“HADIST MAUDHU’ ”
AKUNTANSI 5F
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
TA.2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT dan hanya karena kuasanya kami dapat menyelesaikan
tugas dalam menyusun makalah ini. Shalawat beserta salam kami ucapkan kepada Nabi
Muhammad SAW dengan mengucapkan Allahummasholli’ala sayyidina Muhammad wa ‘ala ali
sayyidina Muhammad karena telah membawa kita ke zaman yang penuh nikmat ini.
Makalah yang berjudul “ Hadist Maudhu’’ ini dimaksudkan untuk tugas matakuliah study
hadist. Tiada gading yang tak retak, begitu pula dengan makalah ini. Kami masih banyak
kesalahan didalamnya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Akhirnya dengan kerendahan hati kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi manfaat
bagi pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................4
1.3 Tujuan Masalah......................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
2.1 Pengertian Hadist Maudhu’...................................................................................................6
2.2 Faktor-faktor Penyebab Munculnya Hadist Maudhhu’.........................................................6
2.3 Cara Mengeahui Hadist Maudhu’........................................................................................12
BAB III..........................................................................................................................................14
PENUTUP.....................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Ahmad Amin (w. 1373 H/1954 m) dalam kitabnya Dhuha Al-Islam berargumen
peristiwa pemalsuan hadits nabi sudah terjadi pada masa Rasulullah SAW dengan
merujuk pada hadits nabi yang diriwayatkan Imam Al-bukhari:
Hal ini juga dijelaskan oleh Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki dalam Al-
Manhalul Lathif fi Ushulil Hadits As-Syarif.
vدعvvرت البvv وظه.ورvvوارج وجمهvvيعة وخvvترقوا إلى شvvيا وافvvلمون سياسvvرق المسvvرة حين تفv من الهج41 ظهر الوضع في السنة
مذاهبهم وترويج مابتدعواv فكان أهل األهواء يختلقون أحاديث لتأييد،واألهواء
1. Sebab Politik
Yaitu seperti munculnya peristiwa terbunuhnya Ustman Ibn Affan sehingga
timbullah perpecahan di kalangan ummat Islam. Perpecahan tersebut berlanjut dengan
lahirnya kelompok-kelompok pendukung masing-masing pihak, seperti kelompok
pendukung ‘Ali Ibn Abi Thalib, pendukung Mu’awiyah Ibn Abi Sofyan, dan
kelompok Khawarij, yang muncul setelah terjadinya Perang Shiffin, yaitu antara
kelompok ‘Ali dan kelompok Mu’awiyah.
Perpecahan yang berkaitan politik ini mendorong masing-masing kelompok
berusaha untuk memenangkan kelompoknya dan menjatuhkan kelompok lawan.
Dalam upaya mendukung kelompok mereka masing-masing serta menarik perhatian
ummat agar berpihak kepada mereka, maka mereka, dalam melakukan kampanye
politik, mereka mencarilah argumen-argumen dari Alquran dan Hadis. Akan tetapi,
jika mereka tidak menemukan argumen yang mereka butuhkan di dalam kedua
sumber tersebut, maka mereka mulai menciptakan Hadis-Hadis maudhu yang
kemudian disandarkan kepada Nabi SAW. Perpecahan politik ini merupakan sebab
utama (penyebab langsung) terjadinya pemalsuan Hadis. Dari tiga kelompok di atas,
maka kelompok Syi’ahlah yang pertama melakukan pemalsuan Hadis.
Di antara Hadis-Hadis yang di buat oleh kelompok Syi’ah adalah:
يا علي إن هللا غفرلك و لذريتك ولوالديك و ألهلك و لشيعتك و لمحبي شيعتك
“Orang yang terpercaya itu ada tiga, yaitu saya (Rasul), Jibril, dan Mu’awiyah.
