Anda di halaman 1dari 16

SEJARAH KEMUNCULAN DAN FAKTOR MEMBELAKANGI

HADIST MAUDHU

Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah


Ulumul Hadist
Oleh:
Nama: Mutia Zahrani
NIM: 3052023003
Dosen pembimbing: Athaillah, M.Ag

Program Studi Pemikiran Politik Islam


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
LANGSA
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
‘inayah dan hidayah-Nya kepada seluruh makhluk-Nya. Shalawat beserta salam
ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia
kejalan yang diridai Tuhan.
Alhamdulillah, dengan izin dan pertolongan dari Allah SWT yang telah
memberikan nikmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “ Sejarah Kemunculan dan Faktor Membelakangi Hadits
Maudhu” sesuai waktu yang disediakan. Selain itu, penulis juga berterimakasih
kepada Bapak Athaillah, M.Ag. selaku dosen mata kuliah Ulumul Hadist yang
telah membimbing dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki
makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Langsa, 06 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………


DAFTAR ISI …………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………
A. Latar Belakang ………………………………………………………
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………
C. Tujuan Penulisan …………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………..
A. Pengertian Hadist Maudhu …………………………………………….
B. Sejarah Kemunculan …………………………………………………..
C. Faktor Membelakanginya ……………………………………………..
D. Kriteria Hadist Maudhu ………………………………………………..
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………
A. Kesimpulan …………………………………………………………….
B. Kritik dan Saran ………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Umat Islam sepakat bahwa hadits merupakan sumber ajaran Islam kedua
setelah al-Qur’an. Ilmu hadits merupakan salah satu pilar-pilar tsaqofah islam
yang memang sudah selayaknya dimiliki oleh setiap kaum muslimin. Dewasa ini,
begitu banyak opini umum yang berkembang yang mengatakan bahwa ilmu hadits
hanya cukup dipelajari oleh para salaafussholih yang memang benar-benar
memiliki kemampuan khusus dalam ilmu agama,sehingga opini ini membuat
sebagian kaum muslimin merasa tidak harus untuk mempelajariilmu hadits.
Hal ini tentu sangat tidak dibenarkan karena dapat membuat kaum muslimin
menjadi kurang tsaqofah islamnya terutama dalam menjalankan sunnah-sunnah
Rosulullah Shollallahu’alaihi wasallam. Terlebih dengan keadaan saat ini dimana
sangat banyak beredar hadits-hadits dho’if dan hadits palsu yang beredar di tengah
-tengah kaum muslimin dan tentunya hal ini akan membuat kaum muslimin
menjadi para pelaku bid’ah. Jika kaum muslimin masih memandang remeh
tentang ilmu hadits ini, maka tentu ini adalah suatu hal yang sangat berbahaya
bagi ‘aqidah kaum muslimin dalam menjalankan sunnah Rosulullah
shollallahu’alaihi Wasallam.
Maka dari itu, sudah sepantasnya bagi setiap muslim untuk mempelajarinya
supaya tidak timbul kesalahpahaman, apalagi yang berkaitan dengan
permasalahan Hadits Maudhu’ yang dapat menyebabkan tidak diterimanya amal
ibadah seorang muslim karena mengamalkan hadits Maudhu’.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah kemunculan Hadist Maudhu’?
2. Apa faktor penyebab munculnya Hadist Maudhu’?
3. Apa saja kriteria Hadist Maudhu’?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui sejarah kemunculan Hadist Maudhu’
2. Mengetahui faktor penyebab Hadist Maudhu’
3. Mengetahui karakteristik Hadist Maudhu’
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadist Maudhu’


Diksi mawḍû'ât merupakan bentuk jamak dari akar kata:
‫ ْم وْض وع – ْو ًضعا – يضع – وضع‬- ‫ْم وْض وعْات‬

Yang memiliki arti mengada-ada atau dibuat-buat dengan unsur kesengajaan


dan memiliki maksud tujuan tertentu dari hasil pemalsuan hadis (ḥadîs al-
mawḍû'ât) tersebut. Atau dalam bahasa Inggrisnya adalah hoax. Definisi arti dari
hoax itu sendiri merupakan berita kebohongan atau dusta yang tidak memiliki
sumber berita yang pasti.1 Atau bisa juga diartikan pula sebagai kabar berita yang
tidak benar, yang dibuat-buat seakan benar apa adanya. Dalam istilah bahasa Mac
Dougall mengatakan, "deliberately fabricated falsehood madeto masquerade as
truth".2 Yaitu dengan penginformasi-an yang meyakinkan dan menggunakan
bahasa retorika yang indah sehingga banyak orang yang tertipu dan terkecohkan
dengan isi kandungannya.
Pengertian hadis maudhu’ secara kebahasaan dan keistilahan mempunyai
hubungan kesinambungan cakupan makna dan sasaran antara pengertian
keadaannya.

