Anda di halaman 1dari 9

ALIRAN JABARIYAH DAN QADARIYAH

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas:
Mata Kuliah : Ilmu Kalam
Dosen Pengampu : H. Ahmad Muthohar, M.Ag.

Disusun Oleh:

Atha Rafidatunnailah D. (2203016130)


M. Arif Akhzam (2203016132)
Hamida Nidaur Rahman (2203016157)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2024
A. Pendahuluan
Aliran Jabariyah dan Qadariyah adalah dua aliran teologi yang memiliki peran signifikan
dalam sejarah perkembangan pemikiran Islam. Aliran Jabariyah, yang berasal dari Jahm bin
Safwan pada abad ke-8 Masehi. Mereka meyakini bahwa segala sesuatu telah ditentukan oleh
takdir Allah, sehingga manusia tidak memiliki kebebasan untuk memilih tindakannya.
Sebaliknya, Aliran Qadariyah, yang dipelopori oleh Ma'bad al-Juhani, menekankan pada
kebebasan manusia dalam melakukan tindakan, meskipun tetap dalam kerangka takdir Allah.
Perkembangan Aliran Jabariyah dan Qadariyah mencerminkan perdebatan yang mendalam
dalam teologi Islam mengenai hubungan antara takdir Allah dan kebebasan manusia. Aliran
Jabariyah, dengan keyakinannya menimbulkan pertanyaan tentang tanggung jawab manusia
atas perbuatannya, serta konsekuensi moral dari keyakinan bahwa segala sesuatu telah
ditentukan sejak awal. Di sisi lain, Aliran Qadariyah menegaskan bahwa manusia memiliki
kebebasan untuk memilih dan bertanggung jawab atas perbuatan mereka, meskipun tetap
dalam kerangka takdir Allah.
Tujuan dari makalah ini adalah untuk menyelidiki perbedaan esensial antara pandangan
Jabariyah dan Qadariyah dalam kerangka teologi Islam. Dengan memahami perbedaan
mendasar antara kedua aliran ini, kita dapat melihat bagaimana konsep takdir dan kebebasan
manusia saling berhubungan dalam ajaran Islam. Perdebatan antara Jabariyah dan Qadariyah
juga memperkaya diskursus teologis dalam Islam, mengajak kita untuk merenungkan nilai-
nilai yang terkandung dalam perbedaan pandangan tersebut. Dengan demikian, pemahaman
yang mendalam terhadap kedua aliran ini dapat membuka ruang untuk refleksi yang lebih
dalam mengenai konsep takdir dan kebebasan dalam kerangka teologi Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana doktrin Aliran Jabariyah?
2. Bagaimana doktrin Aliran Qadariyah?
3. Bagaimana perbandingan antara Aliran Jabariyah dan Qadariyah?

C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami mengenai doktrin Aliran Jabariyah.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami mengenai doktrin Aliran Qadariyah.
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami perbandingan antara A liran Jabariyah dan
Qadariyah.

1
D. Pembahasan
1. Doktrin Aliran Jabariyah
Secara bahasa Jabariyah berasal dari bahasa arab “jabara” artinya memaksa. Sedangkan
secara istilah Jabariyah adalah menolak adanya perbuatan dari manusia dan menyandarkan
semua perbuatan kepada Allah. Dengan kata lain adalah manusia mengerjakan perbuatan
dalam keadaan terpaksa (majbur).1 Paham Jabariyah meyakini bahwa manusia dengan segala
kejadian yang ada pada dirinya merupakan ketetapan dan ketentuan oleh Allah Subhanahu Wa
Ta’ala, manusia hanya menjalankan takdir yang sudah Allah tentukan tanpa bisa mengubah
atau memiliki kekuasaan untuk memilih apa yang diperbuat.

