Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BERINTERAKSI DENGAN HADIS MAUDU’

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


STUDI AL-QURAN HADIST

DisusunOleh : Kelompok III

Andre Eka Putra/22010010


Elva Susanti / 22010002
Fandrijal / 22010013
Reska Yuliandari /22010007
Fuji Ilahi / 22010019

DosenPengampu:
Aguswan Rasyid, Lc, MA, Ph.D

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PROGRAMPASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT
TAHUN2022M/1444H
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan

penyusunan makalah ini yang berjudul “ Berinteraksi dengan Hadits Maudhu’ ”

dalam bentuk maupun isinya dengan sangat sederhana ini, dalam rangka

memenuhi tugas Studi Al-Qur’an dan Hadits.

Sholawat dan salam tidak lupa kita doakan kepada Allah untuk junjugan

kita Nabi besar muhammad SAW. Semoga makalah ini dapat dipergunakan

sebagai satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi

Pendidikan dan profesi keguruan khususnya Pendididkan Agama Islam.Penulis

merasa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik secara teknis

maupun materi mengingat minimnya kemampuan yang dimiliki.Maka dari itu,

kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak dibutuhkan demi

penyempurnaan makalah ini.Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak

terhinga kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam penyelesaian makalah

ini.Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan

setimpal kepada mereka yang memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua

bantuan itu sebagai ibadah.Amin Ya Rabbal Alamin.

Padang, Januari 2023

Penulis

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................

A. Latar Belakang.....................................................................................................

B. Rumusan Masalah................................................................................................

BAB II PEMBAHASAHAN......................................................................................

A. Pengertian Hadist Maudhu’..................................................................................

B. Sejarah Munculnya Hadist Maudhu’...................................................................

C. Hukum meriwayatkan hadis Maudhu’.................................................................

D. Kitab yang memuat hadis Maudhu’.....................................................................

BAB III PENUTUP....................................................................................................

Kesimpulan..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al Quran sebagai sumber hukum yang pokok sudah tidak terbantahkan lagi,

namun dalam memahami Al-Quran umat Islam membutuhkan hadist, hadist

sebagai dasar hukum kedua setelah Al-Quran telah disepakati oleh para ulama.

Kedua dasar hukum ini tidak dapat di pisahkan dalam memahami ajaran agama

Islam. Hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad

SAW baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir atau ketetapan setelah beliau

diangkat menjadi Nabi/ Rasul.Sebagai umat Islam kita wajib menerima semua

ajaran yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW. Namun di sangat Disayangkan

keberadaan Hadist yang merupakan sumber hukum yang benar benar berasal dari

Rasulullah saw, di nodai oleh munculnya hadist hadist maudu’ (palsu) yang

sengaja di buat oleh orang orang tertentu dan disebarkan ditengah masyarakat

dengan tujuan dan motif yang beragam.

Hadist maudu’ ini sebenarnya tidak layak disebut sebagai sebuah hadit,

karena sudah jelas bukan merupakan hadist yang bisa di sandarkan kepada Nabi

Muhammad saw. Dalam makalah ini kami akan membahas lebih dalam tentang

hadist maudu’. Jadi untuk lebih jelasnya tentang hadits maudu’ akan dibahas

dalam makalah ini.


B.   Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian hadist maudu’

2. Bagaimana sejarah munculnya hadist maudu’

3. Apa Hukum meriwayatkan hadist palsu

4. Kitab kitab apa saja yang memuat hadist palsu


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadits Maudhu’

Hadits mauḍū ’berasal dari dua suku kata bahasa Arab yaitu al-Hadith

dan al-Mauḍū’. al-Hadith dari segi bahasa mempunyai beberapa pengertian

seperti baru (al-jadd) dan cerita (al- khabar). Kata al-Maudhu’, dari sudut

bahasa berasal dari kata waḍa’a –yaḍa’u–waḍ’an wa mawḍū’an– yang

memiliki beberapa arti antara lain telah menggugurkan, menghinakan,

mengurangkan, melahirkan, merendahkan, membuat, menanggalkan,

menurunkan dan lain-lainnya. Arti yang paling tepat disandarkan pada kata

al-Maudhu’ supaya menghasilkan makna yang dikehendaki yaitu telah membuat.

