiwa, dan bagi orang-
orang yang berakal hendaklah menjawab penyampaian beliau,
mendengarkan nasihat beliau; dan sebagaimanabeliau tidak bisa
menjadikan seseorangyang telah dihilangkan pendengarannya
untuk mendengar; tidak bisa menjadikan orang yang
dihilangkan penglihatannya untuk melihat, maka beliau tidak
dapat menunjukkan mereka kepada keimanan apabila mereka
bersikeras untuk tetap dalam kekafiran. Sesungguhnya
pendengaran itu lebih baik daripada penglihatan, dengan dalil
setiap kali Allah SWT menyebutkan pendengaran dan
penglihatan, Allah SWT lebih sering dan seperti dalam ayat ini
mengedepankan pendengaran daripada penglihatan.
4. Ulama Ahlus Sunnah berhujjah dengan ayat ini bahwa
perbuatan manusia itu diciptakan oleh Allah SWT; karena hari
mereka orang-orang kafir terhadap keimanan bagaikan orang
yang tuli mendengarkan pembicaraan, dan bagaikan orang yang
buta melihat sesuatu, dan se- sungguhnya Allah-lah yang

13
menciptakan kemampuan untuk berhidayah dala pendengaran
dan penglihatan itu.
5. Sesungguhnya Allah SWT tidak menzalimi orang-orang sesat
karena Allah SWT Maha adil dalam segala pekerjaan-Nya, akan
tetapi manusialah yang menzalimi diri mereka sendiri dengan
kekafiran dan maksiat serta melanggar perintah-perintah Tuhan
Pencipta mereka.

H. Pandangan para Mufassirin

a. Yunus 41

Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Dan bila kaum musyrikin mendustakan dirimu (wahai rasul), maka


katakanlah kepada mereka, ”bagiku agamaku dan amal perbuatanku, dan
bagi kalian agama dan perbuatan kalian. kalian tidaklah disiksa karena
perbuatanku, dan akaupun tidak disiksa atas perbuatan kalian.

Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah


pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam
Masjidil Haram)

Jika kaummu -wahai Rasul- mendustakanmu katakanlah kepada mereka,


"Aku akan mendapatkan ganjaran atas amal perbuatanku sendiri. Dan
aku akan menanggung akibat dari amal perbuatanku sendiri. Sedangkan
kalian akan mendapatkan ganjaran atas amal perbuatan kalian sendiri,
dan akan menerima hukuman atas amal perbuatan kalian sendiri. Kalian
akan bebas dari hukuman atas amal perbuatanku, dan akupun akan bebas
dari hukuman atas amal perbuatan kalian.

Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih


dan tafsir negeri Suriah

Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah: “Bagiku pekerjaanku


dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku
kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan,
sehingga tidak ada seseorang yang dihukum atas dosa orang lain”

b. Yunus 42

Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

14
Dan dianatara orang-orang kafir, ada orang-orang yang mendengarkan
ucapanmu yang haq dan bacaan al-qur’anmu, akan tetapi mereka tidak
memperoleh hidayah. Maka apakah kamu sanggup membuat orang tuli
menjadi mendengar? maka demikian pula kamu tidak akan sanggup
memberikan hidayah kepada mereka, kecuali bila Allah menghendaki
mereka memperoleh hidayah. Sesungguhnya mereka itu orang-orang
yang tuli terhadap kebenaran, yakni, tidak memahaminya.

Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih


dan tafsir negeri Suriah

Di antara mereka orang musrik dan kafir ada orang yang


mendengarkanmu membaca Alquran dan mengajarkan syariat. Namun
mereka seperti orang tuli yang tidak mendengar apa-apa. Apakah kamu
dapat menjadikan orang-orang tuli itu mendengar walaupun mereka
tidak mengerti? Tidak bisa

Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah


pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam
Masjidil Haram)

Di antara orang-orang musyrik itu ada orang yang mendengarkan


suaramu -wahai Rasul- ketika engkau membaca Al-Qur`ān, tetapi
pendengaran mereka tidak diikuti dengan penerimaan dan perhatian.
Apakah engkau sanggup membuat orang tuli bisa mendengar?! Begitu
pula engkau tidak akan sanggup memberikan petunjuk kepada orang-
orang yang tuli terhadap kebenaran sehingga mereka tidak
bisa memahaminya.

