“Aliran Qodariyah”
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah ASWAJA III
Disusun Oleh
Kelompok 6 :
Suryati 190204028
Susanti 190204029
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia yang telah
Ia berikan sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Aliran Qodariyah”.
Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad
SAW. karena berkat beliau kita bisa terbebas dari jurang kebodohan.
Pada kesempatan ini tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Hj. Aminah HJS,
M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Aswaja III yang telah membimbing kami dalam
proses pembelajaran.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar di waktu yang akan datang kami dapat
memperbaiki kesalahan yang ada. Semoga makalah ini dapat menjadi bahan acuan
pembalajaran serta dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kelompok 6
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Kesimpulan......................................................................................................9
B. Saran................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aliran-aliran (Firqoh) muncul setelah Rasulullah SAW wafat, pada zaman Nabi
Muhammad SAW umat Islam dapat kompak dalam lapangan agama, termasuk di bidang
aqidah. Kalau ada hal-hal yang tidak jelas atau hal-hal yang diperselisihkan di antara para
sahabat, mereka mengembalikan persoalannya kepada nabi. Maka penjelasan beliau itulah yang
kemudian menjadi pegangan dan ditaatinya.
Namun setelah Rasulullah wafat mulailah bermunculah aliran-aliran (firqoh) ilmu
kalam, terutama pada masa pemerintahan Kholifah Usman bin affan. Syi’ah merupakan firqoh
pertama yang kemudian disusul oleh firqoh-firqoh lainnya, salah satunya adalah firqoh
Qadariyah.
Perbedaan teologis di kalangan umat Islam sejak awal memang dapat mengemuka
dalam bentuk praktis maupun teoritis. Secara teoritis, perbedaan itu demikian tampak melalui
perdebatan aliran-aliran kalam yang muncul tentang berbagai persoalan. Tetapi patut dicatat
bahwa perbedaan yang ada umumnya masih sebatas pada aspek filosofis diluar persoalan
keesaan Allah, keimanan kepada para rasul, para malaikat, hari akhir dan berbagai ajaran nabi
yang tidak mungkin lagi ada peluang untuk memperdebatkannya. Misalnya tentang kekuasaan
Allah dan kehendak manusia, kedudukan wahyu dan akal, keadilan Tuhan. Perbedaan itu
kemudian memunculkan berbagai macam aliran, yaitu Mu'tazilah, Syiah, Khawarij, Jabariyah
dan Qadariyah serta aliran-aliran lainnya.
Persoalan Iman (aqidah) agaknya merupakan aspek utama dalam ajaran Islam yang
didakwahkan oleh Nabi Muhammad. Pentingnnya masalah aqidah ini dalam ajaran Islam
tampak jelas pada misi pertama dakwah Nabi ketika berada di Mekkah. Pada periode Mekkah
ini, persoalan aqidah memperoleh perhatian yang cukup kuat dibanding persoalan syari’at,
sehingga tema sentral dari ayat-ayat al-Quran yang turun selama periode ini adalah ayat-ayat
yang menyerukan kepada masalah keimanan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi aliran Qodariyah?
2. Bagaimana sejarah munculnya aliran Qodariyah?
3. Siapa saja tokoh-tokoh aliran Qadariyah?
4. Bagaimana pokok-pokok pikiran aliran Qadariyah?
1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi aliran Qadariyah.
2. Untuk mengetahui sejarah munculnya aliran Qadariyah.
3. Untuk mengetahui tokoh-tokoh aliran Qadariyah.
4. Untuk mengetahui pokok-pokok pikiran aliran Qadariyah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
4
menciptakan hal itu adalah Allah swt. Dikemukakan pula dalil dari ayat-ayat al-Qur’an
yang ditafsirkan sendiri oleh kaum Qadariyah sesuai dengan madzhabnya, tanpa
memperhatikan tafsir-tafsir dari Nabi dan sahabat Nabi ahli tafsir. Misalnya mereka
kemukakan ayat, yang artinya :
“Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman dan barang yang
ingin (kafir) biarlah ia kafir”. (QS. Al-Kahfi : 29).
Menurut Qadariyah, dalam ayat ini, bahwa iman dan kafir dari seseorang tergantung pada
orang itu, bukan lagi kepada Tuhan. Ini suatu bukti bahwa manusialah yang menentukan,
bukan Tuhan. Dalam segi tertentu Qadariyah mempunyai kesamaan ajaran dengan
Mu’tazilah.
