Anda di halaman 1dari 11

MELACAK SEJARAH ALIRAN SYI'AH

(Pengertian, Awal Kemunculannya, dan Sekte-Sektenya)

Asep Solehudin

STAI Daarussalam, Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia

Email: Asepsolehudin2805@gmail.com

Abstrak Definisi syi'ah secara bahasa berasal dari kata Arab yang mempunyai dua
pengertian yaitu menunjukkan arti “saling menolong” dan menunjukkan arti “menyiarkan
dan menyebarkan” ada juga yang mengatakan bahwa Syi’ah berarti pendukung atau
pengikut. Sementara, maksud dari syi'ah yang terkenal adalah para pengikut Sayyidina
Ali yang meyakini bahwa Sayyidina Ali adalah khalifah pilihan Nabi Muhammad SAW
dan dia orang yang paling utama diantara sahabat lainnya. Riset ini mengunakan tata cara
library research dengan menganlisis bermacam pemaparan para pakar terpaut diskursus
tentang syiah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menganalisis teologi syiah
mulai dari kemunculannya, sekte-sektenya, pokok ajarannya hingga perkembangannya
sampai ke indonesia. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa aliran syi'ah ini terbagi
menjadi beberapa sekte. Yang pertama sekte Al-imamiyah, kedua sekte Az-zaidiyah,
ketiga sekte Al-gholiyah, ke empat Al-kaisainiyah.

Kata kunci: sejarah,aliran,syi'ah

Abstract The meaning of shi'ah linguistically comes from the Arabic word which has two
meanings, namely showing the meaning of "helping each other" and showing the
meaning of "broadcasting and spreading". There are also those who say that Shia means
supporters or followers. Meanwhile, the intention of the famous Shiites is the followers of
Sayyidina Ali who believe that Sayyidina Ali was the caliph chosen by the Prophet
Muhammad SAW and he was the most important person among the other companions.
This study uses the library research method by analyzing various expert presentations
related to Shia discourse. The purpose of this research is to examine and analyze Shia
theology starting from its emergence, its sects, its main teachings until its development
reaches Indonesia. The results of this study conclude that the Shia sect is divided into
several sects. The first is the Al-Imamiyah sect, the second is the Az-zaidiyah sect, the
third is the Al-Gholiyah sect, and the fourth is Al-kaisainiyah, and the fifth As-saba'iyah.
Key words: history, sect, syi'ah

1
Pendahuluan

Sejarah telah mencatat banyaknya peristiwa yang berlangsung dibalik


kemunculan dan berkembangnya agama islam, salah satu diantaranya mengenai
pemahaman keagamaan yang berbeda-beda diantara umat islam. Diketahui bahwa
agama islam sendiri melalui umatnya telah melahirkan banyak aliran dikarenakan
munculnya pebedaan pemahaman tersebut. Diantara aliran yang menonjol adalah
sunni dan syi'ah. (Taran & Mannan, 2020) Perkembangan aliran Syiah yang
semakin meluas ini menarik perhatian untuk diteliti sejarahnya; awal mula
kemunculannya dan apa saja sekte-sekte dalam aliran tersebut.

Masih banyak diantara umat Islam yang belum mengetahui sejarah aliran
syi'ah, terutama dikalangan orang-orang yang masih awah. Artikel ini akan coba
mengupas sejarah permulaan munculnya aliran syi'ah tersebut hingga berkembang
menjadi beberapa sekte.

Kecintaan kepada sayyidina Ali yang berlebihan merupakan dasar dari


aliran ini sendiri, ditambah pengaruh dari propaganda-propaganda orang yahudi.
Diantaranya tokoh Abdullah bin Saba' yang meprovokasi orang-orang supaya
mengagungkan Sayyidina Ali diantara sahabat lainnya dengan doktrin-doktrinnya.
Sehingga menimbulkan pemikiran bahwa Sayyidina Ali lah yang lebih pantas
menjadi khalifah dibanding yang lain. Kecintaan ini menjadi sangat berlebih-
lebihan, sampai ada diantara sekte-sektenya yang menganggap bahwa ruh tuhan
itu ada di jasad Sayyidina Ali.