Oleh karena itu maudhu’ (di atas timbangan isim maf’ul –benda yang dikenai

perbuatan) mempunyai arti yang dibuat.1

Para ahli hadis mendefinisikan bahwa Hadis Maudhu adalah: Hadis yang

diciptakan dan dibuat-buat oleh orang-orang pendusta dan kemudian dikatakan

bahwa itu hadis Rasulullah saw. (Subhi Shalih, Ulumul hadts wa Musthalahuhu,:

263)2

Berdasarkan pengertian al-Hadits dan al-Maudhu’ ini, dapat

disimpulkan bahwa definisi hadits maudhu’ adalah sesuatu yang disandarkan

kepada Nabi Muhammad SAW baik perbuatan, perkataan, taqrir, dan sifat

beliau secara dusta. Lebih tepat lagi ulama hadits mendefinisikannya sebagai apa-
1 Edi Kuswadi.”hadist maudhu dan hukum mengamalkannya”.EL-BANAT jurnal Pemikiran dan
Pendidikan Agama Islam. Vol, 6.No, 1.(2016).81.
2 Rabiatul Aslamiyah.”Hadist Maudhu’ dan Akibatnya”. Alhiwar Jurnal Ilmu dan Teknik Dakwah.
Vol,4. No, 7(2016).24.
apa yang tidak pernah keluar dari Nabi SAW baik dalam bentuk perkataan,

perbuatan atau taqrir, tetapi disandarkan kepada beliau secara

sengaja.

Jadi hadist maudu’ bukan lah hadist yang bersumber dari Nabi

Muhammad saw, oleh karena itu hadist maudu’ tidak termasuk kepada pembagian

hadist yang lain walaupun masih ada ulama menyandarkan kepada hadit dhaif.

Hadist maudu’ sudah ada kejelasan kepalsuannya yang sama sekali tidak

bersumber kepada Rasulullah. Dan tidak lah benar jika menyampaikan hadist ini

kecuali menerangkan keadaan sebenarnya bahwa hadist di sampaikan tergolong

hadist maudu’.

B. Sejarah Munculnya Hadist Maudhu’

Abil Ash dalam bukunya rekonstruksi hadist maudhu’ menjelaskan ada

beberapa pendapat para tokoh ilmu hadist tentang awal mulanya muncul hadist

maudhu ini.

a. Menurut pendapat Ahmad Amin , bahwa hadis palsu sudah muncul sejak

Nabi Muhammad Saw masih hidup, pendapat ini berlandasan dengan hadis

Nabi yang mutawwatir, mengancam kepada orang yang berbohong atas

nama Nabi. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari,Imam

Muslim, Imam Tirmidzi, Imam Abu Daud, Imam Ibnu Majah, Imam Ahmad

bin Hanbal, Imam Ibnu Hibban dan lain-lainnya.

“Telah mentahditskan kepada kami oleh Muhammad bin 'Ubaid al-Ghubarî,

mentahditskan kepada kami Abû 'Awânah, dari Abî Ḫaşhîn, dari Abî Ṣâliḫ,
dari Abî Hurairah, berkata: telah bersabda Rasulullah Saw, "barang siapa

yang secara sengaja berdusta kepadaku, maka hendaklah ia mengambil

tempat di api neraka."

b. Pendapat kedua ini diutarakan oleh al-Adlabi, menurutnya bahwa hadis

palsu yang bersinggungan dengan perkara dunia telah terjadi sejak masa

Nabi Muhammad Saw, namun yang menyinggung perihal tentang agama

Islam itu belum terjadi.

c. Hadis palsu (hadîs mawḍû') muncul dari akibat peristiwa besar dalam

sejarah dunia Islam, yakni peristiwa fitnah kubra yang terjadi pada zaman

era ke-khalifah-an sahabat Utsman bin Affan –semoga Allah meridhainya-.