Ditinjau dari segi politik kehadiran mazhab Qadariyah sebagai isyarat menentang
politik Bani Umayyah, karena itu kehadiran Qadariyah dalam wilayah kekuasaanya selalu
mendapat tekanan, bahkan pada zaman Abdul Malik bin Marwan pengaruh Qadariyah
dapat dikatakan lenyap tapi hanya untuk sementara saja, sebab dalam perkembangan
selanjutnya ajaran Qadariyah itu tertampung dalam Muktazilah.
5
bersama Ibnu al-Asy’as. Tampaknya disini ia dibunuh karena soal politik, meskipun
kebanyakan mengatakan bahwa terbunuhnya karena soal zindik. Ma’bad Al-Jauhani
pernah belajar kepada Hasan Al-Bashri, dan banyak penduduk Basrah yang mengikuti
alirannya .
3. Ghailan Ad-Dimasyqi
Sepeninggal Ma’bad, Ghailan Ibnu Muslim al-dimasyqy yang dikenal juga
dengan Abu Marwan. Menurut Khairuddin al-Zarkali dalam Sirajuddin Zar menjelaskan
bahwa Ghailan adalah seorang penulis yang pada masa mudanya pernah menjadi pengikut
Al-Haris Ibnu Sa’id yang dikenal sebagai pendusta. Ia pernah taubat terhadap pengertian
faham qadariyahnya dihadapan Umar Ibnu Abdul Aziz, namun setelah Umar wafat ia
kembali lagi dengan mazhabnya.
Dialah yang mengibarkan pengaruh cukup besar seputar masalah-masalah takdir
sekitar tahun 98 H. Dan juga dalam masalah ta'wil, ta'thil (mengingkari sebagian sifat-
sifat Allah) dan masalah irja. Para salaf pun menentang pemikirannya itu. Termasuk
diantara yang menentangnya adalah Khalifah Umar bin Abdil Aziz. Beliau menegakkan
hujjah atasnya, sehingga Ghailan menghentikan celotehannya sampai Umar bin Abdul
Aziz wafat. Namun setelah itu, Ghailan kembali meneruskan aksinya. Ini merupakan ciri
yang sangat dominan bagi ahli bid'ah, yaitu mereka tidak akan bertaubat dari bid'ah.
Sekalipun hujjahnya telah dipatahkan, mereka tetap kembali menentang dan kembali
kepada bid'ahnya. Ghailan ini akhirnya dihukum mati setelah dimintai taubat namun
menolak bertaubat pada tahun 105 H. Dia mati dihukum oleh Hisyam ‘Abd al-Malik
(724-743). Sebelum dijatuhi hukuman mati diadakan perdebatan antara Ghailan dan al-
Awza’i yang dihadiri oleh Hisyam sendiri.
6
Qasri. Kisah terbunuhnya Al-Ja'd ini sangat mashur, Khalid berpidato seusai menunaikan
shalat 'Idul Adha : "Sembelihlah hewan kurban kalian, semoga Allah menerima
sembelihan kalian, sementara aku akan menyembelih Al-Ja'd bin Dirham, karena telah
mendakwahkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak menjadikan Ibrahim sebagai
khalilNya dan Allah tidak mengajak Nabi Musa berbicara ...... dan seterusnya". Kemudian
beliau turun dari mimbar dam menyembelihnya. Peristiwa ini terjadi pada tahun 124 H.
7
Secara terperinci pokok-pokok pikiran aliran Qadariyah adalah sebagai berikut:
1. Mengingkari takdir Allah swt.
2. Berlebihan atau melampaui batas didalam menetapkan kemampuan manusia
dengan menganggap mereka bebas berkehendak. Menurut aliran ini didalam perbuatan
manusia,Allah swt tidak mempunyai pengetahuan(ilmu) mengenai perbuatan tersebut
dan ia terlepas dari takdir kecuali setelah sesuatu itu terjadi.
3. Mereka berpendapat bahwa Al-Qur’an itu adalah makhluk (qadim). Hal ini
disebabkan oleh tindakan pengingkaran mereka terhadap sifat Allah swt.
4. Mengenal Allah swt adalah wajib menurut akal dan iman itu ialah mengenal
Allah swt. Jadi, menurut aliran Qadariyah iman adalah pengetahuan dan pemahaman.
Sedangkan amal perbuatan tidak mempengaruhi iman. Artinya seseorang yang berbuat
dosa besar tidak akan mempengaruhi tingkat keimanannya.
5. Mereka mengemukakan pendapat tentang surga dan neraka akan musnah (fana’)
setelah ahli surga merasakan nikmat dan ahli neraka merasakan azab.
Menurut aliran Qadariyah, Allah swt tidak mengetahui segala apapun yang
diperbuat oleh manusia dan tidak pula yang diperbuat oleh manusia itu dengan qudrah
dan iradah Allah swt. Bahkan menurut paham ini manusialah yang mengetahui serta
mewujudkan segala yang diamalkannya itu dan semuanya dengan qudrah dan iradah
manusia sendiri. Allah swt sama sekali tidak ikut campur didalam membuktikan
perbuatan-perbuatan itu.
Kaum muslimin (ahlus sunnah wal jamaah) sendiri sudah sepakat seluruhnya
menghukumi aliran Qadariyah ini termasuk golongan kafir. Karena banyak pokok-
pokok pikiran aliran ini yang sangat tidak sesuai dan bertentangan dengan aqidah ahlus
sunnah wal jama'ah yang mengikuti tuntunan Allah swt dan rasul-Nya.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Qadarīyah adalah satu aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak
diintervensi Tuhan. Aliran ini berpendapat tiap-tiap manusia adalah pencipta bagi segala
perbuatannya. Dia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas kehendaknya sendiri.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa Qadarīyah dipakai untuk satu
paham yang memberikan penekanan atas kebebasan dan kekuatan manusia dalam
mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Dalam hal ini Harun Nasution menengaskan
bahwa nama Qadarīyah berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai qudrah atau
kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa
manusia tunduk pada qadar Tuhan. Dalam istilah Inggrisnya paham ini dikenal dengan
free will dan free act. Secara terperinci pokok-pokok pikiranaliran Qadariyah adalah
sebagai berikut:1. Mengingkari takdir Allah swt. 2. Berlebihan atau melampaui batas
didalam menetapkan kemampuan manusia dengan menganggap mereka bebas
berkehendak. Menurut aliran ini didalam perbuatan manusia,Allah swt tidak mempunyai
pengetahuan(ilmu) mengenai perbuatan tersebut dan ia terlepas dari takdir kecuali setelah
sesuatu itu terjadi. 3. Mereka berpendapat bahwa Al-Qur’an itu adalah makhluk (qadim).
Hal ini disebabkan oleh tindakan pengingkaran mereka terhadap sifat Allah swt. 4.
Mengenal Allah swt adalah wajib menurut akal dan iman itu ialah mengenal Allah swt.
Jadi, menurut aliran Qadariyah iman adalah pengetahuan dan pemahaman. Sedangkan
amal perbuatan tidak mempengaruhi iman. Artinya seseorang yang berbuat dosa besar
tidak akan mempengaruhi tingkat keimanannya. 5. Mereka mengemukakan pendapat
tentang surga dan neraka akan musnah (fana’) setelah ahli surga merasakan nikmat dan
ahli neraka merasakan azab.
B. Saran
Sebagai umat Islam kita harus mendalami dan mengimani ilmu-ilmu yang ada didalam
Al-Qur'an dan hadis. Dengan cara tersebut kita bisa mengetahui mana hal yang benar dan
salah. Mana jalan yang menuju kebenaran dan mana jalan kesesatan. Serta kita juga harus
belajar ilmu agama Islam kepada ulama-ulama yang sudah jelas memiliki keluasan ilmu
dan wawasan supaya informasi yang kita terima merupakan informasi yang shahih dan
terpercaya kebenarannya.
9
DAFTAR PUSTAKA
Daradjat, Zakiah, et al. Ilmu Pendidikan Islam. Cet. VIII; Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Semarang: Toha Putra, 2007.
Hanafi, Ahmad. Teologi Islam (Ilmu Kalam). Cet. XII; Jakarta: Bulan Bintang, 2001.
Haq, Hamka. Faslsafat Ushul Fiqh. Makassar: Yayasan al-Ahkam, 2003.
Khaeruddin. Ilmu Pendidikan Islam. Cet. II; Makassar: Yayasan Pendidikan Fatiya Makassar,
2004.
Nasution, Harun. Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran. Cet. IV; Bandung: Mizan, 1996.
Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam. Cet. I; Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005.
Rahman, Jalaluddin. Konsep Perbuatan Manusia Menurut Qur’an. Cet. I; Jakarta: Bulan
Bintang, 1992.
Ramayulis dan Samsul Nizar. Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan dan
Pemikiran Para Tokohnya. Cet. II; Jakarta: Kalam Mulia, 2005.
10