Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

AL KHABAR

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Hadits

Dosen Pengampu :

Ulya Himmatin, M.Pd.I

Disusun Oleh :

Yulima Choifatunnisa’ (2023143200103)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

INSTITUT ATTANWIR BOJONEGORO

MARET 2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak sanggup menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Sholawat serta salam tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami sebagai Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
khususnya kepada Bu Ulya Himmatin, M.Pd.I selaku dosen pembimbing mata
kuliah Studi Hadist yang telah membimbing kami dalam penulisan makalah ini.
Karena tanpa bantuan beliau dan semuanya yang telah membantu kami, tentunya
kami tidak akan bisa menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Bojonegoro, 20 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR........................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1


B. Rumusan Masalah....................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan......................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN....................................................................... 2

A. Pengertian khabar........................................................................ 2
B. Khabar mutawatir........................................................................ 2
C. Khabar al-ahad............................................................................ 4
a) Al-masyhur........................................................................... 5
b) Al-aziz.................................................................................. 6
c) Al-gharib.............................................................................. 7

BAB III PENUTUP............................................................................... 10

A. Kesimpulan.................................................................................. 10
B. Saran............................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya, umat islam di dunia ini sama sengan umat lain dari
berbagai agama. Dalam hal ini, kesamaan yang dimaksud adalah memiliki
kitab sebagai pedomannya. Dengan cara yang sama seperti umat Kristen
menggunakan kitab Injil sebagai pedoman hidup mereka, umat Hindu
menggunakan kitab Trimurti, umat Budha menggunakan Weda, dan umat
Islam menggunakan Al-Quran Al-Karim sebagai pedoman hidup mereka.
Kitab Al-Qur'an adalah mukjizat yang diberikan oleh Allah SWT kepada
Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya terkandung nilai-nilai kebenaran
yang menjadi dasar agama Islam yang jelas.
Oleh karena itu, saya akan mencoba menjelaskan arti dari kata-kata
Al-Khabar, Khabbar Mutawatir, Khabbar Al-Ahad, Al-Masyhur, Al-Aziz,
dan Al-Gharib.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu khabar?
2. Apa yang di maksud dengan Khabar mutawatir?
3. Bagaimana Khabar al-ahad?
4. Apa yang di maksud dengan Al-masyhur?
5. Apa yang di maksud dengan Al-aziz?
6. Apa yang di maksud dengan Al-gharib?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Apa itu khabar
2. Memahami Apa yang di maksud dengan Khabar mutawatir
3. Mengetahui Bagaimana Khabar al-ahad
4. Mengetahui Apa yang di maksud dengan Al-masyhur
5. Mengetahui Apa yang di maksud dengan Al-aziz
6. Mengetahui Apa yang di maksud dengan Al-gharib

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Khobar
Menurut bahasa, al-khabar (‫)اخلرب‬ berarti berita. Adapun menurut

istilah, ada dua pendapat:


1. Ulama hadis umumnya menyamakan pengertian khabar dengan hadis.
Oleh karena itu mereka mengatakan bahwa khabar adalah apa yang
datang dari Nabi, baik yang marfu’ (disandarkan kepada Nabi),
mauquf (disandarkan kepada sahabat), maupun yang maqthu’
(disandarkan kepada tabi’in). Dengan kata lain, khabar mencakup apa
yang datang dari Nabi, sahabat dan tabi’in.
2. Sebagian ulama membedakan pengertian khabar dengan hadis. Hadis
adalah apa yang berasal dari Nabi, sedang khabar adalah apa yang
berasal dari selain beliau. Oleh karena itu, orang yang kehidupannya
hanya bergelut dalam hadis disebut muhaddis sedang orang yang
menekuni sejarah dan semacamnya disebut akhbariy.1
B. Khabar Mutawatir.
Secara etimologi, kata al-mutawatir adalah sebagai isim fail dari
kata al-tawatur, berarti al-tatabbu, artinya beruntun atau berturut-turut.
Adapun secara terminologi, ahli hadis mendefenisikannya sebagai berikut :
‫وهومارواه مجع حتيل العادة تواطؤمه عىل الكذب عن مثلهم من أول السند اىل منهتا ه عىل أن‬
‫ال حيتنل هذا امجلع يف أي طبقة من طبقا ت السند‬.
“(Hadis) al-mutawatir ialah hadis yang diriwayatkan oleh
sejumlah perawi yang tidak mungkin sepakat berdusta dalam
periwayatannya walaupun tidak sengaja secara bersambung dari awal
hingga akhir sanadnya serta didasarkaan pada penglihatan atau
pendengaran atau seumpamanya. "2
Menurut defenisi tersebut di atas dipahami bahwa persyaratan
untuk kategori hadis al-mutawatir bukan didasarkan pada kualitas ke-

