Dosen Pengampu:
HERIZON, M.Pd
Oleh:
1. Fefi Dwi Juwita (2110204041)
2. Olga Dwi Utama (2110204042)
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan Maha Penciptakan, Alam Semesta dan
isinya. Shalawat dan salam semoga Allah limpahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad Saw, keluarganya, sahabat-sahabatnya dan para pengikutnya yang setia
hingga akhir zaman.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Ushul Fiqih dengan
judul “PENGERTIAN HADITS MAUDHU’, SEBAB MUNCULNYA HADITS
MAUDHU’, KRITERIA KEPASLUAN HADITS, KEDUDUKAN HADITS MAUDU”.
Penulis menyusun makalah ini secara sistematis dan sesuai dengan kaidah
ilmiah,dengan maksud agar bisa dijadikan refrensi tanbahan bagi pembaca semoga
dengan makalah ini kita dapat memahami hal-hal tentang ijma’ para ulama
Dalam penulisan makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan yang perlu
diperbaiki. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati, penulis mohon maaf dan
mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari para pembaca, karena masih
dalam tahap pembelajaran. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
Sampul
KATA PENGANTAR........................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................
C. Tujuan.......................................................................................
D. Manfaat.....................................................................................
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengertian hadits maudhu.........................................................
B. Sebab munculnya hadits maudhu..............................................
C. Kriteria kepasluan hadits...........................................................
D. Kedudukan hadits maudu..........................................................
BAB II KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...............................................................................
B. Saran..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ijma’ adalah salah satu dalil syara’ yang memiliki tingkat kekuatan
merupakan dalil pertama setelah Al-Qur’an dan Hadits yang dapat dijadikan
umat Islam pada waktu terjadinya, dan mereka sepakat atas suatu hukum
mengenai di lihat berdasarkan dalil yang bersumber dari al-que’an dan hadits.
Tetapi hadits memiliki tingkatan, mulai dari hadits sahih, mudhu dan doif.
Kesepakatan yang dibuat tentang hal yang tekait dengan aturan tertentu
menggunakan hadits maudhu, oleh sebab itu untuk mengetahui lebih jauh
HADITS MAUDU”.
B. Rumusan Masalah
1
4. Bagaimana kedudukan hadits maudu?
C. Tujuan
D. Manfaat
2
BAB II
PEMBAHASAN
Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib merupakan awal adanya benih-benih
fitnah yang memicu kemunculan pemalsuan hadits. Tetapi pada masa ini, praktik
pemalsuan hadits belum begitu meluas karena masih banyak sahabat ulama yang
semakin marak. Pemalsuan ini dilakukan umat Islam dan orang di luar Islam.
Menurut pernyataan Hammad bin Zayyad, saat ini ada sekitar 14.000 hadis
maudhu yang beredar. Munculnya hadits ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, di
yang keliru.
dikutip dari buku Silsilah Hadits Dhaif dan Maudhu oleh Muhammad
Nashiruddin:
3
1. Hadits kepedulian terhadap dunia dan akhirat
dunianya untuk kepentingan akhiratnya, dan tidak menjadl beban bagi manusia."
Menurut Abu Bakar al-Uzdiya dalam kitab al-Hadits dan al-Khathib, hadits
ini termasuk dalam hadits maudhu dengan sanad dari Naim bin Salim bin
Sanad riwayat hadits ini digolongkan maudhu karena Yughnam bin Salim
disebutkan oleh Abu Hatim sebagai perawi sanad yang dha'if. Sedangkan Ibnu
Hadits ini sangat dhaif, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Said bus al-
A'rabi dalam al-Mu'jam dan al Qasim bin Asakir di dalam kitab Ta'siyatul-
Muslim. Sanad riwayat ini sangat lemah, sebab nama Rabi' bin Badr oleh jumhur
diterima.
satu ucapan, maka ia akan menjumpai Allah azza wa jalla dengan tulisan di
antara kedua matanya: 'orang yang patus asa terhadap rahmat Allah."