Diterangi oleh Al-Hakim, bahwa dia membuat pengecualian ini adalah untuk
mengajak manusia mengakui kenabiannya. Tokoh pemalsu Hadis lain yang berasal
dari kelompok Zindik adalah ‘Abd al-Karim ibn Abu al-‘Auja’. Dia mengakui sendiri
perbuatannya memalsukan Hadis sebanyak 4.000 Hadis yang berhubungan dengan
penghalalan yang haram dan pengharaman yang halal. Pengakuan tersebut
diikrarkannya di hadapan Muhammad ibn Sulaiman, wali kota Basrah, ketika Ibn
Abu al-Auja sudah berada di tiang gantung untuk dibunuh. Menurut Hammad Ibn
Zaid, bahwa Hadis yang dimaudhukan oleh kaum Zindik berjumlah sekitar 12.000
Hadis. Dalam riwayat lain disebutkan berjumlah 14.000 Hadis.
3. Sikap Fanatik Buta terhadap Bangsa, Suku, Bahasa, Negeri, atau Pemimpin
Mereka yang fanatik terhadap bahasa Persia, membuat Hadis yang mendukung
keutamaan bahasa Persia, dan sebaliknya, bagi mereka yang fanatik terhadap bahasa
Arab akan membuat Hadis yang menunjukkan keutamaan bahasa Arab dan mengutuk
bahasa Persia. Di antaranya adalah:
Contohnya, para pendukung bahasa Persia menciptakan Hadis yang menyatakan
kemulian bahasa Persia di antaranya adalah sebagai berikut:
Sementara dari pihak lawannya juga muncul Hadis maudhu yang sifatnya
menantang dan menjatuhkan kelompok tadi di antaranya sebagai berikut:
راجvو سvة هvو حنيفvه أبvال لv ويكون في أمتي رجل يق,يكون في أمتي رجل يقال له محمد ابن إدريس أضر على أمتي من إبليس
أمتي
من قال ال إله إال هللا خلق هللا طا ئرا له سبعون ألف لسان لكل لسان سبعون ألف لغة يستغفرون له
“Siapa yang mengucapkan la ilaha illa Allah, Allah akan menciptakan seekor
burung yang mempunyai tujuh puluh ribu lidah, dan masing-masing lidah menguasai
tujuh puluh ribu bahasa yang akan memintakan ampunan baginya.
ألمضمضة واإلستنشاق للجنب ثال ثا فريضة – أمني جبريل عند الكعبة فجهّرب (بسم هللا الرحمن الرحيم) – من قال:
من قرأ يس في ليلة أصبح مغفورًا له و قرأ ال ّدخان ليلة اصبح مغفورًا له
“Siapa yang membaca suarat Yasin pada malam hari, maka pada pagi
harinya dia telah diampuni dari segala dosanya; dan siapa yang membaca surat
Ad-Dukhkhan pada malam hari, pada subuhnya dia telah diampuni dari dosa-
dosanya.
Kemudian contoh bunyi Hadis:
ت َحتَّى ٍ َم ْن َعي ََّر أَ َخاهُ بِ َذ ْن- صلى هللا عليه وسلم- ِ ال َرسُو ُل هَّللَا
ْ لَ ْم يَ ُم,ب َ َ ق: قَا َل- رضي هللا عنه- َوع َْن ُم َعا ِذ ْب ِن َجبَ ٍل
يَ ْع َملَه
Dari Mu’adz bin Jabal, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda: Siapa yang
mencela saudaranya atas suatu perbuatan dosa, maka ia akan melakukan
perbuatan itu sebelum ia mati.
Status atau Kualitas Hadits:
رواه الترمذي وقال غريب ليس إسناده بالمتصل وأورده ابن الجوزي في الموضوع وقال أبو داود وغيره فيه محمد
1/278 :بن الحسن بن أبي يزيد كذاب (أسنى المطالب
Diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi, ia berkata: “Hadits gharib. Sanadnya
tidak bersambung (hadits dha’if).Imam Ibnu al-Jauzi memuat hadits ini dalam
kitab al-Maudhu’at (kumpulan hadits maudhu). Abu Daud dan lainnya berkata,
“Dalam sanadnya ada Muhammad bin al-Hasan bin Abi Yazid, ia seorang
pendusta”.
