Anda di halaman 1dari 15

IMAM MAHDI; PERSPEKTIF HADIS

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Ulumul Hadits


pada Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)
Pascasarjana IAIN Sorong

Oleh :
ARIF PRAMANA AJI
NIM. P060120002
IMAM WAHYUDI
NIM. P060120005
NOVITA EKA LISTANTI
NIM. P060120020
NURFAIDAH
NIM. P060120021
SAMSUL RIZAL TUANANY
NIM. P060120012

PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SORONG
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hasil ijtihad seorang mujtahid terdahulu tidak dapat dibatalkan oleh hasil
ijtihad kemudian, baik oleh mujtahid itu sendiri maupun mujtahid yang lain. Hal ini
karena ijtihad tidaklah ditetapkan melalui proses yang sembarangan / asal-asalan
dalam menetapkan hukum. Sebagaimana pengertian ijtihad itu sendiri, dalam
berijtihad seorang mujtahid mengerahan seluruh kemampuan untuk menemukan
hukum-hukum, termasuk memberi status hukum atas suatu hadits (Baca: Muhaddis).
Karena itu dapat dikatakan bahwa hasil ijtihad yang kedua tidaklah lebih kuat nilai
dan kualitasnya dari hasil ijtihad yang pertama, kecuali memang ada indikasi
perbedaan yang mencolok dalam masalah level seseorang dalam menghukumi suatu
hadis dengan para mujtahid ataupun muhaddits ternama di masa lalu seperti Al-
Bukhari, Muslim, At-Tirmizy, Ibnu Hajar Al-Asqalani dan seterusnya.

Status hukum suatu hadis bisa dilakukan pada dua sisi, sisi sanad dan sisi
matan. Untuk sisi sanad, maka standar penilaiannya minimal pada tiga aspek yaitu
pertama bersambungnya sanad1, kedua periwayatnya harus seorang yang dabti2,
ketiga, periwayatnya harus orang yang adil3. Sedangkan untuk sisi matan hadis,
terdapat dua aspek yang harus dihindari yaitu, aspek matan hadis tidak syadz4 dan
aspek matannya bersih dari ‘illah qadihah5. Kelima standar ini sekaligus menjadi
standar kesahihan hadis yang maqbul, sebagaimana yang diungkapkan Ibnu Shalah
dan dikutip oleh M.’Ajaj al-Khatib:
1
mulai dari mukharij-nya seperti Bukhari, Muslim, dan lainnya harus bersambung dengan rawi di
atasnya dan seterusnya, hingga sampai kepada Rasulullah SAW sebagai sandaran terakhir
2
orang yang dikenal sebagai penghafal yang cerdas dan teliti dan benar-benar memahami apa yang
didengarnya, kemudian dia meriwayatkannya tepat seperti itu sebagaimana aslinya.
3
seorang yang mantap kepribadiannya dan bertakwa kepada Allah serta menolak dengan tegas
pemalsuaan dan penyimpangan
4
Matannya bertentangan dengan riwayat lainnya yag lebih akurat
5
Cacat yang diketahui oleh para ahli hadis sehingga mereka menolaknya.
‫الحديث الصحيح هو المسند الذى يتصل اسناده بنقل العدل الضابط عن العدل الضبط إلى منتهاه‬

‫ واليكون شاذا وال معلال‬،

“Hadith sahih yaitu hadith musnad yang bersambung sanadnya, dinukilkan


oleh rawi yang adil lagi dabit dari rawi yang adil dan dabit, sampai akhirnya (Nabi
saw) tidak syadz dan tidak ber’ila”.6

Menyoal status atau hukum hadis-hadis tentang Imam Mahdi, yang oleh
beberapa ulama hadis mempermasalahkan kedudukan hadisnya, sehingga beberapa
pengkaji hadis meragukan sosok Imam Mahdi yang ditunggu-tunggu Turunnya
menjelang hari kiamat sebagai salah satu tanda kebesaran akan kedatangannya. 7
Namun oleh ulama hadis lainnya justeru dijadikan salah satu tema agama yang hujjah
nya itu berdasarkan hadis-hadis yang mutawatir, sehingga tidak ada keraguan di
dalamnya terkait kedatangnya menjelang hari kiamat kelak, dan menjadi suatu
keyakinan yang harus dipegang umat Islam. Olehnya itu, dalam makalah ini pesoalan
yang mesti dielaborasi selanjutnya, adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Komentar Ulama-Ulama Hadis tentang Hadis Imam Mahdi?


2. Bagaimana Kronologi kedatangan Imam Mahdi dalam Perspektif Hadis?
3. Bagaimana status sebagian Hadis tentang Imam Mahdi yang dianggap sebagai
Hadis Palsu?

