Anda di halaman 1dari 18

MATERI KULIAH

ILMU MAKKIYAH DAN MADANIYAH

Di Susun Untuk Memenuhi Mata Kuliah

ULUMUL QURAN

FTK 18008

Disusun Oleh Kelompok 6:

1. Muhammad Sahdana : 210101050374


2. Siti Mukrimah : 210101050446
3. Nor Izzaty : 210101050556

Dosen Pengampu :

Annisa Damayanti, M.Pd.

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan Manajemen Pend. Islam
2021
KATA PENGANTAR

AssalamualaikumWr.Wb

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Ulumul Quran, dengan judul: “ILMU
MAKKIYAH DAN MADANIYAH”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan keritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Kami berharap semoga makahlah ini dapat memberikan manfaat dan
wawasan bagi pembaca dan memberikan manfaat nagi perkembangan dunia pendidikan.

WassalamualaikumWr.Wb

Banjarmasin, 28 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan Makalah................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-qur’an merupakan firman (kalam) allah swt yang diwahyukan kepada nabi
Muhammad saw. melalui malaikat jibril dengan lafadz dan maknanya. All-qur’an sebagai
kitabulloh menempati posisi sebagai sumber pertama dan utama dari seluruh ajaran islam.
Selain itu al-qur’an juga berfungsi sebagai petunjuk bagi umat mansia dalam mencapai
kehidupan dunia dan akhirat. Sebagai sumber ajaran islam yang paling utama alqur’an
merupakan sumber dari segala ajaran untuk operasionalisasi ajaran islam dan
pengembangannya sesuai dengan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi umat islam.
Setiap prilaku dan tindakan umat islam,baik secara individu maupun kelompok harus
dilakukan berdasarkan al-qur’an. Oleh karena itu, sumber ajaran silam berfunngsi sebagai
dasar pokok ajaran islam. Sebagai dasar, maka sumber itu menjadi landasan semua
prilaku dan tindakan umat islam sekaligus referensi tempat orientasi dan komunikasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud makkiyah dan madaniyah?
2. Tuliskan perbedaan antara makkiyah dan madaniyah?
3. Apa sajakah ciri-ciri dari makkiyah dan madaniyah?
4. Jelaskan klarifikasi dari ayat-ayat dan surat-surat dalam al-qur’an!
5. Apa saja hal yang diperselisihkan para ulama mengenai kategori makkiyah
dan madaniyah?
6. Apakah tujuan mempelajari makkiyah dan madaniyah?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari makkiyah dan madaniyah
2. Untuk menetahui perbedaan dari makkiyah dan madaniyah
3. Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri dari makkiyah dan madaniyah
4. Untuk mengetahui pengklarifikasian surat-surat dalam al-qur’an
5. Untuk mengetahui hal-hal yang diperselisihkan para ulama
6. Untuk mengetahui tujuan dari memperlajari makkiyah dan madaniyah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Makkiyah dan Madaniyah


Ada beberapa defenisi tentang Makkiyah dan Madaniyah yang dikemukakan oleh
ulama yang masing-masing berbeda satu sama lain. Perbedaan ini disebabkan oleh
perbedaan kriteria yang ditetapkan oleh setiap ulama dalam menetapkan Makkiyah atau
Madaniyahnya sebuah ayat atau surat.
Dalam hal ini ada tiga pendapat yang dikemukan oleh ulama, yaitu :
1. Berdasarkan Tempat Turunnya Suatu Ayat
Makkiyah ialah suatu ayat yang diturunkan di Mekkah dan sekitarnya
seperti ayat yang turun kepada Nabi Muhammad SAW di Mina, ‘Arafah,
Hudaibiyah dan sekitarnya, sedangkan Madaniyah ialah yang diturunkan di
Madinah dan sekitarnya seperti ayat yang turun kepada Nabi Muhammad
SAW di Badar, Uhud dan ain-lain.
Berdasarkan pengertian diatas dapat kita pahami bahwa Makkiyah adalah
ayat-ayat Alquran yang turun di Mekkah dan sekitarnya, dan Madaniyah yang
diturunkan di Madinah dan sekitarnya. Namun sebagian dari ayat Alquran
tidak hanya turun di Mekkah dan sekitarnya dan tidak pula di Madinah dan
sekitarnya, seperti surat at-Taubah ayat 42:

