Anda di halaman 1dari 19

Hadis Maudhu

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Study Hadist


Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris
Samarinda

Oleh :

Indra Wijaya (2320100047)


Syahril Pahlevi (2320100074)
Nadlif Mustaqim (2320100059

Dosen Pengampu :

Dr. Mukhtar, Lc., MA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS SAMARINDA
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayahNya

terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami bisa menyelesaikan

makalah ini tepat pada waktunya.

Shalawat serta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad

SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan sunnah untuk

keselamatan umat di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Study Hadist di program

studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Pascasarjana pada UIN Sultan Aji

Muhammad Idris Samarinda.

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

Bapak Dr. Mukhtar, Lc., MA. Selaku dosen pembimbing mata kuliah Filsafat Ilmu

dan kepada segenap pihak kelompok empat yang telah memberikan bimbingan serta

arahan selama penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan

makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun

dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI

I. Kata Pengantar ................................................................................. i

II. Daftar Isi ......................................................................................... ii

III. Bab I : Pendahuluan ........................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Rumusan Masalah..................................................................... 2

C. Tujuan Masalah ........................................................................ 2

IV. Bab II : Pembahasan ........................................................................ 3

A. Pengertian Hadits Maudhu ........................................................ 3

B. Sebab Munculnya Hadits Maudhu ............................................ 4

C. Kriteria Kepalsuan hadits Maudhu ............................................ 7

D. Kedudukan Hadits Maudhu..................................................... 13

V. Bab III : Penutup ........................................................................... 15

A. Kesimpulan ............................................................................ 15

Daftar Pustaka .......................................................................................... 16

ii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu fitnah yang paling besar yang pernah rnenimpa umat islam pada

abad pertama hijriah adalah tersebarnya hadits-hadits maudhu' (palsu) dikalangan

umat. Hal itu juga nenimpa para ulama kecuali sejumlah pakar dan kritikus hadits

yang dikehendaki Allah. Tersebarnya hadits-hadists semacam itu diseluruh

wilayah islam telah meninggalkan dampak negative yang luar biasa, diantaranya

terjadi perusakan pada segi aqidah, syari'ah dan lainya.

Suatu fakta yang lumrah. Bila manusia selalu mencoba memalsukan sesuatu

yang berharga. seperti permata, berlian atau segala hasil kerja seni, dan lain_lain.

Bagi orang Islam selain Al-quran tidak ada yang lebih berharga dibandingkan

dengan sunnah Nabi. Oleh sebab itu, dari motivasi dan untuk tujuan berbeda.

berbagai kelompok dan tingkatan manusia, telah memalsukan hadis Nabi.

Banyak di antara mereka kelompok ortodoks, dan lainnya adalah mereka yang

telah kehilangan tanah airnya dan masih buta huruf. Namun mereka terkadang

berniat baik terhadap orang muslim dengan pemalsuan hadis tersebut hadist palsu

yang disandarkan kepada nabi dapat dikelompokkan pada dua ketegori yaitu

palsuan sengaja itu disebut hadist maudhu dan pemalsun tidak sengaja. 1

1
“M Mustafa Azarri Metodologi Krilik Hadis’Bandung’ Pustaka Hidayah’ 1996’ Hal 105”
2

B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan Pengertian Hadist Maudhu?

2. Jelaskan Sebab-sebab Munculnya Hadist Maudhu?

3. Jelaskan Kreteria Hadist Maudhu?

4. Jelaskan Kedudukan Hadist Maudhu?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Hadist Maudhu

2. Untuk Mengetahui Sebab-sebab Munculnya Hadist Maudhu

3. Untuk Mengetahui Kreteria Hadist Maudhu

4. Untuk Mengetahui Kedudukan Hadist Maudhu


3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadist Maudhu

Secara etimologis, kata muutlhu'adalah isim mafr'rl dari kata rlrtllrn'r'r' yang

berarll al-isqatlt lmenggugurkan), alrark (meninggalkan)' al-iftira' ta al ikhtilaq

(niengada-n gada atau membuat-buat).

Sedangkan secara terminologjs, ibn al-shalah yang kenudian di ikuri oleh

imam al-Nawawi, mendefinisikan hadi,ts nttwclhu' sebagai : '.hadits yang diciptak.rn

dan diburr-brrar".

