Disusun oleh :
Ardani R T :21060009
Dosen pengampu :
MANDAILING NATAL
1
T. A 2021/2022
2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil alamin, segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas rahmat dan hidayahnya sehingga makalah “ULUMUL HADIS ” ini bisa terselesaikan.
Tak lupa shalawat serta salam kita panjatkan kepada junjungan nabi besar kita Muhammad
SAW dan keluarganya, sahabatnya, beserta pengikutnya sampai akhir zaman,
aamiinyaarabbal alamin.
Berkat rahmat Allah yang maha kuasa kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
merupakan salah satu tugas dari ustadz Faudzul Fil Amri M. Pd “Tentang Pembagian Hadits
ditinjau dari kuantitas perawi “.Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak
sekali terdapat kekurangan dan kesalahan oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua khususnya bagi kami
pemakalah.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................1
C. Tujuan .......................................................................................................1
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bagi kaum Muslimin, hadits diyakini sebagai sumber hukum pokok setelah al-
Qur‟an. Ia adalah salah satu sumber tasyri‟ penting dalam Islam. Urgensinya
semakin nyata melalui fungsi-fungsi yang dijalankannya sebagai penjelas dan
penafsir al-Qur‟an, bahkan juga sebagai penetap hukum yang independen
sebagaimana al-Qur‟an sendiri. Ini terkait dengan tugas Rasulullah shallallahu
„alaihi wa sallam sebagai pembawa risalah dan sekaligus menjelaskan apa yang
terkandung di dalamnya.
Berdasar hal ini umat Islam meyakini bahwa al-Qur‟an dan hadits
merupakan sumber hukum Islam yang tidak bisa dipisahkan dalam kepentingan
istidlal dan dipandang sebagai sumber pokok yang satu, yaitu nash. Keduanya
saling menopang secara sempurna dalam menjelaskan syari'ah.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Para ulama berbeda pendapat tentang pembagian Hadits ditinjau dari sudut
kuantitasnya atau jumlah rawi yang menjadi sumber berita ini. Di antara mereka
ada yang mengelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu Hadits Mutawatir, Masyhur
dan Ahad, dan ada yang membaginya hanya menjadi dua, yaitu Hadits Mutawatir dan
Ahad.
1. Hadits Mutawatir
Artinya: “Hadits yang diriwayatkan oleh banyak orang, dan diterima dari banyak orang pula,
2
Dalam hal ini, di antara para ulama ada yang menetapkan jumlah tertentu dan
ada yang tidak menetapkannya. Menurut ulama yang tidak mensyaratkan jumlah
tertentu, yang penting dengan jumlah itu, menurut kebiasaan dapat memberikan
keyakinan terhadap kebenaran apa yang diberitakan dan mustahil mereka sepakat
untuk berdusta.
3
Hadits Mutawatir terbagi atas dua bagian, yaitu Mutawatir Lafzhi dan
Mutawatir Ma’nawi. Namun ada di antara ulama yang membaginya kepada tiga
bagian, yaitu mutawtit lafzhi, ma’nawi dan ‘amali.
ُمّتفق. َم ا َر َفَع َص ّلى اهلل َعَلْيِه َو َس ّلم َيَد ْيِه َح ىّت ُر ِؤ َي بَياُظ ِاْبَطْيِه ىِف َش ْيٍئ ِم ن ُدَعاِئِه اّال ىِف اِال ْس ِتْس َق اِء
عليه2
Artinya: Nabi Muhammad Saw. Tidak mengangkat kedua tangan beliau dalam do’a-do’a
beliau,selain dalam shalat istisqa’. (Muttafaqun alaihi)
4
Mutawatir ‘amali, sebagaimana yang didefinisikan sebagian ulama sebagai berikut
“Sesuatu yang diketahui dengan mudah bahwa ia dari agama dan telah
Mutawatir antara kaum Muslimin bahwa Nabi saw., mengerjakannya atau
menyuruhnya dan atau selaun itu.