Paham al-jabar pertama kali diperkenalkan oleh Ja’ad bin Dirham kemudian disebarkan oleh
Jahm bin Shafwan dari Khurasan, Persia. Dalam paham Jabariyah, berkaitan dengan
perbuatannya, manusia digambarkan bagai kapas yang melayang di udara yang tidak memiliki
sedikit pun daya untuk menentukan gerakannya yang ditentukan dan digerakkan oleh arus
angin. Bibit-bibit pemikiran pada aliran Jabariyah sebenarnya telah ada sejak zaman Rasulullah
maupun sebelum peradaban Islam dimulai, dibuktikan dengan adanya salah satu pemikir Islam
yaitu Ahmad Amin mengemukakan pendapat kehidupan bangsa arab yang dikelilingi oleh
gurun pasir membuat pengaruh terhadap cara berfikir dalam menjalani kehidupan untuk
bergantung dan menyerah pada alam.2

Benih-benih paham al-Jabar juga dapat dilihat dalam beberapa peristiwa sejarah:

a. Suatu ketika Nabi menjumpai sahabatnya yang sedang bertengkar dalam masalah Takdir
Tuhan, Nabi melarang mereka untuk memperdebatkan persoalan tersebut, agar terhindar
dari kekeliruan penafsiran tentang ayat-ayat Tuhan mengenai takdir.
b. Khalifah Umar bin Khattab pernah menangkap seorang pencuri. Ketika diinterogasi, pencuri
itu berkata "Tuhan telah menentukan aku mencuri". Mendengar itu Umar kemudian marah
sekali dan menganggap orang itu telah berdusta. Oleh karena itu Umar memberikan dua
jenis hukuman kepada orang itu, yaitu: hukuman potongan tangan karena mencuri dan
hukuman dera karena menggunakan dalil takdir Tuhan.
c. Adanya paham Jabar telah mengemuka ke permukaan pada masa Bani Umayyah yang
tumbuh berkembang di Syiria.

1
Sidiq, “Refleksi Paham Jabariyah dan Qadariyah”, Jurnal Studi Ilmu Ushuluddin dan Filsafat, Vol. 12,
No.2 Desember 2016, hlm. 275.
2
Abdul Rozak dan Rosihun Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: Cv. Pustaka Setia, 2006), hlm. 64.

2
Aliran Jabariyah memiliki beberapa doktrin di antaranya,
a. Manusia tidak memiliki kemampuan apapun, segala perbuatan atau kejadian yang
terjadi adalah wujud kekuasaan Allah dan perbuatan Allah.
b. Tidak meyakini akan sifat-sifat Allah, karena jika Allah disifati akan menyamakan
dengan makhluk, Allah tidak sama dengan makhluk. Namun hanya mempercayai 1 sifat
Allah yakni Allah Maha Kuasa.
c. Surga dan neraka tidak kekal, dan yang kekal hanya Allah.
d. Tuhan tidak dapat dilihat di hari kemudian, dll.

Manusia dalam paham Jabariyah adalah sangat lemah, tak berdaya, terikat dengan
kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, tidak mempunyai kehendak dan kemauan bebas
sebagaimana dimiliki oleh paham Qadariyah. Seluruh tindakan dan perbuatan manusia tidak
boleh lepas dari aturan, skenario dan kehendak Allah SWT. Segala akibat baik dan buruk yang
diterima manusia dalam perjalanan hidupkan merupakan ketentuan Allah SWT.
Paham Jabariyah akan melahirkan sikap statis yang mengakibatkan kemunduran karena
lebih banyak tergantung pada kehendak tuhan dan menganggap manusia lemah tidak punya
kemampuan. Paham Jabariyah juga akan menimbulkan lahirnya sikap fatalistik, yang mana
sikap tersebut akan memunculkan rasa pasrah atas nasib buruk yang terjadi tanpa adanya usaha
untuk mengubah atau memperbaikinya. Aliran Jabariyah diyakini menjadi respon atas
pemikiran kebebasan dari aliran Qodariah. Jabariyah memiliki makna bahwa makhluk tidak
memiliki kemampuan untuk menjalani roda kehidupan melainkan hanya menjalankan apa yang
sudah Allah tetapkan.3
Adapun ayat Al-Qur'an yang menjadi dalil mutlak bagi aliran Jabariyah dalam pemikirannya
mengenai kekuasaan mutlak Tuhan adalah:

َ‫َوا ّٰلله َخلَقَ هكم َو َما تَع َملهون‬

"padahal Allah lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu." (QS. As-Saffat:
96)

3
Arifan Ananda dan Nunu Burhanuddin, “Aliran Jabariyah dan Implikasinya dalam Pembangunan
Karakter Sosial”, Jurnal Ilmu Al Quran dan Hadis, Vol. 3, No. 3, Desember 2023, hlm. 414.