Dan bersambung terus ke zaman era sahabat Alî bin Abî Ṯâlib –semoga

Allah meridhainya-. Peristiwa fitnah kubra inilah awal mula percikan api

pertama dalam munculnya hadis palsu. Dan mengakibatkan kepada

terpecahnya umat Islam terbagi ke beberapa sekte aliran dalam teologi,

mulai dari sekte aliran teologi sunni, syiah, khawarij, qadariyah, murjiah dan

lain-lainnya. Sehingga dampak buruknya berkelanjutan sampai sekarang

dalam kehidupan sosial politik umat Islam di dunia.3

Munculnya golongan golongan aliran dalam Islam menjadi pintu gerbang

tersebarnya hadist palsu, apalagi pada masa tersebut Islam sudah mulai dikenal

luas, dan banyak nya penganut agama lain yang masuk Islam, yang di antara

mereka banyak terdapat orang-orang munafik yang tidak memiliki niat yang tulus

dalam menerima Islam. Banyak faktor-faktor yang menyebabkan munculnya

hadist palsu yaitu :


3 Abil Ash. Rekontruksi Hadist Maudhu’.(Sukabumi:haura publising.2021).27.
a. Faktor Politik

Pertentangan di antara umat Islam timbul setelah terjadinya pembunuhan

terhadap khalifah Utsman bin Affan oleh para pemberontak dan kekhalifahan

digantikan oleh Ali bin Abi Thalib menyebabkan Umat Islam pada masa itu

terpecah-belah menjadi beberapa golongan, seperti golongan yang ingin

menuntut bela terhadap kematian khalifah Utsman dan golongan yang

mendukung kekhalifahan Ali (Syi’ah). Setelah perang Siffin, muncul pula

beberapa golongan lainnya, seperti Khawarij dan golongan pendukung

Muawiyyah, masing masing mereka mengklaim bahwa kelompoknya yang

paling benar sesuai dengan ijtihad mereka, masing- masing ingin

mempertahankan kelompoknya, dan mencari simpati massa yang paling besar

dengan cara mengambil dalil Al- Qur’an dan Hadist. Jika tidak ada dalil yang

mendukung kelompoknya, mereka mencoba mentakwilkan dan memberikan

interpretasi (penafsiran) yang terkadang tidak layak. .

b. Faktor Kebencian dan permusuhan.

Keberhasilan dakwah Islam myebabkan masuknya pemeluk agama lain

kedalam Islam, namun ada diantara mereka ada yang masih menyimpan dendam

dan sakit hati melihat kemajuan Islam. Mereka inilah yang kemudian membuat

hadis-hadis maudhu. Golongan ini terdiri dari golongan Zindiq, Yahudi, Majusi,

dan Nasrani yang senantiasa menyimpan dendam dan benci terhadap agama

Islam. Mereka tidak mampu untuk melawan kekuatan Islam secara terbuka maka

mereka mengambil jalan yang buruk ini, yaitu menciptakan sejumlah hadist

maudhu’ dengan tujuan merusak ajaran Islam dan menghilangkan kemurnian dan
ketinggiannya dalam pandangan ahli fikir dan ahli ilmu.

c. Faktor Kebodohan.

Ada golongan dari ummat Islam yang suka beramal ibadah namun kurang

memahami agama, mereka membuat hadist-hadis maudlu (palsu) dengan tujuan

menarik orang untuk berbuat lebih baik dengan cara membuat hadis yang berisi

dorongan-dorongan untuk meningkatkan amal dengan menyebutkan kelebihan

dan keutamaan dari amalan tertentu tanpa dasar yang benar melalui hadist targhib

yang mereka buat sendiri. Biasanya hadis palsu semacam ini menjanjikan pahala

yang sangat besar kepada perbuatan kecil. Mereka juga membuat hadis maudhu

(palsu) yang berisi dorongan untuk meninggalkan perbuatan yang dipandangnya

tidak baik dengan cara membuat hadis maudhu yang memberikan ancaman besar

terhadap perbutan salah yang sepele.

