Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH STUDY HADIST

“HADIST MAUDHU’ ”

Disusun Oleh Kelompok 12:


1. Letycia Yudita (11970322965)
2. Riska Latifah Wahyu Ningrum (11970323055)

AKUNTANSI 5F
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
TA.2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT dan hanya karena kuasanya kami dapat menyelesaikan
tugas dalam menyusun makalah ini. Shalawat beserta salam kami ucapkan kepada Nabi
Muhammad SAW dengan mengucapkan Allahummasholli’ala sayyidina Muhammad wa ‘ala ali
sayyidina Muhammad karena telah membawa kita ke zaman yang penuh nikmat ini.

Makalah yang berjudul “ Hadist Maudhu’’ ini dimaksudkan untuk tugas matakuliah study
hadist. Tiada gading yang tak retak, begitu pula dengan makalah ini. Kami masih banyak
kesalahan didalamnya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Akhirnya dengan kerendahan hati kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi manfaat
bagi pembaca.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................4
1.3 Tujuan Masalah......................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
2.1 Pengertian Hadist Maudhu’...................................................................................................6
2.2 Faktor-faktor Penyebab Munculnya Hadist Maudhhu’.........................................................6
2.3 Cara Mengeahui Hadist Maudhu’........................................................................................12
BAB III..........................................................................................................................................14
PENUTUP.....................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sudah menjadi rahasia umum bahwa hadis merupakan sumber hukum Islam yang kedua.
Akan tetapi kondisinya berbeda dengan al-Qur’an, dimana hadis bersifat zanni al-
wurud sedangkan al-Qur’an bersifat qat’i al-wurud. sehingga mengenai keotentikkan
keberadaannya memerlukan adanya penelitian tersendiri. Keadaan seperti ini diperparah
dengan terjadinya fitnah di antara kaum muslimin, sehingga keberadaan hadis Nabi saw tidak
bisa serta merta dapat diterima, karena dimungkinkan adanya penyelewengan-
penyelewengan yang diatas namakan Nabi saw. Hal ini menuntut adanya pengkajian yang
mendalam tentang sampainya hadis kepada kita. Karena hal inilah kemudian para ulama
berusaha dengan sekuat tenaga untuk meneliti kualitas suatu hadis dengan menentukan
kriteria-kriteria ke-shahih-annya.
Setelah melalui proses yang panjang akhirnya kemudian kriteria-kriteria hadis dapat
terperinci dengan sempurna. Dari situlah selanjutnya kemudian diketahui bahwa diantara
hadis ada yang Maqbul (diterima) dan ada yang Mardud (ditolak) bila ditinjau dari
kualitasnya. Diantara yang mardud (ditolak) itu terdapat suatu hadis yang sebab di tolaknya
karena diketahui ada kedustaan di dalam perawinya, yang kemudian oleh
para muhaddisin diistilahkan dengan al-Hadith al Maudu’.
Keberadaan hadis maudu’ mutlak harus diketahui oleh pemerhati hadis bahkan oleh
semua orang Islam, karena hadis maudu’ merupakan yang paling buruk diantara hadis-
hadis dhaif lainnya, yang oleh karenanya hukum pengamalannya tidak diperbolehkan. Posisi
hadis yang sangat urgen dalam Islam menuntut untuk dipilahnya antara hadis yang sahih
dengan yang maudu’. Hal ini membutuhkan pengetahuan yang mendalam mengenai
hadis maudhu’ itu sendiri. Oleh sebab itu disini penulis akan menjelaskan mengenai
pengertian hadis Maudu’, mulai pengertian hadis maudhu’, bagian-bagian hadis maudhu’,
tanda-tanda hadis maudhu’, status hadis maudhu’, sejarah kemunculan hadis maudhu’,
kriteria pembuat hadis palsu dan faktor yang maletar belakanginya, hukum berdusta atas nabi
saw dan periwayatan hadis maudhu’, golongan yang memalsukan hadis, karya-karya
hadis maudhu’.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian hadist maudhu’?
2. Apa saja factor-faktor penyebab munculnya hadist maudhu’?
3. Bagaimana cara mengetahui hadist maudhu’?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud hadist maudhu’
2. Untuk mengetahui apa saja factor-faktor penyebab munculnya hadist maudhu’
3. Untuk mengetahui atau mengenali hadist maudhu’
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hadist Maudhu’

hadis maudhu secara istilah diberikan oleh para muhaddisin dengan redaksi


berbeda-beda, tetapi pada intinya menpunyai kesamaan dalam hal prinsip makna yang
mendasar.