BAB II

PEMBAHASAN
6
‘Ajaj Al-Khatib, ′Usul Alhadith , (Damaskus: Dar al-Fikr, 1975), hal 304
7
Tanda-tanda hari kiamat terbagi menjadi dua. Pertama, tanda-tanda kiamat yang sudah biasa terjadi
sebagai bagian dari kehidupan masyarakat seperti diangkatnya ilmu, merebaknya kebodohan,
semaraknya perzinaan dan banyaknya orang meminum khamar. Kedua, tanda-tanda yang tidak biasa
terjadi dan bukan bagian dari kehidupan masyarakat, seperti munculnya Dajjal, turunnya Imam Mahdi,
Nabi Isa A.s, dan yang lainnya. Lihat Umar Sulaiman Al Asyqor, al-Yaumil al-Akhir; al-Qiyamah al-
Kubra, (Yordania: Daar an-Nafais, 1990.
A. Komentar Ulama Hadis tentang Hadis-Hadis Imam Mahdi

Al-Mubarakfuri dalam Tuhfatul Ahwadzi-nya mengakui bahwa kebanyakan


hadits yang berkisah tentang Imam Mahdi tidak bisa dipertanggungjawabkan
kesahihannya. Al-Mubarakfuri melanjutkan bahwa hadits-hadits tersebut
diriwayatkan oleh beberapa orang yang cukup bermasalah dan tidak memenuhi
kriteria-kriteria perawi yang dapat diterima periwayatan haditsnya. Namun di antara
hadits-hadis tersebut, ada yang memiliki beberapa aspek syawahid dan tawabi’ yang
berfungsi sebagai bahan pertimbangan untuk mengangkat status sebuah hadis, dengan
kedua aspek tersebut, menurut beliau cukup pantas untuk dijadikan dalil (kemunculan
Imam Mahdi) tanpa keraguan.8

Imam As Safarini dengan tegas mengatakan bahwa “Telah banyak riwayat


yang menyebutkan akan munculnya Imam Mahdi sehingga mencapai derajat
mutawatir secara makna.9 Dan itu telah tersebar di kalangan Ahlus Sunnah sehingga
teranggap sebagai aqidah mereka….” - beliau menyebut hadits, atsar serta nama para
sahabat yang meriwayatkannya, lalu beliau berkata– “Dan telah diriwayatkan dari
para sahabat yang disebutkan dan selain mereka dengan riwayat yang banyak, juga
dari para tabi’in setelah mereka, yang dengan semua itu memberi faedah ilmu yang
pasti. Maka mengimani munculnya Mahdi adalah wajib sebagaimana telah ditetapkan
oleh para ulama dan tertulis dalam akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah.10

Nadirsyah Husen salah seorang pemikir NU dalam tulisannya mengatakan


bahwa “Ada lebih dari 50 hadits dalam hal Imam Mahdi, di mana kualitas sanad

8
. al-Mubarakfuri, Tuḥfatul Aḥwadzi bi Syarḥi Jamiʽ al-Tirmidzi, [Madinah: Al-Maktabah al-
Salafiyah, 1963], j. 6, h. 485.
9
Hadis Mutawatir adalah Hadis yang dalam setiap jenjang periwayatannya (thabaqat al-ruwat) terdapat
minimal sepuluh rawi yang mustahul, menurut kondisi saat itu, untuk bersekongkol mendustakan Nabi.
Hadis mutawatir terbagi kepada dua, yaitu : mutawatir lafzi dan mutawatir ma’nawi. Mutawatir Lafzi
adalah hadis yang jumlah periwayatannya amat banyak dan semuanya menggunakan lafaz yang sama
atau hampir sama. sedangkan mutawatir maknawi adalah hadis yang membicarakan suatu masalah
dengan berbagai macam redaksi, namun menunjukkan pada satu pembicaraan.
10
Muhammad bin Ahmad As Safarini, Lawami’ al-Anwar al-Bahiyyah, (Damsyiq (Suriah), Muassasah
al-Khafiqaini, 1982), Juz 2, hal. 84.
hadits itu beragam, ada yang sahih, hasan, dha’if, dan ada pula yang palsu. Karena
banyaknya riwayat tersebut membuat hadits seputar ini masuk dalam kategori
mutawatir maknawi. Artinya, secara makna kabar akan keberadaan Imam Mahdi
diakui secara mutawatir, tiada lagi celah bagi siapapun untuk mengingkarinya, karena
jumlahnya banyak, meski tidak semua riwayatnya kuat.11

Selanjutnya, Syaikh al-Albani dalam al-Shahihah menyebutkan lima besar


ulama yang menshahihkan hadits-hadits tentang Mahdi, ditambah dengan ulama-
ulama terdahulu maupun sekarang, bahkan sebagian mereka menegaskan tentang
kemutawatirannya. Kelimanya adalah, Abu Daud, Imam Tirmizi, Ahmad bin Hanbal,
az-Zahabi dan al-Hakim. Adapun yang lainnya, di antaranya: al-Uqaili, Ibn Arabi di
dalam kitab 'Aridhat al-Ahwazi, al-Qurthubi, at-Thibbu, Ibn al-Qayyim di dalam
kitab al-Manar al-Munif, al-Hafiz Ibn Hajar dalam Fath al-Bari, Abu al-Hasan al-
Aburi, Syekh Ali al-Qari, as-Suyuti, al-Allama al-Mubarikfuri dan banyak yang
lainnya.12