ْ َ‫ُوك َو ٰلَك ِۢن َبعُد‬


‫ت َعلَي ِْه ُم ٱل ُّش َّق ُة‬ َ ‫ان َع َرضًا َق ِريبًا َو َس َفرً ا َقاصِ ًدا ٱَّل َّت َبع‬
َ ‫ْۚ و َك‬

َ ‫ون أَنفُ َس ُه ْم َوٱهَّلل ُ َيعْ لَ ُم إِ َّن ُه ْم لَ ٰ َك ِذب‬


‫ُون‬ َ ‫ون ِبٱهَّلل ِ لَ ِو ٱسْ َت َطعْ َنا لَ َخ َرجْ َنا َم َع ُك ْم ُي ْهلِ ُك‬
َ ُ‫َو َس َيحْ لِف‬

“Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah
diperoleh dan perjalanan yang tidak seberapa jauh, pastilah mereka
mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka.
Mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah: "Jikalau kami sanggup
tentulah kami berangkat bersama-samamu". Mereka membinasakan diri
mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka
benar-benar orang-orang yang berdusta.”
3 Muhammad ‘Abd al ‘Azhîm az Zarqâny, Manâhil al ‘irfân fî ‘Ulûm al Qur’an, Dar al Hadis, Kairo, 2001, juz 1, h. 165- 16

Dan surat az-zukhruf ayat 45:

ِ ‫ ْل َمنْ أَرْ َس ْل َنا مِن َق ْبل َِك مِن رُّ ُسلِ َنٓا أَ َج َع ْل َنا مِن ُد‬7ََٔ‫َوسْ ٔـ‬
َ ‫ون ٱلرَّ حْ ٰ َم ِن َءالِ َه ًة يُعْ َب ُد‬
‫ون‬

“Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus


sebelum kamu: "Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah
selain Allah Yang Maha Pemurah?"

Kedua ayat diatas tidak diturunkan di Mekkah dan sekitarnya dan


tidak pula di Madinah, menurut Ibnu Katsir bahwa surat atTaubah ayat 42
diturunkan di Tabuk4 , dan surat az-Zukhruf ayat 45 diturunkan di Baitul
Maqdis pada malam Isra’5 , sehingga ayat ini tidak dinamakan Makkiyah
dan tidak juga Madaniyah. Maka pendapat yang pertama ini menyebabkan
tidak adanya pembagian yang konkrit secara mendua terhadap ayat-ayat
Alquran.

2. Berdasarkan Khitab/Seruan Dari Kitab Suci


Makkiyah ialah ayat-ayat Alquran yang berisi seruan atau khitab terhadap
penduduk Makkah, dan Madaniyah berisi tentang khitab yang ditujukan
terhadap penduduk Madinah.
Beranjak dari pengertian ini para ulama menyimpulkan bahwa setiap ayat
atau surat didalam Alquran yang dimulai dengan redaksi ) ‫اس‬00‫يَاَيُّ َهاالن‬wahai
sekalian manusia) dikategorikan sebagai Makkiyah, karena pada waktu itu
penduduk Mekkah pada umumnya masih kufur. Sedangkan ayat atau surat
yang dimulai lafaz dengan ) ‫يايهاالذين امنوا‬wahai orang-orang yang beriman)
dikategorikan Madaniyah, karena pada waktu itu benih-benih keimanan sudah
tumbuh atau sudah terbentuk di dada penduduk Madinah.
Jika kita berpegang pada defenisi yang kedua ini, akan ditemukan dua
permasalahan ketika membaca sebagian ayat-ayat Alquran yaitu:
4 Abu al Fida’ ‘Imâd ad Dîn bin Katsîr, Tafsîr al Qur’ân al ‘Azhîm, Maktabah Qurtubah,
Kairo,2000,Juz7,h.2105Ibid,juz8,h.315

Pertama: Kebanyakan surat Alquran tidak selalu dibuka dengan salah satu
seruan diatas, misalnya surat al-Ahzab dibuka dengan lafaz:

َ ‫ِين ۗ إِنَّ ٱهَّلل َ َك‬


‫ان َعلِيمًا َحكِيمًا‬ َ ‫ٰ َٓيأ َ ُّي َها ٱل َّن ِبىُّ ٱ َّت ِق ٱهَّلل َ َواَل ُتطِ ِع ْٱل ٰ َكف ِِر‬
َ ‫ين َو ْٱل ُم ٰ َنفِق‬