Beberapa rumusan pengertian istilah hadis maudhu adalah sebagai berikut:


 Secara bahasa, kata maudhu’ berarti sesuatu yang digugurkan (al-masqath), yang
ditinggalkan (al-matruk), dan diada-adakan (al-muftara). Menurut istilah,
hadis maudhu adalah pernyataan yang dibuat oleh seseorang kemudian dinisbahkan
kepada Nabi SAW.
 Qadir Hasan, mendifinisikan maudhu’ secara bahasa artinya: yang disusun, dusta yang
diada-adakan, yang diletakkan. Maka, hadis maudhu’ adalah satu hadis yang yang diada-
adakan orang atas nama Nabi saw., dengan sengaja atau dengan tidak sengaja.
Hadis maudhu’ itu dicipta oleh pendusta dan disandarkan kepada Nabi untuk
memperdayai.
 Sedangkan menurut Sohari Sahrani, hadis maudhu adalah hadis yang diciptakan dan
dibuat-buat, yang bersifat dusta terhadap Nabi saw., dibuat secara sengaja atau tidak
sengaja. Dengan kata lain, hadis maudhu’ dibuat dan dinisbahkan kepada Nabi, dengan
disengaja atau tidak, dengan tujuan buruk atau baik sekalipun.1

2.2 Faktor-faktor Penyebab Munculnya Hadist Maudhhu’


Hadits-hadits Maudhu yang banyak beredar pada zaman sekarang, tidaklah
menyebar dengan sendirinya. Ada beberapa golongan yang sengaja membuat dan
menyebarkannya. Namun, para ulama berbeda pandangan tentang kapan awal munculnya
hadis maudhu. Sebagain berpendapat pemalsuan hadits sudah terjadi pada masa Nabi
masih hidup dan pendapat lainnya terjadi pada masa sahabat dan tabiin.

Ahmad Amin  (w. 1373 H/1954 m) dalam kitabnya Dhuha Al-Islam berargumen
peristiwa pemalsuan hadits nabi sudah terjadi pada masa Rasulullah SAW dengan
merujuk pada hadits nabi yang diriwayatkan Imam Al-bukhari:

1 Moh. Ismail. 2015. Hadist-maudhu. Makalah.


‫ي ُمتَ َع ِّمدًا فَ ْليَتَبَو َّْأ َم ْق َع َدهُ ِم ْن النَّار‬ َ ‫ب َعلَى أَ َح ٍد َم ْن َك َذ‬
َّ َ‫ب َعل‬ َ ‫ي لَي‬
ٍ ‫ْس َك َك ِذ‬ َّ َ‫إِ َّن َك ِذبًا َعل‬

“Barangsiapa berdusta atasku dengan sengaja, maka hendaklah dia mengambil


tempat tinggalnya di neraka”. (HR. Al-Bukhâri, no. 1229).

Menurut Ahmad Amin, hadis tersebut memberikan gambaran bahwa


kemungkinan besar telah terjadi pemalsuan hadis pada zaman Nabi SAW. Pendapat lain
munculnya hadits maudhu disebabkan terjadi pertikaian politik yang terjadi masa akhir
pemerintahan khalifah Utsman bin Affan pada tahun 36 Hijriyah dan huru-hara politik
pengakatan khalifah antara Ali bin Abu Thalib dan Muawiyah bin Abu Sufyan di tahun
41 Hijriyah. Masing-masing kelompok Ali bin Abu Thalib dan Muawiyah bin Abu
Sufyan berusaha memperkuat kelompoknya dengan mengutip dalil dalil dari Alquran dan
dan hadis, menafsirkan/men’ tawilkan Al Qur’an dan hadis menyimpang dari arti
sebenarnya, sesuai dengan keinginan mereka. Jika mereka tidak dapat menemukan yang
demikian itu maka membuat hadis dengan cara mengada-ada atau berbohong atas diri
Rasulullah saw.