Sementara itu, Mahmud al-Thahhan, mendefinisikarrrrya sebagai :,.kebohonean yang

diciptakan dan diperbuat serta disandarkarr kepada rasululJah sarv". Definisi yang

hampir sama dikemukakan oleh Shubhi al-Salih' yang menyatakan bahwa hadits

Dtoudhu' adalah suatu berita yang diciptakan oleh para pembohong dan kemudian

mereka iandarkan kepada rasulullah sarv., yang sifatnya mengada-ngada atas nama

rasul.

Berdasarkan beberapa definisi diatas, nraka penulis dapat menyimpulkan

bahr,va hadits maudhu' adalah hadits )'ang dibuat-buat dengan mengatasnamakan

Rasulullah. Hadits rlaudhu' ini menurLtt penclapat ntayoritas ulanta' tidak termasuk

hadits karena tidak berasal dari realitas hudup rasul dan bahkan haram hukumnya

untuk meriwatkannya. Seandainya isinya baik lnaka menurut hemat penulis lebih

baik di kategorikan sebagai kata-kata hikmah untuk rnemotrvlsi, yang salah adalah

ntengatasnamakan nabi untuk melegitimasi kebaikan yang terkandung matannya.


4

Pata ulama sepakat tneletakan hadits nnudht'ini kedalam kategori hadits yang

nlardud (ditolak), disebabkan cacar pada segi perawinya dan isi haditsnya. Perawinya

berbohong dengan mengara:namakan nabi, sedangkan isinya memang bukan berasal

dari nabi. 2

B. Sebab-Sebab Munculnya Hadis Maudhu

Ada banyak hal yang nendoroDg seseorang untuk metnbuat hadits palsu (maudh.'),

berikut penulis akan mencantumka' beberapa raktor.tersebut berikut dengan latar

belakang dari faktor tersebut :

1. Faktor Politik

Setelah khalifah ketiga ('Utsmah ibn 'Affan) meninggal, timbullah

perpecahan dikalangan umat jslam. Perpecahan lersebut berlanJut derlgan

lrhinrya kelompok pendukung masing-masing kubu yang berseteru- sepeni

kelornpok pendukung Ali ibn Abi Thalib, pendukung Mu'awiyah ibn Abi

Sofyan, dan kelompok khawarij, yang muncul setelah terjadinya Perang

Shiffin. laitr antara kelonrpok Ali dan Mu'awiyah.

Akibat perpecahan yang bermotif politik inilah, masing-masing

golongan berusaha mengalahkan lawan dan mempengaruhi orang-orang

dengan membawa-bawa al-Qur'an dan as-Sunnah. Konflik-konflik politik

telah membawa permasalahan agama masuk kedalam permasalahan politik

dan membawa pengaruh juga pada mazhab-mazhab keagamaan. Masing-

2
“Johar Arifin: Pendekatan Ulama Hadis Dan Ulama Fiqh Dalam Menelaah Kontroversial
Hadis
5

masing kelompok berusaha mencari dalilnya dari al-Qur'an dal as-Sunnah

unruk melegitimasi kelompok masing-masing dan menyesatkan kelompok

lasan Dari sini hadjts palsu mulai berkembang. Materi hadits palsu yang

penama mengangkat tentang keunggulan seseorang dan kelompoknya 'A-ijaj

a)- Khathib telah memberikan contoh beberapa hadits yang dibuat oleh

kelompok syi'ah dan lawanya yaitu kelompok muawiyah; sebagai berikut :

"wahai AIi sesunggtrhnya. ,A.llah SWT. Telah mengantpunimu.

keturunanmu, kedua orang tuamu, para pengikutmu dar orang-orang lang

mencintai pengikutmd”

Contoh lain "ali adalah sebaik-baiknya manusia, maka siapa yang

meragukannya adalah kafif”

Tidak ketinggalan, kelompok yang mendukung muawiyahpun .jugc

menciptakan hadits palsu yang mereka sandarkan kepada nabi saw,

diantaranya adalah sebagai berikut: "orang yang terpercaya itu ada tiga yaitu :

saya (rosul), jibril, dan muawiyah.