1
Rustiana N, Ulumul hadis (Surabaya: CV. Putra Media Nusantara, 2010), hlm.13.
2
Alfiah dkk, Studi Ilmu Hadis (Rindu Serumpun: Kreasi Edukasi, 2016), hlm.113.

2
Islaman dan 'adalah perawi, tetapi lebih ditekankan kepada jumlah perawi
yang banyak disertai ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a. Hadis dimaksud diriwayatkan oleh sejumlah perawi yang banyak dan
dapat menjamin keyakinan akan kebenaran periwayatannya. Namun
Mana hadis berbeda pendapat mengenai banyaknya jumlah perawi,
sebagian menetapkan lima, tujuh, sepuluh, dan sebagainya. Sedangkan
sebagian ahli hadis lainnya tidak menetapkan jumlah tertentu perawi,
tetapi yang penting adalah jumlah tersebut cukup meyakinkan
kebenaran periwayatan hadis yang bersangkutan.
b. Jumlah perawi yang banyak tersebut dapat menjamin tidak
memungkinkan untuk mufakat melakukan kebohongan dalam
periwayatan hadis.
c. Jumlah perawi yang banyak yang tidak mungkin melakukan
kebohongan tersebut secara konsisten terdapat pada setiap thabaqat
sanadnya dari awal hingga akhirnya tanpa berkurang.
d. Periwayatan oleh setiap perawi didasarkan pads kesaksian indrawi,
seperti penglihatan atau pendengaran dan bukan dari basil pemikiran
atau pemahaman perawi.

Hadis al-mutawatir dapat dibagi kepada dua bagian, yaitu lafzi dan
ma'nawi. Hadis mutawatir al-lafzi adalah hadis yang diriwayatkan oleh
jumlah perawi yang banyak, dan para perawi tidak berbeda pendapat
mengenai lafaznya, seperti hadis. Adapun hadis al-mutawatir al-ma'nawi
ialah hadis yang diriwayatkan dan berbagai sumber dengan lafaz berbeda,
namun semua perawi sepakat menggunakan satu ma'na. 3 Sebagai contoh
hadis mutawatir :
‫َمْن َكَذ َب َعَّىَل ُم َتَع ِّم ًد ا َفْلَيَتَبَّو ْأ َم ْقَع َد ُه ِم َن الَّناِر‬
“Siapa saja yang berdusta atas namaku secara sengaja maka
hendaklah ia bersiap-siap menempati tempat duduknya di neraka.” (HR.
Bukhari).
Mengenai hadis-hadis al-mutawatir ini al-Suyuthi telah
mengkoleksikan dalam dalam bukunya al-Azhar al-Mutanatsirat fi
3
Alfiah, dkk, ibid., hlm. 114.

3
alAkhbar al-Mutawatirat dan diringkas dalam bukunya yang dikenal
dengan “qathf al-Azhar”. Adapun hukum hadis al-mutawatir, baik yang
lafzi maupun ma’nawi, merupakan hadis yang qath’iyyu al-tsubut,
memberi keyakinan yang sangat kuat tanpa diragukan kebenarannya dan
mengharuskan kita untuk menerima dan mempedomaninya.4