Hal ini juga dijelaskan oleh Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki dalam Al-
Manhalul Lathif fi Ushulil Hadits As-Syarif.

v‫دع‬vv‫رت الب‬vv‫ وظه‬.‫ور‬vv‫وارج وجمه‬vv‫يعة وخ‬vv‫ترقوا إلى ش‬vv‫يا واف‬vv‫لمون سياس‬vv‫رق المس‬vv‫رة حين تف‬v‫ من الهج‬41 ‫ظهر الوضع في السنة‬
‫ مذاهبهم وترويج مابتدعوا‬v‫ فكان أهل األهواء يختلقون أحاديث لتأييد‬،‫واألهواء‬

Artinya, “Pemalsuan hadits tampak sejak tahun 41 H, ketika terjadi perpecahan


kaum Muslimin menjadi beberapa golongan secara politik, yaitu Syiah, Khawarij, dan
jumhur shingga muncul para ahli bidah dan orang yang mengikuti hawa nafsunya.
Mereka membuat-buat beberapa hadits untuk mendukung golongan mereka serta untuk
menyebarkan perbuatan bidah mereka,”

Kemudian, pemalsuan hadits makin marak pada akhir pemerintahan Khalifah


Bani Umayyah baik yang dibuat oleh ummat Islam sendiri, maupunyang dibuat oleh
orang diluar Islam. Menurut penyaksian Hammad bin Zayyad terdapat 14.000 hadis
maudhu. Abdul Karim al Auja mengaku telah membuat 4.000 Hadis maudhu.

Banyak sebab-sebab yang dapat memunculkan Hadis Maudhu’, di antaranya ada


7 yaitu:

1. Sebab Politik
Yaitu seperti munculnya peristiwa terbunuhnya Ustman Ibn Affan sehingga
timbullah perpecahan di kalangan ummat Islam. Perpecahan tersebut berlanjut dengan
lahirnya kelompok-kelompok pendukung masing-masing pihak, seperti kelompok
pendukung ‘Ali Ibn Abi Thalib, pendukung Mu’awiyah Ibn Abi Sofyan, dan
kelompok Khawarij, yang muncul setelah terjadinya Perang Shiffin, yaitu antara
kelompok ‘Ali dan kelompok Mu’awiyah.
Perpecahan yang berkaitan politik ini mendorong masing-masing kelompok
berusaha untuk memenangkan kelompoknya dan menjatuhkan kelompok lawan.
Dalam upaya mendukung kelompok mereka masing-masing serta menarik perhatian
ummat agar berpihak kepada mereka, maka mereka, dalam melakukan kampanye
politik, mereka mencarilah argumen-argumen dari Alquran dan Hadis. Akan tetapi,
jika mereka tidak menemukan argumen yang mereka butuhkan di dalam kedua
sumber tersebut, maka mereka mulai menciptakan Hadis-Hadis maudhu yang
kemudian disandarkan kepada Nabi SAW. Perpecahan politik ini merupakan sebab
utama (penyebab langsung) terjadinya pemalsuan Hadis. Dari tiga kelompok di atas,
maka kelompok Syi’ahlah yang pertama melakukan pemalsuan Hadis.
Di antara Hadis-Hadis yang di buat oleh kelompok Syi’ah adalah:

‫يا علي إن هللا غفرلك و لذريتك ولوالديك و ألهلك و لشيعتك و لمحبي شيعتك‬

“Hai Ali, sesungguhnya Allah telah mengampuni engkau, keturunan


engkau, kedua orang tua engkau, para pengikutu engkau, dan orang-orang yang
mencintai pengikut engkau.