Pengertian Syi'ah

Sebelum masuk ke pembahasanya, sebelumnya perlu diketahui dulu apa dan


siapa Syi’ah itu. Kata Syi’ah secara bahasa berarti pengikut, pendukung, pembela,
pencinta, yang kesemuanya mengarah kepada makna dukungan kepada idea atau
individu dan kelompok tertentu. (Shihab, 2007)

Syiah dalam Bahasa Arab adalah (‫ )ﺷﯿﻌﺔ‬dan Bahasa Persia adalah (‫)ﺷﯿﻌﮫ‬
ialah salah satu aliran atau mazhab dalam Islam. Bentuk tunggal dari Syiah
adalah Syi'i (‫ )ﺷﯿﻌﻲ‬menunjuk kepada pengikut dari Ahlul Bait dan Imam Ali.

2
(Dewi, 2016)

Definisi syi’ah pula dapat berarti orang- orang yang berkumpul buat sesuatu
urusan ataupun tiap kelompok yang berkumpul buat sesuatu urusan mereka,
ataupun masing- masing kelompok yang terdapat dalam sesuatu urusan. Syi’ah
pula mempunyai arti sebagian mereka menjajaki sebagian yang lain. Syi’ah pula
bisa di artikan pengikut, partai, kelompok, perkumpulan ataupun partisan.
Ataupun penafsiran yang lebih popular, syi’ ah berarti pendukung, pembela serta
pengikut seorang. (Atabik, 2015)

Secara terminologi, ada sebagian penafsiran tentang Syi’ ah. Berikut ini
akan dicatatkan sebagian definisi Syi’ ah yang dikutip dari sebagian sumber,
yakni:

1. Bagi al- Syahrastani, Syi’ ah ialah kelompok yang menunjang 'Ali bin Abi
Thalib secara spesial, mereka meyakini kepemimpinan serta kekhalifahan 'Ali
bin Abi Thalib bersumber pada nash ataupun wasiat secara jelas ataupun samar
- samar serta meyakini kalau imam itu tidak boleh keluar dari garis
keturunannya.

2. Bagi Muhammad Husain Tabathaba'i, Syi'ah merupakan partisan ataupun


orang Islam yang menyangka pengganti Nabi Muhammad saw merupakan 'Ali
bin Abi Thalib serta ialah hak istimewa keluarga Nabi, dan mereka yang dalam
bidang pengetahuan serta kebudayaan Islam menjajaki mazhab ahli Bait.

3. Bagi Mahmud Shahabi, Syi'ah merupakan suatu kalangan muslim yang jadi
pengikut Ali bin Abi Thalib yang dikira tokoh Islam kedua sehabis Nabi.

4. Bagi Abu Bakar Atjeh, Syi'ah merupakan kelompok kalangan muslimin yang
mengikuti 'Ali bin Abi Thalib, yang dikenal dengan ketaatannya dalam
keputusan serta keimanannya. (Asmaran, 2015)

Asal-Usul Kemunculan Syi'ah

Syi'ah adalah sejarah nyata umat islam yang terus bergulir. Syi'ah
mengalami perjalanan sejarah lebih dari seribu tahun, dan ikut serta dalam

3
panggung perdebatan dan konflik sosial. Tentang awal mula munculnya syi'ah ini
ada khilafiyah (perbedaan pendapat), berikut ini beberapa pendapat mengenai asal
mula munculnya aliran syi'ah.

Ada yang berkomentar kalau Syiah sesungguhnya merupakan kelompok


sempalan Islam buatan orang Yahudi, Abdullah bin Saba'. Abdullah bin Saba' si
Yahudi dituduh berniat membentuk kelompok baru dalam Islam guna memecah
belah serta menghancurkan umat Islam. Kelompok yang sependapat bahwa syi'ah
merupakan rekayasa dari Abdullah bin Saba’ ialah dari kelompok Sunni.
Sirajuddin Abas dalam bukunya I’itiqad Ahulssunnah Wal- Jamaah menguraikan
kalau Abdullah bin Saba’ merupakan pendeta Yahudi dari Yaman yang berencana
masuk Islam. Setelah masuk Islam lalu dia tiba ke Madinah pada akhir masa
kekuasan Khalifah Utsman bin Affan, yakni kurang lebih tahun 30 H. Namun
hijrahnya Abdullah bin Saba’ tidak menemukan sambutan dari kalangan muslimin,
sehingga dia dendam serta berupaya menghancurkan Islam dari dalam dengan
metode mengagungagungkan Sayyidina Ali. (Hasim, 2012)