c. Yunus 43

Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Dan diantara orang-orang kafir, ada orang yang melihat kepadamu dan
bukti-bukti kenabianmu yang benar, akan tetapi dia tidak melihat apa
yang diberikan Allah kepadamu berupa cahaya keimananmu. Apakah
kamu (wahai rasul), sanggup untuk menciptakan penglihatan bagi orang-
orang buta yang membuatnya dapat mengetahui jalan? demikian pula,
kamu tidak sanggup untuk memberikan hidayah bagi mereka, bila
mereka itu kehilangan bashirah (mata hati yang lurus). semua itu hanya
milik Allah semata.

15
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah
pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam
Masjidil Haram)

Di antara orang-orang musyrik itu ada yang melihatmu -wahai Rasul-


dengan mata lahirnya bukan dengan mata batinnya. Apakah engkau
mampu membuat orang buta bisa melihat?! Engkau pasti tidak mampu
melakukannya. Begitu juga engkau tidak akan mampu memberikan
petunjuk kepada orang yang tidak punya mata hati.

Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih


dan tafsir negeri Suriah

Di antara mereka ada orang yang melihat kepada bukti kenabianmu,


namun tidak mengimanimu. Lalu apakah dapat kamu memberi petunjuk
kepada orang-orang yang buta, walaupun mereka tidak dapat
memperhatikan? Ayat ini sebagai alasan untuk melawan mereka dan
karena tidak adanya persiapan untuk memahami dan menerima hidayah

d. Yunus 44

Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Sesungguhnya Allah tidak berbuat zhalim kepada manusia sedikitpun


dengan menambah kesalahan-kesalahan mereka atau mengurangi
kebaikan-kebaikan mereka. Akan tetapi manusialah yang berbuat
kezhaliman terhadap diri mereka sendiri dengan berbuat kekafiran,
maksiat, dan melanggar perintah Allah dan laranganNya.”

Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah


pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam
Masjidil Haram)

Sesungguhnya Allah bersih dari tindakan zalim (semena-mena) kepada


hamba-hamba-Nya. Dia tidak pernah menzalimi mereka sedikitpun.
Tetapi merekalah yang gemar menzalimi diri mereka sendiri dengan
cara menjerumuskan diri ke dalam jurang kehancuran, akibat terlalu
fanatik kepada kebatilan, sombong dan angkuh.

Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih


dan tafsir negeri Suriah

Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim atau menghukum seseorang


dengan semena-mena, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim

16
kepada diri mereka sendiri dengan tidak mempergunakan indera dan hati
mereka untuk menuju jalan kebenaran

I. Kontektualisasi ayat pada masa kini

Surat Yunus Ayat 40-41

Kontektualisasi ayat ini adalah bagaimana orang-orang beriman dan


tidak beriman, orang-orang yang berbuat kerusakan dan tidak membuat
kerusakan. Allah SWT Maha Tahu apa yang manusia perbuat, dan
semua perbuatan akan mendapatkan ganjarannya. Allah Subhanahu wa-
ta'ala memerintahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi
Wasallam agar tegar menghadapi orang-orang yang ingkar akan ajaran
yang dibawanya. Rasulullah diperintahkan untuk menyatakan bahwa
beliau tidak bertanggung jawab atas perbuatan mereka, dan merekapun
tidak bertanggungjawab terhadap perbuatan beliau. Dengan kata lain
"Bagiku pekerjaanku, bagimu pekerjaanmu". Segala perbuatan sekecil
apapun pasti ada balasannya. Amal baik akan mendapatkan balasan
yang baik, sebaliknya amal buruk akan mendapatkan keburukan pula.

Isi kandungan yang terdapat dalam Surat Yunus Ayat 40-41


menjelaskan tentang bagaimana orang-orang beriman dan tidak beriman,
orang-orang yang berbuat kerusakan dan tidak membuat kerusakan.
Allah SWT Maha Tahu apa yang manusia perbuat, dan semua perbuatan
akan mendapatkan ganjarannya.