C. Khabar Al-Ahad
Secara etimologi, kata al-ahad adalah bentuk jama' dari ahad
dengan makna al-wahid, artinya sesuatu yang diriwayatkan secara
perorangan. Menurut istilah ilmu hadis, hadis ahad berarti ‫وهومامل جيمع رشط‬
‫( املتواتر‬Hadis yang tidak memenuhi syarat mutawatir).
Muhammad Ajjaj al-Khatib yang membagi hadis berdasarkan
jumlah perawinya kepada tiga, yaitu mutawatir, masyhur, dan
ahad,mengemukakan definisi hadis ahad sebagai berikut : ‫هومارواه الواحد أو‬
‫واتر‬SS‫( االثنان فأكرثممامل تتوفر فيه رشوط املشهور أواملت‬hadis yang diriwayatkan oleh satu

orang perawi, dua atau lebih, selama tidak memenuhi syarat-syarat hadis
masyhur atau hadis mutawatir). Dengan demikian hadis Ahad secara
terminologi adalah hadis yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana
yang terdapat pada hadis mutawatir, yaitu mencakup hadis yang
diriwayatkan oleh seorang perawi pada satu thabaqat atau pada semua
thabaqat dan diriwayatkan oleh dua perawi atau lebih tetapi tidak
mencapai jumlah perawi tingkat mutawatir.
Dimaksudkan dengan persyaratan di sini adalah kuantitas perawi,
yang mana pada hadis ahad, kuantitas perawinya dibawah hadis
mutawatir, yaitu mencakup hadis-hadis yang diriwayatkan oleh seorang
perawi pada suatu thabaqat tertentu atau pada semua thabaqatnya dan
diriwayatkan oleh dua atau tiga orang perawi atau lebih yang jumlahnya
tidak mencapai jumlah mutawatir.
Karena nilainya di bawah hadis mutawatir, maka hadis ahad hanya
memberi faedah zhanni, dan tidak qath’i seperti hadis mutawatir. Karena

4
Ibid, hlm. 115.

4
itu untuk mengamalkannya tergantung pada tingkat kualitas para
perawinya dari setiap sanad yang ada.5
Berdasarkan jumlah sanad, hadis ahad terbagi kepada tiga macam:
a) Al-Masyhur
Hadis masyhur ialah hadis yang diriwayatkan oleh lebih dari dua
sanad atau diriwayatkan dari sahabat oleh sejumlah perawi yang tidak
mencapai, derajat mutawatir, kecuali derajat mutawatir tersebut hanya
pada thabaqat sesudah sahabat dan seterusnya. Sedangkan Ibn Hajar
mendefenisikan hadis masyhur ialah hadis yang mempunyai lebih dari dua
sanad tetapi tidak mencapai batas jumlah sanad hadis mutawatir.
Adapun hukum hadis masyhur adalah wajib diamalkan, khususnya
yang berkualitas shahih dan hasan, namun tidak menyebabkan kafir orang
yang menolaknya. Menurut al-Ahnaf hadis masyhur memfaedahkan ilmu
zhanni yang mendekati yakin. Sebagai contoh hadis masyhur yang shahih
adalah :

)‫ (رواه البخاري و مسمل‬.‫عليه وسمل قنت بعد الرقوع يدعو عىل رعل وذكوان‬ ‫أن رسول اهّٰلل صىل اهّٰلل‬
Bahwasanya Rasulullah saw. berkunut selama satu bulan setelah
ruku’ mendo’akan hukuman atas (tindakan kejahatan) penduduk
Ri’lin dan Zakwan (HR. Bukhari dan Muslim).
‫َقاَل َر ُس وُل اِهّٰلل اُملْس ُمِل َمْن َس َمِل اُملْس ِلُم وَن ِم ْن ِلَس اِنِه َو َيِدِه‬
Rasulullah s.a.w bersabda: muslim yang sesungguhnya adalah
seseorang yang mampu membuat orang-orang Islam merasa
selamat dari lidah dan tangannya.6
Mengenai koleksi hadis-hadis masyhur ini dapat dilihat pada
beberapa kitab sebagai berikut :

1. Kitab al-Maqashid al-Hasanat fi Bayan Katsir min al-Alhadis al-


Musytahirat ‘ala al-Alsinat, al-Hafiz al-Sakhawi (wafat 902 H).
2. Kitab Kasyif al-Khafa‟ wa Muzil al-Ilbas ‘amna isytahara min al-
ahadis ‘ala alsinat al-Nas, oleh al-Ajluni.