Dan contoh lain misalnya surat al-Munafiqun yang dimulai dengan lafaz:

7َ ُ‫إِ َذا َجٓا َء َك ْٱل ُم ٰ َنفِق‬


۟ ُ‫ون َقال‬
َّ‫وا َن ْش َه ُد إِ َّن َك لَ َرسُو ُل ٱهَّلل ِ ۗ َوٱهَّلل ُ َيعْ لَ ُم إِ َّن َك لَ َرسُولُهُۥ َوٱهَّلل ُ َي ْش َه ُد إِن‬
َ ‫ِين لَ ٰ َك ِذب‬
‫ُون‬ َ ‫ْٱل ُم ٰ َنفِق‬

Berdasarkan redaksi dua ayat diatas, maka keduanya tidak termasuk


Makkiyah dan tidak pula Madaniyah, karena keduanya turun bukan dengan lafaz
‫اس‬00‫ يايهاالن‬dan tidak pula ‫ذين امنوا‬00‫يايهاال‬kalau begitu ayat yang turun selain dari
redaksi tersebut mau dimasukkan kepada golongan mana?.Melalui defenisi ini
ditemukan tidak adanya kekonsistenan dalam menetapkan ayat-ayat Alquran.

Kedua: Tidak semua ayat atau surat yang terdapat ‫اس‬000‫يايهاالن‬redaksi


didalamnya meski Makkiyah dan tidak juga semua surat atau ayat yang terdapat
dalamnya redaksi ‫وا‬00‫ذين امن‬00‫يايهاال‬meski Madaniyah, misal surat al-Baqarah yang
termasuk Madaniyah, namun sebagian dari redaksi ayatnya terdapat lafaz:

َ ‫ِين مِن َق ْبلِ ُك ْم َل َعلَّ ُك ْم َت َّت ُق‬


‫ون‬ ۟ ‫ٰ َٓيأ َ ُّي َها ٱل َّناسُ ٱعْ ُب ُد‬
َ ‫وا َر َّب ُك ُم ٱلَّذِى َخلَ َق ُك ْم َوٱلَّذ‬

ِ ‫اس ُك لُ وا مِم َّ ا يِف ا أْل َ ْر‬


‫ض َح اَل اًل طَ يِّ بً ا َو اَل َت تَّ بِ عُ وا‬ ُ َّ‫يَا أَيُّ َه ا الن‬
ِ َ‫الش ي ط‬ ِ
ٌ‫ إِ نَّهُ لَ ُك ْم َع ُد ٌّو ُم بِ ني‬Lۚ ‫ان‬ ْ َّ ‫ُخ طُ َو ات‬
6 al Baqarah: 21 7 al Baqarah: 168 8 al Haj: 77 9 Muhammad bin Muhammad Abu Syahbah, al Madkhal li Dirâsah al Qur’ân al
Karîm, Dar al Jîl, Beirut, 1992, h. 200. Lihat juga: Jalâl ad Dîn Abd ar Rahmân bin Abi Bakr as Syuyûty, al Itqân fî ,Ulum al Qur’an,
Maktabah as Shafa, Kairo, 2006, h. 6

Kemudianَ. surat al-Haj termasuk kedalam golongan surat Makkiyah,tetapi


didalamnya juga terdapat lafaz:

۟ ُ‫ُوا َربَّ ُك ْم َوٱ ْف َعل‬


َ‫وا ْٱلخَ ْي َر لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬ ۟ ‫ُوا َوٱ ْعبُد‬
۟ ‫ُوا َوٱ ْس ُجد‬ ۟ ُ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
۟ ‫وا ٱرْ َكع‬
َ

