Anda di halaman 1dari 2

Apakah nikah adalah ibadah?

Pernikahan merupakan ibadah sunnah yang diteladani oleh Rasulullah SAW.


Tujuannya adalah untuk memperbaiki akhlak sekaligus menjauhkan umat muslim dari
perilaku yang tidak baik. Nabi Muhammad SAW diciptakan oleh Allah SWT sebagai
sosok yang sempurna tanpa cela, kehadirannya dianggap sebagai suri tauladan dalam
segala aspek kehidupan manusia. Itulah mengapa hendaknya sunnah Rasul juga dapat
diikuti oleh setiap umat muslim.

‫ “الِّنَك اُح ِم ْن ُس َّنِتْي َفَم ْن َلْم َيْع َم ْل ِبُس َّنِتي َفَلْيَس ِم ِّني َو َتَزَّوُج وا‬: ‫ َقاَل َر ُسْو ُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬: ‫َع ْن َعاِئَشَة َقاَلْت‬
‫َفِإِّني ُم َك اِثٌر ِبُك ْم اُأْلَمَم َو َم ْن َك اَن َذ ا َطْو ٍل َفْلَيْنِكْح َو َم ْن َلْم َيِج ْد َفَع َلْيِه ِبالِّص َياِم َفِإَّن الَّصْو َم َلُه ِو َج اٌء ” رواه ابن ماجه‬

Dari Aisyah r.a berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Menikah itu termasuk dari
sunahku, siapa yang tidak mengamalkan sunahku, maka ia tidak mengikuti jalanku.
Menikahlah, karena sungguh aku membanggakan kalian atas umat-umat yang lainnya,
siapa yang mempunyai kekayaan, maka menikahlah, dan siapa yang tidak mampu maka
hendaklah ia berpuasa, karena sungguh puasa itu tameng baginya." HR. Ibnu Majah.

Tujuan menikah dalam Islam yang utama ialah untuk menjalankan perintah Allah.
Dalam Alquran surat An Nuur ayat 32, Allah memerintahkan hamba-Nya agar menikah
dan tak mengkhawatirkan soal rezeki sebab Allah akan mencukupkannya.

‫َو َأنِك ُحوا ْاَألَياَم ى ِم نُك ْم َو الَّصاِلِح يَن ِم ْن ِعَباِد ُك ْم َو ِإَم آِئُك ْم ِإن َيُك وُنوا ُفَقَر آَء ُيْغ ِنِهُم ُهللا ِم ن َفْض ِلِه َو ُهللا َو اِس ٌع َع ِليٌم‬

“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang
layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu
yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan
karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An
Nuur: 32)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa menikah merupakan suatu ibadah
karena ada anjurannya dari Allah dan tuntunan dari Rosul. Menurut ulama mazhab
Syafi’i, hukum asal menikah adalah sunnah atau anjuran sebagaimana pernyataan Imam
Nawawi, “perintah menikah dalam Al-Qur’an bermakan anjuran, bukan wajib.
Pandangan ini disetujui oleh mayoritas ulama” (Syarah Shahih Muslim, 9: 173).

Namun jika ditinjau berdasarkan keadaan dan niat pelaku (calon pengantin), maka
hukum nikah terbagi kepada lima (5) macam, yaitu: wajib, sunah dilakukan, lebih baik
ditinggalkan, makruh, dan haram (Fath al-Mu’in: 44-46).

1. Wajib menikah
Hukum nikah yang pertama adalah wajib. Kewajiban nikah diperuntukkan bagi
orang yang memiliki kemampuan untuk menikah dan punya keinginan kuat untuk
menyalurkan gairah seksualnya (tidak bisa ditahan-tahan lagi) sehingga
dikhawatirkan akan terjerumus ke dalam kemaksiatan. Kemampuan menikah
maksudnya mampu untuk memberikan nafkah, yang terdiri dari mahar, sandang,
pangan dan papan. Jika seseorang berada pada posisi ini, maka ia wajib menikah
untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

2. Sunah menikah

Hukum nikah yang kedua adalah sunah. Kesunahan nikah diperuntukkan bagi
orang yang memiliki kemampuan untuk menikah, mau, dan punya keinginan untuk
menyalurkan gairah seksualitas, namun tidak sampai pada taraf dikhawatirkan akan
terjatuh ke dalam kemaksiatan. Jika seseorang berada pada posisi ini, maka ia
disunahkan untuk segera menikah.

3. Lebih baik ditinggalkan

Hukum nikah yang ketiga adalah lebih baik ditinggalkan. Hukum ini berlaku bagi
orang yang berkeinginan untuk menyalurkan gairah seksualitas namun tidak memiliki
kemampuan untuk menafkahi. Orang yang berada pada posisi ini sebaiknya menunda
keinginan menikah hingga ia mampu. Adapun gairah seksualitasnya bisa dikurangi
dengan berpuasa atau berolahraga dengan rutin.

4. Makruh menikah

Hukum menikah yang keempat adalah makruh. Hukum ini berlaku bagi
seseorang yang memang tidak menginginkan nikah, entah karena perwatakannya
demikian, ataupun karena suatu penyakit. Pada saat yang sama, ia juga tidak memiliki
kemampuan untuk menafkahi istri dan keluarganya. Jika dipaksakan menikah,
dikhawatirkan ia tidak dapat menunaikan hak dan kewajibannya dalam pernikahan
atau bahkan malah dapat merugikan pasangannya, baik secara langsung maupun tidak
langsung.

5. Haram menikah

Hukum menikah yang kelima adalah haram. Keharaman nikah berlaku bagi
orang yang menikah dengan tujuan menyakiti atau tujuan-tujuan lain yang melanggar
ketentuan agama. Misalnya, jika ada orang yang berkeinginan kuat (berniat) untuk
menyakiti dan menyiksa pasangan dalam pernikahan, maka ia diharamkan untuk
menikah.

Anda mungkin juga menyukai