Dalam hal ini, Ghayats telah menambahkan kata janah terhadap Hadis
yang datang dari Nabi SAW tersebut. Menyadari akan perbuatan Ghayats
tersebut, Al-Mahdi akhirnya memerintahkan untuk menyembelih merpati
tersebut, setelah terlebih dahulu memberi Ghayats hadiah sejumlah 10.000
dirham.
Dari uraian di atas, terlihat bahwa ada di antara para pemalsu hadits
tersebut yang dengan sengaja menciptakan hadits maudhu dengan keyakinan
bahwa tindakannya itu diperbolehkan, dan ada pula yang tidak tahu tentang status
pekerjaannya itu. Ada di antara mereka yang mempunyai tujuan negatif dan ada
yang memandang tujuannya tersebut sebagai positif. Akan tetapi, apa pun alasan
dan motif mereka, perbuatan memalsuka Hadis tersebut adalah tercela dan tidak
dapat diterima, karena bertengtangan dengan sabda Rasul SAW yang mencela
perbuatan bohong atas nama Nabi2.
ثم يضع له إسنادا ويرويه وإما أن يأخذ كالما لبعض الحكماء أو غيرهم ويضع له إسنادا،إما أن ينشء الوضاع الكالم من عنده
1. pengakuan dari pemalsu hadits itu sendiri. Misalnya, Abu ‘Ismah Nuh bin
Abu Maryam pernah mengaku bahwa ia permah memalsukan hadits terkait
keutamaan berapa surat dalam Al-Qur’an. Hadits palsu ini ia sandarkan
kepada sahabat Ibnu Abbas RA.
2. menelusuri tahun kelahiran orang yang meriwayatkan hadits dengan tahun
wafat gurunya yang disebutkan dalam silsilah sanad. Kalau perawi hadits itu
lahir setelah wafat gurunya, maka hadits tersebut bisa dikategorikan hadits
palsu karena tidak mungkin keduanya bertemu.
3. melihat ideologi perawi hadits. Sebagian perawi hadits ada yang fanatik
dengan aliran teologi yang dianutnya. Misalnya, perawi hadits Rafidhah yang
sangat fanatik dengan ideologinya, maka hadits-hadits yang disampaikannya
terkait keutamaan ahlul bait perlu ditelusuri kebenarannya.
4. memahami kandungan matan hadits dan rasa bahasanya. Biasanya hadits
palsu secara tata bahasa tidak bagus dan terkadang maknanya bertentangan
dengan Al-Qur’an.
Demikianlah empat cara yang biasa digunakan dalam menulusuri
keabsahan sebuah hadits. Apabila menemukan sebuah hadits yang tidak
ditemukan dalam kitab hadits yang otoritatif, keempat cara tersebut bisa
digunakan untuk membuktikan apakah hadits itu benar-benar dari Rasulullah
atau tidak.(3)
3 Hengky Ferdiansyah. 2018. Ilmu hadist. Empat cara mengetahui hadist palsu. IslamNUOnline
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hadist maudhu’ adalah segala
sesuatu (riwayat) yang disandarkan pada Nabi Muhammad SAW, baik perbuatan,
perkatan, maupun taqrir secara dibuat-buat atau disengaja dan sifatnya mengada-ada atau
berbohong. Sebuah hadist bisa dikatakan mauhu’ jika hadist dicurigai palsu atau buatan
karena dalam rantai sanadnya dijumpai penutur yang dikenal sebagai pendusta. Meski
makna hadist palsu bisa baik, namun hadist ini bukanlah perkataan atau perbuatan
Rasulullah.
DAFTAR PUSTAKA
Hengky Ferdiansyah. 2018. Ilmu hadist. Empat cara mengetahui hadist palsu. IslamNUOnline