3. Berdasarkan Waktu Turunnya


Makkiyah ialah ayat Alquran yang diturunkan sebelum hijrahnya Nabi
Muhammad Saw. ke Madinah sekalipun ayat tersebut turun di luar kota
Mekkah, sedangkan Madaniyah adalah ayat Alquan yang turun setelah Nabi
hijrah ke Madinah meskipun ayat tersebut turun bukan di kota Madinah.
Jadi, berdasarkan pengertian ini walaupun ayat Alquran turun di Mekkah
atau Arafah setelah hijrah termasuk kedalam golongan Madaniyah, seperti
ayat yang diturunkan pada tahun penaklukkan kota Mekkah, seperti firman
Allah:
‫ون ٰ َذل َِك لِ َمن َي َشٓا ُء ۚ َو َمن ُي ْش ِركْ ِبٱهَّلل ِ َف َق ِد ٱ ْف َت َر ٰ ٓى‬
َ ‫إِنَّ ٱهَّلل َ اَل َي ْغفِ ُر أَن ُي ْش َر َك ِبهِۦ َو َي ْغفِ ُر َما ُد‬
‫إِ ْثمًا َعظِ يمًا‬
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh
ia telah berbuat dosa yang besar.”

Ayat ini diturunkan di Mekkah dalam ka’bah pada tahun penaklukkan kota
Mekkah, atau ayat yang turun pada waktu haji Wada’ seperti firman Allah:
َ ُ‫ير َو َمٓا أ ُ ِه َّل ل َِغي ِْر ٱهَّلل ِ ِبهِۦ َو ْٱل ُم ْن َخ ِن َق ُة َو ْٱل َم ْوق‬
ُ‫وذة‬ ِ ‫ت َعلَ ْي ُك ُم ْٱل َم ْي َت ُة َوٱل َّد ُم َولَحْ ُم ْٱلخ‬
ِ ‫ِنز‬ ْ ‫حُرِّ َم‬
۟ ‫ب َوأَن َتسْ َت ْقسِ م‬
‫ُوا‬ ُ ‫يح ُة َو َمٓا أَ َك َل ٱل َّس ُب ُع إِاَّل َما َذ َّك ْي ُت ْم َو َما ُذ ِب َح َعلَى ٱل ُّن‬
ِ ‫ص‬ َ ِ‫َو ْٱل ُم َت َر ِّد َي ُة َوٱل َّنط‬
ُ ‫ٱخ َش ْو ِن ۚ ْٱل َي ْو َم أَ ْك َم ْل‬
‫ت‬ ْ ‫ُوا مِن دِي ِن ُك ْم َفاَل َت ْخ َش ْو ُه ْم َو‬۟ ‫ِين َك َفر‬َ ‫ِس ٱلَّذ‬ َ ‫ِبٱأْل َ ْز ٰلَ ِم ۚ ٰ َذلِ ُك ْم فِسْ ٌق ۗ ْٱل َي ْو َم َيئ‬
ُ ْ‫يت لَ ُك ُم ٱإْل سْ ٰلَ َم دِي ًنا ۚ َف َم ِن ٱض‬
َ ‫طرَّ فِى َم ْخ َم‬
‫ص ٍة َغي َْر‬ ُ ِ‫ت َعلَ ْي ُك ْم نِعْ َمتِى َو َرض‬ُ ْ‫لَ ُك ْم دِي َن ُك ْم َوأَ ْت َمم‬
ِ
‫ف إِّل ِ ْث ٍم ۙ َفإِنَّ ٱهَّلل َ َغفُو ٌر رَّ حِي ٌم‬
ٍ ‫ُم َت َجا ِن‬

10 an Nisa: 48
11 Al Maidah: 3

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging


hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul,
yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat
kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk
berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah,
(mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini
orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu
janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini
telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.
Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa,
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Dibanding dengan dua pendapat sebelumnya, tampaknya pendapat yang


ketiga ini lebih rajih karena ia lebih memberikan kepastian dan konsisten serta
memenuhi unsur penyusunan ta’rif atau definisi.

B. Penglarifikasian Ayat-ayat Suci Al-Qur’an


Pada umumnya, para ulama membagi surat-surat Alquran itu menjadi dua
kelompok yaitu Makkiyah dan Madaniyah, namun mereka berbeda pendapat dalam
menetapkan jumlah masing-masing kelompok tersebut. Menurut Abu Bakr bin Hashâr
jumlah surat-surat Madaniyah yang disepakati oleh ulama berjumlah sekitar 20 surat
yaitu alBaqarah, Ali Imran, an-Nisa, al-Ma’idah, al-Anfal, at-Taubah, an-Nur, al-Ahzab,
Muhammad, al-Fath, al-Hujurat, al-Hadid, al-Mujadalah, al-Hasyr, al-Mumtahanah, al-
Jumu’ah, al-Munafiqun, at-Thalaq, atTahrim, an-Nasr13 .
12 Muhammad ‘Abd al ‘Azhîm az Zarqâny, Op.Cit, h. 167, lihat juga Mannâ Khalîl al Qattân, Op.Cit, h. 61 13 Jalâl ad Dîn Abd ar
Rahmân bin Abi Bakr as Syuyûty, Op.Cit, h. 48, lihat juga: Mannâ Khalîl al Qattân, Op.Cit, h. 55 14 Ibid

