(SYI’AH)
MATA KULIAH : ASWAJA
DOSEN PENGAMPU : Dr. Hj. AMINAH HJS, M. Pd
NAMA NIM
EHA SOLEHAH : 190204017
YULI HANDAYANI : 190204033
ANNY HARTATI : 190204013
HENY ENDANG KARTIKA : 190204038
SELVIANA EFFENDI : 190204034
HASTA RITA : 190204036
ERNI WAHYUNI : 190204022
1
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN………………………………………………………………....2
A. Latar Belakang………………………………………………………………..4
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………….4
C. Tujuan Penelitian……………………………………………………………..4
BAB II…………………………………………………………………………….5
PEMBAHASAN………………………………………………………………….5
PENUTUP……………………………………………………………………….15
A. Kesimpulan…………………………………………………………………..15
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………16
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian syiah ?
2. Bagaimana sejarah kemunculan syiah ?
C. Tujunan Penulisan
1. Untuk Mengetahui pengertian Syi’ah.
2. Untuk Mengetahui sejarah kemunculan Syi’ah.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Syiah
Syiah merupakan sempalan atau sekte dalam Islam yang dianggap tela
melenceng dari ajaran agama. Syiah dalam arti kata lain dapat disandingkan juga
dengan kata Tasyayu’ yang berarti patuh/mentaati secara agama dan mengangkat
kepada orang yang ditaati dengan penuh keikhlasan tanpa keraguan. Kata
“Syiah”dalam kebahasaan sudah dikenal sejak awal kepemimpinan Islam, sebagai
identifikasi terhadap kelompok kelompok yang mengidolakan seseorang yang
dianggap sebagai tokoh. Syiah menurut bahasa berarti pengikut , pendukung ,
partai, atau kelompok ,sedangkan secara terminologis adalah sebagian kaum
muslimin yang dalam bidang spiritual dan keagamaannya selalu merujuk pada
keturunan Nabi Muhammad SAW. Atau oang yang disebut sebagai Ahl
albait,point penting dalam dokrin syiah adalah pernyataan segala petunjuk
keagamaan dari para sahabat yang bukan Alh Al-baith atau para pengikutnya .
Syiah menurut etimologi bahasa arab bermakna pembela dan pengikut
seseorang, selain itu juga bermakna setiap kaum yang berkumpul diatas suatu
perkara. (Tahdzibul Lughah, 3/61 karya Azhari dan Taajul Arus, 5/405, karya Az-
Zabidi).
Adapun menurut terminologi syariat, syiah bermakna mereka yang
menyatakan bahwa Ali bin Abu Thalib lebih utama dari seluruh sahabat dan lebih
berhak untuk menjadi khalifah kaum muslimin, begitu pula sepeninggal beliau (
Al-Fishal Fil Milali Wal Ahwa Wan Nihal karya Ibnu Hazm)
Dalam Ensiklopedi Islam, Syiah yaitu kelompok aliran atau paham yang
mengidolakan bahwa Ali bin Abi Thalib ra. dan keturunannya adalah Imam-Imam
atau para pemimpin agama dan umat setelah Nabi Muhammad SAW (Ensiklopedi
Islam, 1997). Muhammad Husain Attabi’i dalam bukunya “Syiah Islam”
memberikan pengertian bahwa Syiah adalah kaum muslimin yang menganggap
penggantian Nabi Muhammad Saw adalah merupakan hak istimewa yang dimiliki
5
oleh keluarga nabi dan mereka yang dalam bidang pengetahuan dan kebudayaan
Islam mengikuti ahlul bait (Husayn Attabi’i, 1989: 32).