Surat Yunus ayat 42

Konteks ini berkaitan dengan golongan orang kafir pada masa kini yang
mana di umpamakan seperti di Zaman Nabi SAW. Setelah dijelaskan
bahwa orang-orang yang mendustakan Nabi Muhammad akan
mempertanggungjawabkan perbuatannya, lalu dijelaskan pada ayat ini,
dan di antara mereka ada yang mendengarkan engkau wahai Nabi
Muhammad, padahal hati mereka tidak menerimanya. Maka apakah
engkau dapat menjadikan orang yang tuli pendengaran hatinya itu
mendengar sedangkan mereka tidak mengerti? Tentu tidak bias.

Allah menjelaskan kepada Nabi Muhammad dan pengikut-pengikutnya


bahwa di antara orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah ada
sekelompok manusia yang mendengarkan secara sembunyi-sembunyi
apabila Al-Qur'an dibacakan. Mereka memperhatikan pokok-pokok
agama yang terkandung di dalamnya, namun mereka tidak bermaksud
untuk mendengarkan dengan ketulusan hati, karena mereka pada saat
mendengar itu tidak mau mempergunakan akalnya untuk

17
memperhatikan kandungan Al-Quran dan tidak pula mau memikirkan
maksud dan tujuannya, sehingga mereka itu tidak dapat memahami
tujuan yang sebenarnya.

Mereka mau mendengarkan karena tertarik kepada susunan bahasa yang


indah dari Al-Quran dan merasa kagum mendengar keindahan
susunannya, seperti seorang yang tertarik kepada kicauan burung di atas
pepohonan, mereka hanya dapat menikmati keindahannya tetapi tidak
dapat memahami maksud apa yang terkandung dalam kicauannya itu.
Allah berfirman:

Setiap diturunkan kepada mereka ayat-ayat yang baru dari Tuhan,


mereka mendengarkannya sambil bermain-main. (al-Anbiya/21: 2)

Dan firman-Nya:

Dan di antara mereka ada yang mendengarkan bacaanmu (Muhammad),


dan Kami telah menjadikan hati mereka tertutup (sehingga mereka
tidak) memahaminya, dan telinganya tersumbat. Dan kalaupun mereka
melihat segala tanda (kebenaran), mereka tetap tidak mau beriman
kepadanya. Sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk
membantahmu, orang-orang kafir itu berkata, "Ini (Al-Qur'an) tidak lain
hanyalah dongengan orang-orang terdahulu." (al-Anam/6: 25)

Di akhir ayat ini, Allah menegaskan bahwa Nabi Muhammad saw tidak
akan mampu untuk membuat mereka itu mendengar dan mengerti akan
apa yang mereka dengarkan, karena mereka itu telah kehilangan manfaat
dari indera pendengaran dalam arti yang sebenar-benarnya. Mereka itu
bukanlah pendengar yang baik, sebab pendengar yang baik ialah orang
yang dapat memikirkan dan memahami serta melaksanakan maksud dan
tujuan dari apa yang didengarnya. Apalagi mereka selamanya memang
tidak akan berusaha untuk ikut mengerti, maka mereka tidak akan dapat
manfaat dari apa yang mereka dengarkan dan tidak akan dapat
memahami petunjuk-petunjuk yang dikandungnya.

Yunus ayat 43

Adapun Kontektualisasi ini berkelanjutan dari ayat sebelum nya. Yaitu


pada masa kini golongan orang kafir akan tetap mendustakan ayat – ayat
Allah karna Maksiat yang telah menutup hati hati mereka. Sesudah itu
Allah menjelaskan bahwa di antara orang-orang yang mendustakan ayat-
ayat Allah ada pula kelompok orang yang benar-benar memperhatikan
Nabi Muhammad saw pada saat membacakan Al-Qur'an. Akan tetapi,
perhatian mereka itu hanya lahiriyah semata dan hanya melihat gerakan

18
lidah Nabi pada saat mengucapkan lafaz dan susunannya, bukan
merupakan perhatian yang murni yang dapat memahami dan
memikirkan makna yang terkandung di dalam kata yang tersusun dalam
kalimat itu. Itulah sebabnya maka cahaya iman dalam hati mereka tidak
dapat memancar karena tertutup noda-noda kemusyrikan. Mereka tidak
dapat melihat tanda-tanda kebenaran dan petunjuk yang terkandung
dalam Al-Qur'an. Padahal pandangan batin inilah yang membedakan
manusia dengan binatang. Seharusnya dengan perhatian itu manusia
dapat memahami dan memikirkan apa yang dilihatnya, karena Allah
menyamakan mereka itu dengan orang buta.