Sedangkan yang diperselisihkan berjumlah sekitar 12 surat yaitu al-Fatihah, ar-


Ra’du, ar-Rahman, as-Shaf, at-Thaghabun, at-Tatfif, alQadr, al-Bayyinah, al-Zalzalah, al-
Ikhlas, al-Falaq, an-Nash. Para ulama berbeda pendapat tentang keadaan surat-surat ini,
apakah dia Makkiyah atau Madaniyah. Selain surat-surat yang disebutkan diatas adalah
Makkiyah yaitu berjumlah sekitar 82 surat. Maka jumlah surat Alquran keseluruhannya
adalah 114 surat .
Adapun adanya perbedaan pendapat para ulama dalam menetapkan jumlah
masing-masing disebabkan karena adanya sebagian surat dari Alquran yang tergolong
Makkiyah atau Madaniyah, tetapi di dalamnya berisi ayat yang lain statusnya, karena itu
Imam Abu Syahbah membagi surat-surat dalam Alquran menjadi empat macam, yaitu:
1. Surat-surat Makkiyah murni (‫الص‬LL‫ )مكي خ‬yaitu surat-surat Makkiyah yang
seluruh ayatnya juga berstatus Makkiyah semua, tidak satu pun yang
Madaniyah.
2. Surat-surat Madaniyah murni (‫ )مدني خالص‬yaitu surat-surat Madaniyah yang
seluruh ayatnya juga berstatus Madaniyah semua dan tak satu pun yang
Makkiyah.
3. Surat-surat Makkiyah yang berisi ayat-ayat Madaniyah (‫ )مدني بعضه مكي‬yaitu
surat-surat yang sebetulnya kebanyakan ayatnya adalah Makkiyah, sehingga
berstatus Makkiyah, tetapi didalamnya ada sedikit ayatnya yang berstatus
Madaniyah.
4. Surat-surat Madaniyah yang berisi ayat-ayat Makkiyah (‫ )مدني بعضه مكي‬yaitu
surat-surat yang sebetulnya kebanyakan ayatnya adalah Madaniyah, sehingga
berstatus sebagai surat Madaniyah, tetapi didalamnya ada sedikit ayatnya yang
berstatus Makkiyah.
15Ibid 16 Muhammad bin Muhammad Abu Syahbah, Op.Cit, h. 201

Maka penamaan sebuah surat Makkiyah atau Madaniyah tidaklah berarti


bahwa seluruh surat tersebut Makkiyah atau Madaniyah, sebab didalam surat
Makkiyah kadang-kadang terdapat ayat-ayat Madaniyah, dan begitu juga
sebaliknya didalam surat Madaniyah kadang-kadang terdapat ayat-ayat
Makkiyah. Oleh sebab itu penamaan sebuah surat Makkiyah atau Madaniyah
adalah menurut sebagian besar ayat-ayat yang terkandung didalamnya, karena
itu sering didapati dalam kitab-kitab tafsir dikatakan bahwa surat ini adalah
Makkiyah kecuali ayat “ini” adalah Madaniyah, atau surat ini adalah
Madaniyah kecuali ayat “ini” adalah Makkiyah.
Contoh ayat Makkiyah yang terdapat dalam surat Madanaiyah, surat al-Anfal
yang merupakan surat Madaniyah, tetapi banyak ulama yang mengecualikan ayat
30:

ُ ‫ُون َو َيمْ ُك ُر ٱهَّلل ُ ۖ َوٱهَّلل‬ َ ‫وك أَ ْو ي ُْخ ِرج‬


َ ‫ُوك ۚ َو َيمْ ُكر‬ َ ُ‫وك أَ ْو َي ْق ُتل‬
َ ‫ُوا لِي ُْث ِب ُت‬ َ ‫َوإِ ْذ َيمْ ُك ُر ِب َك ٱلَّذ‬
۟ ‫ِين َك َفر‬

