“Klasifikasi Hadist
Dari Segi Kuantitas Perawinya: Hadist Ahad Dan Hadist Mutawatir”
Disusun Oleh:
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM AL-AZHAR
TA. 2022/2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji dan Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat, Hidayah dan Karunia-nya sehingga saya dapat menyusun makalah
ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini, saya akan membahas
mengenai “Klasifikasi Hadist Dari Segi Kuantitas Perawinya: Hadist Ahad Dan
Hadist Mutawatir”
Saya juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Reni Marlena, M.A selaku
dosen mata kuliah Ulumul Hadist yang telah memberikan tugas mengenai “Klasifikasi
Hadist Dari Segi Kuantitas Perawinya: Hadist Ahad Dan Hadist Mutawatir”
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu saran serta kritik yang dapat membangun dari pembaca
sangat saya harapkan guna penyempurnaan pada makalah selanjutnya.
Harapan saya semoga makalah ini bisa membantu menambah wawasan,
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki
bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Demikian makalah ini saya buat, semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadist Mutawatir
B. Syarat-syarat Hadist Mutawatir
C. Macam-macam Hadist Mutawatir
D. Faedah Hadist Mutawatir
E. Pengertian Hadist Ahad
F. Macam-macam Hadist Ahad
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang telah diketahui, hadits diyakini sebagai sumber ajaran Islam setelah
kitab suci Al-Quran. Hadits merupakan segala sesuatu yang bersumber dari Nabi
Muhammad SAW. baik berupa ucapan, perbuatan maupun ketetapan yang
berhubungan dengan hukum dan ketentuan Allah yang disyari’atkan kepada manusia.
Selain itu, hadits juga dibutuhkan manusia untuk mengetahui inti-inti ajaran dalam Al-
Quran. Jika ayat-ayat dalam Al-Quran mutlak kebenarannya, berbeda dengan hadits
yang bisa saja belum jelas periwayatannya, hadits tersebut benar berasal dari Nabi
Muhammad SAW. atau bukan.
Ditinjau dari segi kuantitasnya, hadits dibagi menjadi mutawatir dan ahad.
Sedangkan ditinjau dari segi kualitasnya, hadits terbagi menjadi dua yaitu, hadits
Maqbul (hadits yang dapat diterima sebagai dalil) dan hadits Mardud (hadits yang
tertolak sebagai dalil). Hadits Maqbul terbagi menjadi dua yaitu hadits Shahih dan
Hasan, sedangkan yang termasuk dalam hadits Mardud salah satunya adalah hadits
Dha’if. Semuanya memiliki ciri dan kriteria yang berbeda.
Oleh karena itu, tujuan penulisan makalah ini diperlukan untuk mengetahui lebih
lanjut tentang masing-masing hadits shahih, hadits hasan, dan hadits dho’if.
B. Rumusan Masalah
Ditinjau dari Segi Kuantitas Rawi :
1. Apa yang dimaksud dengan Hadits Mutawatir?
2. Apa saja syarat-syarat Hadits Mutawatir?
3. Apa saja macam-macam Hadits Mutawatir?
4. Bagaimana faedah Hadits Mutawatir?
5. Apa pengertian Hadits Ahad?
6. Apa saja macam-macam Hadits Ahad?
C. Tujuan
Ditinjau dari Segi Kuantitas Rawi :
1. Untuk mengetahui pengertian dari Hadits Mutawatir
2. Untuk mengetahui syarat-syarat Hadits Mutawatir
3. Untuk mengetahui macam-macam Hadits Mutawatir
4. Untuk mengetahui faedah Hadits Mutawatir
5. Untuk mengetahui pengertian dari Hadits Ahad
6. Untuk mengetahui macam-macam Hadits Ahad
BAB II
PEMBAHASAN
2. Mutawatir Ma’nawiy
Hadits Mutawattir Ma’nawiy merupakan hadits yang dimana susunan
redaksinya berbeda namun pada prinsipnya memiliki makna yang sama.
Contoh:
Adanya hadits yang menjelaskan bahwa Rasulullah mengangkat kedua
tangannya ketika berdo’a.
قال أبو موسى ﻤﺎ ﺭﻔﻊ رسول هللا ﺼﻟﻰ ﷲ ﻋﻟﻴﻪ ﻭ ﺴﻠﻡ ﻴﺩﻴﻪ ﺤﺘﻰ ﺭؤﻱ ﺒﻴﺎﺽ ﺍﺒﻁﻴﻪ ﻔﻰ ﺸﻴﺊ
ﻔﻰ ﺍﻹﺴﺘﺴﻘﺎﺀ ﺍﻻ ﻤﻥ ﺩﻋﺎﺌﻪ
()رواه البخارى و مسلم
“Abu Musa Al-Ayari berkata bahwa Rasulullah saw tidak mengangkat
kedua tangan beliau dalam berdo’a hingga tampak putih-putih kedua ketiaknya
dan beliau saw mengangkat tangannya selain dalam do’a shalat istisqa’. (HR
Bukhori dan Muslim)”[18]
ﻜﺎﻥ ﻴﺭﻔﻊ ﻴﺩﻴﻪ ﺤﺫﻭ ﻤﻨﻜﺒﻴﻪ
“Ketika beliau saw mengangkat tangan sejajar dengan kedua pundak beliau.