1
Adnan Idris, Klasifikasi al-Qur’an Atas Berita Hoaks, (Jakarta: Elex Media, 2018), h.21.
2
Mac Dougall, Curties D. Hoaxes, (Inggris: Dover, 1958), h.6.
1. Al-hiththah berarti bahwa hadis maudhu’ adalah hadis yang terbuang dan
terlempar dari kebahasaan yang tidak memiliki dasar sama sekali untuk
diangkat sebagai landasan hujjah.
2. Al-isqath berarti bahwa hadis maudhu adalah hadis yang gugur, tidak
boleh diangkat sebagai dasar istidal.
3. Al-islaq berarti bahwa hadis maudhu’ adalah hadis yang ditempelkan
(diklaimkan) kepada Nabi Muhammad agar dianggap berasal dari Nabi,
padahal bukan berasal dari Nabi.
4. Al-ikhtilaq berarti bahwa hadis maudhu’ adalah hadis yang dibuat-buat
sebagai ucapan, perbuatan atau ketetapan yang berasal dari Nabi, padahal
bukan berasal dari Nabi.

Para ahli hadist mendefinisikan bahwa Hadist Maudhu adalah: Hadis yang
diciptakan dan dibuat-buat oleh orang-orang pendusta dan kemudian dikatakan
bahwa itu hadist Rasulullah saw.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Hadist maudhu’ adalah
segala sesuatu (riwayat) yang disandarkan pada Nabi Muhammad saw, baik
perbuatan, perkataan, maupun taqrir secara di buat-buat atau disengaja dan
sifatnya mengada-ada atau berbohong. Tegasnya hadis maudhu adalah hadis yang
diada-ada atau dibuat-buat.
Hadis semacam ini tentu saja tidak benar dan tidak dapat diterima tanpa
terkecuali, sebab ini sesungguhnya bukan hadis, tindakan demikian adalah
merupakan pendustaan terhadap Nabi Muhammad saw. yang pelakunya diancam
dengan neraka. dan hadis ini haram untuk disampaikan pada masyarakat umum
kecuali hanya sebatas memberikan penjelasan dan contoh bahwa hadist tersebut
adalah maudhu’ (palsu).

B. Sejarah Munculnya Hadist Maudhu’


Masuknya secara masal penganut agama lain kedalam Islam, yang merupakan
dari keberhasilan dakwah Islamiyah keseluruh pelosok dunia, secara tidak
langsung menjadi faktor munculnya hadits-hadits palsu. Kita tidak bisa menafikan
bahwa masuknya mereka ke Islam, disamping ada yang benar-benar ikhlas, ada
juga segolongan mereka yang menganut agama Islam hanya karena terpaksa
tunduk pada kekuasaan Islam pada waktu itu. Golongan ini kita kenal dengan
kaum Munafik.
Golongan tersebut senantiasa menyimpan dendam dan dengki terhadap islam
dan senantiasa menunggu peluang yang tepat untuk merusak dan menimbulkan
keraguan dalam hati orang-orang Islam. Maka datanglah waktu yang ditunggu-
tunggu oleh mereka, yaitu pada masa pemerintahan Utsman bin Affan. Golongan
inilah yang mulai menaburkan benih-benih fitnah yang pertama. salah seorang
tokoh yang berperan dalam upaya menghancurkan Islam pada masa Utsman bin
Affan adalah Abdullah bin Saba’, seorang yahudi yang menyatakan telah
memeluk Islam.
Terjadinya pertikaian politik yang terjadi pada akhir masa pemerintahan
khalifah Utsman bin Affan dan Khalifah Ali bin Abi Thalib merupakan awal
adanya benih-benih fitnah, yang memicu munculnya pemalsuan hadis,tetapi pada
masa ini belum begitu meluas karena masih banyak sahabat ulama yang masih
hidup dan mengetahui dengan penuh yakin akan kepalsuan suatu hadist. Para
sahabat ini mengetahui bahaya dari hadist maudhu’ karena ada ancaman yang
keras dikeluarkan oleh Nabi SAW terhadap orang yang memalsukan hadist,
Namun pada masa sesudahnya, yaitu pada akhir pemerintahan Khalifah Bani
Umayyah pemalsuaan hadis mulai marak , baik yang dibuat oleh ummat Islam
sendiri, maupun yang dibuat oleh orang diluar Islam.
Berikut ini adalah beberapa pendapat dari para tokoh ilmu hadis mengenai
awal munculnya hadis palsu (Hadîs al-Mawḍû');
1. Menurut pendapat Ahmad Amin (w. 1373 H), bahwa hadis palsu
(Hadis al-Mawḍû'') sudah muncul sejak Nabi Muhammad Saw masih
hidup, pendapat ini berlandasan dengan hadis Nabi yang mutawwatir,
mengancam kepada orang yang berbohong atas nama Nabi.
Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, 3 Imam Muslim,