َ ‫َخ ْي ُر ْٱل ٰ َمك ِِر‬


‫ين‬
“Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya
upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau
membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah
menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.”
17 Jalâl ad Dîn Abd ar Rahmân bin Abi Bakr as Syuyûty, Op.Cit, h. 55

C. Cara Mengetahui Makkiyah dan Madaniyah


Untuk mengetahui dan menentukan Makkiyah dan Madaniyahnya suatu ayat atau
suatu surat, para ulama bersandar pada dua metode sebagaimana yang dikatakan oleh al
Ja’biri, yaitu:
Pertama: Simâ’i Naqli (pendengaran seperti apa adanya) yaitu penentuan
Makkiyah atau Madaniyah yang berdasarkan merujuk kepada riwayat-riwayat sahih dari
para sahabat yang hidup pada saat itu dan menyaksikan turunnya wahyu atau dari para
tabi’in yang menerima dan mendengar dari para sahabat bagaimana, dimana dan
peristiwa apa yang berkaitan turunnya wahyu pada waktu itu. Karena tidak ada
keterangan sedikitpun dari Rasulullah tentang penjelasan Makkiyah dan Madaniyah ini,
disebabkan pada saat itu para sahabat tidak butuh kepada penjelasan ini, karena mereka
menyaksikan langsung turunnya wahyu, jika mereka menemui keraguan, mereka
langsung bertanya kepada Rasulullah. Sebagian besar penentuan Makkiyah dan
Madaniyah didasarkan pada cara yang pertama ini, hal ini dapat dilihat dalam kitab-kitab
tafsir bil Ma’tsûr, kitab-kitab Asbâb an Nuzûl dan pembahasan-pembahasan mengenai
ilmu Alquran . Sebagaimana Qadhi Abu Bakar ibnu at Thayyib al Baqalany dalam al
Intishâr mengatakan” pengetahuan tentang Makkiyah dan Madaniyah mengacu kepada
hafalan para sahabat dan tabi’in, tidak ada suatu keterangan pun yang datang dari
Rasulullah mengenai hal itu, sebab ia tidak diperintahkan untuk itu, dan Allah tidak
menjadikan ilmu pengetahuan mengenai hal itu sebagai kewajiban umat, bahkan
sekalipun pengetahuan mengenai sejarah nasikh dan mansukh itu wajib bagi ahli ilmu,
tetapi pengetahuan tersebut tidak harus diperoleh melalui nash dari Rasulullah”
20, Mannâ Khalîl al Qattân , Op.Cit, h. 56, 21 Jalâl ad Dîn Abd ar Rahmân bin Abi Bakr as Syuyûty, Op.Cit, h. 65 22 Muhammad
‘Abd al ‘Azhîm az Zarqâny, Op.Cit, h. 168 23 Mannâ Khalîl al Qattân, Op.Cit, h. 60

Kedua: Qiyâs Ijtihâdi (qiyas hasil ijtihad) yaitu didasarkan pada ciri-ciri
Makkiyah dan Madaniyah, apabila dalam surat Makkiyah terdapat suatu ayat yang
mengandung sifat Madaniyah atau peristiwa Madaniyah, maka dikatakan bahwa ayat itu
Madaniyah, dan apabila dalam surat Madaniyah terdapat suatu ayat yang mengandung
sifat atau peristiwa Makkiyah, maka ayat itu dikatakan Makkiyah, atau misalnya dalam
suatu surat terdapat ciri-ciri Madaniyah, maka surat tersebut dikatakan Madaniyah, begitu
juga sebaliknya, yang mana semua itu merupakan hasil dari ijtihad para ulama.

