Anda di halaman 1dari 34

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMOTIVASI MANAJEMEN PERUSAHAAN


MELAKUKAN TAX PLANNING
(Studi Pada KPP Madya Pekanbaru)

Oleh:

AISYAH RAHMA (11970324317)


ANA NOVIANA (11970324319)
DESI FITRIANA (11970320150)
DONI SETIAWAN (11970310638)
KARLIZA UTARI (11770324856)
MUHAMMAD MULIADI (11970312988)
SRI MARIA ULFA (11970324440)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
2020/2021
A. Judul penelitian
Analisis Faktor-Faktor Yang Memotivasi Manajemen Perusahaan Melakukan Tax
Planning (Studi KPP Madya Pekanbaru).

B. Latar belakang masalah


Masalah utama bangsa Indonesia setelah kemerdekaan adalah melakukan pembangunan
nasional baik pembangunan fisik maupun pembangunan mental rakyat. Untuk dapat
melakukan pembangunan tentunya dibutuhkan sumber dana yang sangat besar. Adapun
sumber dana yang digunakan untuk membiayai pembangunan dalam era 50-an tentunya
lebih baik menggunakan dana pinjaman luar negeri. Pada era tahun 1970-an sumber
pembiayaan pembangunan lebih banyak menggunakan sektor migas melalui ekspor migas
disamping sumber pembiayaan lain diantaranya melalui pinjaman luar negeri. Namun
belakangan setelah era tahun 1970-an harga minyak perlahan-lahan mulai merosot serta
cadangan minyak Indonesia makin lama makin menyusut, pemerintah tidak dapat lagi
semata-mata hanya mengandalkan ekspor migas untuk membiayai pembangunan. Peranan
masyarakat dalam pembiayaan pembangunan mulai terus ditumbuhkan dengan mendorong
kesadaran, pemahaman dan penghayatan bahwa pembangunan adalah hak, kewajiban dan
tanggung jawab seluruh rakyat. Pemerintah mulai menggalakkan pajak sebagai alternatif
pembiayaan pembangunan. [ CITATION Ida10 \l 1033 ]
Pajak merupakan sarana yang digunakan pemerintah untuk memperoleh dana dari
rakyat. Hasil penerimaan pajak tersebut untuk mengisi anggaran negara sekaligus
membiayai keperluan belanja negara (belanja rutin dan belanja pembangunan). Untuk itu,
negara memerlukan dana yang cukup besar guna membiayai kegiatan pembangunan yang
berlangsung terus – menerus dan berkesinambungan. Pajak dibedakan menjadi dua fungsi
yaitu fungsi budgetair (sumber penerimaan negara) dan fungsi regulerend (mengatur).
Fungsi budgetair artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk
membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sedangkan fungsi regulerend
artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam
bidang sosial dan ekonomi serta mencapai tujuan – tujuan tertentu di luar bidang keuangan.
Dari fungsi ini pada dasarnya pemerintah ingin kembali menegaskan peranan penting pajak
baik sebagai alat penerimaan negara seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maupun
sebagai alat untuk melaksanakan berbagai kebijakan di bidang sosial ekonomi. [ CITATION
Sit08 \l 1033 ]
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan,
termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. Wajib pajak bisa berupa wajib
pajak orang pribadi atau wajib pajak badan. Untuk pembahasan kali ini akan ditekankan
pada wajib pajak badan. Wajib Pajak Badan merupakan suatu badan usaha, yang meliputi
pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak. Dimana wajib pajak badan tersebut
memiliki hak dan kewajiban dalam perpajakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Pajak Penghasilan Badan atau disebut juga PPhb merupakan pajak negara yang
dikenakan setiap tambahan kemampuan yang diterima oleh wajib pajak dari suatu badan dan
usaha, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Selain dikenakan pada
perseorangan, penarikan pajak juga diambil dari barang atau jasa yang dikelola. Seluruh
badan usaha di Indonesia yag berbentuk Perusahaan Terbatas (PT), Perusahaan Firma (Fa),
dan Perseroan Komanditer (CV) yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
memiliki kewajiban untuk membayar pajak.
Perusahaan merupakan salah satu bentuk badan hukum yang menjadi mitra usaha
pemerintah untuk melaksanakan pembangunan, dimana dalam usahanya lebih berorientasi
pada keuntungan demi kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Keuntungan perusahaan
akan dapat diperoleh apabila harga jual lebih tinggi dari pada biaya-biaya yang harus
dikeluarkan untuk produksi, baik meliputi biaya operasional maupun non operasional, selain
itu seringkali perusahaan menekan biaya produksi dan menekan biaya-biaya lain sehingga
memperkecil atau meminimalkan pengeluaran-pengeluaran perusahaan. Salah satu masalah
yang sering dialami perusahaan saat ini adalah pajak. Pajak merupakan sumber penerimaan
utama untuk kegiatan pembiayaan negara. Bagi negara semakin besar jumlah pajak yang
diterima akan semakin baik keuangan negara. Namun bagi wajib pajak, pembayaran pajak