3
2. Doktrin Aliran Qadariyah
Qadariyah berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata qadara yang artinya kemampuan dan
kekuatan. Adapun menurut pengertian terminology, Qadariyah adalah suatu aliran yang
percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh Tuhan. Aliran ini berpendapat
bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya, dia dapat berbuat sesuatu atau
meninggalkannya atas kehendaknya sendiri.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat difahami bahwa paham Qadariyah dipakai untuk
nama suatu aliran yang memberi penekanan bahwa manusia mempunyai kemerdekaan dan
kebebasan dalam menentukan perjalanan hidupnya untuk mewujudkan perbuatan-
perbuatannya.
Dalam hal ini Harun Nasution menegaskan bahwa nama Qadariyah berasal dari pengertian
bahwa manusia mempunyai kekuatan untuk melaksanakan kehendahnya, dan bukan berasal
dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan. Dalam istilah Inggrisnya
faham ini di kenal dengan nama free will.4
Tentang kapan munculnya paham Qadariyah dalam Islam, tidak dapat diketahui secara
pasti, tapi diperkirakan muncul tahun 70 H. Namun, ada beberapa ahli teologi Islam yang
menghubungkan paham Qadariyah ini dengan kaum Khawarij. Pemahaman mereka (kaum
Khawarij) tentang konsep iman, pengakuan hati dan amal dapat menimbulkan kesadaran
bahwa manusia mampu sepenuhnya memilih dan menentukan tindakannya sendiri. Menurut
Ahmad Amin seperti dikutip Abuddin Nata, berpendapat bahwa paham Qadariyah pertama kali
dimunculkan oleh Ma’bad Al-Jauhani dan Ghailan Ad-Dimasyqy. Sementara itu Ibnu Nabatah
dalam kitabnya Syarh Al-Uyun, memberi informasi lain bahwa yang pertama kali
memunculkan paham Qadariyah adalah orang Irak yang semula beragama Kristen kemudian
masuk Islam dan balik lagi ke agama Kristen.
Berkaitan dengan persoalan pertama kalinya Qadariyah muncul, ada banyak kesulitan untuk
menentukannya. Para peneliti sebelumnya pun belum sepakat mengenai hal ini karena
penganut Qadariyah ketika itu banyak sekali. Sebagian terdapat di Irak dengan bukti bahwa
gerakan ini terjadi pada pengajian Hasan Al-Basri. Sebagian lain berpendapat bahwa paham
ini muncul di Damaskus, diduga disebabkan oleh pengaruh orang-orang Kristen yang banyak
dipekerjakan di istana-istana khalifah.5

4
Aliran Qadariyah. "Aliran Qadariyah." Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
5
Wahiddin, Haidar Putra Daulay, dan Zaini Dahlan, "Teologi Jabariyah dan Qadariyah dalam Tinjauan
Sejarah Islam Periode Klasik", Local History & Heritage, 1.2, (2021), hlm. 5-6.

4
Menurut Ahmad Amin dalam kitabnya Fajrul Islam, menyebut pokok-pokok ajaran
Qadariyah sebagai berikut:
a. Orang yang berdosa besar itu bukanlah kafir, dan bukan mukmin, tapi fasik dan orang fasik
itu masuk neraka secara kekal.
b. Allah Tidak menciptakan amal perbuatan manusia, melainkan manusia lah yang
menciptakannya dan karena itulah maka manusia akan menerima pembalasan baik (surga)
atas segala amal baiknya, dan menerima balasan buruk (siksa Neraka) atas segala amal
perbuatannya yang salah dan dosa karena itu pula, maka Allah berhak disebut adil.
c. Kaum Qadariyah mengatakan bahwa Allah itu Maha Esa atau Satu dalam arti bahwa Allah
tidak memiliki sifat-sifat azali, seperti ilmu, kudrat, hayat, mendengar dan melihat yang
bukan dengan zat nya sendiri. Menurut mereka Allah SWT, itu mengetahui, berkuasa,
hidup, mendengar, dan melihat dengan zatnya.
d. Kaum Qadariyah berpendapat bahwa akal manusia mampu mengetahui mana yang baik dan
mana yang buruk, walaupun Allah tidak menurunkan agama. Sebab, katanya segala sesuatu
ada yang memiliki sifat yang menyebabkan baik atau buruk.6