3
Abi Abdillah, Sahih al-Bukhari, (Qahirah: Dar Ibnu Hazm, 2010), jilid.2, h.80.
Imam Tirmidzi,4 Imam Abu Daud,5 Imam Ibnu Majah,6 Imam Ahmad
bin Hanbal, Imam Ibnu Hibban dan lain-lainnya dengan jalur sanad
perawi yang berbeda-beda tentunya.
2. Pendapat kedua ini diutarakan oleh al-Adlabi,7 menurutnya bahwa
hadis palsu (hadîs mawḍû') yang bersinggungan dengan perkara dunia
telah terjadi sejak masa Nabi Muhammad Saw, namun yang
menyinggung perihal tentang agama Islam itu belum terjadi.
3. Hadis palsu (hadîs mawḍû') muncul dari akibat peristiwa besar dalam
sejarah dunia Islam, yakni peristiwa fitnah kubra yang terjadi pada
zaman era ke-khalifah-an sahabat Utsman bin Affan –semoga Allah
meridhainya-. Dan bersambung terus ke zaman era sahabat Alî bin
Abî Ṯâlib -semoga Allah meridhainya-. Peristiwa fitnah kubra inilah
awal mula percikan api pertama dalam munculnya hadis palsu (hadîs
mawḍû'). Dan mengakibatkan kepada terpecahnya umat Islam terbagi
ke beberapa sekte aliran dalam teologi, mulai dari sekte aliran teologi
sunni, syiah, khawarij, qadariyah, murjiah dan lain-lainnya. Sehingga
dampak buruknya berkelanjutan sampai sekarang dalam kehidupan
sosial politik umat Islam di dunia. Masing-masing dari sekte aliran
teologi tersebut memiliki peta sosial, budaya, politik, ideologi yang
berbeda- beda.8
Dari pemaparan dan penjelasan di atas, pendapat yang lebih disepakati bahwa
awal-awal muculnya hadis palsu (hadîs mawḍû') sejak adanya peristiwa besar
dalam sejarah dunia Islam, yakni peristiwa fitnah kubra. Akibat dari peristiwa
besar tersebut menjadi landasan paling masuk akal untuk diterima atas terjadinya
dan tersebarnya hadis palsu (hadîs mawḍû') dalam keilmuan hadis di dunia Islam.
Berawal dari peristiwa fitnah kubra tersebut, para ulama ḥadîs lebih selektif dan

4
Muhammad Isa, Sunan al-Tirmidzi, (Bairut: Dar al-Fikr,2009), jilid.4, h.332.
5
Abi Daud, Sunan Abi Daud, (Bandung: Maktabah Diponegoro, 2006), jilid. 3, h. 319.
6
Abdullah Muhammad, Sunan Ibnu Majah, (Bairut: Daral-Fikr, 2010), jilid. 1, h.26.
7
Sahaluddin Ahmad al-Adlabi, Minhaj Naqd al-Matan I’nda Ulama al-Hadist al-Nabawi,
(Bairut: Dar al-Falah, 1983), h. 40.
8
Ajjaj al-Khattib, al-Sunnah Qobla al-Tadwin,(Bairut : Dar al-Fikr, 2004), h.1129-138.
ketat lagi dalam menyeleksi perawi-perawi ḥadîs dengan status keadilannya dan
kecerdasannya dalam meriwayatkan sebuah hadist.