Pada akhir ayat, Allah menegaskan bahwa Nabi Muhammad sebagai


utusan tidaklah mampu membuat mereka itu melihat tanda-tanda
kebenaran yang terdapat di dalam ayat-ayat Al-Qur'an. Karena mereka
yang pada masa kini juga memang tidak akan mampu mengindera
tanda-tanda kebenaran ayatnya apalagi mereka tidak mempunyai niat
untuk mempergunakan indera batinnya untuk memahami kandungan isi
ayat-ayat Al-Qur'an itu selama-lamanya

Yunus ayat 44

Konteks ini berkaitan dengan pertanyaan yang mana jika ada yang lahir
dalam keadaan keluarga non-Muslim, apakah Allah menjadikan kafir
hamba-Nya sendiri? Dengan menanyakan hal tersebut, apakah sudah
termasuk murtad atau kafir?

Sebelum membahas persoalan di atas, harus diketahui bahwasanya


dalam memahami al-Qur’an, tidak bisa mengambil pemahaman
tekstualisnya saja. Artinya, al-Qur’an tidak bisa dipahami secara
maksimal hanya dengan membaca artinya saja, tetapi perlu merujuk
kepada penafsiran para ulama sehingga akan didapati penjelasan-
penjelasan yang detail, sehingga mampu menangkap maksud ayat secara
komprehensif. Oleh karena itu, ketika akan membahas lebih jauh
mengenai inti dari pertanyaan saudara, terlebih dulu kita merujuk dalil
yang saudara jadikan sebagai akar pertanyaan, yaitu surah Yunus ayat
44. Allah swt berfirman,

‫َّاس َأن ُف َس ُه ْم يَظْلِ ُمو َن‬ ِ ِ ‫ِإ‬


َ ‫ َّن اهللَ الَ يَظْل ُم الن‬.
َ ‫َّاس َشْيئاً َولَـك َّن الن‬

19
Sesungguhnya Allah tidak menzalimi manusia sedikit pun, tetapi
manusia itulah yang menzalimi dirinya sendiri [QS. Yunus (10): 44].

Abdur Raḥmān as-Sa‘dῑ menyatakan, maksud dari “sesungguhnya Allah


tidak menzalimi manusia sedikit pun” adalah, Allah tidak menambah
kejelekan manusia, dan tidak mengurangi kebaikannya. Kemudian
maksud dari “tetapi manusia itulah yang menzalimi dirinya sendiri”,
bahwasanya kebenaran datang kepada mereka, akan tetapi mereka tidak
menerimanya. Allah memberi hukuman dengan menutup hati mereka,
serta mengunci pendengaran dan penglihatan mereka. (Abdur Raḥmān
as-Sa‘dῑ, Tafsīr as-Sa‘dī, hlm. 365).11

Sementara Rasyid Ridha12 menyebutkan sesungguhnya Allah dalam


menciptakan manusia tidak mengurangi kualitas indra, akal dan seluruh
kekuatan yang mengantarkan manusia memperoleh petunjuk berupa
kebaikan dan kemanfaatan kepada kebahagiaan dunia. Artinya, Allah
menciptakan seluruh manusia dengan penciptaan yang sempurna tanpa
mengurangi kesempurnaan tersebut sedikit pun. (Rasyid Ridha, Tafsīr
al-Manār, juz XI, hlm. 315).