Adapun ayat-ayat Al Qur’an yang mereka gunakan untuk mendukung ajaran mereka di
antaranya:

‫اّللَ ََل يُغَِّٰيُ َما بَِق ْوٍم َح هّٰت يُغَِّٰيُْوا َما ِِبَنْ ُف ِس ِه ْم‬ ِ
ٰ‫ا َّن ه‬
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa
yang ada pada diri mereka”. (Q.s Ar-ra’d: 11)
ِۡ ۡ ۡ ِ ِ ۡ ِۡ ۡ ِۡ
‫اع َملُوا َما شئ تُم ۙ انَّهٗ ِبَا تَع َملُو َن بَصّير‬
“Perbuatlah apa yang kamu kehendaki; Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kamu
kerjakan”. (Q.s Fushilat: 40)7

3. Perbandingan Antara Aliran Jabariyah Dan Qadariyah

Ada beberapa perbedaan mendasar terhadap aliran Jabariyah dan Qadariyah ini diantaranya
adalah:

Abu Bakar, “Ilmu Kalam”, (Jakarta: Direktorat KSKK Madrasah, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
6

dan Kementerian Agama RI, 2020), hlm. 51.


7
Batubara, Wahiddin, Haidar Putra Daulay, and Zaini Dahlan. "Teologi Jabariyah dan Qadariyah dalam
Tinjauan Sejarah Islam Periode Klasik." Local History & Heritage 1.2, (2021), 7.

5
a. Jabariyah meyakini bahwa segala perbuatan manusia telah diatur dan dipaksa oleh Allah
sehingga manusia tidak memiliki kemampuan dan kehendak dalam hidup, sementara
Qadariyah meyakini bahwa Allah tidak ikut campur dalam kehidupan manusia sehingga
manusia memiliki wewenang penuh dalam menentukan hidupnya dan dalam menentukan
sikap.
b. Jabariyah menyatakan bahwa surga dan neraka tidak kekal, setiap manusia pasti merasakan
surga dan neraka, setelah itu keduanya akan lenyap. Qadariyah menyatakan, bahwa manusia
yang berbuat baik akan mendapat surga, sementara yang berbuat jahat akan mendapat
ganjaran di neraka, kedua keputusan itu merupakan konsekuensi dari perbuatan yang
dilakukan manusia berdasarkan kehendak dan pilihannya sendiri.
c. Takdir dalam pandangan kaum Jabariyah memiliki makna bahwa segala perbuatan manusia
telah ditentukan dan digariskan Allah SWT, sehingga tidak ada pilihan bagi manusia.
Sementara takdir menurut kaum Qadariyah merupakan ketentuan Allah terhadap alam
semesta sejak zaman azali, manusia menyesuaikan terhadap alam semesta melalui upaya
dan pemikirannya yang tercermin dalam kreatifitasnya.8

E. Kesimpulan

Aliran Jabariyah dalam Islam meyakini bahwa segala perbuatan manusia telah ditentukan
oleh Allah tanpa pilihan bagi manusia. Mereka percaya bahwa manusia mengerjakan perbuatan
dalam keadaan terpaksa, hanya menjalankan takdir yang sudah Allah tentukan tanpa memiliki
kekuasaan untuk memilih. Dalam pandangan Jabariyah, manusia dianggap sangat lemah, tak
berdaya, dan terikat dengan kehendak mutlak Tuhan. Mereka menolak adanya perbuatan dari
manusia dan menyandarkan semua perbuatan kepada Allah. Aliran Jabariyah juga meyakini
bahwa surga dan neraka tidak kekal, hanya Allah yang kekal. Dengan pandangan ini, Jabariyah
cenderung melahirkan sikap statis yang mengakibatkan kemunduran, karena manusia lebih
banyak tergantung pada kehendak Tuhan dan dianggap tidak memiliki kemampuan untuk
berbuat atau memilih.
Aliran Qadariyah dalam Islam percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi
oleh Tuhan, dan manusia memiliki kebebasan untuk menentukan perbuatan-perbuatannya.
Mereka meyakini bahwa setiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya, dan dapat
berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas kehendaknya sendiri. Dalam pandangan