4
Hadits ini dhaif sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Majah dan diriwayatkan
berkata, "Yazid bin Ziad ini oleh Imam Bukhari dinyatakan sebagai perawi
munkar."
dan menyebarkannya.
hadis maudhu. Sebagain berpendapat pemalsuan hadits sudah terjadi pada masa
Nabi masih hidup dan pendapat lainnya terjadi pada masa sahabat dan tabiin.
berargumen peristiwa pemalsuan hadits nabi sudah terjadi pada masa Rasulullah
SAW dengan merujuk pada hadits nabi yang diriwayatkan Imam Al-bukhari:
ِإَّن َك ِذ ًبا َع َلَّي َلْيَس َكَك ِذ ٍب َع َلى َأَحٍد َم ْن َك َذ َب َع َلَّي ُم َتَع ِّم ًد ا
ْأ
َفْلَيَتَبَّو َم ْقَع َد ُه ِم ْن الَّناِر
“Barangsiapa berdusta atasku dengan sengaja, maka hendaklah dia
kemungkinan besar telah terjadi pemalsuan hadis pada zaman Nabi SAW.
politik yang terjadi masa akhir pemerintahan khalifah Utsman bin Affan pada
5
tahun 36 Hijriyah dan huru-hara politik pengakatan khalifah antara Ali bin Abu
Masing-masing kelompok Ali bin Abu Thalib dan Muawiyah bin Abu
menyimpang dari arti sebenarnya, sesuai dengan keinginan mereka. Jika mereka
tidak dapat menemukan yang demikian itu maka membuat hadis dengan cara
Hal ini juga dijelaskan oleh Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki dalam Al-
وارجyyيعة وخyyيا وافترقوا إلى شyyلمون سياسyyرق المسyyرة حين تفyy من الهج41 ظهر الوضع في السنة
فكان أهل األهواء يختلقون أحاديث لتأييد مذاهبهم وترويج مابتدعوا، وظهرت البدع واألهواء.وجمهور
Syiah, Khawarij, dan jumhur shingga muncul para ahli bidah dan orang yang
mereka,”
Khalifah Bani Umayyah baik yang dibuat oleh ummat Islam sendiri,
maupunyang dibuat oleh orang diluar Islam. Menurut penyaksian Hammad bin
Zayyad terdapat 14.000 hadis maudhu. Abdul Karim al Auja mengaku telah
6
Adanya pemalsuan hadis merupakan salah satu pemicu Umar ibn Abdul
bin Abdul Aziz (w. 101 H.) mengeluarkan perintah kepada beberapa ahli hadits
bentuk buku.
Abdul Aziz mengirim surat kepada Abu Bakar bin Hazm yang berisi
“Perhatikanlah hadits hadits Rasulullah Saw., yang kau jumpai dan tulislah,
karena aku takut akan lenyapnya ilmu disebabkan meninggalnya para ulama.
Janga diterima selain hadits Rasul Saw., dan hendaklah disebarluaskan ilmu dan
diadakan majelis majelis ilmu supaya orang yang tidak mengetahuinya dapat
mengetahuinya … “
Selain itu, Khalifah pun mengirimkan permintaan yang sama kepada Abu
Bakar Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Syihab az Zuhri. Persis
dengan Abu Bakar bin Hazm, Imam az Zuhri pun menulis atas dasar perintah
sang khalifah.
adalah:
1) Sebab Politik
7
dengan lahirnya kelompok-kelompok pendukung masing-masing pihak, seperti
kelompok pendukung ‘Ali Ibn Abi Thalib, pendukung Mu’awiyah Ibn Abi
Sofyan, dan kelompok Khawarij, yang muncul setelah terjadinya Perang Shiffin,
perhatian ummat agar berpihak kepada mereka, maka mereka, dalam melakukan
Hadis. Akan tetapi, jika mereka tidak menemukan argumen yang mereka
يا علي إن هللا غفرلك و لذريتك ولوالديك و ألهلك و لشيعتك و لمحبي شيعتك
engkau, kedua orang tua engkau, para pengikutu engkau, dan orang-orang yang
8
politik Mu’awiyah, juga menciptakan Hadis-Hadis maudhu yang mereka
“Orang yang terpercaya itu ada tiga, yaitu saya (Rasul), Jibril, dan
Mu’awiyah.
Kaum Zindik adalah kelompok yang membenci Islam, baik sebagai agama
tindakan merusak agama dan menyesat ummat dengan cara membuat Hadis-
antara mereka adalah Muhammad Ibn Sa’id al-Syami yang mati di salib karena
terbukti sebagai zindik. Dia meriwayatkan Hadis, yang menurutnya berasal dari
“Saya adalah penutup para Nabi, tidak ada Nabi lagi sesudahku kecuali
yang berasal dari kelompok Zindik adalah ‘Abd al-Karim ibn Abu al-‘Auja’. Dia
9
kota Basrah, ketika Ibn Abu al-Auja sudah berada di tiang gantung untuk
dibunuh. Menurut Hammad Ibn Zaid, bahwa Hadis yang dimaudhukan oleh
kaum Zindik berjumlah sekitar 12.000 Hadis. Dalam riwayat lain disebutkan
Pemimpin
mendukung keutamaan bahasa Persia, dan sebaliknya, bagi mereka yang fanatik
bahasa Persia”
Sementara dari pihak lawannya juga muncul Hadis maudhu yang sifatnya
10
ويكون في أمتي رجل,يكون في أمتي رجل يقال له محمد ابن إدريس أضر على أمتي من إبليس
ibn Idris, dia lebih merusak terhadap ummatku dari pada iblis. Dan ada lagi dari
kalangan ummatku seorang laki-laki bernama Abu Hanifah. Dia adalah pelita
bagi ummatku.”
