Anda di halaman 1dari 14

ILMU YANG BERHUBUNGAN DENGAN ILMU TAFSIR QURÁN

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah

Ilmu Tafsir

Dosen Pengampu : Dr. Nanang Nurcholis,MA

Disusun Oleh :

1. Luluk Marátul Farekhah (21106021024)


2. Umi Nurjanah (21106021040)

PROGRAM STUDI MUAMALAT


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR

Dengan mentyebut nama Allah swt yang maha pengasih lagi maha
penyayang .Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah swt
yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya . sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah “
Ilmu Tafsir “Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan
penulisan tugas mata kuliah ‘’Ilmu Tafsir dengan topik inti “Ilmu yang
berhubungan dengan tafsir Qurán ” . Kami sampaikan terimakasih yang sebesar -
besarnya kepada Dr. Nanang Nur Kholis, MA . Selaku dosen pengampu mata
kuliah Ilmu Tafsir serta semua pihak yang turut membantu proses penyusunan
makalah ini . Kami menyadari makalah ini masih begitu banyak kekurangan dan
kesalahan baik isinya maupun struktur penulisannya ,

Semoga makalah ini dapat dipahami dengan mudah bagi siapapun yang
membacanya dan juga dapat berguna bagi kami pribadi . Demikian yang dapat kami
sampaikan , mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata.

Semarang, 23 September 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

BAB I .................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................... 4
A. Kata Pengartar ........................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
C. Tujuan ....................................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN .................................................................................................. 6
1.Proses-Proses Turunnya Al-Qurán ................................................................. 6
2.Perbedaan Makiyyah dan Madaniyyah........................................................... 6
3.Pengertian Asbabun Nuzul ............................................................................ 8
4. Fungsi Ilmu Munasabah ............................................................................... 8
5. Pengertian I’jazul Qurán ............................................................................... 8
6. Syarat-syarat Qiraáh ..................................................................................... 9
7. Apa Pengertian Ma’na Akhruf Sabá............................................................ 10
BAB III.............................................................................................................. 13
PENUTUP ......................................................................................................... 13
A. Kesimpulan ............................................................................................... 13
B.Saran .......................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Kata Pengantar
Al-Qurán merupakan pedoman pertama dan utama bagi umat muslim.
Al-Qurán diturunkan dalam Bahasa Arab ,namun yang menjadi masalah
ialah kapasitas manusia yang sangat terbatas dalam memahami al-Qurán .
Karena tidak semua yang pandai Bahasa Arab ,sekalipun orang arab sendiri
,mampu memahami pesan yang terkandung didalam al-Qurán secara
sempurna .Bahkan sebagai para sahabat nabi dan tabi’in yang tergolong
lebih dekat kepada nabi ,masih ada yang keliru menangkap pesan .
Kesulitan-kesulitan tersebut yang menyadarkan para sahabat dan ulama
generasi selanjutnya akan kelangsungan dalam memahami al-Qurán
.Mereka merasa perlu membuat rambu-rambu dalam memahami al-Qurán
.Hasil jerih payah para ulama tersebut menghasilkan cabang ilmu al-Qurán
yang sangat banyak .Adanya permasalahan tersebut menjadi urgensi dari
ilmu-ilmu al-Qurán sebagai sarana menggali pesan Tuhan ,serta mendapat
pemahaman yang benar dan jelas terhadap al-Qurán .

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pengertian Nuzulul Qurán ?


2. Apa definisi Makiyyah dan Madaniyyah menurut beberapa teori ?
3. Apa pengertian asbabun nuzul dan dibagi berapa macam, jelaskan !
4. Apa fungsi ilmu Munasabah dalam Tafsir Qurán ?
5. Apa pengertian I’jazul Qurán ?
6. Menyebutkan syarat-syarat Qiroáh
7. Apa pengertian Ma’na Akhru Sabá

4
C. TUJUAN

1. Mengetahui apa saja ilmu yang berhubungan dengan ilmu Tafsir


2. Untuk mengetahui definisi-definisi Makiyah dan Madaniyah dari
beberapa teori
3. Mengerti bagaimana proses turunnya Al-Qurán
4. Mengerti fungsi Munasabah
5. Mengetahui makna I’jazul qurán
6. Mengetahui ada berapa ilmu Qiroah
7. Mengerti Ma’na ahkru Sabá