Sebaliknya, kelompok yang mendukung Mu’awiyah, sebagai lawan dari


kelompok Ali, dalam rangka memberikan dukungan dan untuk kepentingan
politik Mu’awiyah, juga menciptakan Hadis-Hadis maudhu yang mereka
sandarkan kepada Nabi SAW di antaranya pernyataannya sebagai berikut:

‫ أنا وجبريل ومعاوية‬:‫األمناء عند هللا ثالثة‬

“Orang yang terpercaya itu ada tiga, yaitu saya (Rasul), Jibril, dan Mu’awiyah.

2. Usaha dari Musuh Islam (Kaum Zindiq)


Kaum Zindik adalah kelompok yang membenci Islam, baik sebagai agama
maupun sebagai kedaulatan atau pemerintahan. Menyadari akan ketidakmampuan
mereka dalam berkonfrontasi dengan ummat Islam melalui tindakan merusak agama
dan menyesat ummat dengan cara membuat Hadis-Hadis maudhu dalam bidang-
bidang akidah, ibadah, hukum, dan sebagainya. Di antara mereka adalah Muhammad
Ibn Sa’id al-Syami yang mati di salib karena terbukti sebagai zindik. Dia
meriwayatkan Hadis, yang menurutnya berasal dari Anas dari Nabi SAW yang
mengatakan:

‫ ال نبي بعدي إال أن يشاء هللا‬v‫أنا خاتم النبيين‬


“Saya adalah penutup para Nabi, tidak ada Nabi lagi sesudahku kecuali
apabila dikehendaki Allah.

Diterangi oleh Al-Hakim, bahwa dia membuat pengecualian ini adalah untuk
mengajak manusia mengakui kenabiannya. Tokoh pemalsu Hadis lain yang berasal
dari kelompok Zindik adalah ‘Abd al-Karim ibn Abu al-‘Auja’. Dia mengakui sendiri
perbuatannya memalsukan Hadis sebanyak 4.000 Hadis yang berhubungan dengan
penghalalan yang haram dan pengharaman yang halal. Pengakuan tersebut
diikrarkannya di hadapan Muhammad ibn Sulaiman, wali kota Basrah, ketika Ibn
Abu al-Auja sudah berada di tiang gantung untuk dibunuh. Menurut Hammad Ibn
Zaid, bahwa Hadis yang dimaudhukan oleh kaum Zindik berjumlah sekitar 12.000
Hadis. Dalam riwayat lain disebutkan berjumlah 14.000 Hadis.

3. Sikap Fanatik Buta terhadap Bangsa, Suku, Bahasa, Negeri, atau Pemimpin
Mereka yang fanatik terhadap bahasa Persia, membuat Hadis yang mendukung
keutamaan bahasa Persia, dan sebaliknya, bagi mereka yang fanatik terhadap bahasa
Arab akan membuat Hadis yang menunjukkan keutamaan bahasa Arab dan mengutuk
bahasa Persia. Di antaranya adalah:
Contohnya, para pendukung bahasa Persia menciptakan Hadis yang menyatakan
kemulian bahasa Persia di antaranya adalah sebagai berikut:

‫إن كالم الذين حول العرش بالفارسية‬

“Sesungguhnya pembicaraan orang-orang di sekitar ‘arasy adalah denga bahasa Persia”

Sementara dari pihak lawannya juga muncul Hadis maudhu yang sifatnya
menantang dan menjatuhkan kelompok tadi di antaranya sebagai berikut:

‫أبغض الكالم إلى هللا الفارسي‬

“Perkataan yang paling dibenci oleh Allah adalah bahasa Persia.


Demikian juga kefanatikan terhadap seorang imam akan mendorong mereka
untuk memalsukan Hadis yang menyanjung imam tersebut dan menjelekkan imam yang
lain, seperti:

‫راج‬v‫و س‬v‫ة ه‬v‫و حنيف‬v‫ه أب‬v‫ال ل‬v‫ ويكون في أمتي رجل يق‬,‫يكون في أمتي رجل يقال له محمد ابن إدريس أضر على أمتي من إبليس‬
‫أمتي‬

“Adalah di kalangan ummatku seorang laki-laki yang bernama Muhammad


ibn Idris, dia lebih merusak terhadap ummatku dari pada iblis. Dan ada lagi dari
kalangan ummatku seorang laki-laki bernama Abu Hanifah. Dia adalah pelita bagi
ummatku.”

