Oleh :
Dosen Pengampu :
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayahNya
Shalawat serta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad
SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan sunnah untuk
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Study Hadist di program
studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Pascasarjana pada UIN Sultan Aji
Bapak Dr. Mukhtar, Lc., MA. Selaku dosen pembimbing mata kuliah Filsafat Ilmu
dan kepada segenap pihak kelompok empat yang telah memberikan bimbingan serta
makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
i
DAFTAR ISI
B. Rumusan Masalah..................................................................... 2
A. Kesimpulan ............................................................................ 15
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu fitnah yang paling besar yang pernah rnenimpa umat islam pada
umat. Hal itu juga nenimpa para ulama kecuali sejumlah pakar dan kritikus hadits
wilayah islam telah meninggalkan dampak negative yang luar biasa, diantaranya
Suatu fakta yang lumrah. Bila manusia selalu mencoba memalsukan sesuatu
yang berharga. seperti permata, berlian atau segala hasil kerja seni, dan lain_lain.
Bagi orang Islam selain Al-quran tidak ada yang lebih berharga dibandingkan
dengan sunnah Nabi. Oleh sebab itu, dari motivasi dan untuk tujuan berbeda.
Banyak di antara mereka kelompok ortodoks, dan lainnya adalah mereka yang
telah kehilangan tanah airnya dan masih buta huruf. Namun mereka terkadang
berniat baik terhadap orang muslim dengan pemalsuan hadis tersebut hadist palsu
yang disandarkan kepada nabi dapat dikelompokkan pada dua ketegori yaitu
palsuan sengaja itu disebut hadist maudhu dan pemalsun tidak sengaja. 1
1
“M Mustafa Azarri Metodologi Krilik Hadis’Bandung’ Pustaka Hidayah’ 1996’ Hal 105”
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologis, kata muutlhu'adalah isim mafr'rl dari kata rlrtllrn'r'r' yang
dan diburr-brrar".
diciptakan dan diperbuat serta disandarkarr kepada rasululJah sarv". Definisi yang
hampir sama dikemukakan oleh Shubhi al-Salih' yang menyatakan bahwa hadits
Dtoudhu' adalah suatu berita yang diciptakan oleh para pembohong dan kemudian
mereka iandarkan kepada rasulullah sarv., yang sifatnya mengada-ngada atas nama
rasul.
Rasulullah. Hadits rlaudhu' ini menurLtt penclapat ntayoritas ulanta' tidak termasuk
hadits karena tidak berasal dari realitas hudup rasul dan bahkan haram hukumnya
untuk meriwatkannya. Seandainya isinya baik lnaka menurut hemat penulis lebih
baik di kategorikan sebagai kata-kata hikmah untuk rnemotrvlsi, yang salah adalah
Pata ulama sepakat tneletakan hadits nnudht'ini kedalam kategori hadits yang
nlardud (ditolak), disebabkan cacar pada segi perawinya dan isi haditsnya. Perawinya
dari nabi. 2
Ada banyak hal yang nendoroDg seseorang untuk metnbuat hadits palsu (maudh.'),
1. Faktor Politik
kelornpok pendukung Ali ibn Abi Thalib, pendukung Mu'awiyah ibn Abi
2
“Johar Arifin: Pendekatan Ulama Hadis Dan Ulama Fiqh Dalam Menelaah Kontroversial
Hadis
5
lasan Dari sini hadjts palsu mulai berkembang. Materi hadits palsu yang
a)- Khathib telah memberikan contoh beberapa hadits yang dibuat oleh
mencintai pengikutmd”
diantaranya adalah sebagai berikut: "orang yang terpercaya itu ada tiga yaitu :
Mereka membuat hadits palsu karena di dorong oleh sikap ego dan
fanatik buta serta ingin menonjolkan seseorangi bangsa, kelompok atau yang
"Apabila murka allah menurunkan wahyu dalam bahasa arab dan apabila
kalah merekapun membuat hadits palsu yang berbunyi “Apabila murka allah
hadis palsu "dikemudian hari akan ada seorang umatku yang Bernama Abu
Pala pembuat cerita dan ahli kisah melakukan pemalsuan hadits dalam
rangka rnenarik simpati orang banyak, atau agar para pendengar kisahnya
kagum terhadap kisah yang mereka sampaikan, ataupun dalam rangka untuk
dilarang memberikan kisah di depan umum apalagi di masiid. Pada rrasa itu
periwayatan hadits pun masih dibatasi oleh rnereka kecuali orang yang
majelis-majelis yang diadakan oleh tukang kisah, seperti yang dilakukan oleh
yang dipakai oleh mereka adalah sanad yang didalamnya terdapat rawi-rawi
yang terkenal adil dan jujur. Misalnya mereka menggunakan nama Ahmad bin
Hambal, Yahya bin Ma’in, Abu Hatim, atau dengan menggunakan sanad yang
menciptakan seekor burung yang mempunyai tujuh puluh ribu lidah, dan
ampunan baginya. Hadis ini oleh rawinya digunakan nama rawi hadits yang
a. Periwayatnya dikenal sebagai pendusta, dan tidak ada jalur lain yang
mengatakan bahawa dia dipukul gurunya, maka saad ibn Dharif berkata :
3
Dirayah : Jurnal Ilmu HadisVol. 2 No. 02 / April 2022
8
Artinya: “Guru anak kecil itu adalah yang paling jahat diantara kamu,
mereka paling sedikit kasih sayangnya kepada anak yatim dan paling
maudhu tentang keutamaan Ali ibn Abi Thalib sebanyak 70 buah hadist.
