Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

HADIS MAUDHU’ (PALSU)

Disusun Oleh:
Kelompok 4
Safarina Malang
Ikja Rianti Selang
Rinto Umasugi

PROGRAM STUDY EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) AMBON
2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa abadi
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. dan umatnya.
Dengan penuh harap semoga jasa kebaikan mereka diterima Allah SWT.
dan tercatat sebagai amal shalih. Akhirnya, karya ini penulis suguhkan kepada
segenap pembaca, dengan harapan adanya saran dan kritik yang bersifat
konstruktif demi perbaikan. Semoga karya ini bermanfaat dan mendapat ridha
Allah SWT.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................2

DAFTAR ISI................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................4

A. Latar Belakang....................................................................................4

B. Rumusan Masalah...............................................................................4

BAB II PEMBAHASAN................................................................................5

A. Pengertian Hadist Maudu’....................................................................5

B. Sejarah Munculnya Hadist Maudhu’......................................................6

C. Faktor Penyebab Munculnya Hadist Maudhu’........................................7

D. Ciri-Ciri hadist Maudhu’......................................................................8

E. Contoh Hadist Maudhu’.....................................................................10

F. Usaha Ulama' dalam Menanggulangi Hadits Maudhu'...........................10

BAB III PENUTUP.....................................................................................12

A. Kesimpulan.......................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Quran sebagai sumber hukum Islam yang pokok banyak yang
mengandung ayat-ayat yang bersifat mujmal, malak, dan 'am. Oleh karenanya
kehadiran hadits berfungsi untuk "tabyin wa taudhih" terhadap ayat-ayat tersebut.
Ini menunjukkan hadis menduduki posisi yang sangat penting dalam literatur
sumber hukum Islam. Namun kesenjangan waktu antara sepeninggal Rasulullah
SAW dengan waktu pembukuan hadis (hampir I abad) merupakan kesempatan
yang baik bagi orang-orang atau kelompok tertentu untuk memulai aksinya
membuat dan mengatakan sesuatu yang kemudian disbatkan kepad Rasulullah
SAW dengan alasan yang dibuat-buat. Penisbatan sesuatu kepada Rasulullah
SAW. seperti inilah yang selanjutnya dikenal
dengan palsu atau Hadis Maudhu.
Hadis Maudhu' ini sebenarnya tidak layak untuk disebut sebagai sebuah
hadis, karena ia sudah jelas bukan sebuah hadis yang bisa disandarkan pada Nabi
SAW. Hadis maudhu' in berbeda dengan hadis dha' if. Hadis maudhu' sudah ada
kejelasan akan kepalsuannya sementara hadis dha'if belum jelas, hanya samar-
samar. Tapi ada juga yang memasukkan pembahasan hadis maudhu' ini ke dalam
bahasan hadis dha'if.
B. Rumusan Masalah
1. apa pengertian hadits maudhu"?
2. bagaimanakah sejarah kemunculan dan penyebaran hadist maudhu"?
3. apa faktor penyebab munculnya hadits maudhu'?
4. apa ciri-ciri hadits maudhu'?
5. apa contoh hadits maudhu"?
6. bagaimana usaha ulama' dalam menanggulangi hadits maudhu"?
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadist Maudu’
Secara bahasa, Al-Maudhu' adalah isim maful dari wadhaa,
