HADITS MAUDHU`
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Mata Kuliah Ilmu hadits
Dosen Pengampu :
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta karunia-Nya sehingga kami mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Ilmu
Hadis”.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Hadits
Maudhu`” yang kami berikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu Bapak Eka
Eramahi, Lc., MA yang telah membimbing kami dalam perkuliahan. Semoga makalah
ini dapat memberikan wawasan serta menjadikan inovasi pemikiran kepada pembaca
yaitu khususnya para mahasiswa.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan
pada makalah ini. Sehingga kami dapat memperbaiki makalah yang kami buat untuk
lebih baik kedepannya. Diharapkan makalah ini dapat membantu dan menambah
pengetahuan pada pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................2
BAB II PEMBAHSAN
A. Pengertian Hadits Maudhu`.................................................................................3
B. Sejarah Awal Terjadinya Hadits Maudhu`...........................................................4
C. Sebab-Sebab Terjadinya Hadits Maudhu`...........................................................5
D. Hukum Meriwayatkan Hadits Maudhu`..............................................................5
E. Tanda-Tanda Hadits Maudhu` dan usaha para ulama.........................................6
A. Latar Belakang
Hadits sebagai sumber hukum Islam setelah Al Qur’an telah disepakati oleh
ulama tokoh-tokoh ummat Islam. Setiap gerak dan aktivitas ummat, harus
dilakukan berdasarkan petunjuk yang ada dalam al Qur’an dan hadits. Begitu
pula jika ada permasalahan yang muncul di tengah masyarakat, tentu haruslah
diselesaikan dan dicarikan jalan keluarnya. Cara penyelesaian dan jalan keluar
yang terbaik adalah dengan berpedoman kepada Al Qur’an dan Hadits.
Namun sangat disayangkan keberadaan hadis yang benar-benar berasal dari
Rasulullah saw, dinodai oleh munculnya hadis-hadis Maudhu (palsu) yang
sengaja dibuat-buat oleh orang-orang tertentu dengan tujuan dan motif yang
beragam, dan disebarkan ditengah-tengah masyarakat oleh sebagian orang
dengan tujuan yang beragam pula.
Meyakini dan mengamalkan hadis Maudhu merupakan kekeliruan yang
besar, karena meskipun ada hadis Maudhu yang isinya baik, tetapi kebanyakan
hadis palsu itu bertentangan dengan jiwa dan semangat Islam, lagi pula
pembuatan hadis Maudhu merupakan perbuatan dusta kepada Nabi Muhammad
saw.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hadits maudhu`
2. Bagaimana sejarah awal terjadinya hadits maudhu`
3. Apa saja faktor penyebab terjadinya hadits maudhu`
4. Bagaimana Hukum Meriwayatkan Hadits Maudhu`
5. Apa Tanda-Tanda Hadits Maudhu` dan usaha para ulama
2
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan pengertian hadits maudhu`
2. Untuk menjelaskan sejarah awal terjadinya hadits maudhu`
3. Untuk menjelaskan faktor penyebab terjadinya hadits maudhu
4. Untuk menjelaskan Hukum Meriwayatkan Hadits Maudhu`
5. Untuk menjelaskan Tanda-Tanda Hadits Maudhu` dan usaha para ulama
3
BAB II
PEMBAHASAN
Apabila dilihat dari segi bahasa, kata Maudhu’ merupakan bentuk isim maf’ul
dari kata wadha`a-yadha`u yang memiliki beberapa makna, antara lain:
menggugurkan, meninggalkan, memalsukan dan mengada-adakan.
Adapun pengertian Maudhu’ menurut istilah ulama hadits yaitu:
1
Subhi Shalih, Ulumul hadits wa Musthalahuhu
4
2. Sejarah Awal Terjadinya Hadits Maudhu`
Masuknya secara massal penganut agama lain ke dalam Islam, yang
merupakan bukti keberhasilan dakwah Islamiyah ke seluruh dunia, secara tidak
langsung menjadi faktor yang menyebabkan munculnya hadis-hadis palsu. Tidak
bisa diingkari bahwa masuknya mereka ke Islam, di samping itu ada yang benar-
benar murni tertarik dan percaya kepada ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi
Muhammad, tetapi ada juga segolongan mereka yang menganut agama Islam
hanya karena terpaksa tunduk pada kekuasaan Islam pada waktu itu. Golongan
ini kita kenal dengan kaum munafik dan Zindik.