Ada yang berkomentar bahwa Syi’ah muncul karena paduan pemahaman


Islam dengan ajaran agama Persia, seperti halnya yang menjadi ajaran pokok
agama Persia, bahwa Raja yang akan meninggal telah mewasiatkan dan
mewariskan kerajaannya kepada anaknya dan begitu seterusnya. Hal itu tampak
dengan jelas dalam keyakinan Syiah, bahwa yang mempunyai hak menjadi
Khalifah setelah Rasulullah saw, ialah sepupunya yaitu Ali, karena disamping
beliau tidak meninggalkan anak laki-laki, juga karena Ali adalah keluarganya
yang paling dekat. Itulah alasan yang berpendapat bahwa Syi’ah muncul karena
pengaruh dari ajaran Persia, dan Prof. Dawzen adalah salah seorang dari mereka.
(Sumarti & Munirah, 2018)

Pemeluk aliran Syiah serta sekian pakar dari Ahlissunnah berkomentar


bahwa benih awal timbulnya kelompok Syiah, semenjak masa Nabi Muhammad
saw, atau paling tidak secara politis benihnya timbul saat wafatnya Nabi saw
(pembaiatan Sayyidina Abu Bakar di Saqifah).

Kala itu keluarga Nabi saw. Serta beberapa sahabat memandang bahwa

4
Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib ra lebih berhak menjadi khalifah Nabi saw
dibanding Sayyidina Abu Bakar ra. Pendapat tentang ini antara lain, dikemukakan
oleh Ibnu Khaldun dalam Tarikh-nya, beberapa orang orientaslis, seperti
Goldziher, dan banyak pemikir kontemporer lainnya.

Syaikh Abdul Halim Mahmud secara panjang lebar menguraikan alasan-


alasan beliau menunjang komentar di atas yang intinya ialah bahwa ikatan yang
demikian erat antara Nabi saw. dengan Sayyidina Ali ra telah terjalin sebelum
Islam, yaitu pada saat Nabi saw mengambil Sayyidina Ali untuk dipelihara untuk
meringankan beban paman beliau, Abu Thalib, yang merupakan ayah Sayyidina
Ali ra. (hitam, 2023)

Sebagian lain menganggap syiah lahir pada masa akhir kekhalifahan


Utsman bin Affan atau pada awal masa akhir kekhalifahan bagi Ali bin Abi Thalib.
Pendapat yang paling popular adalah bahwa Syiah lahir setelah gagalnya
perundingan antara pihak pasukan Khalifah Ali denga pihak pasukan pemberontak
Muawiyah bin Abu Sufyan di shiffin, yang lazim disebut sebagai peristiwa tahkim
dan arbitrasi. Akibat kegagalan itu beberapa pasukan Ali memeberontak terhadap
kepemimpinannya serta keluar dari pasukan Ali. Mereka ini disebut golonngan
khawarij, dan tetap setia pada khalifah Ali. (Febrianti, 2020) Harun Nasution
menyatakan jika pada waktu itu sudah muncul tiga kelompok politik, kelompok
Ali yang kemudian dikenal dengan nama Syi’ah, kelompok yang keluar dari
barisan Ali yaitu kaum Khawarij, dan kelompok Mu’awiyah. (Rusli, 2015)

Berikut ini lebih detailnya peristiwa tersebut. Tantangan yang sangat kuat
ialah yang dimotori oleh Muawiyah yang menuntut supaya Ali segera
menuntaskan penyelidikan pembunuhan Usman. Di samping itu, aspek yang lain
ialah Ali memecat Muawiyah dari jabatannya selaku gubernur di Syam. Aspek
lainnya yaitu permusuhan semenjak era jahiliah kuno antara Bani Hasyim dengan
Bani Umayyah dan dendam perang Badar serta sakit hati perang Uhud. Dari
faktor-faktor inilah yang akhirnya merangsang terjadinya perang Shiffin antara
pendukung Ali dan pendukung Muawiyah bin Abi Sufyan.

Peperangan terjadi di awal bulan Safar 37 H. Di kala kemenangan nyaris

5
diperoleh Ali dan pasukannya, akan tetapi karena kepandaian Amr bin al-Ash
perang disudahi dengan tahkim. Ali sebetulnya sudah tahu bahwa tahkim yang
ditawarkan pihak Muawiyah hanyalah tipu daya saja. Oleh sebab itu Ali tidak
setuju dan menolak tahkim. Atas tawaran Muawiyah agar peperangan diakhiri
dengan berlandaskan Kitab Alllah, Ali berkata,"Itu adalah kata-kata kebenaran
tetapi dimaksudkan untuk kebatilan". Tawaran tahkim ini secara tersirat diniatkan
oleh pihak Muawiyah yaitu untuk mencerai-beraikan pasukan Ali, dan ini berhasil.
Ada kelompok yang menginginkan perang diakhiri dengan tahkim, dimotori oleh
Al-Asy‘ats ibn Qais AlKindi, sedangkan kelompok yang ingin menyelesaikan
perang dimotori oleh Malik Al-Asytar Al-Nakh‘I. Saat tahkim tersebut Ali harus
menelan kekalahan akibat manipulasi Amr bin Al-Ash. Berawal dari tahkim inilah
sesungguhnya syi‘ah menguatkan dirinya sebagai sebuah faksi yang secara tegas
mendukung Ali. (Zulkifli, 2013)