2. Fanatik terhadap bangsa, suku, negeri, bahasa, dan pemimpin.

Mereka membuat hadits palsu karena di dorong oleh sikap ego dan

fanatik buta serta ingin menonjolkan seseorangi bangsa, kelompok atau yang

lain. Golongan al-syu'ubiyah yang fanatik terhadap bahasa persi mengatakan:

"Apabila murka allah menurunkan wahyu dalam bahasa arab dan apabila

senang maka akan menurunkan wahyu dalam bahasa persi".


6

Sebaliknya, orang arab yang fanatik terha'dap bahasanya tidak mau

kalah merekapun membuat hadits palsu yang berbunyi “Apabila murka allah

menurunkan wahyu dalam bahasa'persi dan apabila senang maka akan

menurunkan wahyu dalam bahasa arab.

Golongan yang fanatik terhadap mazhab abu hanifah pernah membuat

hadis palsu "dikemudian hari akan ada seorang umatku yang Bernama Abu

Hanifa. Ia ibarat obor bagi umatku".

3. Mempengaruhi kaum awam dengan kisah dnn nasehat

Pala pembuat cerita dan ahli kisah melakukan pemalsuan hadits dalam

rangka rnenarik simpati orang banyak, atau agar para pendengar kisahnya

kagum terhadap kisah yang mereka sampaikan, ataupun dalam rangka untuk

mendapatkan imbalan materi. Umumnya hadits-hadits yang mereka ciptakan

cenderung bersifat ber lebih-lebihan atau bahkan tidak masuk akal.

Munculnya tukang-tukang kisah secara mencolok adalah setelah masa

pemerintahan Khalifah al-Ra-sidin, mereka bertebaran diberbagai mesjid

diseluruh wilayah negara islam. Pada masa Khalifah al-Rasyidin mereka

dilarang memberikan kisah di depan umum apalagi di masiid. Pada rrasa itu

periwayatan hadits pun masih dibatasi oleh rnereka kecuali orang yang

meriwayatkan hadits itu dapat dipercaya. Disamping itu, tokoh-tokoh ahli

hadits pada masa itu juga melarang murid-muridnya untuk menghadiri

majelis-majelis yang diadakan oleh tukang kisah, seperti yang dilakukan oleh

ahli hadits bernama Abdunahman As-Simli terhadap murid-muridnya. Model


7

mereka memalsukan hadits adalah dengan cara memalsukan sanad. Sanad

yang dipakai oleh mereka adalah sanad yang didalamnya terdapat rawi-rawi

yang terkenal adil dan jujur. Misalnya mereka menggunakan nama Ahmad bin

Hambal, Yahya bin Ma’in, Abu Hatim, atau dengan menggunakan sanad yang

terkenal. Diantara contohnya adalah mengenai balasan yang akan diterima

seseorang yang mengucapkan kalimat la ilaa haa illallah sebagaimana

dinyatakan, "siapa yarrg mengucapkan la ilaha ilallah, Allah akan

menciptakan seekor burung yang mempunyai tujuh puluh ribu lidah, dan

masing-masing lidah menguasai tujuh puluh ribu bahasa yang memintakan

ampunan baginya. Hadis ini oleh rawinya digunakan nama rawi hadits yang

sudah terkenal yaitu Ahmad bin Hambal, Yahya bin ma’in. 3

C. Kreteria Kepalsuan Hadis

Beberapa kriteria yang menjadi indikasi ke-Maudhu’an hadits adakalanya berkaitan

dengan rawi/ sanad dan mungkin pula berkaitan dengan matan.

1. Ciri yang berkaitan dengan rawi / sanad:

a. Periwayatnya dikenal sebagai pendusta, dan tidak ada jalur lain yang

periwayatnya tsiqoh meriwayatkan hadist itu. Misalnya, ketika Saad ibn

Dharif mendapati anaknya pulang sekolah sedang menangis dan

mengatakan bahawa dia dipukul gurunya, maka saad ibn Dharif berkata :

Bahwa Nabi SAW bersabda:

3
Dirayah : Jurnal Ilmu HadisVol. 2 No. 02 / April 2022
8

‫معلموا صبيانكم شراركم اقلهم رمحة لليتيم واغلظهم على املسكن‬

Artinya: “Guru anak kecil itu adalah yang paling jahat diantara kamu,

mereka paling sedikit kasih sayangnya kepada anak yatim dan paling

kasar terhadap orang miskin.”