5
Ibid., hlm. 116.
6
Rustiana N, Ulumul hadis (Surabaya: CV. Putra Media Nusantara, 2010), hlm.94.

5
3. Kitab Tamyiz al-Thayyib min al-Khabist fima yadhurru’ala alsinat al-
Nas min al-ahadis, oleh ibn Diba’ al-Syaibani al-Zabidi (wafat 997 H).
4. Kitab al-Aliy al-Mantsurat fi al-ahadis al-Masyhurat, oleh al-Zarkasyi
(wafat 794 H) dan ikhtisarnya oleh al-Hafizh al-Sayuthi (wafat 911 H)
dalam kitabnya al-Durar al-Muntasyirat fi al-ahadis al-Mushtahirat.
b) Al-Aziz
Hadis 'Aziz ialah hadis yang diriwayatkan oleh sedikitnya dua
perawi dalam semua tingkatan sanadnya. Sebagai contoh adalah hadis :
‫أن اليقل رواته عن اثنني يف مجيع طبقات السند‬

Bahwa tidak kurang perawinya dari dua orang pada seluruh


tingkatan sanad.
‫قَاَل َر ُس وُل اِهّٰلل صىل اهّٰلل عليه وسمل َالُيْؤ ِم ُن َاَح ُد ْمُك َح ىَّت َاُكْو َن َاَحَّب ِا َلْي ِه ِم ْن َنْفِس ِه‬
‫َو َو اِدِل ِه َو الَّناِس َاَمْجِع َنْي‬
Rasulullah saw., bersabda : Tidak beriman salah seorang di antara
kamu sampai ia lebih mencintai saya dari pada dirinya, bapaknya, anaknya
dan manusia semuanya.7
Definisi di atas menjelaskan bahwa hadis ‘aziz adalah hadis yang
perawinya tidak boleh kurang dari dua orang pada setiap tingkatan
sanadnya, namun boleh lebih dari dua orang, dengan syarat bahwa pada
salah satu tingkatan sanadnya harus ada yang perawinya terdiri atas dua
orang. Hal ini adalah untuk membedakannya dengan hadis masyhur.
Hadis 'Aziz juga ada yang berkualitas shahih atau hasan atau dha'if
apakah ia tergolong al-gabul (diterima) atau al-radd (ditolak). Sedangkam
hukumnya adalah wajib di amalkan apabila memenuhi syarat al-gabul.8

c) Al-gharib

Menurut bahasa, kata gharib adalah shifat musyabbahat yang


berarti al-munfarid atau al-ba’id ‘an aqaribihi, yaitu “yang menyendiri”

7
Ibid., hlm. 97.
8
Ibid., hlm. 117.

6
atau “jauh dari kerabatnya” Sedangkan gharib menurut istilah ilmu hadis
adalah :
‫هوَم ا َيْنَفِر ُد ِبِر َو اَيِتِه َر اٍو َو اِح ٌد‬
Yaitu hadis yang menyendiri seorang perawi dalam
periwayatannya.
Hadis al-Gharib yang diriwayatkan oleh satu orang perawi saja
pada tiap thabaqat (tingkatan sanad) atau pada sebagian tabhagatnya.
Apabila satu perawi itu seorang sahabat yang terdapat pada awal sanad,
maka ia disebut gharib mutlak’ seperti hadis tentang larangan bay' al-
wala' wa hibbatin yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Dinar dan
Abdullah bin Umar, begitu pula hadis ‫َّنَم ا اَألَمْع اُل اِب لِّنَّياِت‬ (Innama al-a'mal bi
‫ِإ‬
al-Niyyat).
Hadits gharib lain yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah
menceritakan sebuah hadits yang panjang di antaranya sabda Rasulullah ‫ﷺ‬

‫ َف َّن َكَرْث َة الَّض ِحِك ُتِم يُت الَقْلَب‬، ‫َو اَل ُتْك ِرِث الَّض ِح َك‬
‫ِإ‬
Artinya: “Janganlah kamu memperbanyak tertawa. Sesungguhnya tertawa
yang banyak dapat mematikan hati” (Sunan at-Turmudzi: 2305).