Dari pemaparan di atas juga bisa diambil kesimpulan bahwa yang menjadi
sebab timbulnya perpecahan dikalangan umat Islam pertama kali bukan
dikarenakan perbedaan keyakinan dan pemikiran mengenai pokok agama tetapi
melainkan dikarenakan persoalan politik semata. Akan etapi karena Syi’ah
sebagai aliran politik di dalam Islam, maka tentunya tidak akan bisa terlepas
hubungannya dengan agama Islam, baik itu dari pespektif aqidah, keimanan
maupun perspektif fiqihnya sekalipun. Oleh sebab itu mereka membangun
perinsip-perinsip dan dasar pemikiran mereka dengan menjadikan agama sebagai
tumpuannya. Sehingga tidak aneh jika ada diantara ajaran-ajaran agama yang
disalah artikan atau dengan kata lain diselewengkan supaya bisa sejalan dan
selaras dengan pemahaman mereka. Itulah yang terjadi juga pada aliran-aliran
selainnya.

Sekte-Sekte Aliran syi'ah

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya kelompok Syi’ah sendiri pada


perkembangannya terpecah menjadi beberapa sekte, antara lain :

Syi'ah Al-Imamiyah (Istna Asyi’ariyah)

Nama sekte ini diambil dari apa yang ditujukan dari jumlah imam yang
mereka yakini, yaitu dua belas imam terakhir. Selain nama Al-imamiyah, sekte ini

6
disebut juga dengan nama Ja’fariyah, karena sekte ini mereka kaitkan kepada
ajaran-ajaran yang dikembangkan oleh Imam Ja’far Muhammad Shadiq. Selain itu,
sekte ini juga dinamakan imamiyah, karena Ali ibn Abi Thalib dan keturunannya
yang berhak menjadi imam, serta meyakini bahwa umat manusia harus selalu
mempunyai imam dan mereka mengakui akan datangnya imam Mahdi setelah
bersembunyi beberapa saat lamanya. (Hasbi, 2015)

Berikut jumlah dua belas imam yang dipercayai adalah sebagai berikut :

1. Hasan ibn Ali ibn Abi Thalub

2. Zainal Abidin ibn Husain

3. Muhammad ibn Ali Baqir

4. Ja’far Muhammad Sabiq

5. Musa bin Ja’far al-Kadim

6. Ali ibn Musa

7. Al-Ridha

8. Muhammad ibn al-Jawad

9. Ali bin Muhammad

10. Al-Hadiy

11. Al-Hasan ibn Ali al-Azkariy

12. Muhammad bin Hasan al-Munthasar (al-Mahdi)

Syi'ah Al-Ghaliyah

Istilah al-Ghaliyah berasal daripada kata al-ghullah dan al-ghali yaitu


perkataan bahasa Arab, ghala fi al-din wa al-amr-yaghlu-ghuluwwan yang
bermaksud melampaui batasan agama dan perkara-perkara yang lain secara
berlebih-lebihan. Al-Asy‘arī berpendapat bahawa aliran Syiah dinamakan al-
Ghaliyah karena mereka melampaui batas dalam mendukung ̒Ali dan
mengungkapkan dukungan mereka dengan perkataan yang melampaui batas.
Muḥammad Abu Zuhrah membagi aliran al-Ghaliyah menjadi dua yaitu : al-
Sabbāīyyah dan al-Gharābīyyah.

Aliran al-Sabbaīyyah adalah aliran yang dibawa oleh pengikut Abdullah bin

7
Saba’; seorang Yahudi yang mempercayai apa yang disebut dalam kitab Taurat
bahwa setiap nabi mempunyai waṣī (pewaris) dan ̒Ali adalah sebaik-baik waṣī
setelah nabi Muḥammad s.a.w. Aliran ini menganggap ̒Ali tidak mati dan akan
kembali ke dunia sebelum hari kiamat, sebagaimana nabi Muḥammad s.a.w. akan
kembali ke dunia. Aliran ini juga berpendapat bahawa Allah telah hulul
(menempati) badan ̒Ali dan badan para imam selepasnya.