Para pembuat cerita dan ahli kisah melakukan pamalsuan Hadis dalam
rangka menarik simpati orang banyak, atau agar para pendengar kisahnya kagum
terhadap kisah yang mereka sampaikan, ataupun juga dalam rangka untuk
cenderung bersifat berlebihan atau tidak masuk akal. Di antara contohnya adalah
من قال ال إله إال هللا خلق هللا طا ئرا له سبعون ألف لسان لكل لسان سبعون ألف لغة يستغفرون له
seekor burung yang mempunyai tujuh puluh ribu lidah, dan masing-masing lidah
menguasai tujuh puluh ribu bahasa yang akan memintakan ampunan baginya.
Perbuatan ini umumnya muncul dari para pengikut suatu mazhab, baik
dalam bidang Fiqh atau Ilmu Kalam. Mereka menciptakan Hadis-Hadis maudhu
dalam rangka mendukung atau menguatkan pendapat, hasil ijtihad dan pendirian
11
pendirian mazhab tentang cara pelaksanaan ibadah shalat, seperti mengangkat
ketika membaca Al-Fatihah dalam bidang fiqh, atau mengenai sifat makhluk
ألمضمضة واإلستنشاق للجنب ثال ثا فريضة – أمني جبريل عند الكعبة فجّهرب (بسم هللا الرحمن
الرحيم) – من قال:
Pengetahuan
Di kalangan orang-orang Zuhud atau para ahli ibadah ada yang beranggapan
(targhib), atau yang bersifat mengancam agar tidak melakukan tindakan yang
SAW bahwa tindakan berdusta atas nama Rasul akan menyebabkan pelakunya
masuk neraka, maka mereka akan menjawab bahwa mereka berdusta bukan
12
Atas dasar motivasi di atas, mereka banyak membuat Hadis-Hadis
terdapat di dalam Alquran. Abu ‘Ishmah Nuh ibn Abi Maryam, salah seorang
pemalsu Hadis dari kelompok ini, mengaku bahwa dia telah memalsukan Hadis
dengan alasan untuk menarik minat ummat kembali kepada Alquran, karena dia
melihat telah banyak orang yang berpaling dari Alquran, tetapi sebaliknya,
mereka sibuk dengan Fiqh Abu Hanifah dan Maghazi Ibn Ishaq. Salah satu
من قرأ يس في ليلة أصبح مغفوًرا له و قرأ الّد خان ليلة اصبح مغفوًرا له
“Siapa yang membaca suarat Yasin pada malam hari, maka pada pagi
harinya dia telah diampuni dari segala dosanya; dan siapa yang membaca surat
Ad-Dukhkhan pada malam hari, pada subuhnya dia telah diampuni dari dosa-
dosanya.
َم ْن َعَّيَر َأَخ اُه- صلى هللا عليه وسلم- َقاَل َر ُسوُل ِهَّللَا: َقاَل- رضي هللا عنه- َو َع ْن ُمَع اِذ ْبِن َجَبٍل
Dari Mu’adz bin Jabal, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda: Siapa yang
رواه الترمذي وقال غريب ليس إسناده بالمتصل وأورده ابن الجوزي في الموضوع وقال أبو داود
)1/278 :وغيره فيه محمد بن الحسن بن أبي يزيد كذاب (أسنى المطالب
13
Diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi, ia berkata: “Hadits gharib. Sanadnya
Imam Ibnu al-Jauzi memuat hadits ini dalam kitab al-Maudhu’at (kumpulan
hadits maudhu).