Sebagian lain mengatakan Syiah adalah paham keagamaan yang menyandarkan
pada pendapat Sayidina Ali (khalifah ke empat) dan keturunannya yang muncul
sejak awal pemerintahan Khulafaurrasyidin. Syiah berkembang menjadi puluhan
aliranaliran karena perbedaan paham dan perbedaan dalam mengangkat Imam
B .Sejarah kemunculan syiah
Menurut sejarah, aliran syiah mulai muncul di akhir masa kekhalifaan
Utsman bin Affan. Yaitu Abdullah bin Saba seorang Yahudi yang menjadi
seorang muslim dan disebut sebagai agen Yahudi untuk disusupkan ke dalam
umat Islam guna merusak tatanan agama dan masyarakat muslim
Sepanjang sejarah itu, konflik Syiah selalu ada dalam dimensi-dimensi waktu
yang berbeda dengan segala pernik persoalan. Kapan Syiah itu muncul, juga
mengalami pertentangan. Ada yang menilai bahwa Syiah sebenarnya adalah
kelompok sempalan Islam buatan orang Yahudi, Abdullah bin Saba’. Abdullah
bin Saba’ sang Yahudi dituduh sengaja membentuk kelompok baru dalam Islam
untuk memecah belah dan menghancurkan umat Islam. Dilihat dari data sejarah,
jika yang dimaksud dengan Syiah adalah kelompok yang mendasarkan paham
keagamaan pada Ali bin Abu Tholib dan keturunannya (ahlul ba’it) maka cikal
bakal kemunculan kelompok Syiah sudah ada sejak awal kepemimpinan Islam
pasca kerasulan Muhammad. Kemunculan kelompok Syiah dipicu oleh perbedaan
pandangan dikalangan para sahabat nabi dengan ahlul bait (keluarga nabi) tentang
siapa yang menggantikan kedudukan Nabi SAW setelah meninggalnya. Setelah
terpilihnya Abu Bakar sebagai khalifah, muncul fakta ada sebagian dari umat
Islam yang berpendapat bahwa sebenarnya Ali bin Abi Thalib-lah yang berhak
memegang tampuk pimpinan Islam pada waktu itu. Kepercayaan ini berpangkal
pada pandangan tentang kedudukan Ali dalam hubungannya dengan Nabi, para
sahabat dan kaum muslimin umumnya. Sahabat Ali ra adalah orang terdekat nabi,
sebagai menantu dari anaknya, Fatimah. Dalam perjuangan Islam, Ali juga tidak
diragukan lagi pengorbanannya. Kuatnya keyakinan kelompok pendukung ali
peristiwa Ghodir Khumm setelah menjalankan haji terakhir, nabi memerintahkan
6
pada Ali sebagai penggantinya dihadapan umat muslim, dan menjadikan Ali
sebagai pelindung mereka (Tabbathaba’i, 1989). Akan tetapi yang terjadi tidak
seperti yang diinginkan oleh kelompok Syiah. Menurut kalangan Syiah, ketika
nabi wafat pada saat jasadnya terbaring belum dikuburkan, ada kelompok di luar
ahlul bait berkumpul untuk memilih kholifah bagi kaum muslimin, dengan alasan
menjaga kesejahteraan umat dan memecahkan problem sosial saat itu. Mereka
melakukan itu tanpa berunding dengan ahlul-bait yang sedang sibuk dengan acara
pemakaman. Sehingga Ali dan sahabat-sahabatnya dihadapkan kepada suatu
keadaan yang sudah tidak mungkin diubah lagi, ketika Abu Bakar didaulat
menjadi khalifah pertama. (Thabathab’i, 1989: 39).
Mengenai kemunculan Syi'ah dalam sejarah, terdapat perbedaan pendapat di
kalangan para ahli. Menurut Abu Zahrah, Syi'ah mulai muncul pada masa akhir
pemerintahan Usman bin Affan kemuadian tumbuh dan berkembang pada masa
pemerintahan Ali bin Abi Thalib.
Adapun menurut Watt, Syi'ah baru benar-benar muncul ketika berlangsung
peperangan antara Ali dan Mu'awiyah yang dikenal dengan Perang Siffin. Dalam
perang ini, sebagai respon atas penerimaan Ali terhadap arbitrase yang ditawarkan
Muawiyah, pasukan Ali diceritakan terpecah menjadi dua, satu kelompok
mendukung sikap Ali-kelak disebut Syi'ah dan kelompok lain menolak sikap Ali,
kelak disebut Khawarij.