Lebih lanjut al-Kattani menyebutkan, Hadis kedatangan Imam Mahdi, yang


ditunggu-tunggu itu, diriwayatkan sekurang-kurangnya oleh 20 sahabat, antara lain,
‘Abdullah bin Mas’ud, Ummu Salamah, Ali bin Abi Thalib, Abu Sa’id al Khudri,
Abdullah bin Abbas, Jabir bin Abdullah al-Anshari, Ammar bin Yasir, Abdullah bin
Umar, Anas bin Malik, Abd al-Rahman bin Aud, Imran bin Husain, dan lain-lain
radhiyallahu anhum. Hadis Imam Mahdi ini kemudian ditulis banyak penulis
(pembuku) Hadis, antara lain, Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Abu Dawud al-
Sijistani, Imam al-Tirmidzi, Imam al-Hakim al-Naisaburi, Imam Bazzar, Imam al-
Thabrani, Imam Abu Nu’aim al-Isfahani dan lain-lain rahimahum Allah.13

11
Nadirsyah Husen dalam https://geotimes.co.id/kolom/politik/memahami-hadits-khilafah-dan-imam-
mahdi-dalam-perspektif-lintas-disiplin-i/, published jumat, 27 oktober 2017. Di akses pada hari Selasa,
18 November 2020, pada pukul 17.00.
12
. Muhammad Nashir al-Albani, al-Hadis as-Sahihah, (Riyad: Maktabah al-Marif, 2000), hal. 40
13
Ali Musthafa Yaqub, Haji Pengabdi Setan, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2015) , hal. 29
Kendati demikian, dalam disiplin Ilmu Hadis, Kuantitas rawi yang sekian
banyak itu tidak menjadi sebuah otoritas, sehingga suatu Hadis menjadi sumber
ajaran Islam. Otoritas Hadis adalah kualitasnya. Sebuah Hadis meskipun hanya
diriwiyatkan seorang sahabat, jika ia shahih (otentik,valid) maka ia memiliki otoritas
(hujjiyah) sebagai sumber syariat Islam, baik dalam masalah akidah maupun akhlak.14

Hadis-hadis Imam Mahdi ini jumlahnya cukup banyak. Sementara kualitasnya


ada yang shahih, hasan dan dhaif. Karena itu secara keseluruhan Hadis-hadis Imam
Mahdi ini memiliki kualitas ilmiah sangat kuat, sehingga datangnya Imam Mahdi
menjadi suatu keyakinan yang harus dipegang umat Islam. Dan konsep tentang
turunnya Imam Mahdi dalam akidah umat Islam tidak dapat dipisahkan dengan
kejadian yang mendahuluinya, yang senantiasa diurutkan dengan kedatangan Dajjal
dan turunnya Nabi Isa a.s. Kedua peristiwa ini kualitas hadisnya mencapai peringkat
Mutawatir juga.

B. Kronologi Kedatangan Imam Mahdi dalam Perspektif Hadis

Di antara orang-orang, ada yang memahami bahwa munculnya Dajjal, Imam


Mahdi dan turunnya Nabi Isa A.s, itu sebagai suatu metaforisme (majazi, simbolik).
Dajjal adalah symbol kezaliman yang menguasai dunia, sementara al-Mahdi adalah
symbol keadilan dan Nabi Isa adalah itu adalah Imam Mahdi sendiri. Tetapi
pendapat-pendapat ini telah terbantahkan oleh dalil-dalil yang kualitasnya dapat
dipertanggung jawabkan.