3. Mutawatir Amali,
Hadits mutawatir amali, yakni amalan agama (ibadah) yang dikerjakan
oleh Nabi SAW, kemudian diikuti oleh para Sahabat, lalu Tabi’in , dan
seterusnya sampai sekarang. Contoh, hadits-hadits tentang sholat, jumlah
rakaatnya, dan lain sebagainya. Segala yang menjadi ijma’ di kalangan ulama
dikategorikan sebagai hadits mutawatir amali.[19]
D. Faedah Hadits Mutawatir
Hadits mutawatir itu memberi faedah ilmu dharuriy atau yakin, artinya
yakni suatu keharusan untuk meyakini kebenaran suatu berita dari Nabi SAW
yang diriwayatkan secara mutawatir tanpa ada keraguan sedikitpun.
Para perawi Hadits mutawatir tidak perlu lagi diselidiki tentang keadilan dan
kedhabitannya (kuatnya hafalan/ingatan), karena kuantitas para perawi Hadits
sudah menjamin tidak mungkin terjadi kesepakatan bohong.
Hadits mutawatir mengandung hukum qath’I al tsubut, memberikan
informasi yang pasti akan sumber informasi tersebut. Oleh sebab itu tidak
dibenarkan seseorang mengingkari hadits mutawatir, bahkan para ulama
menghukumi kufur bagi orang yang mengingkari hadits mutawatir. Mengingkari
hadits mutawatir sama dengan mendustakan informasi yang jelas dan pasti
bersumber dari Rasulullah.
“Rosululloh mengerjakan qunut selama sebulan yang dilakukan setelah rukuk untuk
mendo’akan suku ri’l dan dzakwan” (Shohih Bukhori, no.1003 Shohih Muslim,
no.677 )
- Hadits Masyhur di kalangan muhadditsu, ulama lain dan juga orang awam
ِون ِم ْن لِ َسانِ ِه َويَ ِده
َ ال ُم ْسلِ ُم َم ْن َسلِ َم ال ُم ْسلِ ُم
“Orang muslim adalah orang yang menyelamatkan orang-orang islam lainnya dari
lisan dan datangnya” (Shohih Bukhori, no.10, 11, 6484 dan Shohih Muslim, no.40,
41, 42)
- Hadits Mashur dikalangan fuqaha
َُأ ْب َغضُ ْال َحاَل ِل ِإلَى هللاِ الطَّاَل ق
“Perkara halal yang paling dibenci oleh Alloh adalah perceraian” (Sunan Abu
Dawud, no.2178, Sunan Ibnu Majah, no. 2018 dan Sunan Baihaqi, no.14894)
- Hadits Masyhur di kalangan ahli ushul fiqih
َ َ َوالنِّ ْسي،ُرفِ َع َع ْن ُأ َّمتِي ْال َخطََأ
ِ َو َما ا ْستُ ْك ِرهُوا َعلَيْه،ان
“Diangkat dari umatkudari umatku sesuatu yang dilakukan karena salah, lupa dan
sesuatu yang dipaksakan kepadanya." (Sunan Ibnu Majah, no.2043, Shohih Mustadrok
Hakim, no.2601Ibnu Hibban, no.7219, Sunan Daruqutni, no.4351)
- Hadits Masyhur di kalangan ahli bahasa arab
ِ صهَيْب لَو لم يخف هللا لم يَع
ِْصه ُ نعم ال َعبْد
“Sebaik-baik hamba adalah Shuhaib, jika saja ia tidak takut pada Alloh, ia tak akan
melakukan maksiat kepaNya” (La Adhla Lah = hadits ini tidak diketahui asalnya).
A. Kesimpulan
Ulama berbeda pendapat tentang pembagian Hadits ditinjau dari segi kuantitasnya ini.
Maksud tinjauan dari segi kuantitas disini adalah dengan menelusuri jumlah para perawi
yang menjadi sumber adanya suatu Hadits. Para Hadits ada yang mengelompokkan
menjadi tiga bagian, yakni Hadits mutawatir, masyur, dan ahad dan ada juga yang
membaginya hanya menjadi dua, yakni Hadits mutawatir dan ahad.
Pendapat pertama, yang menjadikan Hadits masyur berdiri sendiri, tidak termasuk
bagian dari Hadits ahad, dianut oleh sebagian ulama ushul, diantaranya adalah Abu Bakar
Al-Jasaah (305-370H). Sedang ulama golongan kedua diikuti oleh kebanyakan ulama
ushul dan ulama kalam. Menurut mereka, Hadits masyur bukan merupakan Hadits yang
berdiri sendiri, akan tetapi hanya bagian dari Hadits ahad. Mereka membagi Hadits
menjadi dua bagian, mutawatir dan ahad.
DAFTAR PUSTAKA