5
BAB II

PEMBAHASAN

1. PROSES-PROSES TURUNNYA AL-QURÁN


Proses turunnya al-Qurán kepada Nabi Muhammad SAW melalui 3 tahap :

A. Al-Qurán turun secara sekaligus dari Allah Lauhul Mahfudz yaitu suatu tempat
yang merupakan catatan tentang segala ketentuan dan kapasitas Allah. Proses
pertama diisyaratkan dalam Q.S Al-Buruuj :21-22 “Bahkan yang didustakan
mereka itu ialah Al-Qurán yang mulia yang tersimpan dalam lauhu mahfudz “
B. Al-Qurán diturunkan dari lauhul mahfudz ke bait al-izzah (tempat yang berada
dilangit dunia),diisyaratkan dalam : Q.S Al-Qadar “Sesungguhnya kami telah
menurunkan al-Qurán pada malam kemuliaan
C. Al-Qurán diturnkan bait al-izzah kedalam hati nabi melalui malaikat jibril
dengan cara berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan. Diisyaratkan dalam
surat Ass-Syuára’ 193-195 ‘’Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril ,
kedalam hatimu(Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang diantara orang
orang yang memberi peringatan dengan Bahasa arab yang jelas’’.

2. PERBEDAAN SURAH MAKKIYAH DAN MADANIYYAH


Menurut teori geografis ini, pengertian Makkiyah adalah ayat yang turun di
Makkah, baik waktu turunnya sebelum Rasulullah SAW hijrah maupun
sesudahnya. Sedangkan pengertian Madaniyah adalah ayat yang turun di Madinah
baik waktu turunnya sebelum Rasulullah SAW hijrah maupun sesudahnya Namun,
pada kenyataanya ada beberapa ayat Al-Qur’an yang tidak turun di wilayah Makkah
ataupun Madinah, seperti tempat turunnya Q.S At-Taubah: 42adalah di Tabuk, Q.S
Az-Zukhruf: 45 di Baitul Maqdis (Palestina) pada malam Isra Mi’raj. Hal ini
merujuk pada H.R At-Thabrani dari Abu Umamah: Rasulullah SAWbersabda; Al-
Quran di turunkan di 3 tempat: Makkah, Madinah, dan Sham. Walid berkata:

6
Maksudnya perjalanannya setelah beliau tiba di Madinah, maka ia masuk kategori
ayat Madaniyah.
Sedangkan kelemahannya hanya terletak pada kejanggalan beberapa ayat atau surah
Al-Qur’an yang nyata-nyata turun di Makkah tetapi karena turun sesudahHijrah,
lalu ia dianggap Madaniyah. Seperti Q.S Al-Maidah; 3, Q.S An-Nisa; 8.Ayat
tersebut turun di kota Makkah sewaktu Nabi saw berada di dalam Ka’bah.
Teori Subjektif Menurut teori ini, pengertian Makkiyah adalah ayat yang
berisi pangilan kepada penduduk Mekkah dengan panggilan “wahai manusia”,
“wahai orang-orang yang ingkar”, “wahai anak adam”. Sedangkan pengertian
Madaniyah adalah ayat yang berisi panggilan kepada penduduk Madinah dengan
panggilan “wahai
orang-orang yang beriman”
Kelebihan teori ini ialah rumusannya dimengerti, dan lebih cepat dikenali
dengankriteria panggilan (nida, khitab) yang khas dari keduanya tersebut. Namun,
teori ini banyak kelemahan pula di antaranya: Rumusan pengertiannyatak dapat
dijadikan ketentuan, karena tak dapat mencakup seluruh ayat Al-Qur’an. Dari
keseluruhan ayat AlQur’an yang berjumlah 6236 ayat, hanya ada 511 ayat yang
dimulai dengan panggilan (nida), dan dari 511 ayat tersebut, yang dimulai dengan
panggilan (nida) yang khas Makkiyah berjumlah 292 ayat, danyang khasMadaniyah
berjumlah 219 ayat.
Selain itu, ada beberapa ayat yang dimulai dengan panggilan (nida) bukan
termasuk ayat Makkiyah seperti: Q.S Al- Baqarah: 21, Q.S An-Nisa : 1, Q.S An-
Nisa: 1334. Teori Content Analysis menurut teori ini, pengertian Makkiyah adalah
ayat yang memuat cerita umat dan para Nabi terdahulu. Sedangkan pengertian
Madaniyah
adalah ayat yang berisitentang hudud, faraid, dan sebagainya. Teori ini didasarkan
pada salah satunya