Dalil-dalil yang menunjukkan akan kedatangannya telah diriwayatkan


berbagai hadits shahih yang menunjukkan akan munculnya al-Mahdi. Di antara
hadits-hadits ini ada yang khusus menyebutkan tentang nama al-Mahdi dan nama
bapaknya, asal keturunanannya, waktu munculnya berikut situasi dan keadaan saat
14
Ibid.
kemunculannya, masa kekuasaannya serta ada juga yang hanya menyebutkan sifat-
sifat psikis dan fisiknya.
a. Nama Imam Mahdi
Nama Imam Mahdi adalah Muhammad, sedangkan nama ayahnya adalah Abdulllah.
jadi nama Imam Mahdi dan nama ayahnya sama dengan Rasulullah.
Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam ber-sabda:
.‫ يُ َوا ِطى ُء اِ ْس ُمهُ اِ ْس ِم ْي‬،‫ضي ال ُّد ْنيَا َحتَّى يُ ْملِكَ ْال َع َربُ َر َج ٌل ِم ْن أَ ْه ِل بَ ْيتِ ْي‬
ِ َ‫الَ ت َْذهَبُ أَوْ الَ تَ ْنق‬
‘Dunia tidak akan hilang atau tidak akan lenyap hingga seseorang dari Ahlul
Baitku menguasai bangsa Arab, namanya sama dengan namaku.’15
Dalam riwayat lain disebutkan,
.‫ي َُوا ِطى ُء اِ ْس ُمهُ اِ ْس ِم ْي َوا ْس ُم أَبِ ْي ِه اِ ْس َم أَبِ ْي‬
“Namanya sama dengan namaku dan nama bapaknya sama dengan nama
bapakku.”16
b. Keturunan
Imam Mahdi berasal dari keturunan Fathimah, putri Nabi. Sebagaimana yang
diriwayatkan dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ia mengatakan: Aku
mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ ْال َم ْه ِديْ ِم ْن ِع ْت َرتِ ْي ِم ْن َولَ ِد‬: ‫ْت َرسُوْ َل هللاِ صلى هللا عليه و سلم يَقُوْ ُل‬ ْ َ‫ع َْن أُ ِّم َسلَ َمةَ رضي هللا عنها قَال‬
ُ ‫ َس ِمع‬:‫ت‬
َ‫اط َمة‬ِ َ‫ف‬

15
HR. Ahmad (V/199, no. 485) dalam Musnadnya, tahqiq Ahmad Syakir, beliau berkata, “Sanadnya
shahih.” Dan HR. Tirmidzi no 2230, dari Abdullah bin Mas'ud. at-Tirmidzi mengatakan bahwa hadis
ini diriwayatkan pula oleh Ali, Abu Sa'id, Ummu Salamah dan Abu Hurairah. Status hadis ini hasan
Shahih. Syaikh al-Albani mengatakan dalam misykatul mashobih 5452:16 bahwa hadis ini hasan.
16
HR. Abu Daud, no 4282, dari Abdullah bin Mas'ud. Syaikh al-Albani dalam Shahih wa Dhaif Sunan
Abi Daud mengatakan bahwa hadis ini Hasan Shahih.
Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha berkata: Saya mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Al-Mahdi adalah dari keturunanku
dari anak keturunan Fathimah”17.
Dalam riwayat lain disebutkan, dari ‘Ali Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ِ ‫اَ ْل َم ْه ِديُّ ِمنَّا أَ ْه َل ْالبَ ْي‬
.‫ يُصْ لِ ُحهُ هللاُ فِ ْي لَ ْيلَ ٍة‬،‫ت‬
‘Al-Mahdi dari keturunan kami; Ahlul Bait, Allah akan memperbaikinya
dalam satu malam.’18

c. Waktu Munculnya
Munculnya Imam Mahdi bukan bak sulap batil, yang seolah muncul tanpa sebab dan
tiba-tiba. Namun munculnya tentu mengikuti sunnatullah pada alam ini, yakni
melalui proses yang menuju ke arah sana.
Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam ber-sabda:
.‫ يُ َوا ِطى ُء اِ ْس ُمهُ ِا ْس ِم ْي‬،‫ضي ال ُّد ْنيَا َحتَّى يُ ْملِكَ ْال َع َربُ َر َج ٌل ِم ْن أَ ْه ِل بَ ْيتِ ْي‬
ِ َ‫الَ ت َْذهَبُ أَوْ الَ تَ ْنق‬
‘Dunia tidak akan hilang atau tidak akan lenyap hingga seseorang dari Ahlul
Baitku menguasai bangsa Arab, namanya sama dengan namaku.’19
Dalam riwayat lain, dari Jabir Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ٍ ‫ْض•هُ ْم أَ ِميْ• ُر بَع‬


‫ْض؛‬ َ ‫ فَيَقُ•وْ ُل أَ ِميْ• ُرهُ ْم اَ ْل َمهْ• ِديُّ تَ َع•ا َل‬،‫يَ ْن ِز ُل ِع ْي َسى بْنُ َمرْ يَ َم‬
َ ‫ الَ؛ إِ َّن بَع‬:ُ‫ فَيَقُ•وْ ل‬،‫ص• ِّل بِنَ•ا‬
.َ‫تَ ْك ِر َمةَ هللاِ هَ ِذ ِه ْاألُ َّمة‬

