Disusun Oleh:
Assalamualaikum Wr.Wb
Wassalamualaikum Wr.Wb
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................ II
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpula......................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 14
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Syi'ah sebagai nama salah satu golongan dari beberapa golongan di kalangan
umat Islam tampaknya memang sudah tidak asing lagi bagi kita. Karena,
penganut ajaran Syi'ah hingga kini banyak terdapat di kalangan umat Islam di
beberapa negara di dunia ini. Meskipun demikian, berkenaan dengan paham
akidah mereka serta aspek pemikiran teologi yang mewarnai doktrin akidah
mereka masih belum banyak diketahui. Oleh karena itu, mengungkap aspek
pemikiran teologi dalam doktrin akidah mereka masih menjadi perlu dan
penting. Ajaran tentang akidah dalam Islam bila dikaji dari aspek sejarahnya
dapat diketahui bahwa ajaran tersebut dilihat kepada sumbernya dapat
dibedakanmenjadiduamacam. Yang pertama, ajaran yang murni bersumber dari
Alquran dan Hadis.Ini lah ajaran akidah pada masa Nabi dan sahabat.Ajaran
seperti ini kemudian disebut Akidah Kaum Salaf. Yang kedua, ajaran yang
bersumber dari Alquran dan Hadis dan bercampur dengan yang bersumber dari
pemikiran manusia. Inilah yang disebut Ilmu Kalam, atau Teologi Islam.
Dengandemikian, di dalamIlmuKalamatauTeologi Islam ini ada bagian yang
berasal dari Alquran dan Hadis dan ada bagian yang berasal dari pemikiran
manusia. Bagian yang berasal dari pemikiran manusia ini di sini disebut
pemikiran teologi. Doktrin akidah kaum Syi'ah adalah termasuk dalam yang
keduater sebut di atas, yakni ada bagian yang berasal dari Alquran dan Hadis
dan ada bagian yang berasal dari pemikiran manusia. Bagian ajaran akidah
kaum Syi'ah yang bersumber dari Alquran dan Hadis tampaknya tidak
berbedadari bagian ajaran akidah golongan-golongan dalam Islam lainnya yang
bersumber dari Alquran dan Hadis. Akan tetapi bagi anajarana kidah kaum
Syi'ah yang berasal dari pemikiran mereka tampaknya hanya terdapat pada
doktrin akidah mereka saja, dan tidak terdapat pada ajarana kidah olongan-
golongan dalam Islam yang lain. Yang dimaksud golongan-golongandalam
Islam yang lain di siniialah Kaum Salaf, Khawârij, Murji'ah, Mu'tazilah,
Asy'ariyah, dan Mâturidiyah. Dalam tulisan ini pembahasan difokuskan pada
bagian ajaran akidah kaum Syi'ah yang berasal dari pemikiran mereka. Inilah
yang dimaksud aspek pemikiran teologi dalam doktrin akidah kaum Syi'ah
dalam tulisan ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Munculnya aliran Syi’Ah?
2. Apa saja Sekte-sekte atau pemikiran aliran Syi’ah?
3. Bagimana perkembangan dan ajaran Syi’ah?
4. Kesesatan ajaran Aliran Syi’ah?
c. Nubuwwah (Apostleship)
Setiap makhluk sekalipun telah diberi insting, masih membutuhkan
petunjuk, baik petunjuk dari tuhan maupun dari manuasia. Rosul merupakan
petunjuk hakiki utusan Tuhan yang secara transenden diutus untuk membrikan
acuan dalam membedakan antara yang baiak dan yang buruk di alam semesta.
Dalam keyakinan Syi’ah itsna Asyariyah, tuhan telah mengutus 124.000 rasul
untuk memberikan petunjuk kepada manusia. Syi’ahn Itsna Asyariyah percaya
mutlak tentang ajaran tauhid dengan kerasulan sejak adam hingga Muhammad.
Mereka percaya adanya kiamat. Kemurnian dan keaslian Al-Qur’an jauh dari
tahrif perubahan, atau tambahan.