Abu Daud dan lainnya berkata, “Dalam sanadnya ada Muhammad bin al-
Di antara pemalsu Hadis tersebut, ada yang sengaja membuat Hadis untuk
pemerintahan yang sedang berkuasa ketika itu. Umpamanya, adalah Ghayats ibn
Dalam hal ini, Ghayats telah menambahkan kata janah terhadap Hadis yang
datang dari Nabi SAW tersebut. Menyadari akan perbuatan Ghayats tersebut,
Dari uraian di atas, terlihat bahwa ada di antara para pemalsu hadits tersebut
tindakannya itu diperbolehkan, dan ada pula yang tidak tahu tentang status
14
pekerjaannya itu. Ada di antara mereka yang mempunyai tujuan negatif dan ada
Akan tetapi, apa pun alasan dan motif mereka, perbuatan memalsuka Hadis
tersebut adalah tercela dan tidak dapat diterima, karena bertengtangan dengan
sabda Rasul SAW yang mencela perbuatan bohong atas nama Nabi
Maudhu’ atau palsu berasal dari kata ata wadha’a – yadha’u – wadh’an wa
memiliki makna, rendah dalam kedudukannya, jatuh tidak bisa diambil dasar
Para ulama hadis mendefinisikan hadis palsu sebagai apa-apa yang tidak
pernah keluar dari Nabi SAW baik dalam bentuk perkataan, perbuatan ataupun
Pertama, matan (teks) hadis tak sesuai dengan kefasihan bahasa, kebaikan,
Keempat, pengakuan sendiri dari pembuat hadis palsu tersebut. Kelima ada
menyangkal dirinya pernah memberi riwayat kepada orang yang membuat hadis
palsu tersebut.
15
Menurut ahli Ilmu Hadis, Prof KH Mustafa Ali Ya’kub, sebuah hadis
dengan terus terang dia mengaku memalsu hadis. ‘’Maka hadisnya menjadi
palsu,’’ tutur guru besar Ilmu Hadis pada Institut Ilmu Alquran (IIQ) Jakarta itu.
Selain itu, kata dia, jika perawinya pun berdusta, tapi tidak diketahui ketika
menyampaikan hadisnya apakah palsu atau tidakm, namun jelas dia pembohong.
Hadis palsu dibagi menjadi tiga macam. Pertama, perkataan itu berasal dari
pemalsu yang disandarkan pada Rasulullah SAW. Kedua, perkataan itu dari ahli
hikmah atau orang zuhud atau israiliyyat dan pemalsu yang menjadikannya
hadis. Ketiga, perkataan yang tidak diinginkan rawi pemalsuannya, cuma dia
keliru. Menurut para ahli hadis, jenis ketiga itupun termasuk hadis maudhu,
targhib dan tarhib dan sebagainya. Para ulama Ahlu Sunnah wal Jamaah, sepakat
dan perkara- perkara yang berkaitan dengan targhib dan tarhib. Semuanya
termasuk dalam salah satu dari dosa-dosa besar. Para ulama telah berijma’
bahwa haram berbohong atas nama seseorang, apalagi berbohong atas seorang
16
yang diturunkan wahyu kepadanya. Namun yang pasti para ulama berijma’
dengan yakin atau zann kedudukan hadits tersebut adalah maudhu’. Barangsiapa
keadaan mengetahui dengan yakin atau zann kedudukan hadits tersebut dan
Ini dijelaskan dalam sebuah hadits sahih yang berbunyi: “Barangsiapa yang
menceritakan satu hadits dariku dan dia mengira bahwa hadits itu adalah dusta,
maka dia termasuk di dalam salah seorang pendusta”.Oleh sebab itu, ulama
mengatakan sudah seharsunya bagi 7 Dr. Muhammad 'Ijaj Al-Khatib, Usul al-
membedakan antara hadits yang sahih dengan yang maudhu’ dan sekaligus dapat
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
bahwa hadits maudhu adalah sesuatu yang dinisbahkan kepada Rasulullah SAW
dengan cara mengada-ada dan dusta. Hadits ini tidak pernah beliau sabdakan,
Politik, 2) Usaha dari Musuh Islam (Kaum Zindiq); 3) Sikap Fanatik Buta
terhadap Bangsa, Suku, Bahasa, Negeri, atau Pemimpin; 4) Pembuat Cerita atau
Pertama, matan (teks) hadis tak sesuai dengan kefasihan bahasa, kebaikan,
Keempat, pengakuan sendiri dari pembuat hadis palsu tersebut. Kelima ada
menyangkal dirinya pernah memberi riwayat kepada orang yang membuat hadis
palsu tersebut.
B. Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
Khallaf, Abdul Wahab. 2002. Hadist, Maudhu dan Dhoif. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Syafe’I, Rahmat. 2007. Ilmu ulumuh Hadits. Bandung : CV. Pustaka Setia.
19