17
HR. Abu Dawud dan ini lafadznya, Shahih Sunan no. 4284, Ibnu Majah no. 4086, dan Al-Hakim no.
8735, 8736
18
HR Ahmad (II/58, no. 645) dalam musnadnya, tahqiq Ahmad Syakir, beliau berkata, “Sanadnya
shahih,” dan HR Ibni Majah (II/1367). Dan hadits ini dishahihkan juga oleh Syaikh al-Albani dalam
Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (VI/22, no. 6611).
19
HR. Ahmad (V/199, no. 485), tahqiq Ahmad Syakir, beliau berkata, “Sanadnya shahih.” At-Tirmidzi
(VI/485), beliau berkata, “Hadits ini hasan shahih.” Dan Sunan Abi Dawud (XI/371).
‘Isa bin Maryam turun, lalu pemimpin mereka, al-Mahdi berkata, ‘Shalatlah
mengimami kami!’ Dia berkata, ‘Tidak, sesungguhnya sebagian dari kalian
adalah pemimpin bagi sebagian yang lainnya, sebagai suatu kemuliaan yang
Allah berikan kepada umat ini.’20

Dari sini, berarti munculnya Imam Mahdi adalah di akhir zaman sebelum turunnya
Isa As, sekaligus mengawali tanda-tanda besar lainnya akan datangnya kiamat.

d. Situasi dan Keadaan pada masa kemunculannya


Di antara sifat Al-Mahdi adalah bahwa ia menebar keadilan dan melenyapkan
kedzaliman serta keculasan. Sebagaimana tersebut dalam hadits: “Memenuhi bumi
dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kezhaliman. sebagaimana
dalam hadis riwayat Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ِ ‫ َوتَ ْكثُ• ُر ْال َم‬،‫ص• َحاحًا‬


،ُ‫اش•يَة‬ َ ‫يَ ْخ ُر ُج فِ ْي آ ِخ ِر أُ َّمتِـي ْال َم ْه ِديُّ ؛ يُ ْسقِ ْي ِه هللاُ ْال َغي‬
ِ ‫ َويُ ْع ِطى ْال َما َل‬،‫ َوتُ ْخ ِر ُج ْاألَرْ ضُ نَبَاتَهَا‬،‫ْث‬
) ‫ ِح َججًا‬:‫ يَ ِعيْشُ َس ْبعًا أَوْ ثَ َمانِيًا ( يَ ْعنِي‬،ُ‫َوتَ ْعظُ ُم ْاألُ َّمة‬

“Pada akhir umatku akan keluar al-Mahdi. Allah menurunkan hujan


kepadanya, bumi mengeluarkan tumbuhannya, harta akan dibagikan secara
merata, binatang ternak melimpah dan umat menjadi mulia, dia akan hidup
selama tujuh atau delapan (yakni, musim haji).”21

20
HR. Al-Harits bin Abi Usamah dalam Musnadnya, begitu juga diriwayatkan dalam al-Manaarul
Muniif, karya Ibnul Qayyim (hal. 147-148), dan al-Haawi fil Fataawaa’, karya as-Suyuthi (II/64).
Ibnul Qayyim berkata, “Ini adalah sanad yang jayyid.” Dishahihkan oleh ‘Abdul ‘Alim di dalam
risalahnya tentang al-Mahdi (hal. 144).
21
Mustadrak al-Hakim (IV/557-558), beliau berkata, “Sanad hadits ini shahih, akan tetapi keduanya
tidak meriwayatkannya.” Dan disepakati oleh adz-Dzahabi. Al-Albani berkata, “Ini adalah sanad yang
shahih, perawinya tsiqat.” Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah (II/336, no. 711). Dan lihat Risalah
‘Abdul ‘Alim Ahaadiitsul Mahdi fii Miizaanil Jarhwat Ta’diil (hal. 127-128
Dalam riwayat lain, dariAbu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah
bersabda:

َ‫ط تُ ْؤتَى أُ ُكلَهَ••ا َوال‬


ُّ َ‫ص َر فَ َس ْب ٌع َوإِالَّ فَتِ ْس ٌع فَتَ ْن َع ُم فِ ْي ِه أُ َّمتِي نِ ْع َمةً لَ ْم يَ ْن َع ُموا ِم ْثلَهَا ق‬
َ َ‫يَ ُكوْ نُ فِي أُ َّمتِي ْال َم ْه ِديُّ إِ ْن ق‬
‫ ُخ ْذ‬:ُ‫ فَيَقُول‬.‫ يَا َم ْه ِديُّ أَ ْع ِطنِي‬:ُ‫تَ َّد ِخ ُر ِم ْنهُ ْم َش ْيئًا َو ْال َما ُل يَوْ َمئِ ٍذ ُك ُدوْ سٌ فَيَقُوْ ُم ال َّر ُج ُل فَيَقُوْ ل‬

“Akan datang pada umatku Al-Mahdi bila masanya pendek maka tujuh tahun,
kalau tidak maka 9 tahun. Maka umatku pada masa itu diberi kenikmatan
dengan kenikmatan yang tidak pernah mereka rasakan yang semacam itu
sama sekali. Mereka diberi rizki yang luas. Mereka tidak menyimpan sesuatu
pun. Harta saat itu berlimpah sehingga seseorang bangkit dan mengatakan:
‘Wahai Mahdi, berilah aku.’ Diapun menjawab: ‘Ambillah’.”22

e. Masa Kekuasaannya
Terdapat dalam Sunan At-Tirmidzi:

. َ‫ ِسنِ ْين‬:‫ َو َما َذاكَ ؟ قَال‬:‫ قُ ْلنَا‬:‫ قَا َل‬-‫اك‬ َّ ‫إِ َّن فِي أُ َّمتِي ْال َم ْه ِد‬
ُّ ‫زَ ْي ٌد ال َّش‬- ‫ي يَ ْخ ُر ُج يَ ِعيْشُ َخ ْمسًا أَوْ َس ْبعًا أَوْ تِ ْسعًا‬
“Sesungguhnya pada umatku ada Al-Mahdi. Ia muncul, hidup (berkuasa) 5
atau 7 atau 9.” –Zaid (salah seorang rawi/periwayat) ragu–. Abu Sa’id
mengatakan: “Apa itu?” Beliau menjawab: “Tahun.”23

ِ ُ‫يَ ُكوْ نُ فِي أُ َّمتِي ْال َم ْه ِديُّ إِ ْن ق‬


‫ص َر فَ َس ْب ٌع َوإِالَّ فَتِ ْس ٌع‬
“Akan datang pada umatku Al-Mahdi, bila masanya pendek maka 7 tahun,
kalau tidak maka 9 tahun.24”
Dari keterangan riwayat ini menunjukkan bahwa paling lama masa tinggal
(kekuasaan)-nya adalah 9 tahun, dan sedikitnya 5 atau 7 tahun.” Meskipun nantinya
22
HR. Ibnu Majah no. 4083, Kitabul Fitan Bab Khurujul Mahdi, 4/412, dan Al-Hakim no. 8739. Asy-
Syaikh Al-Albani rahimahullahu menghasankannya
23
HR. Tirmizi, no 2232 . Syekh al-Albani mengatakan bahwa hadis ini hasan.
24
HR. Ibnu Majah no. 4083
dalam riwayat hadis tentang sifat fisiknya, pada ujung hadis ditegaskan tanpa ada
keraguan sama sekali dari perawi, bahwa Imam Mahdi berkuasa selama tujuh tahun.

f. Sifat Fisik
Diriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ُ ِ‫ يَ ْمل‬،‫َت ظُ ْل ًما َوجُوْ رًا‬
‫ك َس ْب َع ِسنِيْن‬ َ ْ‫ يَ ْمألُ ْاألَر‬،‫ف‬
ْ ‫ض قِ ْسطًا َو َع ْدالً َك َما ُملِئ‬ ِ ‫ أَ ْقنَى ْاألَ ْن‬،‫ أَجْ لَى ْال َج ْبهَ ِة‬،‫اَ ْل َم ْه ِديُّ ِمنِّي‬
‘Al-Mahdi dari keturunanku, dahinya lebar, hidungnya mancung. Dia akan
memenuhi bumi dengan keadilan, sebagaimana bumi telah dipenuhi dengan
kezhaliman dan kelaliman sebelumnya. Dia akan berkuasa selama tujuh
tahun.’25
C. Hadis-Hadis Dhaif (Palsu) Tentang Imam Mahdi

Kata dhaif disini tidaklah berarti harus ditinggalkan, karena hadits dhaif pada
dasarnya tetap dinisbatkan kepada Nabi Muhammad SAW, berbeda dengan hadits
maudhu (palsu) yang merupakan kebohongan yang diada-adakan (atas nama Nabi
SAW). Makanya, hadits dhaif tidaklah berada dalam satu tingkatan, ada hadis yang
lemahnya ringan, ada pula yang berat. Dikatakan ringan jika ada perawinya yang adil
tapi hafalannya tidak dabit. Dikatkan berat jika ada perawinya bermasalah dalam segi
hafalannya, tertuduh dusta, benar-benar pendusta, apalagi pemalsu hadis.