Adapun aliran al-Gharābīyyah dianggap aliran yang berlebihan karena


menganggap ̒Ali sebagai nabi. Mereka berpendapat bahwa Jibril salah mengantar
wahyu kepada nabi Muḥammad s.a.w., sedangkan wahyu tersebut menurut
mereka untuk ̒Ali memandangkan kedudukan ̒Ali yang menyamai nabi
Muḥammad s.a.w. (Fauzi, 2018)

Syi'ah Az-zaidiyah

Kata azaidiyah berasal dari bahasa arab ( ‫ ) اﻟﺰﯾﺪﯾﮫ‬yaitu salah satu aliran
Syiah yang masyhur. Pengikut Zaidiyah berkeyakinan bahwa setelah
kepemimpinan Imam Ali as, Imam Hasan as, Imam Husain as, Imam Ali Zainal
Abidin as dan Zaid bin Ali, tanggung jawab imamah diambil oleh laki-laki siapa
pun dari keturunan Sayidah Fatimah sa yang mempunyai kriteria tertentu.
Diantara kriterianya adalah, menyeru umat untuk mengakui kepemimpinannya,
adil secara dhahir, alim, pemberani dan orang-orang mukmin membaiatnya untuk
melaksanakan jihad. (Wikishia, 2023)

Konsep syi'ah zaidiyah diantaranya sebagai berikut, Syi'ah zaidiyah


mengaku keabsahan khalifah yang utama sekalipun ada yang lebih utama,
menurut keyakinan mereka, khalifah tidak harus orang yang paling baik. Oleh
karena itu, pengangkatan Abu Bakar sebagai khalifah tidak dipersoalkan karena
semua itu dilakukan semata-mata demi keselamatan dan kepentingan agama,
yakni meniadakan atau mencegah fitnah di kalangan umat serta menenangkan hati
setiap muslim. Karna kebijaksanaan ini, di kalangan syi'ah zaidiyah muncul istilah
imam afdhal dan imam mafdhul. Imam yang afdhal ialah imam yang mencukupi
persyaratan yang ditetapkan oleh zaidiyah, dan itulah imam yang terbaik.
Sedangkan imam mafdhul adalah imam yang tidak sepenuhnya dapat memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan syi'ah zaidiyah. Kekhalifahan Abu Bakar, Umar
bin Khathab, dan Ustman bin Affan adalah sebagai para imam yang tergolong
mafdhul. Ali bin Abi Thalib adalah contoh dari imam yang afdhal menurut
mereka. (Pomulu, 2018)

Syi'ah Al-kaisaniyah

8
Kaisaniyah adalah nama sekte aliran sy'iah yang percaya bahwa
kepemimpinan setelah Ali bin Abi Thalib beralih ke anaknya Muhammad bin
Hanafiyah. Para ahli berbeda pendapat tentang pendiri Syiah Kaisaniyah ini, ada
yang berpendapat bahwa pendirinya adalah Kaisan bekas pembantu Ali bin Abi
Thalib r.a. Ada juga yang berpendapat bahwa pendirinya adalah Almukhtar bin
Abi Ubaid yang mempunyai nama lain Kaisan. Diantara ajaran dari Syiah
Kaisaniyah ini adalah, mengkafirkan khalifah sebelum Imam Ali r.a dan
mengkafirkan mereka yang berpartisipasi pada perang Sifin dan Perang Jamal,
dan Kaisan mengira bahwa Jibril a.s mendatangi Almukhtar dan memberi kabar
kepadanya bahwa Allah Swt menyembunyikan Muhammad bin Hanafiyah.

Sekte Al-kaisaniyah ini terbagi menjadi beberapa kelompok, namun


semuanya kembali kepada dua pemahaman yang berbeda yakni:

1. mempercayai bahwa Muhammad bin Hanafiyah masih hidup.

2. Mempercayai bahwa Muhammad bin Hanafiyah telah meninggal, dan jabatan


kepemimpinan beralih kepada yang lain. (Syafieh, 2023)

Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa :

Pertama, walaupun banyak perbedaan pendapat mengenai asal mula


munculnya aliran syi'ah, dapat di simpulkan bahwa syi'ah muncul atas dasar
kecintaan terhadap Ali bin Abi Thalib yang berlebihan. Sehingga ajaran islam pun
diselewengkan dengan mudah asalkan sesuai dengan keinginan mereka.