D. Ciri-Ciri Makkiyah dan Madaniyah


Pertama, ciri-ciri yang pasti dari surah Makkiyah, yakni jika di dalamnya
terdapat ini:

1. Ayat yang jika dibaca, maka disunnahkan kepada pembaca dan pendengarnya untuk
melakukan sujud (ayat Sajdah)
2. Kata kallaa (disebut 33 kali)
3. Frasa yaa ayyuha an-naas dan sebaliknya, tidak ada yaa ayyuha alladziina
aamanu (kecuali surah al-Haj)
4. Kisah nabi-nabi dan umat-umat terdahulu (kecuali surah al-Baqarah)
5. Kisah Nabi Adam AS dan Iblis (kecuali surah al-Baqarah)
6. Pembukaan surah berupa huruf-huruf lepas, seperti qaf, shad, alif-lam-mim-ra, alif-
lam-mim (kecuali surah al-Baqarah dan surah Ali Imran).

Kedua, ciri-ciri yang dominan--masih dari surah atau ayat Makkiyah, yakni jika di
dalamnya terdapat hal berikut.

1. Ayat dan surahnya pendek-pendek


2. Ungkapannya keras, cenderung puitis, menyentuh hati
3. Banyak terdapat kesamaan bunyi
4. Banyak menggunakan huruf qasam  (sumpah)
5. Banyak kecaman kepada kaum musyrik
6. Penekanan pada dasar-dasar keimanan kepada Allah dan Hari Akhir, serta
penggambaran surga dan neraka
7. Banyak tuntunan mengenai akhlaq al-karimah  (akhlak yang baik)
24 Jalâl ad Dîn Abd ar Rahmân bin Abi Bakr as Syuyûty, Op.Cit, h. 43 25 Mannâ Khalîl al Qattân, Op.Cit, h. 61

Adapun karakteristik yang pasti dari surah Madaniyah, yakni jika di dalamnya
terdapat hal berikut.

1. Izin untuk perang dan hukum-hukumnya


2. Rincian hukum tentang hudud, ibadah, undang-undang sipil, sosial, dan hubungan
antar-negara
3. Penyebutan tentang kaum munafik (kecuali surah al-Ankabut)
4. Penyebutan tentang ahli kitab

Sementara itu, ciri-ciri yang tampak dominan dari surah atau


ayat Madaniyah adalah berikut

1. Ayat dan surahnya panjang-panjang.


2. Ungkapannya tenang, cenderung prosais, yang ditujunya adalah akal pikiran
3. Banyak mengemukakan bukti dan argumentasi mengenai kebenaran-kebenaran
agama.

E. Faedah Mengetahui Ilmu Makkiyah dan Madaniyah


Pengetahuan tentang Makkiyah dan Madaniyah suatu ayat atau surat mempunyai
beberapa faedah atau memberikan pengaruh positif yang sangat besar sekali baik
terhadap penafsiran al-Qur’an ataupun dalam berdakwah, diantaranya:
1. Untuk dijadikan sebagai alat bantu dalam menafsirkan alQur’an, sebab
pengetahuan tentang tempat turunya ayat dapat membantu memahami ayat
tersebut dan menafsirkannya dengan penafsiran yang yang benar, disamping itu
dengan ilmu ini seorang mufassir akan dapat membedakan antara ayat yang
nasikh dengan yang mansukh, bila diantara kedua ayat terdapat makna yang
kontradiktif, yang datang kemudian (ayat-ayat Madaniyah) tentu merupakan
nasikh atas ayat yang terdahulu (ayat-ayat Makkiyah)
2. Dengan ilmu ini seseorang akan mengetahui sejarah pensyari’atan hukum (tarîkh
tasyrî’) dan proses terbentuknya sebuah hukum secara bertahap-tahap ( at tadarruj
fil hukmi)
37 Mannâ Khalîl al Qattân, Op.Cit, h. 59, lihat juga: Muhammad ‘Abd al ‘Azhîm az Zarqâny, Op.Cit, h. 167 38 Muhammad ‘Abd
al ‘Azhîm az Zarqâny, Op.Cit, h. 167