C. Faktor yang Melatarbelakangi adanya Hadist Maudhu’


Ada beberapa faktor penyebab yang melatarbelakangi terjadinya hadis palsu
(hadîs al-mawḍû'): pertama, faktor politik. Kedua, faktor dendam musuh Islam.
Ketiga, faktor semangat dalam ibadah. Keempat, faktor fanatisme kesukuan.
Kelima, tukang cerita. Keenam, menjilat penguasa. Ketujuh, perbedaan dalam
madzhab.9 Berikut adalah penjelasannya:

1. Faktor Politik10
Menurut Ajjaj al-Khatib, peristiwa fitnah kubra merupakan percikkan api
pertama yang kemudian menjadi kekacauan besar pada awal-awal abad pertama di
tahun hijriyah dalam sejarah peradaban dunia Islam. Peristiwa tersebut berbuntut
kepada terbunuhnya sahabat Nabi saw yang menjadi khalifah ketika itu, yakni
Utsman bin Affan. Dan meninggalkan bekas jejak yang negative untuk umat
Islam di dunia ini hingga dampaknya masih terasa saat sekarang ini. 11 Setelah
sepeninggalan Rasulullah saw wafat, sahabat Abu Bakar as- Ṣiddîq dan Umar bin
Khatab yang maju menjadi khalifah untuk menjalankan roda kepemimpinan umat
Islam. Kedua sahabat mulia ini telah menjalankan tugasnya dengan baik. Namun
stabilitas nasional umat Islam mulai terganggu dan goyah pada era kepemimpinan
sahabat Utsman bin Affan terutama paruh kedua dari 12 tahun masa jabatannya.
Mulai bermunculan kelompok-kelompok dan sekte-sekte pemberontak terhadap
khalifah Utsman bin Affan, yang berujung kepada peristiwa terbunuhnya khalifah
Utsman bin Affan di tangan pemberontak.
Dalam sejarah Islam, sekte yang pertama kali memproduksi hadis palsu
(hadîs mawḍû') adalah sekte Syi'ah. Hal tersebut telah diakui sendiri oleh orang
Syi'ah, sebagaimana yang telah dikutip oleh Ibnu Abû Al-Hadîd dalam kitab

9
Ajjaj al-Khatib, al-Sunnah..,h. 137-142.
10
Munzier Suparta, Ilmu Hadist, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 181.
11
Ajjaj al-Khatib, al-Sunnah..,h. 124.
Syarh Nahju al-Balâghah, bahwa asal-usul kebohongan dalam hadis-hadis tentang
keutamaan Alî dari pada sahabat-sahabat Nabi saw yang lain adalah sekte Syi'ah.
Mereka memproduksi beberapa hadis palsu (hadîs mawḍû') untuk menjatuhkan
lawan-lawan politiknya. Namun hal tersebut sudah diketahui oleh kelompok
Bakarîyah. Kelompok Bakarîyah pun tidak berdiam diri, mereka melakukan
balasan dengan cara memproduksi hadis palsu (hadîs mawḍû') pula.12

2. Faktor Dendam Musuh Islam


Umat Islam setelah berhasil menaklukkan dua negara adidaya di masanya,
yakni negara Romawi dan Persia. Ajaran agama Islam begitu cepat tersebar secara
masif ke berbagai penjuru dan pelosok dunia. Sementara orang-orang yang
membenci dan memusuhi Islam tidak sanggup melawan kekuatan Islam secara
terbuka, mereka justru masuk dan melawan kekuatan Islam melalui sendi-sendi
ajaran agama Islam itu sendiri dengan cara memproduksi hadis-hadis paslu (hadîs
mawḍû') yang dilakukan oleh orang-orang yang memusuhi Islam. Hal tersebut
dilakukkan guna untuk membikin bias dan menjijikan kepada pemeluk ajaran
agama Islam sehingga umat Islam lari dan keluar dari ajaran Islam.