Kedua, dari penjelasan di atas perpecahan yang terjadi pada umat islam
bukan berasal dari ajaran islam sendiri, melainkan dari persoalan politik, yakni
masalah kepemimpinan (imamah). Bahkan demi mempertahankan politiknya
masing-masing, mereka berani membuat argumen-argumen yang tidak didasari
dengan ajaran islam. Sehingga dari masalah politik berkembang menjadi masalah
aqidah (teologi) dan lain sebagainya.

Ketiga, perpecahan aliran syi'ah menjadi beberapa sekte disebabkan oleh


perbedaan pemikiran diantara mereka. Syi'ah Al-imamiyah mepercayai imam
yang mereka yakini yang jumlahnya 12 imam. Syi'ah Al-kaisaniyah mempercayai
bahwa setelah muhammad bin hanafiyah meninggal dan jabatan imamah beralih
kepada abi hasyim bin muhammad bin hanafiyah. Syi'ah Az-zaidiyah terbagi
menjadi 2 sekte, sekte pertama mempercayai bahwa imam ke empat adalah
keturunan dari fathimah, sekte yang ke dua mempercayai bahwa imam yang ke

9
empat adalah putra Ali yang telah dewasa yaitu Muhammad bin hanifah, putra Ali
yang dilahirkan dari perempuan bani hanifah. Sedangkan syi'ah Al-ghaliyah
merupakan aliran syi'ah yang memiliki ajaran yang berlebih-lebihan yang tidak
sesuai dengan ajaran islam.

Bibliography
A, M., & J, P. t. (2020). pengantar konflik aliran sunni dan syi'ah dalam sejarah
islam. banda aceh: bandar publishing.

Asmaran, H. (2015). Geneologi Aliran Syi'ah. Ilmu Ushuludin, 157.

Atabik, A. (2015). Melacak Historitas Syi'ah. Ilmu Aqidah dan Study Keagamaan, 1.

Dewi, O. S. (2016). Syi'ah: Dari Munculnya Hingga Perkembangannya di Indonesia.


study alqur'an membangun tradisi berfikir qur'ani, 219.

Fauzi, M. (2018). Sorotan Sejarah Kemunculan Syi'ah dan Aliran Utamanya.


Mukadimah, 65.

Febrianti, M. (2020). Aliran Syi'ah dan Pemikirannya. Media Intelektual Muslim


dan Bimbingan Rohani, 88-89.

Hasbi, M. (2015). Ilmu Kalam. Bandung: Trusmedia Publishing.

Hasim, M. (2012). Syi'ah dan Sunni Dalam Perspektif Islam di Indonesia.


Multikultular dan Multireligius, 25.

hitam, P. (2023, januari 2). begini awal munculnya kelompok syi'ah dan masa
pembentukannya. Diambil kembali dari peci hitam:
https://pecihitam.org/begini-awal-munculnya-kelompok-syiah-dan-masa-
pembentukannya/

Pomulu, A. P. (2018). Syi'ah Zaidiyah: Konsep Imamah dan Ajaran-Ajaran Lainnya.


Hunafa: Jurnal Studia Islamika, 211.

Rusli, R. (2015). Imamah: Kajian Doktrin Syi'ah dan Perdebatan Pemikiran Islam
Klasik. Intizar, 205.

Shihab, M. Q. (2007). Sunni-Syi'ah Bergandengan Tangan!Mungkinkah? Jakarta:


Lentera hati.

Sumarti, & Munirah. (2018). Syi'ah dan Sunni dalam Perspektif Pemikiran Islam.
Tarbawi, 166.

Syafieh, S. (2023, Januari 5). Ilmu Kalam Syi'ah (Tokoh dan Ajarannya). Retrieved
from Aqidah Filsafat: https://syafieh.blospot.com/2013/04/ilmu-kalam-

10
syiah-tokoh-dan-ajarannya.html?m=1

Taran, J. P., & Mannan, a. (2020). pengantar konflik aliran sunni dan syi'ah dalam
sejarah islam. banda aceh: bandar publishing.

Wikishia. (2023, Januari 5). Zaidiyah. Retrieved from wikhishia:


https://id.wikishia.net/view/Zaidiyah/

Zulkifli, Z. (2013). Kemunculan dan Perkembangan Syi'ah. Khatulistiwa-Jurnal Of


Islamic Studies, 147.

Jazaakumullahu khairan katsiran

11

Anda mungkin juga menyukai