yadha'u,wadhan, yang mempunyai arti al-isqath (meletakkan atau menyimpan);
al-iftira wa al-ikhtilaq (mengada- ada atau membuat-buat); dan al-tarku
(ditinggal). Pengertian hadis maudhu' secara kebahasaan dan keistilahan
mempunyai hubungan kesinambungan cakupan makna dan sasaran antara
pengertiankeadaannya.
a. Al-hiththah berarti bahwa hadis maudhu' adalah hadis yang terbuang dan
terlempar dari kebahasaan yang tidak memiliki dasar sama sekali untuk
diangkat sebagai landasan hujjah.
b. Al-isqath berarti bahwa hadis maudhu adalah hadis yang gugur, tidak
boleh diangkat sebagai dasar istidal.
c. Al-islag berarti bahwa hadis maudhu' adalah hadis yang ditempelkan
(diklaimkan) kepada Nabi Muhammad agar dianggap berasal dari Nabi,
padahal bukan berasal dari Nabi.
d. Al-ikhtilag berarti bahwa hadis maudhu' adalah hadis yang dibuat-buat
sebagai ucapan, perbuatan atau ketetapan yang berasal dari Nabi, padahal
bukan berasal dari Nabi.
Jadi hadis maudhu' itu adalah bukan hadis yang bersumber dari Rasul.
akan tetapi suatu perkataan atau perbuatan seseorang atau pihak-pihak tertentu
dengan suatu alasan kemudian dinisbatkan kepada Rasul! Untuk hadis palsu,
ulama biasanya menyebutnya dengan istilah hadis maudhu', hadis munkar, hadis
bathil, dan yang semacamnya. Tidak boleh meriwayatkan sesuatu hadis yang
kenyataannya palsu bagi mereka yang sudah mengetahui akan kepalsuan hadis itu.
Kecuali apabila sesudah ia meriwayatkan hadis itu kemudian dia memberi
penjelasan bahwa hadis itu adalah palsu, guna menyelamatkan mereka yang
mendengar atau menerima hadis itu dari padanya. Tujuan pembuatan hadis palsu
adalah untuk kepentigan dakwah dan zuhud.
B. Sejarah Munculnya Hadist Maudhu’
Masuknya secara masal penganut agama lain kedalam Islam, yang
merupakan dari keberhasilan dakwah Islamiyah keseluruh pelosok dunia, secara
tidak langsung menjadi faktor munculnya hadits-hadits palsu. Kita tidak bisa
menafikan bahwa masuknya mereka ke Islam, disamping ada yang benar-benar
ikhlas, ada juga segolongan mereka yang menganut agama Islam hanya karena
terpaksa tunduk pada kekuasaan Islam pada waktu itu. Golongan ini kita kenal
dengan kaum Munafik
Golongan tersebut senantiasa menyimpan dendam dan dengki terhadap
islah dan senantiasa menunggu peluang yang tepat untuk merusak dan
menimbulkan keraguan dalam hati-hati orang-orang Islam. Maka datanglah waktu
yang ditunggu-tunggu oleh mereka, yaitu pada masa pemerintahan Utsman bin
Affan. Golongan inilah yang mulai menaburkan benih-benih fitnah yang pertama.
salah seorang tokoh yang berperan dalam upaya menghancurkan Islam pada masa
Utsman bin Affan adalah Abdullah bin Saba", seorang yahudi yang menyatakan
telah memeluk Islam.
Dengan bertopengkan pembelaan kepada saydina Ali dan Ahli Bait, ia
menabur fitnah untuk fitnah kepada orang ramai. Ia menyatakan bahwa Ali lebih
berhak menjadi khalifah dari pada Utsman, bahkan lebih berhak daripada Abu
Bakar dan Umar. Halitu karena, menurut Abdullah bin Saba', sesuai dengan
wasiat dari Nabi SAW. Lalu, untuk mendukung propoganda
Tersebut.
Namun penyebaran hadits Maudhu' pada masa ini belum begitu meluas
karena masih banyak sahabat utama yang masih hidup dan mengetahui dengan
penuh yakin akan suatu kepalsuan suatu hadits. Setelah zaman shahabat berlalu,
penelitian terhadap hadits-hadits Nabi SAW, mulai melemah. Ini menyebabkan
bayaknya periwayatan dan penyebaran hadits secara tidak langsung telah