25
Sunan Abi Dawud, kitab al-Mahdi (XI/375, no. 4265), dan Mustadrak al-Hakim (IV/557), beliau
berkata, “Hadits ini shahih dengan syarat Muslim, akan tetapi keduanya tidak meriwayatkannya.” Adz-
Dzahabi berkata, “‘Imran (salah satu perawi hadits) lemah, dan Muslim tidak menjadikannya sebagai
perawi.” Al-Mundziri mengomentari sanad Abu Dawud, “Di dalam sanadnya ada ‘Imran al-Qaththan,
dia adalah Abul ‘Awam ‘Imran bin Dawir al-Qaththan al-Bashri. Al-Bukhari menjadikannya sebagai
penguat, ‘Affan bin Muslim mentsiqatkannya, dan Yahya bin Sa’id al-Qaththan memujinya,
sedangkan Yahya bin Ma’in dan an-Nasa-i melemahkannya.” Aunul Ma’buud (XI/375). Adz-Dzahabi
berkata dalam al-Miizaan, “Ahmad berkata, ‘Aku berharap dia sebagai perawi yang haditsnya shalih
(baik).’” Abu Dawud berkata, “Lemah.” Miizaanul I’tidaal (III/236). Ibnu Hajar mengomentarinya,
“Shaduq Yuhammu, dan dituduh sebagai orang yang berpola pikir Khawarij.” Taqriibut Tahdziib
(II/83). Ibnul Qayyim mengomentari sanad Abu Dawud, “Jayyid,” al-Manaarul Muniif (hal. 144)
tahqiq Syaikh ‘Abdul Fattah Abu Ghuddah. Al-Albani berkata, “Sanadnya hasan,” Shahiihul Jaami’
(VI/22-23, no. 6616).
Abdul Alim Abdul Azim telah menulis buku khusus tentang riwayat-riwayat
yang dhaif dan palsu tentang Imam Mahdi. Ia mengumpulkan 300 hadis kemudian
melakukan kritik pada perawinya. di antaranya

a. Hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Abbas, dan menyandarkan pada Nabi

‫حديث ابن عباس فأخبرنا القزاز قال اخبرنا احمد بن علي الحافظ قال اخبرنا ابو عب••د هللا محم••د بن‬
‫عبد الواحد بن محمد بن جعفر قال نا محم••د ابن المظف••ر ق••ال ن••ا محم••د بن مخل••د بن حفص ق••ال ن••ا‬
‫محمد بن نوح بن سعيد بن دينار المؤذن قال حدثني ابي ق••ال ن••ا عب••د الص••مد بن علي عن ابي••ه عن‬
‫جده ابن عباس قال كان النبي ( ص ) راكبا اذ التفت الى العباس فقال يا عباس قال لبي••ك ي••ا رس••ول‬
‫ى ابن‬99‫هللا فقال يا عم النبي ان هللا ابتدأ بي االسالم وسيختمه بغالم من ولدك وهو الذي يتقدم بعيس‬
‫مريم‬

Wahai Pamanku, sesungguhnya Allah memulai Islam ini denganku dan akan
diakhiri dengan anak dari keturunanmu yang akan turun mendahului Isa.26

Dalam riwayat ini disebutkan beberapa perawi, seperti Muhammad bin Nuh Abdul
Samad bin Ali seorang yang majhul tak diketahui.

Demikian juga hadis yang dikeluarkan oleh Imam Daruqutni dalam Al-Afrad, bahwa
pada sanad riwayat ini tedapat rawi bernama Muhammad bin Walid Al-Qurasyi,
sedangkan dia pendusta.

ِ ‫ل َم ْه ِديْ ِم ْن َولَ ِد ْال َعب‬.ْ ‫ا‬


‫َّاس َع ِّم ْي‬

Al-Mahdi dari keturunan anak Abbas, pamanku.27

26
Abdul Alim Abdul Azim, Mausuah Fi Ahadis al Mahdi al-Daifah wa al-Maudua, (Makkah:
Maktabah Dar Ibn Hazm, 199) hal.283
27
Imam Daruqutni dalam Al-Afrad no. 26, Ad-Dailami 4/84 dan Ibnu Jauzi dalam Al-Wahiyat: 1431
Kedua riwayat di atas mengalami cacat pada sisi sanadnya, sebagaimana terjadi cacat
pada sisi matannya karena bertolak belakang dengan muatan hadis yang lebih kuat
yang menerangkan keturunan Mahdi dari Ahli Bait.

b. Hadis yang dikeluarkan oleh Ibn Majah dari Anas bin Malik yang disandarkan
kepada Nabi,
‫ ع َْن‬, ُّ‫ َح• َّدثَنِي ُم َح َّم ُد بْنُ خَ الِ • ٍد ْال َجنَ • ِدي‬, ‫يس ال َّشافِ ِع ُّي‬
َ ‫ َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْنُ إِ ْد ِر‬, ‫َح َّدثَنَا يُونُسُ بْنُ َع ْب ِد اأْل َ ْعلَى‬
‫ " اَل‬: ‫ قَ••ا َل‬, ‫ص•لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي• ِه َو َس•لَّ َم‬ َ •‫ أَ َّن َر ُس‬, ‫•ك‬
َ ِ ‫ول هَّللا‬ ِ ‫ ع َْن أَن‬, ‫ ع َْن ْال َح َس• ِن‬, ‫ح‬
ٍ •ِ‫َس ْب ِن َمال‬ ٍ ِ‫صال‬ َ ‫أَبَانَ ب ِْن‬
ِ ‫ َواَل تَقُو ُم السَّا َعةُ إِاَّل َعلَى ِش َر‬, ‫ َواَل النَّاسُ إِاَّل ُش ًّحا‬, ‫ َواَل ال ُّد ْنيَا ِإاَّل إِ ْدبَارًا‬, ً‫يَ ْزدَا ُد اأْل َ ْم ُر ِإاَّل ِش َّدة‬
ِ َّ‫ار الن‬
‫اس‬
‫ َواَل ْال َم ْه ِديُّ إِاَّل ِعي َسى ابْنُ َمرْ يَ َم‬,