Terjadinya pertikaian politik yang terjadi pada akhir masa pemerintahan
khalifah Utsman bin Affan dan Khalifah Ali bin Abi Thalib merupakan awal
adanya benih-benih fitnah, yang memicu munculnya pemalsuan hadis, tetapi
pada masa ini belum begitu meluas karena masih banyak sahabat ulama yang
masih hidup dan mengetahui dengan penuh yakin akan kepalsuan suatu hadits.
Para sahabat ini mengetahui bahaya dari Hadits Maudhu’ karena ada ancaman
yang keras dikeluarkan oleh Nabi SAW terhadap orang yang memalsukan hadits,
Namun pada masa sesudahnya, yaitu pada akhir pemerintahan Khalifah Bani
Umayyah pemalsuan hadis mulai marak , baik yang dibuat oleh Ummat Islam
sendiri, maupun yang dibuat oleh orang diluar Islam. Menurut penyaksian
Hammad bin Zayyad terdapat 14.000 hadis Maudhu. Abdul Karim al Auja
mengaku telah membuat 4.000 Hadis Maudhu.
Terpecahnya Ummat Islam menjadi beberapa golongan politik dam
keagamaan menjadi pemicu munculnya hadis Maudhu. Masing-masing pengikut
kelompok ada yang berusaha memperkuat kelompoknya dengan mengutip dalil-
dalil dari Al Qur’an dan hadis, menafsirkan/men’ takwilkan Al Qur’an dan hadis
menyimpang dari arti sebenarnya, sesuka dengan keinginan mereka. Jika mereka
tidak dapat menemukan yang demikian itu maka membuat hadis dengan cara
mengada-ada atau berbohong atas diri Rasulullah saw. Maka muncullah hadis-
hadis tentang keutamaan para khalifah (secara berlebihan) dan para pemimpin
golongan dan mazhab.
5
Menurut Subhi Shalih, hadis Maudhu mulai muncul sejak tahun 41 H, yaitu
ketika terjadi perpecahan antara Ali bin Abi Thalib yang didukung oleh
penduduk Hijaz dan Irak dengan Muawiyah bin Abi Sufyan yang didukung oleh
penduduk Syria dan Mesir, Ummat Islam terbagi kepada beberapa firqah:
Syi’ah, Khawarij dan Jumhur.
6
Artinya: “Siapa yang berdusta terhadapku dengan sengaja maka hendaklah dia
menempati tempatnya di neraka ”(HR. Bukhari)2
Tanda tanda hadis maudhu’ terdapat pada sanad dan matan hadis :
a. Ciri-ciri yang terdapat pada sanad, ialah:
1. Perawi itu terkenal berdusta (seorang pendusta) dan hadisnya
tidak diriwayatkan oleh orang yang dapat dipercaya
2. Menurut sejarah mereka tidak mungkin bertemu
3. Pengakuan dari si pembuat sendiri, seperti pengakuan seorang
guru Tasawuf, ketika ditanya oleh Ibnu Ismail tentang keutamaan
ayat-ayat Al-Qur’an.