Kalangan Syi'ah sendiri berpendapat bahwa kemunculan Syi'ah berkaitan dengan
masalah pengganti (khilafah) Nabi SAW. Mereka menolak kekhalifahan Abu
Bakar, Umar bin Khathab, Usman bin Affan karena dalam pandangan mereka
hanya Ali bin Abi Thalib lah yang berhak menggantikan Nabi. Kepemimpinan Ali
dalam pandangan Syi'ah tersebut sejalan dengan isyarat-isyarat yang diberikan
oleh Nabi SAW pada masa hidupnya. Bukti utama tentang sahnya Ali sebagai
penerus Nabi adalah peristiwa Ghadir Khumm. Diceritakan bahwa ketika kembali
dari haju terakhir dalam perjalanan dari Mekah ke Madinah, di suatu padang pasir
yang bernama Ghadir Khumm, Nabi memilih Ali sebagai penggantinya di
hadapan massa yang penuh sesak yang menyertai beliau. Pada peristiwa itu, Nabi
tidak hanya menetapkan ali sebagai pemimpin umum umat (waluat-i 'ammali),
7
tetapi juga menjadikan Ali sebagaimana Nabi sendiri, sebagai pelindung (wali)
mereka. Namun, realitas ternyata berbicara lain.
Syi'ah mendapatkan pengikut yang besar terutama pada masa dinasti Amawiyyah.
Hal ini menurut Abu Zahrah merupakan akibat dari perlakuan kasar dan kejam
dinasti ini terhadap ahl al-bait. Di antara bentuk kekerasan itu adalah yang
dilakukan penguasa Bani Umayah. Yazid bi Muawiyah, umpamanya, pernah
memerintahkan pasukannya yang dipimpin oleh Ibn Ziyad untuk memenggal
kepala Husein dibawa ke hadapan Yazid dan dengan tongkatnya Yazid memukul
kepala cucu Nabi SAW yang pada waktu kecilnya sering dicium Nabi.Kekejaman
seperti ini menyebabkan sebagian kaum muslimin tertarik dan mengikuti mazhab
Syi'ah, atau paling tidak menaruh simpati mendalam terhadap tragedi yang
menimpa ahl al-bait. Dalam perkembangan, selain memperjuangkan gak
kekhalifahan ahl al-bait di hadapan dinasti Ammawiyah dan Abbasiyah, Syi'ah
juga mengembangkan doktrin-doktrinnya sendiri.
Berkaitan dengan teologi, mereka mempunyai lima rukun iman, yakti
tauhid (kepercayaan kepada keesaan Allah), mubuwwah (kepercayaan kepada
kenabian), ma'ad (kepercayaan akan adanya hidup di akhirat),
imamah (kepercayaan terhadap adanya imamah yang merupakan hak ahl al-bait),
dan adl (keadilan ilahi). Perbedaan antara Sunni dan Syi'ah terletak pada doktrin
imamah. Meskipun mempunyai landasan keimanan yang sama, Syi'ah tidak dapat
mempertahankan kesatuannya. Dalam perjalanan sejarah, kelompok ini akhirnya
terpecah menjadi beberapa sekte. Perpecahan ini terutama dipicu oleh masalah
doktrin imamah.
Di antara sekte - sekte Syi'ah itu adalah Itsna Asy'ariyah, Sab'iyah, Zaidiyah, dan
Ghullat.yang mana sekte sekte itu :
8
juga karena ia telah ditunjuk nas dan pantas menjadi khalifah pewaris
kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Ide tentang hal Ali dan keturunannya
untuk menduduki jabatan khalifah telah ada sejak Nabi wafat, yaitu dalam
perbincangan politik di Saqifah Bani Sa'idah. Syi'ah Itsna Asyariyah sepakat
bahwa Ali adalah penerima wasiat Nabi Muhammad seperti ditunjukkan nas.
