Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ILMU KALAM

PEMIKIRAN KALAM QODARIYAH


( Diajukan untuk memenuhi tugas mandiri mata kuliah ilmu kalam )

Dosen Pengampu : Dr. H.Abu Bakar Sidik, M.Ag.

Disusun Oleh :
YUSI (2312.2579)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-MASTHURIYAH
SUKABUMI
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat rahmat dan hidayah-
Nya, telah memberikan nikmat kesehatan yang sangat luar biasa ini, sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas mandiri makalah ini dengan baik dan benar. Makalah ini
dengan judul “PEMIKIRAN KALAM QODARIYAH” dengan tepat pada waktunya.
Tidak lupa saya ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada dosen
mata kuliah Ilmu Kalam Dr. H. Abu Bakar Sidik, M.Ag. yang telah membimbing
saya dalam penyusunan makalah ini hingga selesai. Ucapan terimakasih juga saya
sampaikan kepada para pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan
makalah ini.
Makalah ini saya susun untuk memenuhi tugas mandiri mata kuliah Ilmu
Kalam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembacanya tentang maksud isi dari bahasa yang baik yang baku dan tidak baku.
Dalam penulisan makalah ini saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kata sempurna. Untuk itu, saya sangat menerima saran dan kritik dari seluruh
pembacanya. Atas segala kekurangannya kami mohon maaf yang sebesar besarnya,
harap di maklumi karena kami masih dalam tahap proses belajar.

Sukabumi, 26 Desember 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan Masalah..............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................2
A. Pengertian Aliran Qodariyah..........................................................................2
B. Sejarah Kemunculan Aliran Qodariyah.........................................................2
C. Pemikiran Aliran Qodariyah dan Argumentasinya........................................5
BAB III PENUTUP..................................................................................................8
A. Kesimpulan....................................................................................................8
B. Saran...............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagaimana dimaklumi bahwa yang pertama kali muncul dan hangat
dibicarakan dalam kalangan umat Islam setelah meninggalnya Rasulullah
adalah persoalan politik yang merembet ke persoalan teologi. Mereka
mengkafirkan orang yang telibat dalam arbitrase (tahkim) dan pembunuh
khalifah Usman ibn Affan dinyatakan orang yang berdosa besar. Pernyataan
kafir dan dosa besar yang mereka kemukakan bukan lagi persoalan politik
tetapi sudah masuk dalam persoalan teologi.
Persoalan yang disebutkan di atas muncul pula masalah taqdir Tuhan.
Masalah ini muncul berkenaan dengan kedudukan Tuhan sebagai pencipta
alam semesta, termasuk manusia di dalamnya. Tuhan bersifat Maha Kuasa
dan mempunyai kehendak dan kekuasaan mutlak. Di sinilah timbul
pertanyaan sampai dimanakah manusia sebagai ciptaan Tuhan bergantung
pada kehendak dan kekuasaan mutlak Tuhan dalam menentukan perjalanan
hidupnya? Diberi Tuhankah manusia kemerdekaan dan kebebasan dalam
mengatur hidupnya? Ataukah manusia terikat seluruhnya pada kehendak dan
kekuasaan mutlak Tuhan?

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian aliran qodariyah?
2. Bagaimana sejarah munculnya aliran qodariyah?
3. Bagaimana pemikiran aliran qodariyah dan argumentasinya?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian aliran qodariyah.
2. Untuk mengetahui sejarah munculnya aliran qodariyah.
3. Untuk mengetahui pemikiran qodariyah dan argumentasinya.

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Aliran Qodariyah


Menurut bahasa kata Qadariyah berasal dari kata, qadara, yaqduru,
qaderun artinya memutuskan, menentukan. Atau dari kata qadara, yaqdiru,
quderatan, maqdaratan, maqduratan, maqdiratan artinya memiliki kekuatan
dan kekuasaan.
Jadi asal kata Qadariyah mempunyai dua pengertian. Yang pertama
berarti menentukan. Dari kata inilah diambil kata “taqdir”, sesuatu yang telah
ditentukan oleh Allah. Sedangkan yang kedua berarti kekuatan dan kekuasaan.
Yang kedua inilah yang identik dengan paham Qadariah yang menyatakan
bahwa manusia itu memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk menentukan
nasibnya sendiri.
Kemudian menurut istilah yang dipakai oleh ahli teologi ialah manusia
mempunyai kebebasan dan kekuatan sendiri untuk mewujudkan perbuatan-
perbuatannya. Atau manusia mempunyai kebebasan dalam menentukan
perjalanan hidupnya.
B. Sejarah Munculnya Aliran Qodariyah
Qadariyah (‫ )قدري ة‬adalah sebuah ideologi di dalam akidah Islam yang

muncul pada pertengahan abad pertama Hijriah di Basrah, Irak. Kelompok ini
memiliki keyakinan mengingkari takdir, yaitu bahwasanya perbuatan makhluk
berada di luar kehendak Allah dan juga bukan ciptaan Allah. Para hamba
berkehendak bebas menentukan perbuatannya sendiri dan makhluk sendirilah
yang menciptakan amal dan perbuatannya sendiri tanpa adanya andil dari
Allah SWT.
Ideologi Qadariyah murni adalah mengingkari takdir. Yakni tidak ada
takdir, semua perkara yang ada merupakan sesuatu yang baru (terjadi
seketika), di luar takdir dan ilmu Allah SWT. Allah baru mengetahuinya
setelah perkara itu terjadi.120 Namun paham Qadariyah yang murni dapat

v
dikatakan telah punah, akan tetapi masih bisa dijumpai derivasinya pada masa
sekarang, yaitu mereka tetap meyakini bahwa perbuatan makhluk adalah
kemampuan dan ciptaan makhluk itu sendiri, meskipun kini menetapkan
bahwa Allah sudah mengetahui segala perbuatan hamba tersebut sebelum
terjadinya. Imam al-Qurthubi berkata, ―Ideologi ini telah sirna, dan kami
tidak mengetahui salah seorang dari muta‘akhirin (orang sekarang) yang
berpaham dengannya. Adapun Al-Qadariyyah pada hari ini, mereka semua
sepakat bahwa Allah Maha Mengetahui segala perbuatan hamba sebelum
terjadi, namun mereka menyelisihi As-Salafush Shalih (yaitu) dengan
menyatakan bahwa perbuatan hamba adalah hasil kemampuan dan ciptaan
hamba itu sendiri.
Jika kita lihat dari segi bahasa Qadariyah berasal dari bahasa Arab,
yaitu kata qadara yang artinya kemampuan dan kekuatan. Dalam bahasa
Inggris qadariyah ini diartikan sebagai free will and free act, bahwa
manusialah yang mewujudkan perbuatanperbuatan dengan kemauan dan
tenaganya. Menurut Ahmad Amin sebagaimana dikutip oleh Hadariansyah,
orang-orang yang berpaham Qadariyah adalah mereka yang mengatakan
bahwa manusia memiliki kebebasan berkehendak dan memiliki kemampuan
dalam melakukan perbuatan. Manusia mampu melakukan perbuatan,
mencakup semua perbuatan, yakni baik dan buruk. Sejarah lahirnya aliran
Qadariyah tidak dapat diketahui secara pasti dan masih merupakan sebuah
perdebatan. Akan tetepi menurut Ahmad Amin, ada sebagian pakar teologi
yang mengatakan bahwa Qadariyah pertama kali dimunculkan oleh Ma‘bad
al-Jauhani dan Ghilan adDimasyqi sekitar tahun 70 H/689M.
Ditinjau dari segi politik kehadiran mazhab Qadariyah sebagai isyarat
menentang politik Bani Umayyah, karena itu kehadiran Qadariyah dalam
wilayah kekuasaanya selalu mendapat tekanan, bahkan pada zaman Abdul
Malik bin Marwan pengaruh Qadariyah dapat dikatakan lenyap tapi hanya
untuk sementara saja, sebab dalam perkembangan selanjutnya paham
Qadariyah itu dianut oleh Mu‘tazilah.

vi
Tidak di ketahui secara pasti kapan munculnya paham Qadariah ini,
namun munculnya sebagai persoalan teologi didasari oleh faktor internal dan
eksternal. Secara internal, Paham Qadariah lahir sebagai reaksi dari paham
Jabariah yang telah berkembang pada masa dinasti Umayyah. Paham ini
cenderung melegtimasi perbuatan maksiat, perbuatan sewenang, perbuatan
aniaya dan sebagainya. Bahkan paham ini telah dianut oleh peguasa Bani
Umayyah yang cenderung dalam kezaliman untuk membenarkan tindakan-
tindakan mereka, seperti yang di saksikan Gilan al-Dimasyqy (tokoh paham
Qadariah) ketika menjabat sebagai sekertaris Negara dalam pemerintahan
Umayyah di Damaskus.
Ia menyaksikan kemerosotan dari sudut agama, kemewahan istana,
sementara rakyat kelaparan, penindasan terhadap rakyat dan sebagainya. Bila
diingatkan mengapa melakukan hal itu, dan harus mempertanggung jawabkan
di hadapan ummat, dan di akhirat kelak, mereka menolak dan mengatakan
kami tidak bisa dimintai pertanggungjawaban atas tindakan kami, sebab
Tuhanlah yang menghendaki semua itu. Berdasarkan kasus tersebut,
muncullah paham Qadariah sebagai reaksi keras dengan mengatakan
manusialah yang mewujudkan perbuatan-perbuatannya dengan kemauan dan
tenaganya sendiri.
Sedangkan faktor eksternal yang menyebabkan munculnya paham
Qadariah, yakni pada waktu yang sama (masa Bani Umayyah), kaum
muslimin atau orangorang Arab bercampur dan berinteraksi dengan berbagai
macam pemikiran dan pendapat asing, sehingga tidak aneh jika hal itu
mengarahkan mereka pada persoalanpersoalan yang sebelumnya tidak pernah
terbetik dalam dalam hati mereka. Kemudian kaum muslimin mulai
memecahkan persoalan mereka dengan metode yang di sesuaikan dengan
keyakinan hati mereka. Dialog itu dapat disimpulkan bahwa semua manusia
tidak dapat melakukan sesuatu kecuali dengan pertolongan Allah SWT. Kalau
begitu di mana posisi kebebasan kehendak dalam diri manusia.

vii
Dialog tersebut terjadi di Damaskus (markas Agama Kristen) dan
tersebar ke Basrah (pintu gerbang kebudayaan Islam), di samping itu dari
Romawi Timur, salah satu kecenderungan budaya Romawi adalah suka
berdiskusi, berdebat dengan menggunakan dalil-dalil logika kebiasaan
tersebut berlanjut ketika berada di wilayah kekuasaan khalifah. Kebiasaan
seperti itulah yang di kembangkan di tengah-tengah ummat Islam sebagai
pemicu munculnya paham Qadariah.
Masalah ikhtiar manusia menjalar dari Kristen di Damaskus dan
Basrah yang berpindah kepada Islam yang dikembangkan oleh Ma‘bad al-
Jauhani dan Ghilan alDimasyqy. W. Montgomery Watt menemukan dokumen
lain yang menyatakan bahwa paham Qadariyah terdapat dalam Kitab ar-
Risalah dan ditulis untuk Khalifah Abdul Malik oleh Hasan al-Basri sekitar
tahun 700 M. Dengan disebutkannya Ma‘bad al-Juhani pernah berguru
dengan Hasan al- Basri pada keterangan az-Zahabi dalam kitab Mizan al-
I‘tidal, maka sangat mungkin paham Qadariah mula-mula dikenalkan oleh
Hasan al-Basri dalam bentuk kajian-kajian keIslaman, kemudian dicetuskan
oleh Ma‘bad al-Juhani dan Ghailan adDimasyqi dalam bentuk aliran
(institusi).
C. Pemikiran Aliran Qodariyah dan Argumentasinya
Menurut sebagian ahli sejarah, sebagaimana dikutip Aziz Dahlan
bahwa sumber awal paham Qadariah yang dikemukakan oleh seorang tokoh
pemikir dan penyebar pertama kali paham Qadariah ini ialah Ma’bad alJuhani.
Paham itu adalah berasal dari seorang Kristen Irak yang bernama Abu Yunus
Sansawiah yang masuk Islam tapi kembali lagi menjadi Nasrani, setelah
Ma’bad al-Juhani meninggal terbunuh pada tahun 80 H. tampillah Ghailan al-
Dimasyqy. Untuk meneruskan usaha menyiarkan paham itu dan ia melakukan
banyak perdebatan untuk membela paham tersebut.
Diceritakan bahwa ketika kegiatan Ghilan dihentikan oleh khalifah
Umar ibn Abdul Aziz, maka terhentilah peredaran paham tersebut. Tetapi
setelah khalifah itu wafat, maka Ghilan al-Dimasyqy kembali lagi

viii
melanjutkan usahanya menyiarkan paham tersebut untuk waktu yang cukup
lama sampai ia dihukum bunuh oleh khalifah Hisyam bin Abdul Malik yang
memerintah pada tahun 105-125 H.
Dalam ajaran atau fahamnya Qadariah sangat menekankan posisi
manusia yang amat menentukan dalam gerak laku dan perbuatannya. Manusia
dinilai mempunyai kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya sendiri atau
untuk tidak melaksanakan kehendaknya itu. Dalam menentukan keputusan
yang menyangkut perbuatannya sendiri, manusialah yang menentukan, tanpa
ada campur tangan Tuhan.
Menurut Ghilan al-Dimasyqy, manusia berkuasa atas perbuatan-
perbuatannya, manusia sendirilah yang melakukan perbuatan-perbuatan baik
atas kehendak dan kekuasaannya sendiri dan manusia sendiri pula yang
melakukan atau menjauhi perbuatan-perbuatan jahat atas kemauan dan
dayanya sendiri. Selanjutnya menyatakan “bahwa sesungguhnya Allah telah
menciptakan manusia dan menjadikan baginya kekuatan agar dapat
melaksanakan apa yang dibebankan oleh Tuhan kepadanya, karena jika Allah
memberi beban kepada manusia, namun ia tidak memberikan kekuatan pada
manusia, maka beban itu adalah sia-sia, sedangkan kesiasiaan itu bagi Allah
adalah suatu hal yang tidak boleh terjadi”. Dalam paham ini manusia merdeka
dalam tingkah lakunya. Ia berbuat baik adalah atas kemauan dan kehendaknya
sendiri. Di sini tidak terdapat paham yang mengatakan bahwa nasib manusia
telah ditentukan terlebih dahulu, dan bahwa manusia dalam perbuatan-
perbuatannya hanya menurut nasibnya yang telah ditentukan semenjak azali.
Pemahaman tentang Qadariah ini jangan dikacaukan dengan
pemahaman tentang sifat al-qudrah yang dimiliki oleh Allah swt. karena
pemahaman tentang sifat Tuhan al-qudrah lebih ditujukan kepada upaya
ma’rifat kepada Allah swt. sedangkan paham Qadariah lebih ditujukan kepada
qudrat yang dimiliki oleh manusia. Namun terdapat perbedaan antara qudrat
yang dimiliki manusia dengan qudrat yang dimiliki oleh Tuhan. Qudrat pada
Tuhan adalah bersifat abadi, kekal, berada pada zat Allah swt, tunggal, tidak

ix
berbilang, dan berhubungan dengan segala yang dijadikan objek kekuatan,
serta tidak berakhir dalam hubungannya dengan zat. Sedangkan qudrat
manusia adalah bersifat sementara, berproses, bertambah, berkurang bahkan
bisa hilang.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa paham Qadariah telah
meletakkan manusia pada posisi merdeka dalam menentukan tingkah laku dan
kehendaknya. Jika manusia berbuat baik maka hal itu adalah atas kehendak
dan kemauannya sendiri serta berdasarkan kemerdekaan dan kebebasan
memilih yang ia miliki. Oleh karena itu, jika seseorang diberi ganjaran yang
baik berupa surga di akhirat, atau diberi siksaan di neraka, maka semuanya itu
adalah atas pilihannya sendiri. Adapun alasan argumentasi golongan yang
berfaham Qadariyah dalam memperkuat pahamnya atau argumentasinya
sering dipakai dalil naqli atau al-Qur’an yaitu:
 QS.(13) al-Ra’ad ayat 11 :

‫ِاَّن الّٰل اَل َغِّي ا ِبَق ٍم ىّٰت َغِّي ا ا ِبَا ُفِس ِه ْۗم‬
‫َه ُي ُر َم ْو َح ُي ُر ْو َم ْن‬
“Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan”
 QS.(41) Fushilat ayat 40 :

‫ِص‬ ‫ِش ِا‬ ‫ِا‬


‫ْع َم ُلْو ا َم ا ْئُتْم ۙ َّنه َمِبا َتْع َم ُلْو َن َب ْيٌر‬
“Perbuatlah apa yang kamu kehendaki; Sesungguhnya dia Maha melihat apa yang
kamu kerjakan”
 QS.(18) al-Kahfi ayat 29 :

‫ۤا ْل ْك ُفْۚر‬ ‫ِم‬ ‫ْۗم‬ ‫ِم‬


‫َو ُقِل اَحْلُّق ْن َّرِّبُك َفَمْن َش ۤاَء َفْلُيْؤ ْن َّو َمْن َش َء َف َي‬
“Dan Katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka barangsiapa yang
ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia
kafir”.

x
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Qadariyah berasal dari kata, qadara yang artinya memutuskan,
menentukan. Paham qodariyah muncul pada pertengahan abad pertama
Hijriah di Basrah, Irak. Dalam paham ini manusia merdeka dalam tingkah
lakunya. Ia berbuat baik adalah atas kemauan dan kehendaknya sendiri. Di
sini tidak terdapat paham yang mengatakan bahwa nasib manusia telah
ditentukan terlebih dahulu, dan bahwa manusia dalam perbuatan-
perbuatannya hanya menurut nasibnya yang telah ditentukan semenjak azali.
Jadi, manusia berkuasa atas perbuatan-perbuatannya, manusia sendirilah yang
melakukan perbuatan-perbuatan baik atas kehendak dan kekuasaannya sendiri
dan manusia sendiri pula yang melakukan atau menjauhi perbuatan-perbuatan
jahat atas kemauan dan dayanya sendiri.
B. Saran
Demikianlah makalah yang saya buat ini, semoga bermanfaat dan
menambah pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada
kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas. Saya
hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan saya juga sangat
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini. Sekian penutup dari saya semoga dapat diterima di hati dan saya
ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.

xi
DAFTAR PUSTAKA

Jamaluddin, Shabri Shaleh Anwar. 2020. Ilmu Kalam Khazanah Intelektual


Pemikiran dalam Islam. Indragiri Hilir : PT. Indragiri.
Hasbi, Muhammad. 2015. Ilmu Kalam Memotret Berbagai Aliran Teologi
Dalam Islam. Yogyakarta : Trustmedia Publishing.

xii

Anda mungkin juga menyukai