Asal Usul Penyebutan Syi’ah Sab’iyah. Istilah Syi’ah sab’iyah (syiah tujuh)
di analogikan dengan Syi’ah Itsna asyariyah . Istilah itu memberikan pengertian
bahwa sekte Syi’ah Sabi’yah hanya mengakui tujuh Imam, yaitu Ali, Hasan,
husein, Ali Zainal Abidin, Muhammad Al-Baqir, ja’far As-Shodiq, dan Ismail
bin ja’far. Karena dinisbatkan pada ismail bin Ja’far As-Shadiq, syiah sab’iyah
disebut juga Syiah Ismailiyah.
Berbeda dengan Syi’ah Itsna Asyariyah, Syi’ah istna asyariyah membatalkan
ismail bin ja’far sebagai imam ketujuh karena memiliki kebiasaan tak terpuji dan
dia wafat mendahului bapaknya,ja’far. Sebagai penggantinya adalah Musa Al-
Kadzim, adik Ismail. Syiah sab’iyah menolak pembatalan tersebut berdasarkan
sistem pengangkatan imam dalam syi’ah dan menganggap Ismail sebagai Imam
ketujuh, dan sepeninggalnya diganti oleh putranya yang tertua yang bernama
Muhammad bin Ismail.
Syarat – syarat imam dalam pandangan Syi’ah Sab’iyah adalah sebagai berikut :
a. Imam harus berasal dari keturunan Ali melalui perkawinannya dengan
Fatimah yang kemudian dikenal dengan Ahlul bait.
b. Berbeda dengan aliran Kasaniah, pengikut Mukhtar Ats-tsaqafi,
mempropagandakan bahwa keimanan harus dari keturunan Ali melalui
pernikahannya dengan seorang wanita dari bani hanifah dan mempunyai
anak yang bernama Muhammad bin Al-hHanafiiyah.
c. Imam harus berdasrkan penunjukan atau nas. Syi’ah sab’iyah meyakini
bahwa setelah Nabi wafat, Ali menjadi Imam berdasarkan penunjukan
khusus dari Nabi sebelum beliau wafat. Suksesi keimanan menurut doktrin
dan tradisi syi’ah harus berdasarkan nas oleh imam terdahulu.
d. Keimanan jatuh pada anak tertua .Syi’ah sab’iyah menggariskan bahwa
seorang beriman memperoleh keimanan dengan jalan wiratsah (heredity).
Jadi, ayahnya yang menjadi iman menunjuk anak nya yang paling tua.
e. Imam harus maksum (immunity fromm sin an error). Sebagaimana sekte
Syi’ah lainnya, Syi’ah sab’iyah menggariskan bahwa seorang iman harus
terjaga dari salah satu dosa. Bahkan lebih dari itu, Syi’ah Sab’iyah
berpendapat bahwa meskipun iman berbuat salah, perbuatannyatidak salah.
f. Imam harus dijabat oleh seorang yang paling baik (best of man). Berbeda
dengan Zaidah, Syi’ah Sab’iyah dan Syi’ah Dua belas tidak membolehkan
imam mafdul, dalam pandangan Syi’ah Sab’iyah,perbuatan dan ucapan iman
tidak boleh bartentangan dengan syari’at. Sifat dan kekuasaan seorang sama
dengan nabi, perbedaan nya terletak pada kenyataan nya bahwa nabi
mendapatkan wahyu, sedangkan imam tidak mendapatkannya.
C. Syi’ah Zaidiyah
D. Syi’ah Ghulat
Asal-usul Penamaan Syiah Ghulat, Istlah Ghulat berasal dari kata ghala-
yaghlu-ghuluw artinya bertambah dan naik.Ghala bi ad-dinartinya memperkuat
dan menjadi ekstrim sehingga melampaui batas. Syiah ghulat adalah klompok
pendukung Ali yang memiliki sikap berlebih-lebihan atau ekstrim. Lebih jauh
menurut Abu Zahra adalah kelompok yang menempatkan Ali pada derjat
ketuhanan atau kenabian bahkan lebih dari nabi Muhammad SAW.
