Anda di halaman 1dari 2

Nama : Asep Solehudin

Semester : 3

Mata Kuliah : Filsafat pendidikan

1. Relasi kuasa di dunia pendidikan Islam baik yang modern atau yang
tradisional.

Pengertian Relasi kuasa (power relation) adalah hubungan antara suatu kelompok
dengan kelompok lainnya berdasarkan ideologi tertentu.

Menurut konsep pemikiran Michel Foucault, seorang filsuf Perancis yang berpengaruh,
relasi kuasa bermaksud menjelaskan bahwa kekuasaan merupakan satu dimensi dari
relasi. Di mana ada relasi, di sana ada kekuasaan dan kekuasaan selalu teraktualisasi
lewat pengetahuan, karena pengetahuan selalu punya efek kuasa.

Latar belakang relasi kuasa di dunia pendidikan islam tradisional

Kekuatan yang dimiliki kiai seperti restu terhadap segala perbuatan yang dilakukan oleh
orang-orang yang berada dalam pondok pesantren, segalanya bergantung kepada restu
kiai agar mendapatkan sebuah barokah. Ustad, pengurus, santri ataupun masyarakat
sekitar berusaha untuk tidak melakukan hal yang dirasa menyinggung kiai. Sehingga,
sikap tawadhu agar menghormati kiai senantiasi diajarkan dalam pondok pesantren
ataupun sosialisasinya terhadap khalayak luas, pengajaran tersebut dipergunakan agar
selamat dunia maupun akhirat, sehingga memiliki ilmu yang bermanfaat. Wajib bagi
santri agar mematuhi segala perintah kiai, untuk mendapatkan sebuah restunya.
Keberadaan kiai dalam lingkungan pemondokan sebagai peran utama yaitu berjalannya
sebuah pondok pesantren, diperlihatkannya peranan kiai yang otoriter, disebabkan
karena kiailah sebagai jantung tunggal dalam kehidupan di pondok pesantren, kiai pula
yang menjadi perintis ataupun berdasarkan garis keturunan, sehingga menjadikan kiai
sebagai pengelola, pendiri, pemimpin hingga sampai kepada penanggung jawab segala
hal yang berlaku di dalamnya. Maka oleh sebab itu, beberapa pondok pesantren mundur
atau bahkan “tutup” disebabkan karena meninggalnya sang kiai, ataupun kiai tidak
memiliki keturunan yang seharusnya menjadi penerus dalam pondok tersebut. Hal
tersebut menjadikan kiai memiliki fungsi sebagai sosok model ataupun teladan yang
seluruh tingkah lakunya layak di contoh oleh santri maupun khalayak luas.

Kekuasaan sebagai satu dimensi dari relasi, di mana terdapat sebuah relasi di sana
terdapat sebuah kekuasaan. Kuasa yang menyebar dalam tubuh masyarakat, melalui
mekanisme disiplin salah satunya sekolah, melalui jaringan ini kiai beserta pengawas
pondok pesantren, dapat melakukan sebuah pengawasan, pendisiplinan, pelatihan
hingga penaklukkan yang secara tak kasat mata kepada para santri di Pondok Pesantren.

Sedangkang relasi kuasa pada pendidikan modern adalah yang terjadi pada guru dan
siswa ataupun dosen dan mahasiswa nya, dimana seorang guru bisa mengatur cara
pembelajaran sesuai yang dibutuhkan siswa.

2. Apakah pendidikan Islam tradisional bermasalah? Apa masalahnya?

Konsep Islam tradisional masih sangat urgen bagi kehidupan masyarakat, mengingat
Islam tradisional dapat menyatukan antara praktek ajaran Islam dengan sumber ajaran
Islam. Keberadaan Islam tradisional sudah menjadi budaya di dalam kehidupan
masyarakat lokal maupun masyarakat non lokal, dan keberadaan Islam tradisional
merupakan perpaduan antara budaya lokal dengan Nilai-nilai ke-Islaman. Sehingga
Islam tradisional dapat hidup sejalan antara realitas kehidupan masyarakat secara
universal dengan Nilai-nilai ke-Islaman. Maka dari itu Islam tradisional dapat
digolongkan sebuah gagasan mendekatkan antara teks dan konteks dalam Ilmu Ke-
Islaman saat ini, untuk itu dibutuhkan kajian yang mendalam tentang Islam tradisional
yang tumbuh kembang ditengah-tengah realitas kehidupan masyarakat saat ini.

Adapun masalahnya menurut saya masalah yang ada pada pendidikan tradisional adalah
pada metode belajar dan kurikulum yang tidak sesuai dengan pendidikan nasional. Dari
metode belajar hanya terpaku pada metode ceramah, tanpa dialog berfokus pada kitab
klasik.

3. Bagaimana seharusnya pendidikan islam berjalan?

Di Indonesia misalnya, banyak berdiri pesantren dan madrasah, bahkan sampai


perguruan tinggi yang didirikan dan dikelola oleh umat Islam. Namun banyaknya
jumlah lembaga pendidikan Islam itu, jika diamati secara saksama, para lulusannya
sekedar mampu mandiri secara ekonomi saja ternyata belum berhasil. Banyak lembaga
pendidikan dimaksud masih sama dengan lembaga pendidikan pada umumnya
mengahasilkan penganguran. Mereka membangun lembaga pendidikkan untuk
membantu pemerintah dan masyarakat, akan tetapi pada kenyataannya masih belum
memuaskan. Setelah lulus, mereka disebut pintar, mendapatkan ijazah, dan gelar
akademik, tetapi sekedar mencari lapangan pekerjaan masih banyak yang gagal.

Persoalan yang sudah dirasakan secara meluas itu, seharusnya disadari oleh para
pemimpin Islam sendiri dan segera mencarikan langkah strategis sebagai alternatif
pemecahannya.

Anda mungkin juga menyukai