3. Ilmu ini dapat meningkatkan keyakinan kita terhadap kebesaran, kesucian, dan
keaslian al-Qur’an, karena melihat besarnya perhatian umat islam terhadap hal-hal
yang berhubungan dengan al-Qur’an, sampai dengan hal-hal yang sedetail-
detailnya, sehingga mengetahui ayat-ayat mana yang turun sebelum hijrah dan
sesudahnya, ayat-ayat yang diturunkan pada waktu Nabi berada di kota tempat
tinggalnya, dan ayat yang turun pada waktu Nabi sedang dalam bepergian atau
perjalanan, ayat-ayat yang turun pada malam hari dan siang hari, dan ayat-ayat
yang turun pada musim panas dan musim dingin dan sebagainya
4. Dengan mengetahui ilmu ini mendorong kita untuk meresapi gaya bahasa al-
Qur’an dan memanfaatkannya dalam metode berdakwah menuju jalan Allah,
sebab setiap situasi mempunyai bahasa tersendiri, memperhatikan apa yang
dikehendaki oleh situasi, merupakan sebuah pengetahuan yang sangat berguna
sekali dalam ilmu retorika khususnya. Karakteristik gaya bahasa Makkiyah dan
Madaniyah didalam al-Qur’an memberikan kepada orang yang mempelajarinya
sebuah metode dalam penyampain dakwah sesuai dengan kejiwaan lawan bicara,
menguasai pikiran dan perasaannya serta mengatasi apa yang ada dalam diri
mereka dengan bijaksana
5. Mengetahui sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat al-Qur’an, sebab turunnya
wahyu kepada Rasulullah sejalan dengan sejarah dakwah dengan segala
peristiwanya, baik pada periode Mekkah maupun pada periode Madinah

Itulah beberapa penjelasan tentang Makkiyah dan Madaniyah ayat atau surat al-
Qur’an, yang mana adanya ilmu ini merupakan sebuah bukti besarnya perhatian para
ulama terhadap al-Qur’an, semoga dengan mengetahui ilmu ini semakin memberikan
semangat kepada kita untuk selalu meresapi dan mendalami serta mempelajari al-
Qur’an.

.
39 Ibid 40 Mannâ Khalîl al Qattân, Op.Cit, h. 59-60 41 Ibid, h. 6

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Pengetahuan tentang ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah merupakan
bagian yang terpenting dalam ‘Ulum Alquran. Hal ini bukan saja
merupakan kepentingan kesejarahan melainkan juga untuk memahami dan
menafsirkan ayat-ayat yang bersangkutan, sebagaimana Abu al Qasim an
Naisyabûri (ahli nahwu dan tafsir, wafat tahun 406 H) tidak membenarkan
seseorang menafsirkan Alquran tanpa mengetahui Ilmu Makkiyah dan
Madaniyah
2. Para ulama mendefinisikan Makkiyah dan Madaniyah berdasarkan tempat
turunnya suatu ayat, berdasarkan khitab dalam ayat tersebut, dan
berdasarkan waktu turunnya ayat tersebut.
3. Pengklasifikasian ayat-ayat dan surat-surat Alquran menjadi dua yaitu,
Makkiyah dan Madaniyah, setiap surat Makkiyah dan Madaniyah
mempunyai beberapa ciri khas dan tema serta gaya bahasa yang berbeda.

B. SARAN
Demikianlah makalah yang dapat kami buat, sebagai manusia biasa kita
menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua
DAFTAR PUSTAKA

Abu Syahbah, Muhammad bin Muhammad. Al Madkhal Lidirâasah alQur’an al Karîm. Beirut:
Dar al Jîl. 1992

Al ‘Asqalâny, Ahmad bin ‘Ali bin Hajar. Fath al Bâry bi Syarh Shahîh al Bukhâry. Kairo: Dar al
Hadis. 2004 Al Qattân, Mannâ Khalîl. Mabâhits fî ‘Ulum al Qur’an. Riyadh: Mansyûrât al ‘Asr
al Hadîts. 1973

An Naisabûry, Abu Hasan binAhmad al Wâhidy. Asbab an Nuzûl wa bi Hamisyihi an Nâsikh wa


al Mansyûkh. Beirut: ‘Alam al Kutub

As Suyûty, Jalal ad Dîn ‘Abd ar Rahmân bin Abi Bakr. Al Itqân fî ‘Ulum al Qur’an. Kairo:
Maktabah as Shafâ. 2006

Az Zarqâny, Muhammad Abd al ‘Ashîm. Manâhil al ‘Irfân fî ‘Ulum al Qur’an. Kairo: Dar al
Hadis. 2001

Ibnu Katsîr, Abu al Fidâ’ ‘Imâd ad Dîn. Tafsîr al-Qur’an al ‘Azhîm. Kairo: Maktabah al Qur
tubah. 2000

Anda mungkin juga menyukai