7
3. PENGERTIAN ASBABUN NUZUL
Secara etimologi, asb’ab an nuzul merupakan dari rangkaian dari dua angka,
asb’ab dan an nuzul . Kata asbab bentuk jama’dari kata sabab yang berarti sebab
atau beberapa sebab. Dan an nuzul berarti turun, disini asbab an nuzul dapat
diartikan sebagai sebab turunnya sesuatu atau sesuatu yang menyebabkan
adanya peristiwa. Sedangkan secara Terminologi terdapat banyak definisi
tentang asbab an nuzul yang telah diinformasikan para ulama .

4. FUNGSI ILMU MUNASABAH

Menurut Az Zarkasyi sebagai yang disitir oleh Manna’Qathan dalam


Maba’hitsnya, fungsi mengetahui ilmu munasabah adalah untuk mengetahui
hubungan bagian-bagian firman Allah maka pengetahuan tentang ilmu
munasabah berfungsi pula untuk mengetahui dan memahami kontekstualitas
makna ayat. Dan akan membantu seseorang dalam melakukan ta’wil terhadap
ayat-ayat, bahkan ilmu ini dapat berperan sebagai penggati ilmu asbab an nuzul
ketika kita tidak bisa mengetahui sebab turunnya suatu ayat ,maka kita bisa
mengetahul relevansi suatu ayat tesebut dengan ayat lainnya yang bertautan.

5. PENGERTIAN I’JAZUL QURÁN


I’jazul Qurán adalah ilmu Al-Qurán yang membahas mengenai kekuatan
dari susunan lafadz dan kandungan Al-Qurán, hingga dapat mengalahkan ahli-
ahli Bahasa arab dan ahli-ahli lainnya. Kata "i'jaz" secara etimologi diambil dari
kata kerja َ‫ ا ْع َجز‬- ‫ إعجاز‬yang berarti "melemahkan atau menjadikan tidak
mampu". Ini sejalan dengan firman Allah yang artinya: ",,, mengapa aku tidak
mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat
saudaraku ini,,," (Q.S. Al Maidah: 31)
Al-Quran digunakan oleh Nabi Muhammad SAW.untuk menantang orang-
orang pada masanya dan generasi sesudahnya yang tidak percaya terhadap
kebenaran Al Qur-an sebagai firman Allah (bukan ciptaan Muhammad) dan
risalah serta ajaran yang dibawanya. Terhadap mereka, sungguh pun memiliki

8
tingkat fashahah dan balaghah sedemikian tinggi di bidang bahasa Arab, Nabi
meminta untuk menandingi Al Qur-an dalam tiga tahapan:
1. Mendatangkan semisal Al Qur-an secara keseluruhan, sebagaimana
dijelaskan pada surat Al Isra': 88" Katakanlah, "sesungguhnya jika manusia
dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur'an ini, niscaya
mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun
sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain"
2. Mendatangkan sepuluh surat yang menyamai surat-surat yang ada dalam
Al Qur-an, sebagaimana dijelaskan dalam surat Hud: 13" Bahkan mereka
mengatakan, Muhammad telah membuat-buat Al Qur-an itu, katakanlah,
'(kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat yang menyamainya,
dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain
Allah, jika kamu memang orang-orang benar."
3. Mendatangkan satu surat saja yang menyamai surat-surat yang ada dalam
Al Qur-an, sebagaimana dijelaskan oleh surat Al Baqarah: 23"Dan jika
kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur-an yang kami wahyukan
kepada hamba kami (Muhammad), buatlah satu surat saja yang semisal Al
Qur-an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu
orang-orang yang benar".