Gelar Ghuluw diberikan karena pendapat yang janggal, yakni ada beberapa
orang yang dianggap tuhan dan juga ada yang dianggap Rasul setelah Nabi
SAW, dan ada jga doktrin ekstrim lainnya seperti tanasukh, hulul, tasbih,dan
ibaha.Pada dasarnya sekte yang dibawa oleh Abdullah bin Saba’ ini terdapat
banyak sekte karena perbedaan prinsip yang mendasar bagi pengikut, namun
prinsip faham ini pada dasarnya dipengaruhi oleh sistem agama Babilonia Kuno
yang ada di Irak, seperti Zoroaster, Yahudi, Manikam, Mazdakisme.
1. Doktrin-doktrin Syiah Ghulat
Berbicara mengenai syiah ataupun aliran syiah, kita tidak akan terlepas
dengan mengaitkan hal tersebut dengan agama islam. Di kalangan awam
masyarakat islam menganggap syiah adalah eksistensi yang tidak jelas, tidak
diketahui apa hakikatnya, bagaimana berkembang, tidak melihat bagaimana
sejarahnya, dan tidak dapat diprediksi bagaimana di kemudian hari. Mereka
selalu mengaitkan bahwa syiah adalah islam. Padahal islam dan syiah sangat
berbeda sekali, terutama dalam hal aqidahnya. bagaikan minyak dan air yang
tidak mungkin dapat di satukan lagi.
Aliran ini timbul pada masa pemerintahan khalifah Usman Bin Affan yang
di pimpin oleh Abdullah bin Saba’ Al-Himyari. Abdullah bin Saba’ Al-Himyari
dalam memuliakan Ali sangat berlebihan diamenanamkan doktrin kepada
pengikut aliran syiah dengan suatu slogan bahwa Ali yang berhak menjadi imam
(khalifah) dan ia adalah seorang yang ma’shum (terjaga dari segala dosa).
Bahkan dia sampai menuhankan Ali. Hal ini terdengar oleh Khalifah Ali,
akhirnya Khalifah Ali memeranginya dengan membakar para pengikut aliran
syiah, kemudian sebagiannya lari ke Madain.
Pada periode awal hijriah, aliran syiah belum menjelma menjadi aliran yang
solid, namun pada abad ke dua hijriah syiah mengalami perkembangan yang
sangat pesat bahkan mulai menjadi mainstrem tersendiri. Dan pada periode-
periode berikutnya aliran Syiah menjadi semacam keyakinan yang menjadi trend
di kalangan generasi pemuda islam yaitu Syiah mengklaim menjadi tokoh
pembaharu Islam, namun banyak dari pemikiran dan prinsip dasar keyakinan ini
yang tidak sejalan dengan Islam itu sendiri.
Gerakan Syiah pertama kali berkembang di iran, rumah dan kiblat utama
Syiah. Namun sejak tahun 1979, persis ketika revolusi Iran meletus dan negeri
ini dipimpin oleh Ayatullah Khomeini dengan cara menumbangkan rejim Syah
Reza Pahlevi, Syiah merembes ke berbagai penjuru dunia. Kelompok-kelompok
yang mengarah kepada gerakan Syi’ah seperti yang terjadi di Iran, marak dan
muncul di mana-mana.
Dalam menyebarkan paham keagamaannya, Syiah menggunakan
beberapa cara. Diantaranya adalah dengan mengatasnamakan dirinya dengan
Madhzab Ahlul Bait. Dengan tampilan ini, aliran Syiah lebih leluasa dalam
menggait dan menyebarkan pahamnya terhadap masyarakat luas yang pada
umumnya adalah masyarakat awam. Cara yang kedua yaitu aliran syiah
membuat doktrin dan ajaran yang disebut dengan “TAQIYA”.Taqiyah adalah
konsep Syiah dimana mereka diperbolehkan memutarbalikkan fakta (berbohong)
untuk menutupi kesesatannya dan mengutarakan sesuatu yang tidak diyakininya.