3. Faktor Fanatisme Kesukuan, Madzhab Fikih


Umat Islam dikala waktu sebagaian pemerintahan daulah bani Umawiyah
begitu nampak sekali ke-fanatismean Arabnya, sehingga sampai-sampai orang
yang bukan dari Arab mereka merasa terdiskriminasi dan terisolasi dari
lingkungan pemerintahan. Dari situasi demikian, ada diantara mereka (non-arab)
yang memproduski hadis paslu (hadîs mauḏhû') guna untuk memperkuat
kedudukan posisinya dalam pemerintahan.
Masalah perbedaan (khilâfiyah) madzhab dalam fikih ini juga bisa mendorong
setiap pengikutnya yang fanatik untuk melakukan dan membikin hadis palsu
(hadîs mauḏhû'). Guna untuk melegitimasikan pembenaran setiap masingmasing
kelompok dalam madzhab fikih.

12
bnu Abû Al-Hadîd, Syarh Nahju Al-Balâghah, (Bairut: Dâr al-Kutub alIslamiyyah, 1998), jilid.
3, h. 26.
4. Faktor Tukang Cerita (Qasasash)
Hadis palsu (hadîs mauḏhû') bisa muncul dan tersebar dari lisan-lisan para
sang ahli dongeng (qaşaşash) yang bertujuan untuk mencari dan menarik
perhatian dari para jama'ah pendengar setianya. Para pendengar setianya yaitu
orang-orang yang kurang memahami ajaran agama Islam sehingga di manfaatkan
agar undangan untuk naik panggung bercerita banyak diterima dan memperoleh
banyak pundipundi uang. Materi kisah yang disampaikan kepada para pendengar
setianya adalah materi propaganda susupan hadis palsu (hadîs mauḏhû'). Hal
tersebut telah mashur ketika abad ke 3 H yang hanya duduk-duduk di masjid serta
di pinggiran jalan. Kebanyakan tokoh yang ahli dongeng tersebut berisikan dari
orang-orang yang berpura-pura menjadi orang paham akan ajaran agama Islam
(â'lim). Namun dengan beriringnya pergantian waktu ke waktu, peristiwa tersebut
dilarang berkeliaran lagi di masjid-masjid ataupun di jalan-jalan dan pasar-pasar
pada saat pelantikan khalifah Abbasiyah, yakni Khalifah Al-Mu'taşim pada tahun
279 H.

5. Faktor Penjilat Kekuasaan


Semua cara akan dilakukan hanya untuk mempertahankan posisi kedudukan
dalam pemerintahan atau untuk mencari perhatian dari sang penguasa disaat itu.
Hal yang dilakukan untuk melancarkan segala urusannya adalah dengan
memproduksi hadis palsu (hadîs mauḏhû'), bahwa seakan-akan ungkapan yang
diucapkannya tersebut hadis dari Nabi Muhammad saw.
Dari pemaparan dan penjelasan diatas, faktor-faktor yang paling menguasai
dan dominan dalam terjadinya kemunculan serta penyebaran hadis palsu (hadîs
mauḏhû') di kalangan umat Islam adalah faktor politik yang diawali dengan
peristiwa besar dalam sejarah peradaban dunia Islam, yakni peristiwa fitnah
kubro. Dari peristiwa fitnah kubro itulah umat muslim mulai terkotak-kotak dalam
beberapa golongan. Dan dari setiap golongan tersebut berusaha untuk melegalkan
posisi kedudukan mereka masing-masing dalam golongannya dengan
menggunakan dalil-dalil teks keagamaan, terlebih khususnya lagi teks yang
digunakan adalah sabda-sabda suci Nabi Muhammad saw.