6. SYARAT-SYARAT QIRAÁH
Syarat bacaan dianggap shahih dan boleh diikuti haruslah memenuhi tiga
syarat sebagai berikut yaitu :
A. Bacaan itu sesuai dengan salah satu mushaf utsmani, jangan
bertantangan dengannya.
B. Diterima dan sampai kepada kita secara mutawatir. Ini menurut para ahli
usul ,muhaditsin, dan mazhib al-arbaáh. Menurut imam lainnya qiroah
yang tidak mutawatir tetapi sahih boleh diikuti
C. Sesuai dengan bahasa Arab. Artinya, jangan bacaan itu bertentangan
dengan kaidah bahasa Arab

9
Apabila suatu qiraat telah memenuhi syarat-syarat ini maka qiraah itu
dianggap benar atau shahih dan boleh diikuti, bahkan tidak boleh diingkari
akan tetapi, jika diantara syarat ini yang kurang maka qiraatnya dianggap
tidak shahih dan tidak boeh diikuti.

7. PENGERTIAN MA’NA AHRUF SABÁ


Terdapat banyak hadits dalam berbagai riwayat yang intinya menyatakan,
bahwa Al-Qur’an diturunkan dalam tujuh huruf, diantaranya adalah hadits
berikut ‫قال انه عنهما هللا رضي عبّاس ابن‬: ‫وسلم عليه هللا صلى هللا رسول قال‬: ‫على جبريل أفرأني‬
‫احروف سبعة الى انتهى حتى ويزيدنى استزيده أزل فلم جعته فرا حرف‬. Artinya: ”Dari Ibnu
Abbas r.a. bahwa ia berkata: “Berkata Rasulullah SAW: “Jibril membacakan
kepadaku atas satu huruf, maka aku kembali kepadanya, maka aku terus-
menerus minta tambah dan ia menambahi bagiku hingga berakhir sampai tujuh
huruf.” (HR. Bukhari Muslim). ‫وسلم عليه هللا صلى هللا رسول قال‬: ‫على انزل القرأن هذا ان‬
‫منه تيسر ما فاقرأوا احرف سبعة‬. Artinya: “Bersabda Rasul SAW: “Sesungguhnya Al-
Qur’an ini diturunkan atas tujuh huruf, maka bacalah kamu mana yang mudah
daripadanya.” (HR. Bukhari Muslim) Berdasarkan hadits-hadits di atas, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Bahwa Al-Qur’an diturunkan dalam tujuh huruf.
2. Pada awalnya Al-Qur’an diturunkan dalam satu huruf.
3. Diturunkannya Al-Qur’an dalam tujuh huruf itu setelah Nabi SAW.
Para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan maksud tujuh
huruf ini dengan perbedaan yang bermacam-macam. Sehingga Ibnu Hayyan
mengatakan, “Ahli ilmu berbeda pendapat tentang arti kata tujuh huruf
menjadi 35 pendapat. Berikut ini kami akan memaparkan beberapa
pendapat yang dianggap paling mendekati kebenaran. Pertama sebagian
ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh
macam bahasa dari bahasa-bahasa arab mengenai satu makna. Dengan
pengertian jika bahasa mereka berbeda-beda dalam mengungkapkan satu
makna, maka Al-Quran pun diturunkan dengan sejumlah lafad sesuai
dengan ragam bahasa tersebut tentang makna yang satu itu. Dan jika tidak

10
terdapat perbedaan, maka Al-Quran hanya mendatangkan satu lafadh atau
lebih saja. Kemudian mereka berbeda pendapat juga dalam menentukan
ketujuh bahasa itu. Dikatakan bahwa ketujuh bahasa itu adalah bahasa
Quraisy, Hudzail, Saqif, Hawazin, Kinanah, Tamim dan Yaman.