menyebabkan terjadinya pendustaan terhadap Rasulullah dan sebagian shahabat
Ditambah lagi dengan adanya konflik politik antara umat Islam yang semakin
hebat, telah membuka peluang kepada golongan tertentu yang mencoba
bersengkongkol dengan penguasa untuk memalsukan hadits.
C. Faktor Penyebab Munculnya Hadist Maudhu’
1. Pertentangan Politik Dalam Soal Pemilihan Kholifah
Pertentangan diantara umat Islam timbul setelh terjadinya pembunuhan
terhadap khalifah Umar bin Affan oleh para pemberontak dan kekhalifahan
digantikan oleh Ali bin Abi Thalib. Konflik-konflik politik telah menyeret
permasalahan agama masik kedalamnya dan membawa pengaruh juga pada
madzhab-madzhab keaamaan. Karena persaingan untuk menonjolkan kelompok
mereka masing-masing. maka ketika mencari dalil dalam Al-Qur'an dan as-
Sunnah tidak ada, mereka membuat pernyataan-pernyataan yang disandarkan pada
Nabi SAW. Dari sinilah Hadits palsu berkembang. Materi Hadits pertama tentang
keunggulan seseorang dan kelompoknya.
Orang-orang syiah membuat hadits mandhu tentang keutamaan-
keutamaan Ali dan Ahli Bait Disamping itu mereka membuat hadits maudhu
dengan maksud mencela cela dan menjelek jelekkan Abu Bakar ra dan Umar ra
Golongan yang fanatik kepada muawiyah membuat pula hadits palsu yang
menerangkan keutamaan muawiyah diantaranya:"orang yang terpercaya itu ada
tiga, yaitu aku, jibril, dan muawiyah".
2. Adanya kesenjangan dari pihak lain untuk merusak ajaran Islam
Golongan ini adalah terdiri dari golongan zindiq, yahudi, Majusi, dan
nasrani yang senantiasa menyimpan dendam tehadap agama Islam. Faktur ini
merupakan awal munculnya hadits maudhu'. Hal ini berdasarkan peristiwa
Abdullah bin Saba yang mencoba memecah belah umat Islam dengan
bertopengkan kecintaan kepada Ahli Bait. Sejarah mencatat bahwa ia adalah
seorang yahudi yang berpura pura memeluk agama Islam. Oleh karena itu. in
berani menciptakan hadits maudhu' pada saat masih banyak sahabat utama masih
hidup. Khalifah yang sangat keras membasmi gerakan orang-orang zingią ini
adalah khalifah Al-Mahdy dari dinasti abbasiyah.
3. Mempertahankan madzhab dalam masalah fiqih
Para pengikut madzhab fiqih dan pengikut ulama' kalam, yang bodoh dan
dangkal ilmu agamanya, membuat pula hadits-hadits palsu untuk menguatkan
paham pendirian imannya. Mereka yang fanatik terhadap madzhab Abu Hanifah
yang menganggap tidak sah shalat mengangkat kedua tangan dikala sholat
membuat hadits maudhu' sbb: Barang siapa mengangkat kedua tangannya didlam
sholat,tidak sah sholatnya.
4. Menjilat para penguasa untuk mencari kedudukan atau hadiah
Ulama'-ulama' su membuat hadits palsu ini untuk membenarkan perbuatan
perbuatan para penguasa sehingga dari perbuatannya tersebut, mereka mendapat
upah dengan diberi kedudukan atau harta. Seperti kisah Ghiyats bin Ibrahim An-
Nakha'i yang datang kepada amirul mu'minin Al-Mahdi yang sedang bermain
merpati, lalu ia menyebut hadits dengan sanadnya secara berturut turut sampai
kepada Nabi SAW bahwasanya beliau bersabda, laa sabaga illa fiinaslin aukhuffin
auhaafirin aw janaahin, "tidak ada perlombaan kecualai dalam anak panah,
ketangkasan menunggang kuda atauburung yang bersayap.
D. Ciri-Ciri hadist Maudhu’
1. Ciri-ciri yang terdapat pada Sanad
a. Rawi tersebut terkenal berdusta (seorang pendusta) dan tidak ada seorang
rawi yang terpercaya yang meriwayatkan hadits dari dia
b. Pengakuan dari si pembuat sendiri, seperti pengakuan seorang guru