Seorang Syi’ah wajib bertaqiyah di depan siapa saja, baik orang mukmin yang
bukan alirannya maupun orang kafir atau ketika kalah beradu argumentasi,
terancam keselamatannya serta di saat dalam kondisi minoritas. Dalam keadaan
minoritas dan terpojok, para tokoh Syi’ah memerintahkan untuk meningkatkan
taqiyah kepada pengikutnya agar menyatu dengan kalangan Ahlus Sunnah wal
Jama’ah, berangkat Jum’at di masjidnya dan tidak menampakkan permusuhan.
Inilah kecanggihan dan kemujaraban konsep taqiyah, sehingga sangat sulit untuk
melacak apalagi membendung gerakan mereka.
Para ulama Ahli Sunnah wal Jama’ah berpendapat bahwa melakukan
Taqiyah adalah hukumnya mubah(boleh) sesuai yang terdapat dalam al-Quran
dan as-Sunnah. Mubah disini dapat dikategorikan apabila dalam keadaan
terpaksa dan mengancam keselamatan jiwa. Seperti ketika menghadapi kaum
musrikin demi menjaga keselamatan jiwanya dari siksaan yang akan
menimpanya, atau dipaksa untuk kafir dan taqiyah ini merupakan pilihan
terakhir karena tidak ada jalan lain. Demikianlah doktrin taqiyah yang
ditanamkan syiah kepada para pengikutnya yang telah menyalahi dan
menyimpang dari ajaran Allah yang bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah.
1. Kesesatan-kesesatan Syiah
Di kalangan Syiah, terkenal klaim 12 Imam atau sering pula disebut “Ahlul
Bait” Rasulullah Muhammad saw; penganutnya mendakwa hanya dirinya atau
golongannya yang mencintai dan mengikuti Ahlul Bait. Klaim ini tentu saja
ampuh dalam mengelabui kaum Ahli Sunnah, yang dalam ajaran agamanya,
diperintahkan untuk mencintai dan menjungjung tinggi Ahlul Bait. Padahal para
imam Ahlul Bait berlepas diri dari tuduhan dan anggapan mereka. Tokoh-tokoh
Ahlul Bait (Alawiyyin) bahkan sangat gigih dalam memerangi faham Syi’ah,
seperti mantan Mufti Kerajaan Johor Bahru, Sayyid Alwi bin Thahir Al-Haddad,
dalam bukunya “Uqud Al-Almas.”
Adapun beberapa kesesatan Syiah yang telah nyata adalah:
a. Keyakinan bahwa Imam sesudah Rasulullah saw. Adalah Ali bin Abi Thalib,
sesuai dengan sabda Nabi saw. Karena itu para Khalifah dituduh merampok
kepemimpinan dari tangan Ali bin Abi Thalib r.a. Keyakinan bahwa Imam
mereka maksum (terjaga dari salah dan dosa).Keyakinan bahwa Ali bin Abi
Thalib dan para Imam yang telah wafat akan hidup kembali sebelum hari
kiamat untuk membalas dendam kepada lawan-lawannya, yaitu Abu Bakar,
Umar, Utsman, Aisyah dll.Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para
Imam mengetahui rahasia ghaib, baik yang lalu maupun yang akan datang.
Ini berarti sama dengan menuhankan Ali dan Imam.
b. Keyakinan tentang ketuhanan Ali bin Abi Thalib yang dideklarasikan oleh
para pengikut Abdullah bin Saba’ dan akhirnya mereka dihukum bakar oleh
Ali bin Abi Thalib sendiri karena keyakinan tersebut.
c. Keyakinan mengutamakan Ali bin Abi Thalib atas Abu Bakar dan Umar bin
Khatab. Padahal Ali sendiri mengambil tindakan hukum cambuk 80 kali
terhadap orang yang meyakini kebohongan tersebut. Keyakinan mencaci
maki ara sahabat atau sebagian sahabat seperti Utsman bin Affan (lihat
Dirasat fil Ahwaa’ wal Firaq wal Bida’ wa Mauqifus Salaf minhaa, Dr.
Nashir bin Abd. Karim Al Aql, hal.237).
1. Kesimpulan
Abu Zahrah, Aliran Politik dan Aqidah Dalam Islam, Jakarta: Logos, 1996.