Allah swt senantiasa memberikan petunjuk kepada kebaikan. Konteks


ayat ini berbicara kepada orang-orang musyrik yang enggan menerima
petunjuk dari Allah SWT melalui Nabi-Nya, karena mereka tidak mau
menerima kebenaran dan menyombongkan diri terhadap kebenaran. Hati
mereka pada asalnya mengakui Allah dan mengakui petunjuk serta
kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah saw. Hanya saja, mereka
menyombongkan diri dari menerima kebenaran, sehingga mereka
menzalimi diri mereka sendiri karena enggan menerima kebenaran.
Padahal sudah tetap ketetapan dari Allah, bahwa seseorang yang tidak
mengakui Allah sebagai Tuhannya dan tidak menerima kebenaran yang
dibawa Rasulullah akan dimasukkan ke dalam neraka.

BAB III
11
Abdur Raḥmān as-Sa‘dῑ, Tafsīr as-Sa‘dī, hlm. 365
12
Rasyid Ridha, Tafsīr al-Manār, juz XI, hlm. 315

20
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kandungan Surah Yunus Ayat 41-44 ini menjelaskan bagaimana cara


bergaul dengan orang-orang Kafir dan para penentang Nabi. Disebutkan
pula bahwa serapa banyak orang yang hadir dalam majelis Nabi
Muhammad Saw dan mendengar berbagai pernyataan Nabi. Bahkan
sebagian dari mereka juga melihat Nabi dengan mata kepala mereka
sendiri, akan tetapi kehadiran itu tidak meninggalkan kesan dan
pengaruh apapun.

Etika Pergaulan Muslim dengan Non-muslim dalam Alquran


Setidaknya ada 6 sikap yang harus dimiliki oleh seorang muslim
dalam bergaul dengan non-muslim. Selain menekankan kepada
hubungan baik terhadap sesama muslim, Alquran juga tidak
mengesampingkan agar setiap muslim menjalin hubungan yang baik
dengan non-muslim. Berikut penjelasan mengenai temuan peneliti
mengenai etika pergaulan antara muslim dengan non- muslim dalam
Alquran. Di antaranya : Saling Bekerja Sama, Bersikap Tegas dalam
Hal Prinsip terhadap Orang Kafir Islam mengatur batasan tentang
hubungan muslim dengan non-muslim. selama itu menyangkut
masalah sosial keduniawian, maka hal tersebut diperbolehkan.
Namun, jika sudah mencakup masalah aqidah, muslim harus dapat
bersikap tegas kepada non- muslim

Lalu Berdamai dengan Non-Muslim, Berbuat Baik dan Adil terhadap


Non-Muslim, Tidak Menjadikan Teman Orang-Orang yang
Memerangi Karena Agama, Tidak Berbuat Aniaya terhadap Non
Muslim.

B. Saran

Penulis mengetahui akan kekurangan makalah yang ditulis oleh


karena itu kami sangat terbuka kepada para pembaca untuk memberikan
saran serta kritik demi untuk memperbaiki agar menulis dan menyusun
mkalah lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
21
Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Katsir ad-Dimasyqi, Terjemah Tafsir Ibnu
Katsir Juz 1, Bandung: Sinar Baru al-Gensindo, 2002

Az-Zuhaili, Wahbah. Tafsir Al-Munir (Aqidah, Syari’ah, Manhaj) Ter. Abdul


Hayyie al-Kattani, et.al. Jakarta: Gema Insani. 2016.

Ahmad Mustafa Al Maraghi, Tafsir Al Maraghi, Messir. Musthafa al-bab al


halabi 1969

Al- Mahalli, Imam Jalaluddin dan as-Suyuti. Tafsir Jalalain. Terj. Bahrun
Abubakar. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2007.

As-Shiddiqie, Hasbi. 2000. Tafsir A-Quranul Majid An-Nur, jilid 1 Cetakan Ke


dua. Edisi Kedua. (Semarang: Pustaka Riski Putra).

Abdul ‘Azmi, Al-Wajiz fi Fiqhis Sunnah Wal Kitabil ‘Aziz, diterjemahkan


Ma’ruf Abdul Jalil, Al-Wajiz, Cet. 2, Jakarta: Pustaka As-Sunnah 2006

Rasyid Ridha, Tafsīr al-Manār, juz XI

Abdur Raḥmān as-Sa‘dῑ, Tafsīr as-Sa‘dī

22

Anda mungkin juga menyukai