Adapun Al-ausiya (penerima wasiat) setelah Ali bin Abi Thalib adalah
keturunan dari garis Fatimah, yaitu Hasan bin Ali kemudian Husen bin Ali
sebagaimana yang disepakati. Setelah Husen adalah Ali Zaenal Abidin,
kemudian secara berturut-turut: Muhammad Al-Baqir, Abdullah Ja'far Ash-
Shadiq, Musa Al-Khazim, Ali Ar-Rida, Muhammad Al-Jawwad, Ali Al-Hadi,
Hasan Al-Askari dan terakhir Muhammad Al-Mahdi sebagai imam kedua
belas.
Doktrin-doktrin Syi'ah Itsna Asyariyah
Tauhid
Keadilan
Nubuwwah
9
Ma'ad
Imamah
Kedua, seorang imam harus mempunyai sifat walayah, yaitu kemampuan esoterik
untuk menuntun manusia kedalam rahasia-rahasia Tuhan.
10
Ajaran syi'ah sab'iyah lainnya
Ajaran sab'iyah lainnya pada dasarnya sama dengan ajaran sekte-sekte syi'ah
lainnya. Perbedaannya terletak pada konsep kemaksuman imam, adanya aspek
batin pada setiap yang lahir, dan penolakannya terhadap al-mahdi al-muntazar.
Syi'ah zaidiyah
Asal-usul penamaan zaidiyah
Disebut zaidiyah karena sektea ini mengakui Zaid bin ali sebagai imam ke-lima,
putra imam ke empat, Ali zainal abidin. Kelompok ini berbeda sekte syi'ah lain
yang mengakui Muhammad al-baqir, putra Zainal abidin yang lain, sebagai imam
kelima. Dari nama Zaid bin ali inilah, nama zaidiyah diambil.
Doktrin imamah menurut syi'ah zaidiyah
Imamah, sebagimana telah disebutkan. Merupakan doktrin fundamental dalam
syi'ah secara umum. Berbeda dengan doktrin imamah yang dikembangkan syi'ah
lain, Doktrin-doktrin syi'ah zaidiyah lainnya. Berbeda dengan syi'ah lain, zaidiyah
menolak nikah mut'ah (temporer). Tampaknya ini merupakan implikasi dari
pengakuan mereka atas kekhalifahan Umar bin khattab. Seperti diketahui, nikah
mut'ah merupakan salah satu jenis pernikahan yang dihapuskan pada masa Nabi
SAW.
Syiah ghulat. Istilah ghulat berasal dari kata ghala-yaghlu-ghuluw yang artinya
bertambah dan naik. Ghala bi ad-din yang artinya memperkuat dan menjadi
ekstrim sehingga melampaui batas. Syi’ah ghulat adalah kelompok pendukung Ali
yang memiliki sikap berlebih-lebihan atau ekstrim. Lebih jauh Abu Zahrah
menjelaskan bahwa Syi’ah ekstrem (ghulat) adalah kelompok yang menempatkan
Ali pada derajat ketuhanan, dan ada yang mengangkat pada derajat kenabian,
bahkan lebih tinggi daripada Nabi Muhammad.
Gelar ektrem yang diberikan kepada kelompok ini berkaitan dengan pendapatnya
yang janggal, yakni ada beberapa orang yang secara khusus dianggap Tuhan dan
ada juga beberapa orang yang dianggap sebagai Rasul setelah Nabi Muhammad.
Selain itu mereka juga mengembangkan doktrin-doktrin ekstrem lainnya tanasukh,
hulul, tasbih dan ibaha.
11
Sekte-sekte yang terkenal di dalam Syi’ah Ghulat ini adalah Sabahiyah,
Kamaliyah, Albaiyah, Mughriyah, Mansuriyah, Khattabiyah, Kayaliyah,
Hisamiyah, Nu’miyah, Yunusiyah dan Nasyisiyahwa Ishaqiyah. Nama-nama
sekte tersebut menggunakan nama tokoh yang membawa atau memimpinnya.