……Kiamat hanya akan datang pada saat orang terburuk, dan satu-satunya
Mahdi setelah Muhammad adalah 'isa bin Maryam28

Hadis ini lemah dari segi sanad, karena ada perawi Muhammad bin Khalid al-Jundy
yang sangat lemah, kemudian dari segi matan sangat bertolak belakang dengan hadis
lainnya yang lebih kuat dan menginformasikan bahwa anara Mahdi dan Isa adalah
dua sosok yang berbeda.

c. ‫إن لمهدينا آيتين لم تكونا منذ خلق السماوات واألرض تنكس••ف القم••ر ألول ليل••ة من رمض••ان وتنكس••ف‬
‫الشمس في النصف منه ولم تكونا منذ خلق هللا السماوات واألرض‬

“Sesungguhnya ada dua tanda yang menunjukkan kedatangan al-Mahdi kita.


Kedua tanda tersebut belum pernah terjadi sejak awal penciptaan langit dan
bumi, yakni terjadinya gerhana bulan pada awal malam bulan Ramadhan. dan
terjadinya gerhana matahari pada pertengahan bulannya. Peristiwa ini belum
pernah terjadi sejak langit dan bumi diciptakan.

28
Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, hadis no 4037.
Hadis ini diriwayatkan oleh ad-Daruquthni dalam Sunan-nya dari perkataan
Muhammad al-Hanafiyah (putra Ali bin Abi Thalib). Ad-Daruquthni mengatakan,
“Abu Said al-Ishtharakhy menyampaikan kepada kami, dari Muhammad bin
Abdullah bin Naufal, dari Ubaid bin Ya’isy, dari Yunus bin Bakir, dari Amr bin
Syamir, dari Jabir, dari Muhammad bin Ali”. 29

Hadis ini memiliki kelemahan dari segi sanad sebagaimana yang dikatakan Abdul
Alim Abdul Azhim, dalam kitabnya: “Dalam sanadnya terdapat beberapa rawi, yaitu:
Yunus bin Bakir bin Washil asy-Syaibani, Abu Bakr al-Jammal al-Kufi, terkadang
keliru dalam meriwayatkan, termasuk thabaqah ke-9 dan wafat pada tahun 199 H;
Amr bin Syamir al-Ju’fi al-Kufi asy-Syi’i, Abu Abdillah, seorang pemalsu hadits. 30

Kemudian kelemahan yang kedua dari segi ilmiah, bahwasanya hadis diatas bukan
dari termasuk sabda Nabi tetapi ucapan seorang Tab’i, cucu sahabat Abdullah bin
Abbas yang bernama Muhammad bin Ali. Ucapan seorang tabi’I yang acap kali
disebut dengan hadis maqtu’ (terputus). Menurut disiplin Ilmu Hadis tidak memiliki
otoritas sebagai sumber ajaran Islam, karena ucapan tersebut dinyatakan gugur demi
ilmiah.31

BAB III

Penutup

29
HR. Imam Daruqutni dalam sunannya jilid 2 hadis 65.
30
Abdul Alim Abdul Azim, Ibid, hal.169.
31
Ali Mustafa Ya’qub, Ibid, hal. 32.
A. Kesimpulan

Sesungguhnya keyakinan datangnya Imam Mahdi termasuk aqidah yang


ditetapkan dalam hadits-hadits mutawatir yang wajib bagi setiap muslim untuk
mengimaninya karena hal itu termasuk perkara ghaib, tidak ada yang mengingkari
aqidah ini kecuali orang yang jahil atau sombong.

Ahlus Sunnah wal Jamaah meyakini bahwa Al-Mahdi akan muncul pada akhir
zaman, sebelum Nabi ‘Isa ‘alaihissalam turun. Dia seorang laki-laki keturunan ahlul
bait. Melalui dia, Allah Subhanahu wa Ta’ala kokohkan agama. Dia akan berkuasa
selama tujuh tahun. Pada masanya bumi ditaburi dengan keadilan sebagaimana
kelaliman dan kezhaliman sempat meliputi bumi sebelumnya. Umat merasakan
nikmat di bawah kekuasaannya dan belum pernah ada kenikmatan yang dirasakan
seperti itu. Bumi mengeluarkan tetumbuhan, langit mengguyuri dengan hujan. Kala
itu, harta diberikan tanpa batas.

B. Saran

Anda mungkin juga menyukai