Misalnya, berita-berita yang menjelaskan tentang shalat baik waktu waktu
dan raka’atnya, shalat janazah, zakat, haji, dan lain-lain yang telah menjadi ijma’
para ulama. Semua itu terbuka dan disaksikan oleh banyak sahabat dan
kemudian diriwayatkan secara terbuka oleh sejumlah besar kaum Muslimin dari
masa ke masa. Maka barang siapa yang menolak Hadits Mutawatir berarti dihukumi
kafir. Pernyataan ini tentunya terjadi pada Mutawatir Lafzhi dan ‘amali, sedang
Murawatir Ma’nawi bersifat ijtihad, maka tidak berlaku pernyataan tersebut.
Contoh dari hadits mutawatir ‘Amali yaitu:
Artinya: Shalatlah kamu seperti kalian melihat aku shalat (HR. Bukhari Muslim)
2. Hadits Ahad
a. Pengertian
Secara etimologi, kata al-ahad adalah bentuk jama' dari ahad dengan
makna al-wahid, artinya sesuatu yang diriwayatkan secara perorangan. Menurut
istilah ilmu hadis, hadis ahad berarti Hadits yang tidak memenuhi syarat mutawatir.
Muhammad Ajjaj al-Khatib yang membagi hadis berdasarkan jumlah
perawinya kepada tiga, yaitu mutawatir, masyhur, dan ahad, mengemukakan
definisi hadis ahad sebagai berikut : “hadis yang diriwayatkan oleh satu orang
perawi, dua atau lebih, selama tidak memenuhi syarat-syarat hadis masyhur atau
hadis mutawatir”. Dengan demikian hadis Ahad secara terminologi adalah hadis
yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana yang terdapat pada hadis
mutawatir, yaitu mencakup hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi pada
satu thabaqat atau pada semua thabaqat dan diriwayatkan oleh dua perawi atau
lebih tetapi tidak mencapai jumlah perawi tingkat mutawatir.4
5
1.) Perawi hadis ahad tidak mencapai jumlah banyak yang meyakinkan bahwa
mereka tidak mungkin sepakat bohong sebagaimana dalam hadis mutawatir.
2.) Ia hanya diriwayatkan satu, dua, tiga, empat dan atau lima yang tidak
mencapai mutawatir. 5
c. Pebagian Hadits Ahad
1). Hadis Masyhur
Hadis masyhur ialah hadis yang diriwayatkan oleh lebih dari dua sanad
atau diriwayatkan dari sahabat oleh sejumlah perawi yang tidak mencapai,
derajat mutawatir, kecuali derajat mutawatir tersebut hanya pada thabaqat
sesudah sahabat dan seterusnya. Sedangkan Ibn Hajar mendefenisikan hadis
masyhur ialah hadis yang mempunyai lebih dari dua sanad tetapi tidak mencapai
batas jumlah sanad hadis mutawatir.
Adapun hukum hadis masyhur adalah wajib diamalkan, khususnya yang
berkualitas shahih dan hasan, namun tidak menyebabkan kafir orang yang
menolaknya.
Contoh Hadits Mansyhur yang shahih :
َأَّن َرُسْو َل اِهلل َص َّلى اُهلل َعَلْيِه َو َس َّلَم ُقْنُت َبْع َد الُّر ُقْو ِع َيْد ُعو َعَلى ِر ْع ٍل َو َذْك َو ان (رواه البخاري
)ومسلم
Artinya : Bahwasanya Rasulullah SAW. Berkunut selama satu bulan setelah ruku’
mendoakan hukuman atas (tindakan kejahatan) penduduk Ri’lin dan Zakwan (HR. Bukhori
dan Muslim) 6
5
https://text-id.123dok.com/document/dy497e4vz-pengertian-hadis-ahad-syarat-syarat-hadis-ahad.html.
Diakses 14 05 2022, 08:00
6
Alfiah dkk, Studi Ilmu Hadits, (Riau: Kreasi Edukasi, 2016), hlm. 116
6
hadis aziz adalah hadis yang diriwayatkan terbatas dua orang periwayat dalam
sebagian tingkatannya dan sebagian lainnya ada yang lebih dari dua periwayat.