taSAWwuf, ketika ditanya oleh ibnu ismail tentang keutamaan ayat Al-
Qur'an, maka dijawab: "tidak seorang pun yang meriwayatkan hadits ini
kepadaku. Akan tetapi, kami melihat manusia membenci Al-qur'an, kami
ciptakan untuk mereka hadits ini (tentang keutamaan ayat-ayat Al-
Qur'an), agar mereka menaruh perhatian untuk mencintai Al-Qur'an."
c. Kenyataan sejarah, mereka tidak mungkin bertemu, misalnya ada
pengakuan seorang rawi bahwa ia menerima hadits dari seorang guru,
padahal ia tidak pernah bertemu dengan guru tersebut, atau ia lahir
sesudah guru tersebut meninggal, misalnya ketika Ma'mun ibn Ahmad As-
Sarawi mengaku bahwa ia menerima Hadits dari Hisyam ibn Amr kepada
Ibnu Hibban maka Ibnu Hibban bertanya, "kapan engkau pergi ke Syam?"
Ma'mun menjawab, " pada tahun 250 H." Mendengar itu Ibnu Hibban
berkata, Hisyam meninggal dunia pada tahun 245 H."
d. Keadaan rawi dan faktor-faktor yang mendorongnya membuat hadits
maudhu'. Misalnya seperti yang dilakukan oleh Giyats bin Ibrahim, kala ia
berkunjung kerumah Al- Mahdi yang sedang bermain dengan burung
merpati yang berkata:
"Tidak sah perlombaan itu, selain mengadu anak panah, mengadu unta, mengadu
kuda, atau mengadu burung la menambahkan kata, "au janahin"
(atau mengadu burung), untuk menyenagkan Al-Mahdi, lalu Al-Mahdi
memberinya sepuluh ribu dirham. Setelah ia berpaling, sang Amir berkata: aku
bersaksi bahwa tengkukmu adalah tengkuk pendusta, atas Nama Rasulullah SAW,
lalu ia memerintahkan tentang kemaudhu'an suatu Hadits.
2. Ciri-ciri yang terdapat pada Matan
a. Keburukan susunan lafadznya. Ciri ini akan diketahui setelah kita
mendalami ilmu bayan. Dengan mendalami ilmu bayan ini, kita akan
merasakan susunan kata, mana yang keluar dari mulut Rasulullah SAW
dan mana yang tidak mungkin keluar dari mulut Rasulullah SAW.
b. Kerusakan maknanya
1. Karena bertentangan dengan ilmu kedokteran, seperti hadits
"Buah terong itu penawar bagi penyakit".
2. Bertentangan dengan keterangan Al-Qur'an, Hadits mutawatir, dan kaidah-
kaidah kulliyah. Seperti Hadits:
“Anak zina itu tidak dpat masuk syurga sampai tujuh turunan".
E. Contoh Hadist Maudhu’
Maka berikut ini ada beberapa Hadits Maudhu' bersama keterangannya,
serta di mana perlu dan di sebutkan bagian dari sebab-sebabnya atau tanda-
tandanya.
a. ucapan tersebut bukan sabda Nabi SAW, maka yang demikian dinamakan
maudhu', yakni Hadits yang dibuat-buat orang.
“Sesungguhnya bulan pernah masuk dalam saku baju Nabi SAW, dan keluar dari
tangan bajunya”
Keterangan:
1. Ucapan ini bukan sabda Nabi, tetapi orang katakan hadits Nabi SAW. Jadi
dinamakan dia maudhu', palsu
2. Tukang-tukang cerita sering membawakan hadits itu waktu menceritakan
perjalanan atau maulid Nabi, dengan maksud supaya orang tertarik
mendengarkan ceritanya.
3. Perasaan atau keyakinan kita mesti mendustakan isinya, karena tidak
terbayang dalam fikiran, bahwa bulan yang begitu besar dapat masuk "
“ Kalau salah seorang dari pada kamu menyangka baik kepada sebuah batu,
niscaya dengan batu ini, Allah akan memberi manfaat kepadanya”
Keterangan:
1. Tujuan hadits ini supaya manusia menghormati atau menyembah batu.
2. Tujuan hadits ini supaya manusia menghormati atau menyembah batu.
3. bahwa omongan itu adalah buatan kaum musyrikin penyembah berhala.
Hadits- hadits palsu
F. Usaha Ulama' dalam Menanggulangi Hadits Maudhu'
Upaya ulama dalam menjaga dan memelihara hadis dari pemalsuan