Sedangkan seorang periwayat yang terdapat pada awal sanad yang bukan
sahabat, disebut gharib nisbi.

a. Gharib Muthlaq, yaitu :


‫ما ينفردبروايته خشص واحديف أصل سنده‬
Hadis yang menyendiri seorang perawi dalam periwayatannya
pada asal sanad.
Contoh hadis gharib muthlaq, adalah :

)‫ (أخرجه الشيخان‬.‫امناأالعامل ابلنيات‬

Sesungguhnya seluruh amal itu bergantung pada niat. (HR.


Bukhari dan Muslim ).
b. Gharib Nisbi, yaitu :

7
‫هومااكنت الغرابةيف أثناءسنده‬
Hadis yang gharib di pertengahan sanadnya.
Hadis gharib nisbi ini adalah hadis yang diriwayatkan oleh lebih
dari seorang perawi pada asal sanad (perawi pada tingkat shahabat),
namun di pertengahan sanadnya terdapat tingkatan yang perawinya hanya
sendiri (1 orang). Contoh hadis gharib nisbi, adalah :

‫مارواه ماكل عن الزهري عن أنس ريض اهّٰلل عنه أن النيب صىل اهّٰلل عليه وسمل دخل مكةوعىل رأسه‬
)‫ (أخرجه الشيخان‬.‫املغفر‬

Hadis yang diriwayatkan oleh Malik dari al-Zuhri dari Anas r.a.
bahwasanya Nabi SAW memasuki kota Makkah dan di atas
kepalanya terdapat al-mighfar (alat penutup/penutup kepala). (HR.
Bukhari dan Muslim)
Selain itu, disebut juga hadis gharib apabila diriwayatkan oleh
seorang perawi pada matan atau sanadnya terdapat tambahan yang tidak
terdapat pada sanad lain. Hadis gharib juga dapat bernilai shahih atau
hasan atau dhi’if tergantung pada kualitas yang dimiliki sanadnya. Di
antara kitab koleksi hadis-hadis gharib dapat diamalkan apabila memenuhi
persyaratan al-qabul9.

9
Ibid., hlm. 119.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ulama berbeda pendapat ada yang menyamakan pengertian khabar
dengan hadis, sebagian ulama membedakan pengertian khabar dengan
hadis. Hadis adalah apa yang berasal dari Nabi, sedang khabar adalah apa
yang berasal dari selain beliau. Hadis al-mutawatir ialah hadis yang
diriwayatkan oleh sejumlah perawi yang tidak mungkin sepakat berdusta
dalam periwayatannya walaupun tidak sengaja secara bersambung dari
awal hingga akhir sanadnya serta didasarkaan pada penglihatan atau
pendengaran atau seumpamanya.
Hadis Ahad secara terminologi adalah hadis yang tidak memenuhi
persyaratan sebagaimana yang terdapat pada hadis mutawatir, yaitu
mencakup hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi pada satu
thabaqat atau pada semua thabaqat dan diriwayatkan oleh dua perawi atau
lebih tetapi tidak mencapai jumlah perawi tingkat mutawatir.
Berdasarkan jumlah sanad, hadis ahad terbagi kepada tiga macam:
Al- Masyhur, Al-aziz, Al-Gharib.
B. Saran
Demikin makalah yang dapat kami susun. Apabila ada kesalahan
dalam menyusun makalah kami mohon ma’af. Kritik dan saran sangat
kami butuhkan agar kami dapat menyusun makalah lebih baik.Harapan
kami, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, Aamiin.

9
DAFTAR PUSTAKA

Alfiah dkk. (2016). Studi Ilmu Hadis. Rindu Serumpun: Kreasi


Edukasi.

N Rustiana. (2010). Ulumul hadis. Surabaya: CV. Putra Media


Nusantara.

10

Anda mungkin juga menyukai