D. Kriteria Hadist Maudhu’


Di antara tanda-tanda bahwa hadits itu maudlu’ atau palsu ialah:
1. Ciri-ciri yang terdapat pada Sanad
a. Rawi tersebut terkenal berdusta (seorang pendusta) dan tidak ada
seorang rawi yang terpercaya yang meriwayatkan hadist dari dia
b. Pengakuan dari si pembuat sendiri
c. Kenyataan sejarah, mereka tidak mungkin bertemu
d. Keadaan rawi dan faktor-faktor yang mendorongnya membuat
hadist maudhu’.
2. Ciri-ciri yang terdapat pada Matan
a. Keburukan susunan lafadznya. Ciri ini akan diketahui setelah kita
mendalami ilmu bayan ini, kita akan merasakan susunan kata mana
yang keluar dari mulut Rasullullah SAW dan mana yang tidak
mungkin keluar dari mulut Rasullullah SAW.
b. Kerusakan maknanya
1) Karena berlawanan dengan akal sehat
2) Karena berlawanan dengan hukum akhlak yang umum atau
menyelahi kenyataan
3) Karena bertentangan dengan ilmu kedokteran
4) Karena menyalahi undang-undang (ketentuan-ketentuan)
yang ditetapkan akal kepada Allah. Akal menetapkan
bahwa Allah suci dari serupa dengan makhluknya
5) Karena menyalahi hukum-hukum Allah dalam menciptakan
alam
6) Karena mengandung dongeng-dongeng yang tidak masuk
akal sama sekali
7) Bertentangan dengan keterangan Al-Qur’an, hadits
mutawatir dan kaidah-kaidah kulliyah
8) Menerangkan suatu pahala sangat besar terhadap
perbuatan-perbuatan yang sangat kecil, atau siksa yang
sangat besar terhadap perbuatan yang kecil

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan sebelumnya maka dapat disimpulkan:
1. Awal muculnya hadis palsu (hadîs mawḍû’) sejak adanya peristiwa besar
dalam sejarah dunia Islam, yakni peristiwa fitnah kubra. Akibat dari
peristiwa besar tersebut menjadi landasan paling masuk akal untuk
diterima atas terjadinya dan tersebarnya hadis palsu (hadîs mawḍû’) dalam
keilmuan hadis di dunia Islam. Berawal dari peristiwa fitnah kubra
tersebut, para ulama ḥadîs lebih selektif dan ketat lagi dalam menyeleksi
perawi-perawi ḥadîs dengan status keadilannya dan kecerdasannya dalam
meriwayatkan sebuah hadist.
2. Beberapa faktor penyebab yang melatar belakangi terjadinya hadis palsu
(hadîs al-mawḍû’): pertama, faktor politik. Kedua, faktor dendam musuh
Islam. Ketiga, faktor semangat dalam ibadah. Keempat, faktor fanatisme
kesukuan. Kelima, tukang cerita. Keenam, menjilat penguasa. Ketujuh,
perbedaan dalam madzhab.
3. Kriteria hadist maudhu’ ada dua, yaitu ciri yang terdapat pada sanad dan
ciri yang terdapat pada matan.

B. Saran
Diharapkan seluruh umat Islam tetap konsisten dan menumpukan
perhatiannya kepada keberadaan hadits maudhu’ yang sampai di zaman modern
sekarang ini masih tersebar di tengah-tengah masyarakat. Jangan mengambil
sebuah hukum atau syariat yang bersumber dari hadits lemah apalagi hadits palsu.
Atau ikut-ikutan menyebarkan hadits-hadits lemah dan palsu tanpa menjelaskan
status hadits tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Abi. 2010. Shahih al-Bukhari. Qahirah: Dar Ibnu Hazim.


Al-Adlabi, Ahmad, Sahaluddin. 1983. Minhaj Naqd Al-Matan I’nda Ulama Al-
hadist Al-Nabawi. Bairut: Dar Al-Falah.
Al-Hadid, Abu, Bnu. 1998. Syarah Nahju Al-Balaghah. Bairut: Dar Al-Kutub Al-
Islamiyyah.
Al-Khattib, Ajjaj. 2004. Al-Sunnah Qobla Taswin. Bairut: Dar Al-Fikr.
Daud, Abi. 2006. Sunan Abi Daud. Bandung: Maktabah Diponegoro.
Dougall, Mac. 1985. Curties D. Hoaxes. Inggris: Dover.
Idris, Adnan. 2018. Klasifikasi Al-Qur’an atas Berita Hoaks. Jakarta: Elex Media.
Isa, Muhammad. 2009. Sunan Al-Tarmidzi. Bairut: Dar Al-Fikr.
Muhammad, Abdullah. 2010. Sunan Ibnu Majah. Bairut: Dar Al-Fikr.
Suparta, Munzier. 2008. Ilmu Hadist. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai