Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Kata Syi’ah berarti “pengikut” atau “penolong” dan kata musyaaya’ah sepadan dengan
kata musaasharah. Istilah ini dipungut dari peristiwa masa lalu yaitu khalifah ketiga, Ustman
bin Affan terbunuh, yang mengakibatkan kaum muslimin terbagi menjadi dua golongan.
Sebagai besar menjadi syi’ah (pengikut) Ali dan sebagian kecil menjadi syi’ah muawiyah.
Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan zaman istilah syi’ah lebih
dinisbatkan kepada kelompok pengikut Ali bin Abi thalib, dan pemihakan kepada Ali
berubah menjadi pengutamaan Ali dan para cucunya, sehingga lambat laun tumbuh
keyakinan bahwa khalifah dan kepemimpinan ummat adalah hak mutlak bagi Ali dan
keturunannnya.
Syi’ah adalah mazhab tertua dalam Islam. Mazhab ini muncul sebagai suatu pergerakan
politik diakhhir masa pemerintahan utsman ra, kemudian tumbuh subur dan berkembang
dimasa kekhalifahan Imam Ali ra. Perkembanganya yang demikian pesat berkat sosok Imam
Ali bin Abi Thalib ra. Yang membuat kagum umumnya masyarakat muslim saat itu dengan
banyak manusia semakin tampak keagungan, kecerdasan dan pengetahuanya yang dalam
tentang permasalahan agama. Hal ini membuat sebagian merasa terkejut dengan pribadi yang
bersahaja ini dan mereka mulai menyebarluskan ketakjuban mereka kemasyarakat luas.[1]
Sejarah Islam mencatat bahwa hingga saat ini terdapat dua macam aliran besar dalam
Islam.Keduanya adalah Ahlussunnah (Sunni) dan Syi’ah. Tak dapat dipungkiri pula, bahwa
dua aliran besar teologi ini kerap kali terlibat konflik kekerasan satu sama lain, sebagaimana
yang kini bisa kita saksikan di negara-negara seperti Irak dan Lebanon. Terlepas dari
hubungan antara keduanya yang kerap kali tidak harmonis, Syi’ah sebagai sebuah mazhab
teologi menarik untuk dibahas. Mengenai Syi’ah telah banyak dituangkan dalam berbagai
kesempatan dan sarana. Tak terkecuali dalam makalah kali ini. Dalam makalah ini kami akan
membahas pengertian, sejarah, tokoh, ajaran, dan sekte Syi’ah. Semoga karya sederhana ini
dapat memberikan gambaran yang utuh, obyektif, dan valid mengenai Syi’ah, yang pada
gilirannya dapat memperkaya wawasan kita sebagai seorang Muslim.
Dengan penjelasan diatas penulis bermaksud untuk membuat makalah ini dengan
tujuan untuk lebih memahami adanya aliran syia’ah dengan pola pikir yang di gunakan
sebagai landasan pemikiran golongan syi’ah baik secara klasik maupun secara modern.
Semoga dengan mengkaji teologi tentang golongan syi’ah ini dapat memberikan manfaat
khususnya bagi penulis dan bagi semua pembaca.

1
B.  Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diambil dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Apa pengertian dari Syi’ah?
2.    Bagaimana sejarah dinamika perkembangan syi’ah?
3.    Kelompok kelompok besar syi’ah?
4.    Bagaimana pemikiran syi’ah dan ajaranya ?
C.  Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah tentang syia’ah ini adalah sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui pengertian syi’ah.
2.    Untuk mengetahui sejarah timbulnya aliran syi’ah.
3.    Untuk mengetahui kelompok-kelompok utama syi’ah.
4.    Untuk mengetahui tokoh-tokoh dalam aliran Syiah.
5.    Untuk mengetahui bentuk ajaran-ajaran pada golongan syi’ah.
D.  Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari pembuatan makalah ini adalah dapat mengetahui
ajaran-ajaran yang dibawa oleh syi’ah. Selain itu juga memahami bagaimana pola pikir yang
dibawa oleh ajaran syi’ah, apakah sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran dalam Al Qur’an dan
sunnah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pegertian Syi’ah
Kata Syi’ah menurut pengertian bahasa bermakna pengikut dan pembela seseorang atau
suatu kelompok manusia yang bersatu padu dalam suatu perkara, maka kelompok itu disebut
“kelompok Syi’ah” yakni sefaham dan sependapat serta setujuan. Seseorang dan membantu
pendapat orang lain dan berpihak kepadanya, maka orang itu termasuk pengertian Syi’ah.
Istilah ini sangat terkenal secara umum ketika terjadi perselisihan atau peperangan antara
pihak Muawiyah dengan pihak Ali, maka sejak peristiwa itu para pengikut dan pendukung
Ali di sebut Syi’ah Ali (Kelompok Ali)
Istilah Syi’ah sebagai suatu golongan muncul pada jaman khalifah Ali. Golongan ini
sangat fanatic kepada Ali dan keturunanya. Golongan ini terbentuk setelah terjadinya
peperangan antara Ali dengan Muawiyah, yang terkenal dengan perang shiffin. Sebagai
diketahui bahwa Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah yang sah mengantikan Utsman bin Afan,
namun pada awal kekhalifahanya telah mendapat tantangan dari Thalhah dan Zubayr dari
mekah yang didukung oleh Aisyah, namun dalam peperangan itu Talhah dan Zubayr mati
terbunuh, sementara Aisyah tertawa dan akhirnya di kembalikan ke Mekah. Menurut
golongan Ahlu Sunnah Wal Jamaah kaum Syi’ah adalah kaum ar-Rifadhah, yaitu orang-
orang yang menolak dan dinamakan demikian karena mereka menolak keimanan Abu Bakar
dan Umar serta mereka sepakat bahwa Nabi Muhammad SAW telah menentukan Ali sebagai
penggantinya dengan menyebut namanya dan mengumumkannya terang-terangan. Mereka
juga berpendapat bahwa banyak sahabat Nabi SAW telah sesat, karena mereka meninggalkan
ajaran dan amalan yang diperintahkannya setelah Rosulullah wafat.[2]
Kaum muslimin masih berbeda pendapat dalam menilai golongan syi’ah. Diantara
mereka ada yang berpendapat bahwa syiah adalah kelompok pemahaman aqidah-aqidah saja,
sedangkan sebagian yang lain, berpendapat bahwa syi’ah adalah paham politik, bahkan
sebagian lain lagi berpendapat bahwa syi’ah tidak lebih dari perwujudan dari rasa simpati
terhadap Ali bin Abi thalib.[3]

B.  Sejarah Dinamika Perkembangan Syi’ah


Nama atau terminology syi’ah tampaknya berbeda dengan nama atau terminology
lainya dalam sejarah islam, seperti ahlu sunah waljamaah, Asy’ariyah  Mu’tazilah,
Maturidiyah, dan lain lain. Nama tersebut tidak di kenal di masa Nabi Muhammad Saw.Dan
para sahabat beliau. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa nama-nama tersebut

3
adalah firqah atau golongan dalam islam yang muncul kemudiann setelah periode Nabi Saw
dan sahabat-sahabat beliau.
Terminologi syi’ah (sebagaimana yang telah dijelaskan dimuka) sangat dikenal dan
dipahami pada masa Nabi Saw, pengertianpun sangat jelas baik yang terdapat dalam al-
Qur’an ataupun yang ada dalam hadis Nabi Saw sendiri ataupun pada masa sesudahnya.
Terminology syi’ah selalu dikaitkan dengan sosok Ali bin bin Abi. Sebagai “symbol” diakui,
baik oleh pengikutnya sendiri, simpatisanya, atau bahkan musuh sekalipun.
Setelah meniggal dunia akibat pukulan pedang Abdurrahman bin muljam, Syi’ah bin
Ali bin Abi Thalib untuk aklamasi menobatkan Hasan bin Ali bin Abi Thalib untuk
memegang tampuk khalifah menggantikan ayahnya.walaupun secara de jure al-Hasan sah
sebagai khalifah namun secara de factor justru Mu,awiyah bin Abi Sufyan yang lebih
menguasai dan mendominasi roda pemerintahan dewasa itu.
Realitas inilah yang menyebabkan banyak dari Syi’ah Ali bin Abi Thalib berpaling dan
meninggalkan al-Hasan bin Ali, walaupun tadinya mereka ikut membaiatnya sebagai
khalifah. Dengan kondisi rill di masyarakat seperti itu, al-Hasaan dengan berat hati dan demi
kepentinngan umat, terpaksa mengadakan perdamaian dengan Mu’awiyah bin Abi Sufyan
dengan beberapa syarat yang disepakati oleh kedua belah pihak. Perjanjian damai antara
Mu’awiyah bin Abi sufyan denga al-Hasan meninggalkan kufah dan basrah pergi dan
menetap di Madinah, ternyata di langgar sendiri oleh Mu’awiyah. Pada masa pemeintahan
Syi’ah Alin bin Abi Thalib mengalami masa-masa sulit, lebih kurang dua puluh tahun.
Keadaan ini di alami oleh Syi,a Ali bin Abi Thalib sepajang masa pemerintahan Bani
Umayyah yang berakhir pada masa pemerinttahan Marwan II yang berkuasa sejak tahun 127-
132 H. Walaupun demikian, eksistensi Syi’ah Ali bin Abi Thalib masih tetap terjaga melalui
iman-iman mereka sampai abad pertengahan hijriah.
Memasuki abad ke dua hijriah keadaan tidak jauh berbeda dengan situasi yang mereka
(Syi’ah Ali) alami pada masa-masa sebelumnya, kecuali pada akhir seper tiga abad ke 2 H.
Abu Muslim al-Marwaziyyang mendapat dukungan dari masyarakat, berhasil merebut
kekuasaan dari tangan Bani Umayyah. Dimana pada hari-hari pertama kekuasaanya, Syi’ah
Ali bin Abi Thalib diperlakukan dengan baik dan dengan penuh rasa hormat. Namun keadaan
ini tidak berlangsung lama, Syi,ah Ali bin Abi Thalib mulai lagi dengan diintimidasi,
demikian juga dengan para pengikut dan simpatisan mereka. Secara keseluruhan kondisi yang
ada pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah tidak juga berbeda dengan kondisi
pemerintahan yang ada pada masa Bani Umayyah, dimana Syi’a Ali bin Abi Thalib,
pengikutnya dan para simpattisan mereka, masihh tetap mengalami peninddasan dan
pengejaran.

4
Pada abad ke 3 H. Syi,a Ali bin Abi Thalib, sedikit mendapat angina segar untuk
mendakwakan dan mengembangkan  ajaran-ajaran mereka. Kondisi ini di karnakan adanya
perubahan politik penguasa (al-Ma’mun bin Harun ar-Rasyid)  pada saat itu. Sebagaimana di
maklumi bahwa al-Ma,mun bin Harun ar-Rasyid adalah salah seorang khalifah dari Bani
Abbas yang mengutamakan kebebasan berfikir, karna memang ia adalah seorang penganut
mazhab Mu;tazilah. Pada masanya, para ilmuan mendapat tempat yang sangat terhormat.
Peembahasan-pembahasan  ilmiah yang argumentative dan rasional sangat di apresiasi
olehnya.  Kondisi politik pemerintahan tersebut tidak disia-siakan oleh Syi,ah Ali bin Abi
Thalib dan para pengikut mereka dalam rangka mengembangkan mazhab Syi’ah Ali yang
mereka anut. Majelis ilmu mereka dirikan di berbagai penjuru kota untuk mengadakan dialog
dengan para ilmuan lainya dari berbagai macam kelompok dewasa itu.
Memasuki abad ke 4 H. seiring dengan melemahnya kekuasaan dinasti Abbasiyah,
Syi’ah Ali bin Abi Thalib mendapat kesempatan emas untuk menggembangkan mazhab
mereka. Sehingga, pada saat itu, mayoritas penduduk yang berada di wilayah zajirah Arab,
mulai tertarik dan ikut mazhab Syi,a Ali bin Abi Thalib. Sehinngga kota basrah menjadi pusat
Ahlu sunah wal jamaah pun ikut terpenggaruh dengan perkembangan Syi’ah Ali bin Abi
Thalib, walaupun tidak seperti kota kufah yang menjadi pusat mazhab Syi,ah Ali.
Perkembangn Syi,ah Ali pada abad ke 4 H ini. Justru sampai di teluk Persia dan kota-kota
yang ada di Iran. Bahkan mesir berhasil dikuasai oleh dinasti Fatimiyah yang bermahzab
Syi,ah.
Zaman keemasan berkembang Syi’ah Ali bin Abi Thalib tersebut tampaknya berlanjut
sampai abad ke 5 H, bahkan hinggga abad ke-9 H. hal ini dipahami karna dalam menjalankan
dan menyebarkan misinya, Syi’ah Ali selalu didukung penguasa saat itu yang memang telah
menganut mazhab Syi,a Ali bin Abi Thalib. Akan tetapi, setelah dinasti fatimiyyah runtuh
dan digantkan oleh dinasti al-Ayyubiyah para pengikut Syi,a Ali bin Abi Thalib mulai lagi
mendapat tekanan dari penguasa yang tidak semazhab denggan mereka, sehingga mereka
tidak lagi bebas untuk menyebarkan mazhab Syi,ah Ali yang mereka anut.
Pada abad berikutnya, yaitu abad ke 10 H sampai dengan abad ke 11 H, perkembangan
Syi’ah Ali bin Abi Thalib memasuki fase yang baru dan sangat berbeda dengan abad-abad
sebelumnya. Kalau pada abad-abad sebelumnya, Syi’ah Ali bin Abi Thalib slalu mengalami
pasang surut dalam perkembanganya, maka pada abad ini (10 H-11 H), Syi’ah Ali berhasil
mendirikan sebuah Negara Syi’ah yang mandiri yang berbentuk kerajaan, di mana semua
aparat harus bermahzab Syi’ah. Keberhasilan mendirikan sebuah Negara sebagaiana telah di
jelaskan di atas dimotory oleh Syah Ismail Syafawiy. Pada tahun 906 H beliau berhasil
membebaskan Iran dari penguasaan dinasti utsmaniayah, dan juga berhasil mewujudkan

5
keinginan untuk menjadikan Iran sebagai suatu kerajaan yang bermahzab Syi’ah Imamiyah
dewasa itu.
Pada abad ke-12 H hingga abad ke-14 H, mazhab Syi’ah berkembang menembus
berbagai macam suku bangsa dan Negara. Apalagi setelah kemenangan revolusi Iran dimana
mazhab Syi’ah Ali bin Abi Thalib dijadikan sebagai mazhab resmi Negara. Dengan
kebebasan berfikir dan kebebasaan mengeluarkan pendapat yang dianut oleh sebagian besar
penduduk dunia dewasa ini, tampaknya mazhab Syi’ah mendapatkan lahan yang subur di
kebanyakan Negara yang mayoritas penduduknya beragam islam, suatu realitas yang tidak
pernah ditemukan pada abad dan tahun-tahun sebelumnya.
Dewasa ini penganut mazhab Syi’ah mulai dari jazirah Arab, Irak, Iran, Yaman dan
Indonesia serta Negara-negara mayoritas penduduk Islam, di perkirakan lebih dari tiga ratus
juta jiwa. Perkiraan penganut mazhab ini akan bertambah seiring banyaknyya literature
Syi’ah yang sangat digandrungi oleh para ilmuan dan mahasiswa yang ada pada perguruan-
perguan tinggi, khususnya di Indonesia, yang kemudian dapat menjadikan mereka menjadi
pengagum, simpatisan, dan bahkan dapat menjadi penganut mazhab Syi,ah itu sendiri.[4]

C.  Kelompok-kelompok besar Syi’ah.


Kelompok utama Syi’ah ini memiliki karakteristik ajaran dan panadangan syi’ah yang
berbeda antara lain adalah sebagai berikut:
1.    Syi’ah Gulat
Syi’ah kelompok (ekstremis) ini hampir dikatakan telah punah. Mereka antara lain:
a.    As Sabaiyah
Menurut asy-Syahrastani, mereka adalah pengikut-pengikut Abdullah bin Saba yang konon
pernah berkata kepada sayyidina Ali: “ Anta Anta,” yakni Engkaulah adalah Tuhan. Dia juga
mengatakan dan mempopulerkan keyakinan bahwa Sayyidina Ali ra.Memiliki tetesan
ketuhanan. Dia menjelma melalui awan.Guntur adalah suaranya, kilat adalah senyumnya. Dia
kelak akan turun kembali kebumi untuk menegakkan keadilan sempurna.
b.    Al-Khaththabiyah
Mereka adalah penganut aliran Abu al-Khaththab al-Asady, yang menyatakan bahwa imam
Ja’far ash-Shadiq dan leluhurnya adalah Tuhan. Imam Ja’farr sendiri mengingkari bahkan
mengutuk kelompok ini karna sikap imam Ja’farr yang tegas itu, maka pimpinanya, yakni
Abual-Khaththab, mengangkat dirinya sebagai imam. Ia mengajarkan bahwa para nabi adalah
Tuhan, bahkan imam Ja’far dan para leluhur beliau pun dijadikanya Tuhan. Al-
Khaththabiyah terbagi juga pada sekian kelompok yang berbeda-beda. Sebagian di antara

6
mereka percaya bahwa dunia itu kekal, tidak akan binasa, surga adalah kenikmatan duniawi,
mereka tidak diwajibkan sholat dan membolehkan minuman keras.
c.    Al-Ghurabiyah
Cabang kelompok ini, antara lain , percaya bahwa sebenarnya Allah mengutus malaikat
Jibriil As. Kepada Ali bin Abi Thalib Ra., tetapi malaikat itu keliru dan bahkan berhianat
sehingga menyampaikan wahyu kepada Nabi. Karna itu mereka mengutuk malaikat jibril as.
Sambil berkata :“ Khana al-Amin/yang dipercaya telah berhianat” Almarhun Ali Syariati,
pemikir Syi’ah kontemporer, berkomentar : “jika salah menyampaikan wahyu yang pertama
kali, mengapa ia mengulangi  kesalahanya selama dua puluh tiga tahun ? (yakni sejak masa
turunya wahyu pertama hingga terakhir). Atau jika jibril telah berhianat, mengapa Allah tidak
memecatnya dari tugasnya sebagai penyampai wahyu?
d.   Al-Qaramithah
Kelompok ini dinisbahkan kepada seorang yang bermukmin di Kufah, Irak, yang bernama
Hamdan Ubn al-Asy’ast, dan dikenal luas dengan gelar Qirmith(si Pendek), karna perawakan
dan kakinnya sangat menonjol pendeknya. Kelompok ini pada mulanya adalah kelompok
yang terpengaruh oleh aliran Syi’ah Islamiyah.(yang sebentar akan makalah jelaskan).
Keyakinan mereka sesat dan sangat ekstrem. Mereka antara lain, menyatakan bahwa
Sayiyidina Ali  bin Abi Thalib ra.adlah Tuhan; bahwa setiap teks mempunyai makna lahir
dan bathin dan yang penting adalah makna batinya. Mereka menganjurkan kebebasan seks
dan kepemilikan wanita dan harta bersama, dengan dalil mempererat hubungan kasih sayang.
Mereka juga membatalkan kewajiban shalat dan puasa. Ini antara lain yang menjadikan
kelompok induk mereka, yakni syiah islamiyyah pun mengutuk  mereka. Al-Qaramithah
pernah berkuasa dibahrain dan Yaman, bahkan dibawah pimpinan Abu Taher al-Qurmuthy,
mereka pernah menyebut dan menguasai mekkah pada 930 M. ketika itu mereka menganiaya
jamaah haji karna mereka berannggapan bahwa ibadah haji adalah sisa-sisa praktik jahilliah,
ber tahawaf  dan menghormati/mencium Hajar Al-Aswad adalah syirik, dan karna itu
merekka merampas Hajar al-Aswad. Mereka pada akhirnya dikalahkan olehh al-Mu’iz al—
Fathimy ketika mereka menyerbu kemesir  pada 972 M, lalu dipunahkan sama sekali
dibahrain pada 1027 M.[5]
2.    Syi’ah Ismailiyah dan Cabang-Cabangnya
kelompok Syi’ah Ismailiyah hingga kini masih memiliki pengikut-pengikut setia,
namun sebagian dari kelompok-kelompoknya memiliki pandangan-pandangan yang dapat
dinilai menyimpang. Kini, Syi’ah Ismailiyah tersebar dalam kelompok minoritas disekian
banyak Negara, antara lain Afganistan, India, Pakistan, Suruyah dan Yaman serta beberapa
Negara Barat, seperti Inggris dan Amerika Utara.

7
Kelompok Syi’ah Ismailiyah meyakini bahwa Ismail, putra iamam Ja’far ash-Shadiq,
adalah iamam yang menggantikan ayahnya (Ja’far ash-Shadiq) yang merupakan aliran ke
enam dari Aliran Syiah secara umum.Memang setelah meniggalnnya imam Ja’far
sekelompok penganut Syiah percaya bahwa putra beliau, musa al-Kdzim adalah imam ke
tujuh, sebagaimana kepercayaan syiah itsna ‘Asyariyah. Sedangkan kelompok lainya
memercayai bahwa ismail, kemudian putranya, Muhammad adalah imam sudah ayah mereka,
padahal ismail wafat lima tahun sebelum wafatnya sang ayah (Imam Ja’far).
Ismail bin Ja’far ash-Shadiq menurut kelompok ini sebenarnya belum wafat, kelak ia
akan tampil kembali dipentas bumi ini. Kedatanganya di nantikan oleh kelompok
ismailiyah  sebagaimana kelompok Syiah itsna Asyariayah dan sebagian kelompok ahlusunnh
menantikan kehadiran imam Mahdi.
Dari sekian banyak riwayat yang dikemukakan bahwa imam Ja’far telah berupaya
untuk menegaskan tentang kematian putranya itu, antara lain dengan menulis keterangan
tentang wafatnya yang disaksikan oleh penguasa setempat. Ini agaknya menutup jalan bagi
kelompok syiah Ghulat (ekstremis) agar tidak menduga bahwa saat anak akan kembali.
Tetapi kendati demikian ada saja pengikut-pengikut syiah yang menyimpang dari ajaran
beliau dan lahirlah kelompok pengikut imam Ja’far .
Kelompok pertama adalah Syiah imamiyah (itsna AsyAriyah) yang mempercayai bahhwa
Musa al-Kadzim adalah imam ke tujuh setelah ayah beliau, Ja’farash-Shadiq, ini berlanjut
pada anak cucunya hingga mencapai secara keseluruhan dua belas imam. Kelompok
kedua adalah mereka yang percaya bahwa Ismail, putra Ja’far, adalah imam yang
menghilang guna menghindari kejaran penguasa Abbasiyah, tetapi akan datang pada
waktunya. Kelompok ketiga adalah pengikut yang percaya bahwa imam Ja’far ash-Shadiq
memang menetapkan putra beliau Ismail sebagai imam, tetapi itu untuk menunjukan bahwa
putra Ismail yang bernama Muhammad yang menjadi imam sebelum wafatnya imam
Ja’far.Kelompok ketiga ini dinamai al-mubarakiyah.[6]

D.  Aliran – aliran Syi’Ah Dan Ajarannya


Sekte atau aliran syiah terbagi dengan beberapa bagian, namun yang dapat di uraikan
dalam buku ini hanyalah pada garis besarnya di bagi dalam empat sekte saja yaitu: syiah itsna
asyariah, syiah zaydiah, syiah sab’iah dan syiah ghulat, meskipun cabang cabang sekte lain
yang terkait akan di sebutkan juga
1.    Syiah Itsna Asyariah ( Imamiah)
Syiah itsnah Asyariah ( duabelas) adalah salah satu cabang atau aliran dari syiah
imamia yang selain dinilai mempunyai pengikut yang paling ramai, juga sangat besar

8
pengaruhnya dalam dunia islam sampai sekarang, menjadi faham resmi di sebagian besar
wilayah Persia(Iran) semenjak permulaan di 10H/16M, yaitu setelah di bawa kesana oleh
syiah ismahiliah sampai sekarang.
a.    Pengertian Imamah
Kata imamah berasal dari kata imam, yang berarati ke imamam, kepemimpinan, leadership,
pemerintah. Sementara menurut istilah, imam adalah kepemimpinan yang tertinggi dalam
masyarakat islam setelah wafatnya nabi Muhammad saw. Adapun pengertian imam secara
sempit adalah bermakana imam dalam sholat berjamaah, sedangkan pengertian imam secara
luas bermakana al-hukum yaitu pemerintah.
b.    pengangkatan dan pergantian imamah
Sebagai telah di sebut terdahulu bahwa setelah rasulullah saw wafat, timbullah persoalan,
siapah gerangan yang berhak menggantikan baginda sebagai pemimpin agama dan umat atau
Negara. Timbullah berbagai pandangan di kalangan muslimin. Menurut pandangan kaum
syiah, rasulullah dalam sejarah hidupnya senantisa memberikan isyarat itu dapat di lihat,
misalanya sewaktu baginda telah hijrah mekah dari medinah, pernah mengutus ali pergi ke
mekah untuk mengurus kepentingan pribadinya dan kepentingan umat islam. Demikian pula
setelah baginda wafat, alilah yang menjadi penggantinya. Baik dalam hal yang berhubungan
dengan hutan masalah pribadi.
Atas dasar inilah, sehingga tidak bisa di bayangkan bahwa nabi Muhammad wafat
tampa meninggalkan seseorang sebagai penggantinya untuk mengurus segala permasalahan
kaum muslimin dan masyarakat islam pada umumnya .
Dengan demikian, mereka memanadang bahwa imama imam itu tidak terlepas dari diri
pribadi Ali bersama keturunannya. Dengan begitu, maka mereka berkeyakinan bahwa, alilah
sebagai imam (khalifah) pertama yang ditunjuk oleh rasulullah saw. Sedangkan Abubakar
dan Umar, keduanya adalah perampas dan terianayah, dan wajib melepaskan ke
khalifahnya. [7]
2.    Syi’ah Zaydiah
Syi’ah Zaydiah adalah dibangun oleh Zayd bin ‘Ali Zayn al-Abidin (w.122 H/740
M).sebagai di sebutkan dalam sejarah Syi’ah bahwa sepeninggal Muhammad al-Baqir (w.113
H/732H). yang dikenal dengan imam ke lima, putra sulun Ali Zayn al-Abidi bin Al-Husainn
bin Ali bin Abi Thalib, maka ketika itu syiahh imamiyah terpecah menjadi dua bagian. Satu
pihak berpendirian bahwa jawabatan immah mestilah di pegang oleh putra imam ke lima,
yaitu Ja’far al-Shadiq bin Muhammad al-Baqir (w.148H/766M), yang di kenal denggan
panggilan aliran Ja’fariyah atau aliran imam ke enam dalam pada itu Zayd bin Ali, putra

9
bungsu Ali Zayn al-Abidin bin al-Husain berpendirian bahwa dialah yang lebih berhak
berpegang jawaban itu. Para zayd bin ali-Zayn al-Abidin itulah yang di kenal syiah Zaydiah.

a.    Pribadi Zayd bin Ali Zayn al-Abidin  (76-122H)


Zayd bin Ali Zayn al-Abidin bin al-Husayn bin Ali bin Abi Thalib, seorang ulama besar dari
kalangan tabiin. Ia merupakan buyut Rasulullah, lahir serta berangkat dewasa dari Madinah,
dan wafat karna terkenak anak panah pada usia relatif muda, 46 tahun. Ibunya adalah seorang
wanita yang berasal dari lembah sind, Pakistan Barat sekarang, yang ditawan pada penakluk
wilayah itu, lalu dibawah ke Madinah bersama tawanan lainya, kemudian di beli oleh Ali
Zayn al-Abidin bin al-Husayn dan dimerdekkan kemudian dijadikan istrinya.
b.    Perjuangan Zayd bin Ali Menuntut hak Ahl al-Bayt
Zayd biin Ali banyak mendapat tantangan, yang pada awal terutama dari keluarga sendiri,
yaitu saudaranya Muhammad al-Baqir yang mejabat imam ke-5. Al-Baqir mencela Zayd
karena pergi belajar kepada washil bin atha, yang terkenal Penghu Mu,tajilah. Celan itu
timbul karna washil di nilai oleh al- Baqir  tidak memihak pada nenek moyang Ali bin Abi
Thalib, terutama ketika terjadinya perang jamal antara Ali dengan Aisyah yang didukung
oleh jubai dan talhah demikian juga peran siffin antara Ali dengan Mu’awiyah .
c.    Beberapa Pendirian Penting Syi’ah Zaydiah
Pendirian Syi’ah Zaydiah terutama yang dicetuskan oleh pendirinnya, Zayd bin Ali dalam
pandanganya tentang permasalahan imamah, ia berpendirian bahwa imamah itu adalah hak
Ali bin Abi Thalib beserta keturunanya dari pihak istrinya fatimah binti Rasulullah. Dengan
pendirinya itu, maka hak imamah itu kanlah hak Muhammad bin al-Hanafiyah beserta
keturnanya. Dengan begitu maka ia menolak pendirian sekte Syiah Kaysaniya.[8]
3.    Syi’ah Sab’iyah  (Isma’iliyah)
Syi’ah Sab’iyah atau syiah tujuh yang biasa disebut syiah isma,iliyah adalah sekte
aliran islam syiah yang sering kali menimbulkan pemahaman yang ukuran tepat. Persona
aliran ini tidak terletak pada elemenya yang dasar, melainkan terletak pada ajaran
metafikanya yang karakteristik. Dalam hal ini menurut sebagian pengamat, sekte ini
merupakan perwujudan sistem keagamaan bangsa Persia ke dalam islam. Dengan begitu
maka kaum sekte ini memberikan bentuk luarnya, yakni teknis dan peristilahan, namun inti
atau sentral dari sekte ini bersumber dari ajaran keagamaan kuno bangsa Persia.
a.    Nama Nama Syi’ah Sab’iyah
Sebagai diketahui bahwa Syi’ah Sab’iah hanya mengakui tujuh imam, yaitu hanya sampai
kepada keturunan Ali yang ketujuh yang bernama Isma’il anak dari Ja,far al-Shadiq, iamam

10
yang ke enam, penetapan sampai kepada angka tujuh itu mempunyai alasan tersendiri, yaitu
didasarkan pada bilangan ke tujuh sebagaimana bilangan sesuatu yang terdapat di dunia ini,
seperti adanya tujuh nama hari yang kita kenal, begitu juga kata tujuh yang disebut Allah
dalam al-Qur,an, seperti tujuh langit dan sebagainya sehingga mereka berkeyakinan bahwa
imam sesudah ismai’il tidak akan ada lagi.
b.    Cabang-Cabang Syi’ah Sab,iah dan Ajaranya
a)    Qaramitha
Qaramitha adalah nama salah satu cabang Syi,ah Tujuh yang di anggap fasse, pertama, yakni
muncul setelah lebih satu abad kematian ismai,il putra Ja’far al-Shadiq pada tahun 145 H.
Qaramitha yang merupakan gerakan Syi’ah Tujuh yang bercorak kebatinan ini terbentuk
sekitar 227 H/890 M, dan diberi nama berdasarkan nama pemimpin gerakan ini, yakni
hamdan al-Qaramithi. Adapun pokok pokok ajaran Qaramitha yaitu antara lain
b)   Tata Cara Berdakwah
Istilah berdakwah dalam ajaran Qaramitha terlebih tepat difahami sebagai proganda sebab
ajaran berdakwah bagi Qaramitha adalah dilakksanakan dengan metode persuasive.
c)    Illahiyah
Mengenai ajaran Illahiyah ini, qaramitha tampaknya sangat dipengaruuhi oleh faham
Neoplatonisme dan pembahasan filosof  Upanishad darai agama barhamana. Dalam hal ini,
kaum Qaramitha terpengaruh oleh teori emansai (pancaran pengaliran) yang mengatakan
bahwa alam ini merupakan rangkaian pancaran dari zat yang Maha Ada, tetapi alam semesta
ini merupakan pancaran yang pertama , sebab yang pertama adalah akal mutlak, yang
memancarkan lagi jiwa mutlak. Ketiganya (zat Yang Maha Ada, akal mutlak dan jiwa
mutlak) disebut trinitas Maha Gaib. Adapun tentang imam, menurutnya itulah merupakan
cahaya Allah dimuka bumi atau bayangan Allah yang kelihatan atau mazhhar Allah.
d)   Nubuwwah
Nubuwwah artinya kenabian atau pemberitaan, yaitu pemberitaaan tentan alam gaib, begitu
pula masa depan dengan ilham sedangakan yang dimaksud dengan nabi adalah seseorang
yang memperoleh limpahan kudrah al-qudsiyyah al-sahafiyyah (suci lagi murni) dari Allah
melalui Akal Pelimpahan.
e)    Imamah
Dalam masalah imamah ini, seorang tokoh Isma’iliyah di India Dr. Zahid Ali sebagaimana
dikutip oleh Joesoef sou’yb menyatakan bahwa kalimat akidah dalam islam
LAILAHAILALLAH bermakna,( Tiada Satupun Pujaan Kecuali Allah), istilah dimaknakan
dengan LA IMAMA ILLA IMAM ZAMAN bermakana (Tiada Satupun Ikutan Kecuali Imam
al-Zaman).

11
f)    Syariat
Dalam masalah syariat ini, mereka berpendapat bahwa setiap kalimat dalam al-Qur’an dan
hadis, mempunyai pengertian lahiriyah dan pengertian batiniyah dan pengertian batiniah
lebih dalam dan lebih rahasia. Mereka menyatakan bahwa pengertian lahiriyah itu
diperuntukan kedalam al-juhala (orang-orang selain kaum isma’iliyah), sedangkan pengertian
batiniah diperuntukan kepada al-uqala (kaum ismai’liyah), maka setiap kalimat itu
merupakan rumusan isyarat bagi hakekat masyarakat yang bersifat tersembunyi.
g)   Kiamat
Mereka menolak pengertian kiamat dengan kebangkitan setelah alam ini hancur, sebab
menurutnya, susunan alam yang sekarang ini, pengertian siang dan malam, kelahiran manusia
dan hewan akan tetap berlangsung selama lamanya.
4.    Fatyimiah
Dinasti fathimiah dibangun oleh Sa’id bin al-Husayn (Abdullah al-Mahdi) (w.322 H/934 M).
pada tahun 290 H, ia berangkat dari sulaimaniyah daerah timur Syiriah menuju Afrikka Utara
dan Afrika Barat untuk memimpin gerakan bawah tanah pihak isma’iliyah, dan pada masa itu
belum di kenal sebutan Fatimiyah. Adapun pokok pokok ajaran fatimiyah ini ataralain
sebagai berikut
a.    Al-matsal
Al-matsal mereka artikan dengan fenomena yang nyata menyelamatkan diri dari bentuk
terbatas  dari seluruh yang disaksikan.
b.    Tubuh yang sholat menghadap kekiblat (ka,bah) sedangkan ingatanya mengarah ke imam.
a)    Orang yang mati cuma berarti tubuhnya kembali ke tanah, sedangkan jiwanya sebagai
kudrah rohani terbebas daripada kungkungan
b)   Imam itu memperileh kekuasaan memerintah dari malaikat, memeperoleh kudrah dari rohani
yang mengawasi alam semesta ini.[9]
5.    Syi’ah Gulat
a.    Pengertian Syi’ah Gulat
Syia’ah gulat ialah Syi’ah yang berpendirian sangat keterlaluan, melampau batas keyakinan
umat Islam pada umumnya, dan batas hukum syariat yang paling mendasar dalam Islam,
karna mereka mempertaruhkan (menganggap Tuhan) para imam meraka, seperti Ali dan
keturunaya. Disamping itu menghalalkan segala yang dilarang oleh Allah dan menggurkan
segala kewajiban Syariat.
b.    Sekte Sekte Syi’ah Gulat
a)    Saba’ah

12
Golongan sab’ah ini adala pengikut Abdullah bin Saba, yang masuk Islam pada masa,
Utsman bin Affan (23-25 H), yang ajaranya sangat merusak kemurnian ajaran Islam seperti ia
meng-ghulat Ali, dengan mengatakan bahwa Ali adalah Nabi, bahkan di anggap sebagai
Tuhan.
b)   Bayaniah
Sekte bayaniah ini menurut al-baghdadi dinisbkan kepada Bayan bin Sam’an al-Tamimi al-
Mahdi, al-Yamani.Ia muncul di irak pada abad ke dua H, dan mendakwahkan bahwa sifat
ketuhanan itu turun dari Ali, kemudian kepada Muhammad bin al-Khalifah, kemudian kepada
anaknya, Abu Hasim lalu kepada dirinya. Selepas itu ia mendakwahkan dirinya sebagai Nabi.
c)    Munghirah
Sekte munghirah ini di pelopori oleh al-Mughirah bin Sa’id al-Ajali seorang tukang sihir
karna meninggal di bakar oleh khalik al-Qashri pada tahun 199 H. faham yang pertama di
munculkan oleh al-Munghirah ialah masalah imamah, bahwa imam sesudah Ali adalah al-
Hasan dan al-Husayn sampai kepada cucunya Muhammad bin Abdillah sebagai al-Mahdi al-
Muntazhar, dan yang di anggap al-Mahdi itu sama dengan Nabi Muhammad.[10]

13
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Dari penjelasan yang dijelaskan pada bab pembahasan diatas dapat diambil beberapa
kesimpulan mengenai golongan syi’ah, yaitu antara lain sebagai berikut:
1.    Syi’ah menurut bahasa adalah pendukung atau pembela. Syi’ah Ali adalah pendukung atau
pembela Ali.Syi’ah Mu’awiyah adalah pendukung Mu’awiyah
2.    Pendapat mengenai awal mula lahirnya Syi’ah ada dua yaitu:
a.    Sebagian menganggap Syi’ah lahir langsung setelah wafatnya Nabi Muhammad saw, yaitu
pada saat perebutan kekuasaan antara golongan Muhajirin dan Anshar di Balai Pertemuan
Saqifah Bani Sa’idah. Pada saat itu muncul suara dari Bani Hasyim dan sejumlah kecil
Muhajirin yang menuntut kekhalifahan bagi ‘Ali bin Abi Thalib.
b.    Pendapat yang paling populer adalah bahwa Syi’ah lahir setelah gagalnya perundingan antara
pihak pasukan Khalifah ‘Ali dengan pihak pemberontak Mu’awiyah bin Abu Sufyan di
Shiffin, yang lazim disebut sebagai peristiwa tahkîm atau arbitrasi. Akibat kegagalan itu,
sejumlah pasukan ‘Ali memberontak terhadap kepemimpinannya dan keluar dari pasukan
‘Ali.Mereka ini disebut golongan Khawarij.
3.    Terdapat banyak tokoh-tokoh pada golongan syi’ah hanya saja yang paling populer seperti
‘Ali bin Abi Thalib, Hasan bin ‘Ali, Husain bin ‘Ali, terdapat pula dua tokoh Ahlulbait yang
mempunyai pengaruh dan andil yang besar dalam pengembangan paham Syi’ah, yaitu Zaid
bin ‘Ali bin Husain Zainal ‘Abidin dan Ja’far al-Shadiq.
4.    Terdapat 4 Aliran utama pada syi’ah yaitu kelompok Sabaiyyah, Tawwabun, Al kisaniyyah,
Al Mughiriyyah.
5.    Terdapat 11 ajaran-ajaran yang dibawa oleh Syi’ah yaitu Ahlulbait,Al-Badâ’, Asyura,
‘Ishmah, Mahdawiyah, Marja’iyyah atau Wilâyah al-Faqîh, Raj’ah, Taqiyah, Tawassul,
serta Tawallî dan tabarri.

B. SARAN
Sangatlah diperlukan bagi kita untuk mempelajari Aliran syi’ah ini,karena dengan belajar
aliran ini kita bisa mengetahui seluk beluk dari ajaran Syi’ah. Misalnya tentang tokoh-tokoh
Syi’ah. Dan agar kita juga bisa mengambil kekurangan dan kelebihan dari aliran  Syi’ah

14
DAFTAR PUSTAKA

Abu Muhammad  Zahrah. Imam Syafi’i. Biografi dan Pemikiranya Dalam Masalah Akidah, Politik
dan Fiqihi. (Cet. I : Jakarta PT. Lentera  2007)
Attamimy, M.A.Syi,ah Sejarah, Doktrin, dan Perkembangan Di Indonnesia  (PT:Grha Guru, 2009)
Halim Arif, MA . Aliran-aliran ilmu kalam dan kontemporer sejarah pemikiran
perkembangan , (universitas muslim Indonesia Makassar, 2008)
Nasir  Sahilun  A., Pemikiran Kalam (Teologi Islam) Sejarah, Ajaran, dan Perkembangannya,
(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2010), hal. 82
Rahim Yunus Abd.,  Islam Dalam Sejarah Keragaman Konsep dan Sistem ,(Cet. I : Yogyakarta PT.
Cakrawala 2009) .h. 304
Rosihan Anwar dan Abdur Razak , Ilmu Kalam, (Bandung: Puskata Setia, 2006) cet ke-2, hal.90
Sayyid Muhibudin  Al-khotib, , Mengenal Pokok-pokok Ajaran Syi'ah Al-Imamiyah,
Surabaya:PT.bina ilmu, 1984
Shihab  Quraish.  Sunnah Syiah Bergandengan Tngan !Mungkinkah ? kajian atas konsep ajaran dan
pemikiran  (PT : Lentera Hati) : Jakart. 2010

[1]Muhammad Abu  Zahrah. Imam Syafi’i. Biografi dan Pemikiranya Dalam Masalah Akidah, Politik
dan Fiqihi. (Cet. I : Jakarta PT. Lentera  2007).h. 148

[2] http://syafieh.blogspot.com/2013/04/ilmu-kalam-syiah-tokoh-dan-ajarannya.html#ixzz3m4Evgg2u
[3]http://davidsaidi32.blogspot.com/2012/10/makalah-syiah.html

[4] DR. HM. Attamimy, M.A.Syi,ah Sejarah, Doktrin, dan Perkembangan Di Indonnesia PT:Grha Guru,
2009.h.34
[5] Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam (Teologi Islam) Sejarah, Ajaran, dan Perkembangannya, (Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2010), hal. 82

[6] M. Quraish Shihab Sunnah Syiah Bergandengan Tngan !Mungkinkah ? kajian atas konsep ajaran dan
pemikiran PT : Lentera Hati :Jakart.hl 74
[7] Al-khotib, Sayyid Muhibudin, Mengenal Pokok-pokok Ajaran Syi'ah Al-Imamiyah, Surabaya:PT.bina
ilmu, 1984

[8] DR. H. M.  Arif Halim, MA . Aliran-aliran ilmu kalam dan kontemporer sejarah pemikiran
perkembangan , (universitas muslim Indonesia Makassar ), h. 239

[9] Abdur Razak dan Rosihan Anwar , Ilmu Kalam, (Bandung: Puskata Setia, 2006), cet ke-2, hal.90

[10]Prof. Dr. H. Abd. Rahim Yunus,  MA.  Islam Dalam Sejarah Keragaman Konsep dan Sistem ,(Cet.
I : Yogyakarta PT. Cakrawala 2009) .h. 304

15

Anda mungkin juga menyukai