d. Fanatisme yang keliru

Sikap sebagian penguasa Bani Umayah yang cenderung fanatisme dan

rasialis, telah ikut mendorong kalangan Mawali untuk membuat hadits-hadits

palsu sebagai upaya untuk mempersamakan mereka dengan orang-orang Arab.

e. Faktor Popularitas dan Ekonomi

Sebagian tukang cerita yang ingin agar apa yang disampaikan nya menarik

perhatian orang, dia berusaha mengumpulkan orang dengan cara membuat hadits-

hadits palsu yang membuat masyarakat suka dan tertarik kepada mreka,

menggerakkan keinginan, juga memberikan harapan bagi mereka. Demikian juga

para pegawai dan tokoh masyarakat yang ingin mencari muka (menjilat ) kepada

penguasa membuat hadsi-hadis maudhu untuk tujuan supaya lebih dekat dengan
penguasa agar mendapatkan fasilitas tertentu atau popularitas saja. 4

C. Hukum Meriwayatkan Hadist Maudhu’

Umat Islam telah sepakat bahwa hukum membuat dan meriwayatkan hadits

maudhu’ dengan sengaja adalah haram secara mutkaq, bagi mereka yang sudah

mengetahui hadits itu palsu. Adapun bagi mereka yang meriwayatkan dengan

tujuan memberi tahu kepada orang bahwa hadits ini adalah palsu (menerangkan

sesudah meriwayatkan atau membacanya), tidak ada dosa atasnya.

Nabi saw bersabda:

“Siapa yang berdusta terhadapku dengan sengaja maka hendaklah dia

menempati tempatnya di neraka ”(HR. Bukhari)

Keharaman meriwayatkan hadis Maudhu ini, berlaku pada semua keadaan,

baik yang berkaitan dengan hal hukum, certera, targhib-tarhib (dorongan kebaikan

ancaman keburukan) juga yang berkaitan dengan lainnya. Nabi saw bersabda:

“Siapa yang menceriterakan suatu hadis (tentang aku) dan dia tahu bahwa itu

dusta, maka dia termasuk golongan pendusta”(HR Ahmad : 18211)5

Mereka yang tidak tahu sama sekali kemudian meriwayatkannya atau

mereka mengamalkan makna hadits tersebut karena tidak tahu, tidak ada dosa

atasnya. Akan tetapi, sesudah mendapatkan penjelasan bahwa riwayat atau hadits

yang dia ceritakan atau amalkan itu adalah hadits palsu, hendaklah segera dia

tinggalkannya, kalau tetap dia amalkan, sedangkan dari jalan atau sanad lain tidak

ada sama sekali, hukumnya tidak boleh.

4 Rabiatul Aslamiyah.”Hadist Maudhu’ dan Akibatnya”. Alhiwar Jurnal Ilmu dan Teknik Dakwah.
Vol,4. No, 7(2016).28.

5 Ibid.30.
D. Kitab yang Memuat Hadist Maudu’

Para ulama muhaditsin, dengan menggunakan berbagai kaidah studi kritis


hadits, berhasil mengumpulkan hadits-hadits maudhu’ dalam sejumlah karya yang
cukup banyak, di antaranya6

1. Al-Maudhu’ Al-Kubra, karya Ibn Al-jauzi (ulama yang paling awal

menulis dalam ilmu ini).

2. Al-La’ali Al-Mashnu’ah fi Al-Ahadits Al-Maudhu’ah, karya As-Suyuti

(Ringkasan Ibnu Al-jauzi dengan beberapa tambahan).

3. Tanzihu Asy-Syari’ah Al-marfu’ah an Al-Ahadits Asy-Syani’ah Al-

Maudhu’ah, karya Ibnu Iraq Al-kittani (ringkasan kedua kitab tersebut).

4. Silsilah Al-Ahadits Adh-Dha’ifak, karya Al-albani

5. Tadzkirat al-Maudhu’at, karya Abu al-Fadl Muhammad Thahir al-Maqdisi

6. Al-Durr al-Multaqath fi Tibyan al-Ghalath, karya Radhi al-Din Abu al-

Fadhl Hasan ibn Muhammad ibn Husain

7. Al-Ba’ith ‘ala al-Khalash min Huwadits al-Qasshash,karya Zainuddin

‘Abdurrahim al-Iraqi

8. Al-Fawaid al-Majmu’ah fi al-Ahdits al-Maudhu’ah, karya al-Qadhi Abu

‘Abdillah Muhammad ibn ‘Ali al-Syaukani

BAB III
PENUTUP

6 M. Agus Solahudin, Ulumul Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hal.187


KESIMPULAN
Setelah memahami, membuat dan mempelajari makalah ini maka penyusun
dapat menyimpulkan:
1. Hadith Maudhu’ bukanlah termasuk dalam kategori sebuah hadith akan tetapi

hanyalah ungkapan seseorang secara dusta yang kemudian disandarkan

kepada Nabi Muhammad Saw. Penggunaan istilah “hadith” melihat dari

motifnya, pemalsu hadith bermaksud membuat suatu ungkapan dengan tujuan

agar orang yang mendengar mau mengikuti kehendaknya.

2. Faktor yang menyebabkan munculnya hadis maudhu adalah: Kebencian dan

permusuhan, politik, fanatisme yang keliru, kebodohan, popularitas dan

ekonomi.

3. Hadith maudhu’ ini juga haram diriwayatkan oleh siapapun kecuali dengan

menjelaskan kepalsuannya. Demikian pula hadith ini tidak bisa dijadikan

sebagai sumber dalam hukum Islam.

4. Hadits maudhu’ merupakan sebuah ancaman besar bagi umat Islam. Untuk

menghindari terjerumusnya pada perkara yang tidak ringan itu, kaum

muslimin hendaknya serius mendeteksi hadits-hadits palsu. Sebab hadits

tersebut terus sudah banyak beredar di kalangan umat Islam. Jika tidak, akan

banyak umat Islam yang terpedaya oleh janji-janji kosong yang disebarkan

oleh golongan yang tidak bertanggungjawab.

DAFTAR PUSTAKA

Al Maliki , Muhammad Alawi; 2009; Ilmu Ushul Hadis; Pustaka Pelajar;


Yogyakarta.
Ash Shiddieqy, M. Hasbi; 1987; Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadits Jilid 1; PT
Bulan Bintang; Jakarta.
Ichwan , Mohammad Nor; 2007; Study Ilmu Hadits; Rasail Media Group;
Semarang.
Ash, Abi. 2021. Rekontruksi Hadist Maudhu’.Sukabumi:Haura Publising

Solahudin, M.Agus.2009. Ulumul Hadis.Bandung:Pustaka Setia

Marhumah.2014.Ulumul Hadis.Yogyakarta:SUKA Press

Kuswadi, Edi.2016.”hadist maudhu dan hukum mengamalkannya”dalam EL-

BANAT jurnal Pemikiran dan Pendidikan Agama Islam. Vol 6, No 1

(Halaman.81). Surabaya: SekolahTinggi Agama Islam YPBWI Surabaya

Aslamiyah, Rabiatul.2016.”Hadist Maudhu’ dan Akibatnya”dalam Alhiwar Jurnal

Ilmu dan Teknik Dakwah. Vol 4, Nomor 7 (Halaman 24-28). Kalimantan:

UIN Antasari Kalimantan

Tanzilullah, M.Ilham.1992.”DELEGITIMASI HUKUM ISLAM : Studi Terhadap

Hadith Maudhu’ “dalam Al Syakhsiyyah Journal of Law and Family Studies.

Vol 1, No 2 (Halaman 230-39).Ponorogo : IAIN Ponorogo

Gani, Burhanudin A.2017.”Historisitas Hadist Maudhu’” dalam jurnal Al

Mu’ashirah. Vol 14, No 1 (Halaman 45-54). Banda Aceh: UIN Arraniry

Banda Aceh

Anda mungkin juga menyukai