Al-Hafidz Ibnu Hibban mengatakan bahwa Saad ibn Dharif adalah

seorang pendusta/ pemalsu hadist. ( Mustahafa Zahri, Kunci memahami

musthalahul Hadits :101)

2) Periwayatnya mengaku sendiri membuat hadist tersebut. Maisarah ibn

Abdirrabah Al-Farisi mengaku bahwa dia telah membuat hadis maudhu

tentang keutamaan Al-Qur’an, dan ia juga mengaku membuat hadist

maudhu tentang keutamaan Ali ibn Abi Thalib sebanyak 70 buah hadist.

(Musthafa Zahri, : 100).

3) Ditemukan Indikasi yang semakna dengan pengakuan orang yang

memalsukan hadist, seperti seseorang periwayat yang mengaku

meriwayatkan hadist dan seorang guru yang tidak pernah bertemu

dengannya. Karena menurut kenyataan sejarah guru tersebut

dinyatakannya wafat sebelum ia sendiri lahir. Misalnya, Ma’mun ibn

Ahmad al Harawi mengaku mendengar hadist dari Hisyam ibn Hammar.

Al hafiz ibn Hibban menanyakan kapan Ma’mun datang ke Syam?

Ma’mun menjawab: tahun 250. Maka ibnu Hibban mengatakan bahwa


9

Hisyam ibn Ammar wafat tahun 254. Ma’mun menjawab bahwa itu

Hisyam ibn Ammar yang lain.

2. Ciri-ciri yang berkaitan dengan Matan

Kepalsuan suatu hadist dapat dilihat juga pada matan, berikut ciri-cirinya:

1) Kerancuan redaksi atau Kerusakan maknanya.

2) Berkaitan dengan kerusakan makna tersebut, Ibnu Jauzi berkata: Saya

sungguh malu dengan adanya pemalsuan hadist. Dari sejumlah hadis palsu,

ada yang mengatakan: “ Siapa yang salat, ia mendapatkan 70 buah gedung,

pada setiap gedung ada 70,000 kamar, pada setiap kamar ada 70,000 tempat

tidur, pada setiap tempat tidur ada 70,000 bidadari. Perkataan ini adalah

rekayasa yang tak terpuji.

3) Setelah diadakan penelitian terhadap suatu hadist ternyata menurut ahli hadist

tidak terdapat dalam hafalan para rawi dan tidak terdapat dalam kitab-kitab

hadist. Misalnya perkataan yang berbunyi yang Artinya: “Sesungguhnya

Allah telah mengambil janji kepada setiap orang mukmin untuk membenci

kepada setiap munafik, dan kepada setiap munafik untuk membenci kepada

setiap mukmin”

4) Perkataan diatas tidak diketahui sumbernya.

Hadistnya menyalahi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan, seperti

ketentuan akal, tidak dapat ditakwil, ditolak oleh perasaan, kejadian empiris dan

fakta sejarah.
10

Misalnya perkataan yang berbunyi yang Artinya “Jika seseorang bersin ketika

membacakan suatu hadist, maka itu menandakan bahwa pembicaraannya benar”

5) Hadistnya bertentangan dengan petunjuk Al-Qur’an yang pasti.

Misalnya“Anak zina tidak masuk syurga hingga tujuh turunan”

Hadist tersebut bertentangan dengan ayat Al-Qur’an :

‫ِب كُ ُّل نَ ْف ٍس ا ََِّل عَلَ ْي َه ۚا َو ََل ت َِز ُر َو ِاز َرةٌ ِو ْز َر ا ُ ْخ ٰر ۚى‬


ُ ‫ب ك ُِل ش َْي ٍۗ ٍء َو ََل ت َ ْكس‬ ْ ‫ّٰللا ا َ ْبغ‬
ُّ ‫ِي َربًّا َّوه َُو َر‬ َ َ ‫قُ ْل ا‬
ِ ‫غ ْي َر ه‬

‫ث ُ َّم ا ِٰلى َر ِبكُ ْم َّم ْر ِجعُكُ ْم فَيُنَ ِبئُكُ ْم ِب َما كُ ْنت ُ ْم فِ ْي ِه ت َ ْخت َ ِلفُ ْو َن‬

Artinya: “Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain[526].

Kemudian kepada tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya

kepadamu apa yang kamu perselisihkan.”(QS Al-An’am :164)

Musthafa Assiba’i memuat tujuh mavam ciri hadis palsu yaitu:

1) Susunan gramatikanya sangat jelek.