Contoh Hadits Aziz :
اَل ِم َأ ُد ُك ىَّت َأُك َن َأ ُّب ِإَّيَل ِم ِلِدِه َلِدِه: َأَّن َل اِهلل َّلى ا َل ِه َّل
ْن َو َو َو َص ُهلل َع ْي َو َس َم ُيْؤ ُن َح ْم َح ْو َح َرُسْو
Artinya: Tidaklah beriman seseorang kepada kami sehingga mencintai diri nabi dari cintanya
kepada orang tua dan anaknya.
Seacara etimologis: Kata garib merupakan sifat musyabbih yang bermakna sendirian,
atau jauh dari keluarganya, atau jauh dari tanah air, atau sulit dipahami. Secara istilah hadis
garib adalah hadis yang diriwayatkan oleh seorang periwayat saja dengan tidak dipersoalkan
dalam tabaqat mana saja. Oleh karena itu, ada ulama yang menyebut hadis ini dengan istilah
hadis fard.
Hadits yang garib bisa dari sisi matan, sanad, bahkan keduanya. Dan dari sisi
sanadnya Hadits garib ada 2 kemungkinan yaitu garib mutlak dan garib nisbi.
Garib Mutlak kegaribannya terletak pada asal sanad, yaitu di tingkat tabii’in atau tabi’
tabi’in dan juga dapat terjadi pada setiap tingkatannya. Ke-garib-an atau kesendirian sanad
tidak berlaku pada tingkatan sahabat. Dikarenakan, ulama sepakat bahwa periwayat di tingkat
sahabat dinyatakan adil semuanya walaupun sendirian, Contoh Haditsnya :
) اِإل َمْياُن ِبْض ٌع َو َس ْبُعَنْي ُش ْع َبًة َو اَحْلَياُء ُش ْع َبَة ِم َن اِإْل َمْياِن (رواه مسلم: َقاَل الَّنُّيِب َص َّلى اُهلل َعَلْيِه َو َس َّلَم
Artinya : Iman terdiri dari banyak cabang, Dan malu itu sebagian dari iman. (HR. Muslim)
Lalu Garib Nisbi Kegaribannya terletak pada sifat atau keadaanya bukan dalam
kapasitas jumlah periwayatnya. Keganjilan tersebut dapat terjadi dalam hal ke-’adil-an dan
ke-dabit-an contoh: 7
)َأَم َر َنا َرُسْو َل اِهلل َص َّلى اُهلل َعَلْيِه َو َس َّلَم َاْن َنْق َر َأ ِبَف اَحِتِة الِكَتاِب َو َم ا َتَيَّس َر ِم ْنُه (رواه أبو داود
Rasulullah SAW menyuruh kami untuk membaca Fatihatul Kitab (dalam shalat) dan surat-
surat yang mudah”. (HR. Abu Daud)
7
Dr. Hj. Marhumah, M.Pd, ULUMUL HADIS, (Yogyakarta: SUKA-Press, 2014), hlm. 65-68
7
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hadits Mutawatir adalah Hadits yang diriwayatkan oleh banyak orang, yang
menurut adat mustahil mereka bersepakat untuk berdusta. (Jumlah banyak itu) sejak awal
sanad sampai akhirnya
Hadits Ahad adalah sesuatu yang diriwayatkan secara perorangan atau juga Hadits
yang tidak memenuhi syarat mutawatir
8
DAFTAR PUSTAKA
https://brainly.co.id/tugas/18306677#:~:text=Contoh%20hadits%20mutawatir
%20maknawi.&text=%E2%80%9C%20Nabi%20Muhammad%20Saw.,putih%2Dputih
%20kedua%20ketiaknya%20%E2%80%9D.
http://pikirdandzikir.blogspot.com/2017/11/hadis-ditinjau-dari-aspek-kuantitas.html.
https://text-id.123dok.com/document/dy497e4vz-pengertian-hadis-ahad-syarat-syarat-hadis-
ahad.html.
9
10