Hisyam ibn Ammar wafat tahun 254. Ma’mun menjawab bahwa itu
Kepalsuan suatu hadist dapat dilihat juga pada matan, berikut ciri-cirinya:
sungguh malu dengan adanya pemalsuan hadist. Dari sejumlah hadis palsu,
pada setiap gedung ada 70,000 kamar, pada setiap kamar ada 70,000 tempat
tidur, pada setiap tempat tidur ada 70,000 bidadari. Perkataan ini adalah
3) Setelah diadakan penelitian terhadap suatu hadist ternyata menurut ahli hadist
tidak terdapat dalam hafalan para rawi dan tidak terdapat dalam kitab-kitab
Allah telah mengambil janji kepada setiap orang mukmin untuk membenci
kepada setiap munafik, dan kepada setiap munafik untuk membenci kepada
setiap mukmin”
ketentuan akal, tidak dapat ditakwil, ditolak oleh perasaan, kejadian empiris dan
fakta sejarah.
10
Misalnya perkataan yang berbunyi yang Artinya “Jika seseorang bersin ketika
ث ُ َّم ا ِٰلى َر ِبكُ ْم َّم ْر ِجعُكُ ْم فَيُنَ ِبئُكُ ْم ِب َما كُ ْنت ُ ْم فِ ْي ِه ت َ ْخت َ ِلفُ ْو َن
Artinya: “Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain[526].
kecil, atau ancaman siksa yang berat terhadap suatu perbuatan yang tidak
kenyataan.
10) Sesuai dengan mazhab yang dianut perawi, sedang perawi itu orang yang
11) Menerangkan urusan yang seharusnya kalau ada dinukilkan oleh orang
banyak.
12) Menerangkan pahala sangat besar terhadap suatu perbuatan kecil atau
siksaan yang amat besar terhadap suatu amal yang tak berarti: (Hasbi
ع ِة اَيَّانَ ُم ْر ٰسى َه ٍۗا ق ُ ْل اِنَّ َما ِع ْل ُم َها ِع ْن َد َر ِب ۚ ْي ََل يُ َج ِل ْي َها ل َِو ْقتِ َها ٓ اِ ََّل ه َۘ َُو ثَقُلَتْ فِى َّ سـَٔلُ ْونَكَ ع َِن ال
َ سا ْ َي
َّّٰللاِ َو ٰل ِكن
ع ْن َه ٍۗا ق ُ ْل اِنَّ َما ِع ْل ُم َها ِع ْن َد ه ْ َض ََل ت َأْتِ ْيكُ ْم ا ََِّل بَغْت َةً ٍۗي
َ سـَٔلُ ْونَكَ كَاَنَّكَ َح ِف ٌّي ٍۗ ِ اَل ْر
َ ْ ت َو
ِ سمٰ ٰو
َّ ال
tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang
berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. kiamat
nama saja, tetapi tergantung kepada iman dan amal shaleh serta
termasuk hadith yang paling buruk kualitasnya, karena merupakan hadith palsu
yang sama sekali tidak pernah dikatakan, diperbuat maupun ditetapkan oleh Nabi
Muhammad Saw. Hadith palsu itu dibuat semata-mata berpegang kepada pikiran
sendiri atau mengambil perkataan dari penuturan para hukama’ dan kisah-kisah
israilliyat, yang kemudian dikatakan bahwa hal itu berasal dari Rasulullah SAW,
14
padahal beliau tidak pernah mengatakan, memperbuat, dan menetapkan hal yang
demikian.
maudhu’ ialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik dalam
hal tindakan atau perbuatan, perkataan, ketetapan. Tepatnya para ulama hadith
mendefinisikannya sebagai sesuatu yang tidak pernah keluar dari Nabi Muhammad
Saw. baik dalam hal perkataan, perbuatan atau ketetpan, tetapi disandarkan kepada
Cacat hadith maudhu’ ini disebabkan oleh adanya kedustaan para perawinya.
Mereka telah berdusta secara langsung dalam menerima dan meriwayatkan hadith,
yang kemudian mereka menyandarkan sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan
dengan harapan agar orang lain meyakini dan menerimanya, karena ia menganggap
4
Syaikh ‘Abdul Fattah Abu Ghuddah, Lamahat min Tarkih as-Sunnah wa ‘Ulum al- Hadits (Halb,
Syria: Maktab al-Mathbu’at al-Islamiyyah, Cet.ke- I, tahun 1404 H), hal. 41
5
Umi, Kajian…., hal. 130
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
kehendaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ghuddah, Syaikh ‘Abdul Fattah, Lamahat min Tarkih as-Sunnah wal
‘Ulum al- Hadits (Halb, Syria: Maktab al-Mathbu’at al-Islamiyyah,
Cet.ke- I, tahun 1404 H).
Al-Khatib, Muhammad ’Ijaj, Usul al-Hadith, ‘Ulumuhu wa Mustalahuhu
(Beirut: Dar al-Fikr, 1421 H/2001 M)
Ash-Shiddieqy, M. Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis
(Jakarta: Bulan Bintang, 1987)
Azami, Muhammad Musthafa, Metodologi Kritik Hadis
(Jakarta: Pustaka Hidayah, 1992)