MAKALAH
Disusun Oleh
Nama : MUHAMMAD SALMAN
NIM : 2211102102021
Prodi : Agribisnia 2022
i
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA KALIMANTAN SELATAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadiran Allah Swt. Yang sudah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah- Nya sehingga saya bisa menyusun tugas makalah ini
dengan baik serta tepat waktu.
Akhirnya penulis berharap, semoga hasil karya tulis ini memberikaan manfaat dan
dapat dijadikan wawasan untuk memperluas ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat saya
harapkan guna kesempurnaan makalah ini. Saya mengucapkan terima kasih
kepada Bapak dosen mata pelajaran Aswaja 1. Kepada pihak yang sudah
menolong turut dan dalam penyelesaian makalah ini. Atas perhatian serta
waktunya, saya sampaikan banyak terima kasih.
Muhammad Salmn
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan rahmatan lil 'alamin. Sebagai bentuk realisasinya, Islam
selalu mengajarkan kepada para pengikutnya untuk selalu bertoleransi kepada
sesama, baik kepada umat Islam sendiri maupun kepada para non-muslim.
Didalam kehidupan ini kita tentunya kita tidak bisa memungkiri bahwa
kita selalu dihadapkan dengan berbagai perbedaan. Salah satunya adalah
perbedaan dalam memahami agama. Kita sebagai umat Islam telah mengetahui
bahwa didalam agama Islam sendiri terdapat banyak paham atau aliran kalam.
Diantaranya ada paham atau aliran Khawarij, Syiah, Mu'tazilah, Qadariyah,
Asy'ariyah, dll. Berbagai paham ini memiliki karakteristik ajaran dan pokok-
pokok pemikiran yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.
Sehingga tak jarang menyebabkan perselisihan dan pertentangan yang
berkepanjangan. Hal ini bukanlah suatu yang baru. Sebab Rasulullah saw sendiri
telah bersabda bahwa kelak sepeninggal beliau umat Islam akan terpecah-belah
menjadi 73 kelompok. Akan tetapi hanya 1 saja yang akan masuk surga yaitu
Ahlus Sunnah Wal Jama'ah. Terbukti kini berbagai aliran kalam yang ada
sering saling mengklaim diri menjadi yang paling benar. Mereka mengedepankan
egoisme tanpa menghargai aliran yang lain. Bahkan mereka ada yang
dengan mudahnya mengkafirkan umat Islam yang tidak sejalan dengan pemikiran
mereka.
Kita sebagai rakyat Indonesia khususnya pemeluk agama Islam sudah
sewajibnya memiliki benteng pertahanan yang kuat dan kokoh. Agar aqidah lurus
yang sudah ditanamkan kepada kita sejak kecil tidak menjadi goyah oleh adanya
gelombang besar penyebaran paham-paham yang radikal. Kita harus mempertebal
iman agar tidak terjatuh kepada jalan yang salah dan menyesatkan. Allahumma
aamii
1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah diantaranya yaitu :
a. Apakah pengertian aliran Qadariyah ?
b. Bagaimanakah sejarah awal munculnya aliran Qadariyah ?
c. Pemikiran Pemikiran Aliran Qodariyah
C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan makalah ini sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui pengertian Qadariyah!
b. Untuk mengetahui sejarah munculnya aliran Qadariyah
c. Untuk Mengetahui Pemikiran Qadariyah!
D. MANFAAT MAKALAH
Adapun manfaat dari makalah ini adalah :
2
BAB II
MATERI DAN TEORI
Kata qadariyah, berasal dari kata qadara yang memiliki dua pengertian yaitu
adalah berani untuk memutuskan serta berani untuk memiliki kekuatan maupun
kemauan. Sedangkan kata qadariyah yang dimaksudkan oleh aliran ini ialah suatu
paham, bahwa manusia memiliki kebebasan dalam berkehendak serta memiliki
kemampuan untuk berbuat.
3
B. Sejarah Munculnya Aliran Qadariyah
Aliran qadariyah pertama kali dikenalkan dan disebarkan oleh dua tokoh
pendirinya, yaitu Ma’bad Al Jauhani dan Ghailan Al Dimasyqi pada 70 H di masa
pemerintahan khalifah Abdul Malik bin Marwan.
Akan tetapi, setelah khalifah Umar bin Abdul Aziz meninggal dunia, Ghaylan
lantas kembali melanjutkan penyebaran aliran qadariyah hingga akhirnya ia
4
ditangkap dan dijatuhi hukuman mati oleh Hisyam ibn Abdul Malik. Sebelum
Ghaylan dieksekusi mati, muncul sebuah perdebatan antara Ghaylan dengan Al
Auza’i yang dihadiri pula oleh Hisyam.
Kedua konsep penciptaan tersebut, sama seperti dengan ajaran dalam agama
Majusi atau Zaroaster, yang menjelaskan mengenai adanya dewa terangm
kebaikan dan siang. Dewa terang disebut sebagai Ahura Mazda dan dewa
keburukan, gelap serta malam disebut sebagai Ahriman atau Angra Mainyu.
Namun paham qadariyah yang murni kini telah punah, akan tetapi masih dapat
dijumpai deviasi-deviasi pada masa kini. Di mana beberapa orang tetap meyakini,
bahwa perbuatan seorang makhluk adalah kemampuannya dan ciptaan dari
makhluk itu sendiri. Meskipun saat ini deviasi dari aliran qadariyah telah
menetapkan bahwa Allah telah mengetahui segala perbuatan hamba-Nya sebelum
itu terjadi. Aliran Qadariyah merupakan salah satu aliran teologi tertua dalam
5
Islam. Kemunculan aliran qadariyah sendiri tidak semata-mata hanya karena
dinamika pemikiran dalam Islam saja, akan tetapi juga disebabkan oleh gejolak
politik yang ada pada masa Dinasti Umayyah I yaitu pada tahun 661 hingga 750
M.
Pada masa kini, al qadariyah telah sepakat bahwa Allah Maha Mengetahui
segala hal, mengetahui segala perbuatan hamba-hamba-Nya sebelum hamba-Nya
melakukan perbuatan tersebut. Akan tetapi masih ada beberapa yang berselisih
mengenai As Salafush Shalih yaitu dengan menyatakan bahwa perbuatan dari
manusia adalah hasil dari kemampuan serta ciptaan manusia itu sendiri.
6
Begitu pula dengan Ibnu Taimiyah, ia mengkafirkan qadari yang menafikan
tulisan-tulisan serta ilmu Allah dan tidak mengkafirkan aliran qadari yang
menetapkan ilmu Allah. Ibnu Rajab Al Hambali pun menyatakan, bahwa aliran
qadariyah yang mengingkari ilmu Allah adalah kafir. (Ibrahim bin Amir Ar
Ruhaili, 2002, 83-85).
Ada dua pokok pemikiran yang diusung atau dipercayai oleh aliran qadariyah.
Akan tetapi, pada intinya aliran qadariyah percaya bahwa manusia memiliki daya
atau kemampuan untuk memutuskan kehendaknya sendiri, bebas dan terlepas dari
takdir Allah. Di sisi lain, aliran qadariyah juga memandang, bahwa Allah
memberikan anugerah pada manusia berupa akal. Agar manusia mampu
mempertimbangkan dengan bijaksana setiap tingkah laku, keputusan dan
perbuatannya. Selain itu, berikut adalah dua pokok pemikiran yang ada pada
aliran qadariyah :
7
sanggup pula, maka dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR.
Muslim).
Karena paham tersebutlah, pengikut dari aliran qadariyah menjadi oposisi bagi
kebijakan di Dinasti Umayyah yang menilai bahwa kebijakan di Dinasti
Umayyah, telah melampaui batas-batas syariat. Sehingga, pada masa tersebut
beberapa tokoh dari aliran qadariyah pun dipenjara oleh para penguasa Dinasti
Umayyah.
Pokok pikiran kedua dari aliran qadariyah adalah, manusia diciptakan oleh
Allah dengan kehendak yang bebas. Oleh karena itu, manusia memiliki
kemampuan yang mandiri untuk dapat memutuskan perbuatan apa yang akan
dilakukan. Pemikiran dari aliran qadariyah tersebut, didasari oleh alasan bahwa
Allah, telah memberikan pilihan pada manusia untuk melakukan kebaikan serta
keburukan, beriman maupun menetap pada kekafiran. Oleh karena itu, manusia
akan dihakimi, diberikan pahala maupun diganjar atau dosa sesuai pilihannya
sendiri. Para penganut aliran qadariyah ini bersandar pada salah satu firman Allah
yaitu surat Al Kahfi ayat 29 yang berbunyi,
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini ialah
1. Qadariyah, berasal dari kata qadara yang memiliki dua pengertian
yaitu adalah berani untuk memutuskan dan untuk memiliki kekuatan
2. Orang-orang yang menganut aliran qadariyah, merupakan sebuah
kelompok yang meyakini bahwa seluruh perbuatan manusia terwujud,
karena ada kehendak serta kemampuan manusia itu sendiri.
3. Dalam aliran qadariyah, para penganut percaya bahwa manusia dapat
melakukan sendiri seluruh perbuatan, sesuai dengan kemampuan yang
ia miliki
4. Aliran qadariyah pertama kali dikenalkan dan disebarkan oleh dua
tokoh pendirinya, yaitu Ma’bad Al Jauhani dan Ghailan Al Dimasyqi
pada 70 H di masa pemerintahan khalifah Abdul Malik bin Marwan
5. Latar belakang munculnya aliran qadariyah adalah sebagai sebuah
isyarat, di mana para penganut paham ini menentang kebijakan politik
yang saat itu diterapkan oleh Bani Umayyah, karena dianggap kejam.
6. Para penganut aliran qadariyah mengatakan, bahwa Allah bersikap
adil, oleh karena itu Allah akan menghukum orang-orang yang
bersalah serta memberikan ganjaran berupa pahala pada orang-orang
yang telah berbuat kebaikan.
7. Kita harus mempertebal iman agar tidak terjatuh kepada jalan yang
salah dan menyesatkan
8. Para penganut aliran qadariyah mengatakan bahwa ada dua pencipta,
yaitu pencipta kebaikan serta pencipta keburukan.
9. Aliran ini disebut sebagai aliran qadariyah, sebab para pengikutnya
mengingkari takdir
10. Didalam kehidupan ini kita tentunya kita tidak bisa memungkiri bahwa
kita selalu dihadapkan dengan berbagai perbedaan.
9
B. Saran
Adapun Saran Yang Saya Berikan Pada Makalah ini Yaitu :
1. Cara Penulisan Harus Dirapikan
2. Hendaknya kita mencari lebih banyak lagi agar bisa lebih menambah
wawasan
3. Hendaklah para remaja dan pemuda menjaga dirinya dengan
menanamkan nilai moral-moral, pendidikan dan nilai keagamaan.
10
Daftar Pustaka
xi