Kedua, yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh macam bahasa
dari bahasa-bahasa arab yang ada, yang mana dengannyalah Al-Quran
diturunkan, dengan pengertian bahwa kata-kata dalam Al-Quran secara
keseluruhan tidak keluar dari ketujuh macam bahasa tadi, yaitu bahasa
paling fasih di kalangan bangsa Arab, meskipun sebagian besarnya dalam
bahasa Quraisy. Sedang sebagian yang lain dalam bahasa Hudzail, Tsaqif,
Hawazin, Kinanah, Tamim atau Yaman; karena itu maka secara keseluruhan
Al-Quran mencakup ketujuh bahasa tersebut.

Pendapat ini berbeda dengan pendapat sebelumnya; karena yang


dimaksud dengan tujuh huruf dalam pendapat ini adalah tujuh huruf yang
bertebaran di berbagai surat Al-Quran, bukan tujuh bahasa yang berbeda
dalam kata tetapi sama dalam makna.

Menurut Abu Ubaid, yang dimaksud bukanlah setiap kata boleh dibaca
dengan tujuh bahasa yang bertebaran dalam Al-Quran. Sebagiannya bahasa
quraisy, sebagian yang lain bahasa Hudzail, Hawazin, Yaman, dan lain-lain.
Dia menambahkan bahwa sebagian bahasa-bahasa itu lebih beruntung
karena dominant dalam Al-Quran.[2]

Ketiga, sebagian ulama menyebutkan, yang dimaksud dengan tujuh


huruf adalah tujuh segi, yaitu; amr (perintah), nahyu (larangan), wad
(ancaman), jadal (perdebatan), qashash (cerita) dan matsal ( perumpaman),
Atau amr, nahyu, halal, haram, muhkam, mutasyabih dan amtsal.
Diriwayatkan dari Ibnu Masud, Nabi saw bersabda,“ kitab umat terdahulu
diturunkan dari satu pintu dan dengan satu huruf. Sedang Al-Quran
diturunkan melalui tujuh pintu dan dengan tujuh huruf, yaitu; zajr
(larangan), amr, haram, muhkam, mutasyabih dan amstsal.itu kami sangat

11
mengharap kritik dan saran positif untuk perbaikan dikemudian hari .
Demikian , semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun
umumnya kepada semua pihak yang membaca makalah ini.

12
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Tafsir Al-Qurán adalah ilmu pengetahuan untuk memahami dan


menafsirkan yang bersangkutan dengan Al-Qur'an dan isinya berfungsi sebagai
mubayyin (pemberi penjelasan), menjelaskan tentang arti dan kandungan Al-
Qur'an, khususnya menyangkut ayat-ayat yang tidak di pahami dan samar
artinya. Kebutuhan umat Islam terhadap tafsir Al-Qur'an, sehingga makna-
maknanya dapat dipahami secara penuh dan menyeluruh, merupakan hal yang
mendasar dalam rangka melaksanakan perintah Allah (Tuhan dalam Islam)
sesuai yang dikehendaki-Nya.[1]

Dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur'an diperlukan bukan hanya


pengetahuan bahasa Arab, tetapi juga berbagai macam ilmu pengetahuan yang
menyangkut Al-Qur'an dan isinya. Ilmu untuk memahami Al-Qur'an ini disebut
dengan Ushul Tafsir atau biasa dikenal dengan Ulumul Qur'an (ilmu-ilmu Al-
Qur'an). Terdapat tiga bentuk penafsiran yaitu Tafsîr bil ma’tsûr, at-tafsîr bir
ra’yi, dan tafsir isyari, dengan empat metode, yaitu ijmâli, tahlîli, muqârin dan
maudhû’i. Sedangkan dari segi corak lebih beragam, ada yang bercorak sastra
bahasa, fiqh, teologi, filsafat, tasawuf, ilmiyah dan corak sastra budaya
kemasyarakatan.

B. SARAN

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna ,kedepannya


penulis akan lebih focus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentu akan di
pertanggungjawabkan.

13
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf., K.M, 2012, Studi Al-Quran, Jakarta, AMZAH.

Mudzakir, 2013, Studi Ilmu-Ilmu Quran, Bogor, Litera Antar Nusa

14

Anda mungkin juga menyukai