Sekte-sekte ini awalnya hanya ada satu, yakni faham yang dibawa oleh Abdullah
Bin Saba’ yang mengajarkan bahwa Ali adalah Tuhan. Kemudian karena
perbedaan prinsip dan ajaran, Syi’ah ghulat terpecah menjadi beberapa sekte.
Meskipun demikian seluruh sekte ini pada prinsipnya menyepakati tentang hulul
dan tanasukh. Faham ini dipengaruhi oleh sistem agama Babilonia Kuno yang ada
di Irak seperti Zoroaster, Yahudi, Manikam dan Mazdakisme.
Latar belakang munculnya Syi’ah Ghulath
Selain dari golongan di atas, di dalam tubuh Syi’ah juga terdapat golongan-
golongan ekstrim dan dianggap telah keluar dari jalur Islam, yang dalam bentuk
ajarannya sering dikaitkan dengan Abdullah bin Saba’. Golongan ekstrim inilah
yang kemudian disebut dengan Syi’ah Ghulat (berasal dari kata ghuluw yang
berarti berlebih-lebihan). Sebagian dari golongan ini ada yang menempatkan Ali
dan imam-imam Syi’ah lainnya pada derajat ketuhanan, dan ada yang
mengangkatnya pada derajat kenabian, bahkan lebih tingi dari Muhammad. .
Banyak sekte yang dipandang memiliki sikap ekstrim dalam aliran Syi’ah, yang
bila ditinjau dari sikap dan ajaran-ajarannya cenderung dikatakan menyesatkan.
Sekte ini disebut dengan Ghulat, yaitu golongan ekstrim di kalangan Syi’ah yang
terlalu berlebih-lebihan dalam menentukan hak imam. Untuk menentukan ekstrim
tidaknya sebuah sekte didalam tubuh Syi’ah, dapat mempergunakan empat ajaran
yang dianggap sebagai standar, yaitu tanasukh, bada’, hulul dan tasybih.
Menurut Syahrastani ada enam doktrin yang membuat mereka ektrem yaitu:
1. Tanasukh yang merupakan keluarrnya roh dari satu jasad dan mengambil
tempat pada jasad yang lain. Faham ini diambil dari falsafah Hindu. Penganut
agama Hindu berkeyakinan bahwa roh disiksa dengan cara berpindah ke
tubuh hewan yang lebih rendah dan diberi pahala dengan cara berpindah dari
12
satu kehidupan kepada kehidupan yang lebih tinggi. Syi’ah Ghulat
menerapkan faham ini dalam konsep imamahnya, sehingga ada yang
menyatakan seperti Abdullah Bin Muawiyah Bin Abdullah Bin Ja’far bahwa
roh Allah berpindah kepada Adam seterusnya kepada imam-imam secara
turun-temurun.
2. Bada’ yang merupakan keyakinan bahwa Allah mengubah kehendakNya
sejalan dengan perubahan ilmuNya, serta dapat memerintahkan dan juga
sebaliknya. Syahrastani menjelaskan lebih lanjut bahwa bada’ dalam
pandangan Syi’ah Ghulat memiliki bebrapa arti. Bila berkaitan dengan ilmu,
maka artinya menampakkan sesuatu yang bertentangan dengan yang
diketahui Allah. Bila berkaitan dengan kehendak maka artinya adalah
memperlihatkan yang benar dengan menyalahi yang dikehendaki dan hukum
yang diterapkanNya. Bila berkaitan dengan perintah maka artinya yaitu
memerintahkan hal lain yang bertentangan dengan perintah yang sebelumnya.
Faham ini dipilih oleh Mukhtar ketika mendakwakan dirinya dengan
mengetahui hal-hal yang akan terjadi, baik melalui wahyu yang diturunkan
kepadanya atau melalui surat dari imam. Jika ia menjanjikan kepada
pengikutnya akan terjadi sesuatu, lalu hal itu benar-benar terjadi seperti yang
diucapkan, maka itu dijustifikasikan sebagai bukti kebenaran ucapannya.