2) Maknanya sangat bertentangan dengan akal sehat.

3) Menyalahi Al-Qur’an yang telah jelas maksudnya.

4) Menyalahi kebenaran sejarah yang telah terkenal di zaman Nabi Saw.

5) Bersesuaian dengan pendapat orang yang meriwayatkannya, sedang orang

tersebut terkenal sangat fanatic terhadap mazhabnya.

6) Mengandung suatu perkara yang seharusnya perkara tersebut diberitakan

oleh orang banyak, tetapi ternyata diberitakan oleh seorang raja.


11

7) Mengandung berita tentang perberian pahala yang besar untuk perbuatan

kecil, atau ancaman siksa yang berat terhadap suatu perbuatan yang tidak

berarti. Menurut Hasbi Ashshddiqqy, ciri hadis palsu apabila:

1) Maknanya berlawanan dengan hal-hal yang mudah dipahami.

2) Berlawanan dengan ketentuan umum dan akhlak atau menyalahi

kenyataan.

3) Berlawanan dengan ilmu kedokteran.

4) Menyalahi peraturan-peraturan akal terhadap Allah.

5) Menyalahi ketentuan Allah dalam menjadikan alam.

6) Mengandung dongengan-dongengan yang tidak dibenarkan akal.

7) Menyalahi keterangan Al-Qur’an yang terang tegas.

8) Menyalahi kaedah umum.

9) Menyalahi hakikat sejarah yang telah terkenal dimasa Nabi Saw.

10) Sesuai dengan mazhab yang dianut perawi, sedang perawi itu orang yang

sangat Fanatic mazhabnya.

11) Menerangkan urusan yang seharusnya kalau ada dinukilkan oleh orang

banyak.

12) Menerangkan pahala sangat besar terhadap suatu perbuatan kecil atau

siksaan yang amat besar terhadap suatu amal yang tak berarti: (Hasbi

Ashshiddqy, pokok pokok ilmu Dirayah Hadis: 369-374 )

Mustafa zahri dalam buku “Kunci Memahami Musthalah Hadits”

memberikan ciri hadis maudhu berikut:


12

1) Berlawanan dengan pendapat akal sehat. Misalnya: Artinya: “Siapa

yang memelihara ayam putih niscaya tidak disekati syaithan”

2) Berlawanan dengan Al-Qur’an, Contohnya: “ Umur dunia itu 7000

tahun, dan sekarang sudah ribuan yang ketujuh”

Hadits tersebut bertentangan dengan ayat Al-Qur’an surah Al-A’raf

187 yang berbunyi:

‫ع ِة اَيَّانَ ُم ْر ٰسى َه ٍۗا ق ُ ْل اِنَّ َما ِع ْل ُم َها ِع ْن َد َر ِب ۚ ْي ََل يُ َج ِل ْي َها ل َِو ْقتِ َها ٓ اِ ََّل ه َۘ َُو ثَقُلَتْ فِى‬ َّ ‫سـَٔلُ ْونَكَ ع َِن ال‬
َ ‫سا‬ ْ َ‫ي‬

َّ‫ّٰللاِ َو ٰل ِكن‬
‫ع ْن َه ٍۗا ق ُ ْل اِنَّ َما ِع ْل ُم َها ِع ْن َد ه‬ ْ َ‫ض ََل ت َأْتِ ْيكُ ْم ا ََِّل بَغْت َةً ٍۗي‬
َ ‫سـَٔلُ ْونَكَ كَاَنَّكَ َح ِف ٌّي‬ ٍۗ ِ ‫اَل ْر‬
َ ْ ‫ت َو‬
ِ ‫سمٰ ٰو‬
َّ ‫ال‬

ِ َّ‫ا َ ْكث َ َر الن‬


‫اس ََل يَ ْعلَ ُم ْو َن‬

Yang artinya: mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat:

"Bilakah terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan

tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang

dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. kiamat itu Amat

berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. kiamat

itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tibatiba". mereka

bertanya kepadamu seakanakan kamu benar-benar mengetahuinya.

Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu

adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak

Mengetahui".(QS Al A,raf 187)

3) Berlawanan dengan sunnah/ Hadits mutawatir. Contohnya:


13

Artinya: Jika diriwayatkan kepada kamu tentang suatu hadits yang

sesuai dengan kebenaran, maka ambillah dia, baik aku ada

mengatakannya maupun tidak”

Perkataan diatas bertentangan dengan hadits yang Artinya: “ Siapa

yang berdusta terhadapku dengan sengaja maka hendaklah dia

menempati tempatnya di neraka”

4) Berlawanan dengan ijma yang disepakati para sahabat/ulama.

Contohnya: Setiap yang bernama Muhammad atau Ahmad tidak

akan masuk neraka”

Hadits ini adalah maudhu, karena bertentangan dengan sunnah

Rasulullah. Karena keselamatan dari neraka tidak tergantung dengan

nama saja, tetapi tergantung kepada iman dan amal shaleh serta

rahmat Allah SWT.

D. Kedudukan Hadist maudhu

Dalam berbagai penjelasan dari ulama hadits, hadith maudhu'”

termasuk hadith yang paling buruk kualitasnya, karena merupakan hadith palsu

yang sama sekali tidak pernah dikatakan, diperbuat maupun ditetapkan oleh Nabi

Muhammad Saw. Hadith palsu itu dibuat semata-mata berpegang kepada pikiran

sendiri atau mengambil perkataan dari penuturan para hukama’ dan kisah-kisah

israilliyat, yang kemudian dikatakan bahwa hal itu berasal dari Rasulullah SAW,
14

padahal beliau tidak pernah mengatakan, memperbuat, dan menetapkan hal yang

demikian.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diberikan kesimpulan yakni arti Hadith

maudhu’ ialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik dalam

hal tindakan atau perbuatan, perkataan, ketetapan. Tepatnya para ulama hadith

mendefinisikannya sebagai sesuatu yang tidak pernah keluar dari Nabi Muhammad

Saw. baik dalam hal perkataan, perbuatan atau ketetpan, tetapi disandarkan kepada

beliau secara sengaja.4

Cacat hadith maudhu’ ini disebabkan oleh adanya kedustaan para perawinya.

Mereka telah berdusta secara langsung dalam menerima dan meriwayatkan hadith,

yang kemudian mereka menyandarkan sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan

Rasulullah SAW. Kata-kata yang diciptakan dan dirangkai sendiri, dipalsukan

dengan harapan agar orang lain meyakini dan menerimanya, karena ia menganggap

hal itu benar-benar berasal dari Rasulullah SAW. 5

4
Syaikh ‘Abdul Fattah Abu Ghuddah, Lamahat min Tarkih as-Sunnah wa ‘Ulum al- Hadits (Halb,
Syria: Maktab al-Mathbu’at al-Islamiyyah, Cet.ke- I, tahun 1404 H), hal. 41
5
Umi, Kajian…., hal. 130
15

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hadits Maudhu’ bukanlah termasuk dalam kategori sebuah hadith

akan tetapi hanyalah ungkapan seseorang secara dusta yang kemudian

disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw. Penggunaan istilah “hadith”

melihat dari motifnya, pemalsu hadith bermaksud membuat suatu

ungkapan dengan tujuan agar orang yang mendengar mau mengikuti

kehendaknya.

Dalam kategori hadith menurut ulama muhaditsin “hadith

maudhu’” termasuk hadith yang paling buruk kualitasnya, karena

merupakan hadith palsu yang sama sekali tidak pernah dikatakan,

diperbuat maupun ditetapkan oleh Nabi Muhammad Saw. Hadith maudhu’

ini juga haram diriwayatkan oleh siapapun kecuali dengan menjelaskan

kepalsuannya. Demikian pula hadith ini tidak bisa dijadikan sebagai

sumber dalam hukum Islam.


16

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ghuddah, Syaikh ‘Abdul Fattah, Lamahat min Tarkih as-Sunnah wal
‘Ulum al- Hadits (Halb, Syria: Maktab al-Mathbu’at al-Islamiyyah,
Cet.ke- I, tahun 1404 H).
Al-Khatib, Muhammad ’Ijaj, Usul al-Hadith, ‘Ulumuhu wa Mustalahuhu
(Beirut: Dar al-Fikr, 1421 H/2001 M)
Ash-Shiddieqy, M. Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis
(Jakarta: Bulan Bintang, 1987)
Azami, Muhammad Musthafa, Metodologi Kritik Hadis
(Jakarta: Pustaka Hidayah, 1992)

Anda mungkin juga menyukai