8
Raihan Ridho Abdillah, “Perbandingan antara Kekuasaan Tuhan dalam Aliran Jabariyah dan
Kekuasaan Manusia dalam Aliran Qadariyah”, Gunung Djati Conference Series, Volume 24, (2023), hlm. 653-
654.

6
Qadariyah, manusia dianggap memiliki kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan
perjalanan hidupnya untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Aliran ini juga memandang
bahwa manusia memiliki kemampuan untuk memilih antara yang baik dan buruk, meskipun
Allah tidak menurunkan agama. Qadariyah juga berpendapat bahwa Allah Maha Esa dan
memiliki sifat-sifat tertentu. Dengan keyakinan ini, Qadariyah menekankan tanggung jawab
manusia atas perbuatannya dan pentingnya penghargaan terhadap kebebasan individu dalam
menentukan jalan hidupnya.
Aliran Jabariyah dan Qadariyah dalam Islam memiliki perbedaan mendasar dalam
pandangan tentang takdir, kebebasan manusia, dan balasan atas perbuatan baik atau buruk.
Jabariyah meyakini bahwa segala perbuatan manusia telah diatur dan dipaksa oleh Allah,
sehingga manusia tidak memiliki kemampuan dan kehendak dalam hidup. Di sisi lain,
Qadariyah percaya bahwa Allah tidak ikut campur dalam kehidupan manusia, sehingga
manusia memiliki wewenang penuh dalam menentukan hidupnya. Jabariyah menyatakan
bahwa surga dan neraka tidak kekal, setiap manusia pasti merasakan surga dan neraka, setelah
itu keduanya akan lenyap. Sementara Qadariyah percaya bahwa manusia yang berbuat baik
akan mendapat surga, sementara yang berbuat jahat akan mendapat ganjaran di neraka, kedua
keputusan itu merupakan konsekuensi dari perbuatan yang dilakukan manusia berdasarkan
kehendak dan pilihannya sendiri. Takdir dalam pandangan Jabariyah adalah segala perbuatan
manusia telah ditentukan oleh Allah tanpa pilihan bagi manusia. Sementara takdir menurut
Qadariyah merupakan ketentuan Allah terhadap alam semesta yang manusia sesuaikan melalui
kreativitas dan upaya. Dari perbandingan ini, terlihat perbedaan yang signifikan antara
Jabariyah yang menekankan ketetapan Allah dan kelemahan manusia, dengan Qadariyah yang
menekankan kebebasan dan tanggung jawab manusia atas perbuatannya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rozak, Rosihun Anwa. 2006. Ilmu Kalam. Bandung: Cv. Pustaka Setia.
Arifan Ananda, Nunu Burhanuddin. Desember 2023. "Aliran Jabariyah dan Implikasinya
dalam Pembangunan Karakter Sosial." Jurnal Ilmu Al Quran dan Hadis.
Bakar, Abu. 2020. Ilmu Kalam. Jakarta: Direktorat KSKK Madrasah, Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam dan Kementerian Agama RI.
Batubara, Wahiddin, Haidar Putra Daulay, Zaini Dahlan. 2021. "Teologi Jabariyah dan
Qadariyah dalam Tinjauan Sejarah Islam Periode Klasik." Local History & Heritage.
Qadariyah, Aliran. n.d. "Aliran Qadariyah." Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Sidiq. 2 Desember 2016. "Refleksi Paham Jabariyah dan Qadariyah." Jurnal Studi Ilmu
Ushuluddin dan Filsafat.
Wahiddin, Haidar Putra Daulay, Zaini Dahlan. 2021. "Teologi Jabariyah dan Qadariyah dalam
Tinjauan Sejarah Islam Periode Klasik." Local History & Heritage.

Anda mungkin juga menyukai