Namun jika terjadi sebaliknya, ia mengatakan bahwa Tuhan menghendaki
bada’
3. Raj’ah yang masih ada hubungannya dengan mahdiyah. Syi’ah Ghulat
mempercayai bahwa Imam Mahdi Al-Muntazhar akan datang ke bumi.
Faham raj’ah dan mahdiyah ini merupakan ajaran seluruh sekte dalam Syi’ah.
Namun mereka berbeda pendapat tentang siapa yang akan kembali. Sebagian
mengatakan bahwa yang akan kembali itu adalah Ali dan sebagian lagi
megatakan bahwa yang akan kembali adalah Ja’far As-Shaddiq, Muhammad
bin Al-Hanafiyah bahkan ada yang mengatakan Mukhtar ats-Tsaqafi.
4. Tasbih artinya menyerupakan, mempersamakan. Syi’ah Ghulat
menyerupakan salah seorang imam mereka dengan Tuhan atau menyerupakan
13
Tuhan dengan makhluk. Tasbih ini diambil dari faham hululiyah dan
tanasukh dengan khaliq.
5. Hulul artinya Tuhan berada pada setiap tempat, berbicara dengan semua
bahasa dan ada pada setiap individu manusia. Hulul bagi Syi’ah ghulat berarti
Tuhan menjelma dalam diri imam sehingga imam harus disembah.
6. Ghayba yang artinya menghilangkan Imam Mahdi. Ghayba merupakan
kepercayaan Syi’ah bahwa Imam Mahdi itu ada di dalam negeri ini dan tidak
dapat dilihat oleh mata biasa. Konssep ghayba pertama kali diperkenalkan
oleh Mukhtar Ats-Tsaqafi pada tahun 66 H/686 M di Kufa ketika
mempropagandakan Muhammad Bin Hanafiyah sebagai Imam Mahdi.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Syi’ah merupakan sempalan atau sekte dalam Islam yang dianggap telah
melenceng dari ajaran agama. Syi’ah dalam arti kata lain dapat disandingkan juga
dengan kata Tasyayu’ yang berarti patuh/mentaati secara agamadan mengankat
kepada orang yang dita’ati dengan penuh keikhlasan tanpa keraguan .
Kata Syi’ah dalam kebahasaan sudah di kenal sejak awal kepemimpinan
Islam, sebagai identifikasiterhadap kelompok-kelompok yang mengidolakan
seseorang yang dianggap sebagai tokoh. Syi’ah menurut Bahasa berarti pengikut,
pendukung,partai atau kelompok, sedangkan secara terminologis adalah Sebagian
kaum muslimin yang dalam bidang spiritual dan keagamaannya selalu merujuk
pada keturunan Nabi Muhammad SAW.
Syi’ah menurut Etimologi bahasa arab bermakna pembela dan pengikut
seseorang, selain itu juga bermakna setiap kaum yang berkumpul diatas suatu
perkara. Menurut Terminologi Syariat , syi’ah bermakna mereka yang
menyatakan bahwa Ali bin Abu Thalib lebih utama dari seluruh sahabat dan lebih
berhak untuk menjadi khalifah kaum muslimin.
Dalam Ensiklopedia Isalm, Syi’ah adalah kelompok aliran atau paham yang
mengidolakan bahwa Ali bin Abi Thalib ra dan keturunannya adalah imam-imam
atau para pemimpin agama dan umat setelah Nabi Muhammad SAW
(Ensiklopedia Islam, 1997). Sebagian lain mengatakan Syi’ah adalah paham
keagamaan yang menyandarkan pada pendapat Sayyidina Ali (Khalifah ke empat)
dan keturunannya yang muncul sejak awal pemerintahan khulafaurrasyidin.
Menurut sejarah aliran Syi’ah mulai muncul di akhir masa kekhalifahan
Utsman bin Affan yaitu Abdullah bin Saba seorang Yahudi yang menjadi seorang
muslim dan disebut sebagai agen Yahudi untuk di susupkan ke dalam ummat
Islam guna merusak tatanan agama dan masyarakat muslim.
15
Daftar Pustaka.
16