4. Pembuat Cerita atau Kisah-Kisah


Para pembuat cerita dan ahli kisah melakukan pamalsuan Hadis dalam rangka
menarik simpati orang banyak, atau agar para pendengar kisahnya kagum terhadap
kisah yang mereka sampaikan, ataupun juga dalam rangka untuk mendapatkan
imbalan rizki. Umumnya Hadis-Hadis yang mereka ciptakan cenderung bersifat
berlebihan atau tidak masuk akal. Di antara contohnya adalah mengenai balasan yang
akan diterima seseoarang yang mengucapakan kalimat la ilaha illa Allah”,
sebagaimana dinyatakan:

‫من قال ال إله إال هللا خلق هللا طا ئرا له سبعون ألف لسان لكل لسان سبعون ألف لغة يستغفرون له‬

“Siapa yang mengucapkan la ilaha illa Allah, Allah akan menciptakan seekor
burung yang mempunyai tujuh puluh ribu lidah, dan masing-masing lidah menguasai
tujuh puluh ribu bahasa yang akan memintakan ampunan baginya.

5. Perbedaan Pendapat dalam Masalah Fiqh atau Ilmu Kalam


Perbuatan ini umumnya muncul dari para pengikut suatu mazhab, baik dalam
bidang Fiqh atau Ilmu Kalam. Mereka menciptakan Hadis-Hadis maudhu dalam
rangka mendukung atau menguatkan pendapat, hasil ijtihad dan pendirian para imam
mereka. Di antaranya adalah Hadis-Hadis buatan yang mendukung pendirian mazhab
tentang cara pelaksanaan ibadah shalat, seperti mengangkat tangan ketika ruku’,
menyaringkan bacaan “bismillah” ketika membaca Al-Fatihah dalam bidang fiqh,
atau mengenai sifat makhluk bagi Alquran dalam bidang Ilmu Kalam, dan lain-lain.
Umpamanya:

‫ألمضمضة واإلستنشاق للجنب ثال ثا فريضة – أمني جبريل عند الكعبة فجهّرب (بسم هللا الرحمن الرحيم) – من قال‬:

‫القرآن مخلوق فقد كفر‬

6.  Semangat yang Berlebihan dalam Beribadah tanpa didasari Ilmu Pengetahuan


Di kalangan orang-orang Zuhud atau para ahli ibadah ada yang beranggapan
bahwa membuat Hadis-Hadis yang bersifat mendorong agar giat beribadah (targhib),
atau yang bersifat mengancam agar tidak melakukan tindakan yang tidak benar
(tarhib), dalam rangka bertaqarrub kepada Allah, adalah diperbolehkan. Mereka ini,
apabila diperingatkan akan ancaman Rasulullah SAW bahwa tindakan berdusta atas
nama Rasul akan menyebabkan pelakunya masuk neraka, maka mereka akan
menjawab bahwa mereka berdusta bukan untuk keburukan, melainkan untuk
kebaikan.
Atas dasar motivasi di atas, mereka banyak membuat Hadis-Hadis Mawdhu’,
terutama yang berhubungan dengan keutamaan surat-surat yang terdapat di dalam
Alquran. Abu ‘Ishmah Nuh ibn Abi Maryam, salah seorang pemalsu Hadis dari
kelompok ini, mengaku bahwa dia telah memalsukan Hadis dengan alasan untuk
menarik minat ummat kembali kepada Alquran, karena dia melihat telah banyak
orang yang berpaling dari Alquran, tetapi sebaliknya, mereka sibuk dengan Fiqh Abu
Hanifah dan Maghazi Ibn Ishaq. Salah satu contoh Hadis Maudhu’ semacam ini
adalah:

‫من قرأ يس في ليلة أصبح مغفورًا له و قرأ ال ّدخان ليلة اصبح مغفورًا له‬

“Siapa yang membaca suarat Yasin pada malam hari, maka pada pagi
harinya dia telah diampuni dari segala dosanya; dan siapa yang membaca surat
Ad-Dukhkhan pada malam hari, pada subuhnya dia telah diampuni dari dosa-
dosanya.
Kemudian contoh bunyi Hadis:

ٍ ‫َم ْن َعيَّ َر أَخوهُ بِ َذ ْن‬


ْ ‫ لَ ْم يَ ُم‬,‫ب‬
ُ‫ت َحتَّى يَ ْع َملَه‬

‫ت َحتَّى‬ ٍ ‫ َم ْن َعي ََّر أَ َخاهُ بِ َذ ْن‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ال َرسُو ُل هَّللَا‬
ْ ‫ لَ ْم يَ ُم‬,‫ب‬ َ َ‫ ق‬:‫ قَا َل‬- ‫ رضي هللا عنه‬- ‫َوع َْن ُم َعا ِذ ْب ِن َجبَ ٍل‬
‫يَ ْع َملَه‬
Dari Mu’adz bin Jabal, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda: Siapa yang
mencela saudaranya atas suatu perbuatan dosa, maka ia akan melakukan
perbuatan itu sebelum ia mati.
Status atau Kualitas Hadits:
‫رواه الترمذي وقال غريب ليس إسناده بالمتصل وأورده ابن الجوزي في الموضوع وقال أبو داود وغيره فيه محمد‬
1/278 :‫بن الحسن بن أبي يزيد كذاب (أسنى المطالب‬
Diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi, ia berkata: “Hadits gharib. Sanadnya
tidak bersambung (hadits dha’if).Imam Ibnu al-Jauzi memuat hadits ini dalam
kitab al-Maudhu’at (kumpulan hadits maudhu). Abu Daud dan lainnya berkata,
“Dalam sanadnya ada Muhammad bin al-Hasan bin Abi Yazid, ia seorang
pendusta”.

7. Mendekatkan diri Kepada Para Penguasa


Di antara pemalsu Hadis tersebut, ada yang sengaja membuat Hadis untuk
mendapatkan simpati atau penghargaan dari pada Khalifah atau pejabat pemerintahan
yang sedang berkuasa ketika itu. Umpamanya, adalah Ghayats ibn Ibrahim, yang
ketika memasuki istana Khalifah Al-Mahdi, dilihatnya Al-Mahdi sedang melaga
burung merpati, maka Ghayats berkata, Nabi bersabda:

)‫ فزاد فيه ( أو جناح‬, ‫ال سبق إالّ في نصل أو خف أو حافر‬

“Tidak ada perlombaan kecuali dalam memanah, balapan unta, pacuan


kuda, maka Ghayats menambahkan, (atau burung merpati).”

Dalam hal ini, Ghayats telah menambahkan kata janah terhadap Hadis
yang datang dari Nabi SAW tersebut. Menyadari akan perbuatan Ghayats
tersebut, Al-Mahdi akhirnya memerintahkan untuk menyembelih merpati
tersebut, setelah terlebih dahulu memberi Ghayats hadiah sejumlah 10.000
dirham.

Dari uraian di atas, terlihat bahwa ada di antara para pemalsu hadits
tersebut yang dengan sengaja menciptakan hadits maudhu dengan keyakinan
bahwa tindakannya itu diperbolehkan, dan ada pula yang tidak tahu tentang status
pekerjaannya itu. Ada di antara mereka yang mempunyai tujuan negatif dan ada
yang memandang tujuannya tersebut sebagai positif.  Akan tetapi, apa pun alasan
dan motif mereka, perbuatan memalsuka Hadis tersebut adalah tercela dan tidak
dapat diterima, karena bertengtangan dengan sabda Rasul SAW yang mencela
perbuatan bohong atas nama Nabi2.

2.3 Cara Mengeahui Hadist Maudhu’


Hadits maudhu’ ialah perkataan bohong dan mengada-ada yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad SAW. Informasi ini disampaikan dengan mengatasnamakan
Nabi biasanya untuk tujuan popularitas, mengajak orang berbuat baik, ingin dekat dengan
penguasa, dan tujuan lainnya. Apapun motifnya, menyampaikan hadits palsu, apalagi
membuatnya, tidak dibolehkan dalam Islam karena Rasulullah bersabda, “Barangsiapa
yang berdusta atas namaku dengan sengaja, kelak posisinya di neraka,” (HR Ibnu Majah).
Dalam riwayat lain disebutkan,  “Siapa yang menyampaikan informasi tentangku padahal
dia mengetahui informasi itu bohong, maka dia termasuk pembohong,” (HR Muslim).

Mahmud Thahan dalam Taysiru Musthalahil Hadits menjelaskan dua cara


pemalsu hadits beroperasi. Kedua cara tersebut adalah:

‫ ثم يضع له إسنادا ويرويه وإما أن يأخذ كالما لبعض الحكماء أو غيرهم ويضع له إسنادا‬،‫إما أن ينشء الوضاع الكالم من عنده‬

Artinya, “Adakalanya pemalsu hadits membuat redaksi hadits sendiri, kemudian


memalsukan sanad dan meriwayatkannya. Terkadang dengan cara mengambil kata-kata
bijak dari orang lain, kemudian membuat sanadnya.”

2 Factor-faktor munculnya hadist maudhu’. Dunia islam. 2021. inforepublik


Menurut Mahmud Thahan ada empat cara yang bisa digunakan untuk mengetahui
hadits itu shahih atau bukan. Jadi Keempat cara tersebut adalah sebagai berikut:

1. pengakuan dari pemalsu hadits itu sendiri. Misalnya, Abu ‘Ismah Nuh bin
Abu Maryam pernah mengaku bahwa ia permah memalsukan hadits terkait
keutamaan berapa surat dalam Al-Qur’an. Hadits palsu ini ia sandarkan
kepada sahabat Ibnu Abbas RA.
2. menelusuri tahun kelahiran orang yang meriwayatkan hadits dengan tahun
wafat gurunya yang disebutkan dalam silsilah sanad. Kalau perawi hadits itu
lahir setelah wafat gurunya, maka hadits tersebut bisa dikategorikan hadits
palsu karena tidak mungkin keduanya bertemu.
3. melihat ideologi perawi hadits. Sebagian perawi hadits ada yang fanatik
dengan aliran teologi yang dianutnya. Misalnya, perawi hadits Rafidhah yang
sangat fanatik dengan ideologinya, maka hadits-hadits yang disampaikannya
terkait keutamaan ahlul bait perlu ditelusuri kebenarannya.
4. memahami kandungan matan hadits dan rasa bahasanya. Biasanya hadits
palsu secara tata bahasa tidak bagus dan terkadang maknanya bertentangan
dengan Al-Qur’an.
Demikianlah empat cara yang biasa digunakan dalam menulusuri
keabsahan sebuah hadits. Apabila menemukan sebuah hadits yang tidak
ditemukan dalam kitab hadits yang otoritatif, keempat cara tersebut bisa
digunakan untuk membuktikan apakah hadits itu benar-benar dari Rasulullah
atau tidak.(3)

3 Hengky Ferdiansyah. 2018. Ilmu hadist. Empat cara mengetahui hadist palsu. IslamNUOnline
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hadist maudhu’ adalah segala
sesuatu (riwayat) yang disandarkan pada Nabi Muhammad SAW, baik perbuatan,
perkatan, maupun taqrir secara dibuat-buat atau disengaja dan sifatnya mengada-ada atau
berbohong. Sebuah hadist bisa dikatakan mauhu’ jika hadist dicurigai palsu atau buatan
karena dalam rantai sanadnya dijumpai penutur yang dikenal sebagai pendusta. Meski
makna hadist palsu bisa baik, namun hadist ini bukanlah perkataan atau perbuatan
Rasulullah.
DAFTAR PUSTAKA

Moh. Ismail. 2015. Hadist-maudhu. Makalah

Factor-faktor munculnya hadist maudhu’. Dunia islam. 2021. Inforepublik

Hengky Ferdiansyah. 2018. Ilmu hadist. Empat cara mengetahui hadist palsu. IslamNUOnline

Anda mungkin juga menyukai