4. Qarinah-qarinah yang memperkuat adanya pengakuan membuat
hadis maudhu’
5. Qarinah-qarinah yang berpautan dengan tingkah lakunya
b. Tanda tanda pada matannya
Ciri-ciri yang terdapat pada matan itu, dapat ditinjau dari segi makna dan
segi lafadznya. Dari segi maknanya, maka makna hadis itu bertentangan
dengan Al-Qur’an, dengan hadis mutawatir, dengan ijma’ dan pandangan
logika yang sehat. Contoh hadis maudhu’ yang maknanya bertentangan
dengan Al-Qur’an, ialah hadis :
2
Alhiwar, Jurnal Ilmu dan Teknik Dakwah, Vol. 04 No. 07, 2016
7
Kandungan ayat tersebut menjelaskan bahwa dosa seorang anak tidak
dapat dibebankan kepada orang lain. Sampai seorang anak sekalipun
tidak dapat dibebani dosa orang tuanya. Dari segi lafadznya, yaitu bila
susunan kalimatnya tidak baik serta tidak fasih. Termasuk dalam hal
ialah susunan kalimat yang sederhana, tetapi isinya berlebih-lebihan.
Umpamanya berisikan pahala yang besar sekali bagi amal perbuatan
yang sedikit (kecil). Misalnya hadis maudhu’:
8
selain sahabat, dengan segera mereka mencari sahabat Rasulullah
SAW untuk memperkuatnya.
3. Mengambil tindakan kepada para pemalsuan hadis
Dalam rangka berhati-hati untuk menerima riwayat, maka
sebagian dari mereka, menumpas para pemalsu hadis, melarang
mereka meriwa yatkannya dan menyerahkannya kepada
penguasa.
4. Menjelaskan tingkah laku rawi-rawinya
Para sahabat, tabi’in dan tabi’at it-tabi’in mempelajari
biografi para rawi, tingkah lakunya, kelahirannya dan
kematiannya, keadilannya, daya ingatannya dan kemampuan
menghafalnya.Untuk membedakan hadis-hadis yang shahih dan
yang palsu.Terdapat sifat-sifat yang tercela, mereka beritahukan
kepada orang umum.Mereka mengkritik atau memuji identitas
seorang rawi hanya semata-mata takut kepada Allah.
5. Membuat ketentuan-ketentuan umum tentang klasifikasi hadis
Mereka membuat ketentuan dan syarat-syarat bagi hadis
shahih, hasan dan dla’if.
6. Membuat ketentuan-ketentuan untuk mengetahui ciri-ciri hadis
maudhu’
Mereka mambuat ketentuan mengenai tanda-tanda (ciri-
ciri) hadis maudhu’ baik ciri-ciri terdapat pada sanad maupun
pada matannya3
3
Uswatun Hasanah, Hadist Maudhu’, Surakarta, 2015
9
BAB III
PENUTUB
A. Kesimpulan
Hadist Maudhu’ adalah segala sesuatu (riwayat) yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad saw, baik perbuatan, perkataan, maupun takrir secara
di buat-buat atau disengaja dan sifatnya mengada-ada atau berbohong. Tegasnya
hadis Maudhu adalah hadis yang diada-ada atau dibuat-buat.
Masuknya secara massal penganut agama lain ke dalam Islam, yang
merupakan bukti keberhasilan dakwah Islamiyah ke seluruh dunia, Terjadinya
pertikaian politik yang terjadi pada akhir masa pemerintahan khalifah Utsman
bin Affan dan Khalifah Ali bin Abi Thalib merupakan awal adanya benih-benih
fitnah. Terpecahnya Ummat Islam menjadi beberapa golongan politik dam
keagamaan menjadi pemicu munculnya hadis Maudhu.
Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan Hadits Maudhu' ini muncul,
antara lain sebagai berikut: Pertentangan politik dalam soal pemilihan khalifah,
Adanya kesengajaan dari pihak lain untuk merusak ajaran islam,
Mempertahankan mazhab dalam masalah Fiqih dan masalah kalam,
Membangkitkan gairah beribadah untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Hukum meriwayatkan hadits maudhu` diharamkan meriwayatkan hadits
Maudhu` dengan menyandarkannya kepada Nabi saw.
B. Kritik dan Saran
Dengan selesainya makalah ini semoga dapat memberikan pengetahuan
dan wawasan yang lebih luas mengenai materi. Kami menyadari bahwa makalah
ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu,
kepada dosen pengampu kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan
makalah di masa yang akan datang dan kami juga mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
10
DAFTAR PUSTAKA