dilakukan secara sungguh-sungguh melalui penelitian dari sejak masa sahabat
sampai selesainya perhimpunan hadis ke dalam karya-karya besar mereka. Upaya-
upaya yang ditempuh para ulama dalam menjaga hadis Nabi SAW. adalah sebagai
berikut:
1. Berpegang pada keshahihan sanad Para
Para sahabat, tabi'in dan para ulama sangat ketat dalam menuntut isnad
dari para perawi dan mereka selalu terapkan dalam meriwayatkan hadits.
Keketatan menuntut isnad tidak hanya berlaku di kalangan ulama dan pencari
hadis. Tetapi isnad telah menjadi hal umum yang diterima, baik di kalangan ulama
maupun kalangan awam."
2. Meningkatkan semangat ilmiah dan ketelitiandalam meriwayatkan hadits
Semangat
Semangat ilmiah pada masa sahabat dan tabi'in dalam upaya memelihara
kemurnian hadis sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari aktifitas "Faiz
Muhammad, "Hadits Maudhu mereka baik dalam menuntut hadis maupun dengan
mengadakan perjalanan ilmiah dalam menyebarluaskan hadis ke berbagai daerah.
Demikian pula. apabila sebagian tabi in mendengar suatu hadis dari selain
sahabat, maka mereka bergegas untuk menemui sahabat yang masih ada secara
langsung untuk pengecekan dan pengukuhan keabsahan yang mereka dengar.
Sama halnya yang dilakukan tabi'in kecil terhadap tabi'in besar dan seterusnya.
3. Menjelaskan hal ihwal para perawi
Seorang ahli hadis harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang para
periwayat hadis, agar ia dapat menilai kejujuran dan kekuatan hafalannya, sabagai
pegangan dalam membedakan yang shahih dari yang palsu dan yang baik dari
yang buruk. Justru itu para ahli hadis mengadakan penelitian tentang kehidupan
para periwayat dan mengenal hal-ihwal mereka. Mereka melakukan kritik karena
Allah samata, bukan karena rasa takut kepada seseorang.
4. Meletakkan kaidah-kaidah untuk mengetahui hadits maudhu' Selain
kaidah- kaidah yang rumit dalam rangka mengetahui hadis shahih, hasan
dan dha'if, para ahli hadis juga meletakkan kaidah-kaidah untuk
mengetahui hadis yang maudhu'. Mereka menyebutkan tanda-tanda
kepalsuan baik dalam sanad maupun dalam matan
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Hadits maudhu' itu adalah bukan hadis yang bersumber dari Rasul, akan
tetapi suatu perkataan atau perbuatan seseorang atau pihak-pihak tertentu dengan
suatu alasan kemudian dinisbatkan kepada Rasul. Adapun latar belakangnya
hadits maudhu tersebut hakikatnya adalah pembelaan atau pembencian terhadap
suatu golongan tertentu.
Hadits maudhu dapat diidentifikasi keberadaannya dengan mengetahuinya
berdasarkan metode-metode tertentu, misalnya mengetahui ciri-ciri yang terdapat
pada sanad dan matannya. Menyikapi terhadap adanya hadits maudhu sangat
beragam, ada sekelompok orang yang menyikapinya dengan menerima tanpa
pertimbangan tertentu, ada pula yang menerimanya dengan berbagai catatan
tertentu, bahkan ada pula yang tidak menerimanya sama sekali.
DAFTAR PUSTAKA
FaizMuhammad,"HaditsMaudhu
dalamhttp://gudangsenmamakalahkuliah.blogspot.com/2016/03/makalah-hadits
maudhu.html, diakses pada 29 Oktober 2018 pukul 19.35 WIB
Masyud. "Hadits Maudhu dalam http://masvud94.blogspot.com/2013/12/normal-
0- false-false -false-en-us-x-none.html, diakses pada 29 Oktober 2018 pukul 19.15
WIB
Solahuddin, Muhammad 2009. Ulumul Hadits Bandung: CV Pustaka Setia
Sulaiman, M.Noor, 2008. Antologi Ilmu Hadits. Jakarta: Gaung Persada Press
Rofiah, Khusniati. 2010.

Anda mungkin juga menyukai