merupakan beban. Di pihak lain perusahaan merupakan subjek pajak negara, karena
kegiatan usahanya menjadi objek pajak, yaitu Pajak Pertambahan Nilai. [ CITATION Vin131 \l
1033 ]
Peranan penerimaan perpajakan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup
signifikan baik secara nominal maupun presentase terhadap seluruh pendapatan negara. Hal
ini diiringi dengan meningkatnya APBN dari tahun ke tahun. Begitu besarnya peran pajak
dalam APBN, maka usaha untuk meningkatkan penerimaan pajak terus dilakukan oleh
pemerintah yang dalam hal ini merupakan tugas Direktorat Jenderal Pajak (Widayati dan
Nurlis, 2010). Data penerimaan negara berupa penerimaan perpajakan dan penerimaan
negara bukan pajak yang tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) Tahun Anggaran 2011 - 2016 adalah sebagai berikut :
Table 1. Peran Pajak terhadap APBN tahun 2011s.d 2016
Jumlah (dalam trilyun)
Penerimaan Negara Pajak
Tahun Persentase
(%)
2016 1.784,25 1.539,17 86%
2015 1.496,05 1.240,42 83%
2014 1.545,46 1.146,87 74%
2013 1.432,06 1.077,31 75%
2012 1.332,32 980,52 74%
2011 1.205,35 873,87 72%
Sumber: www.bps.go.id, diolah 2017
Dari uraian pada tabel 1. dapat diketahui bahwa pengeluaran-pengeluaran rutin serta
pembiayaan pembangunan nasional negara kita dipengaruhi oleh besarnya pajak sebagai
penerimaan negara. Ini sebabnya pajak dikatakan sangat penting bagi negara kita. Namun
hal ini sangat bertolak belakang bagi suatu perusahaan. Bagi perusahaan, pajak merupakan
beban yang akan mengurangi laba bersih (Mardiasmo, 2009:1). Timbulnya beban pajak
tersebut, akan membuat wajib pajak berupaya untuk meminimalkan beban pajak dengan
berbagai cara, mulai dari cara yang masih ada dalam bingkai peraturan perpajakan sampai
dengan yang melanggar peraturan perpajakan. [ CITATION Sud18 \l 1033 ]
Dengan adanya pajak akan mengurangi laba suatu perusahaan, sedangkan yang kita
ketahui bahwa salah satu tujuan perusahaan pasti untuk memaksimalkan kesejahteraan
pemegang saham (pemilik perusahaan) dengan cara memaksimalkan nilai perusahaan
dengan memperoleh laba maksimum. Besarnya pajak tergantung pada besarnya penghasilan
perusahaan, semakin besar penghasilan maka semakin besar pajak terutang. Oleh karena itu
perusahaan membutuhkan suatu perencanaan pajak atau yang disebut tax planning yang
tepat agar perusahaan membayar pajak seefisien mungkin sepanjang hal tersebut masih
sesuai dengan aturan-aturan perpajakan yang berlaku. Menurut (Yenni Mangoting, 1999) tax
planning adalah proses mengorganisasi usaha wajib pajak atau kelompok wajib pajak
sedemikian rupa sehingga utang pajaknya, baik pajak penghasilan maupun pajak-pajak
lainnya, berada dalam posisi yang paling minimal, sepanjang hal ini dimungkinkan baik oleh
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan maupun secara komersial. Tax
planning adalah suatu kapasitas yang dimiliki oleh wajib pajak (WP) untuk menyusun
aktivitas keuangan guna mendapat pengeluaran (beban) pajak yang minimal. Secara teoritis
tax planning dikenal sebagai effective tax planning, yaitu seorang wajib pajak berusaha
mendapat penghematan pajak (tax saving) melalui prosedur penghindaran pajak (tax
avoidance) secara sistematis sesuai ketentuan UU Perpajakan (Hoffman, 1961).
Tujuan tax planning bukanlah untuk menghindari pembayaran pajak, tetapi merancang
atau mengatur agar pajak yang dibayarkan tidak lebih dari yang seharusnya. Sehingga dapat
kita ketahui tujuan pokok tax planning adalah untuk mengurangi jumlah atau total pajak
yang harus di bayarkan oleh wajib pajak yang merupakan tindakan legal karena
penghematan pajak hanya dilakukan dengan memanfaatkan hal-hal yang diatur oleh undang-
undang sehingga menjadi langkah yang tepat dalam mengefisiensi pembayaran beban pajak.
Dari pernyataan diatas, menunjukkan bahwa tax planning akan membantu
meminimalisasikan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban pajaknya dan tidak memberatkannya sehingga tidak menghambat wajib pajak
dalam melakukan kewajiban pajaknya. Mengingat bahwa dunia bisnis sangat dipengaruhi
oleh pajak, maka peneliti tertarik untuk menganalisis factor-faktor apa saja yang
mempengaruhi manajemen perusahaan dalam melakukan tax planning.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Memotivasi Manajemen
Perusahaan Melakukan Tax Planning (Studi KPP Madya Pekanbaru)”.

C. Permasalahan/Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh Kebijakan Perpajakan terhadap motivasi manajemen perusahaan
dalam melakukan tax planning?

2. Bagaimana pengaruh Undang – Undang Perpajakan terhadap motivasi manajemen


perusahaan dalam melakukan tax planning?
3. Bagaimana pengaruh Administrasi Perpajakan terhadap motivasi manajemen perusahaan
dalam melakukan tax planning?

4. Bagaimana pengaruh Loopholes terhadap motivasi manajemen perusahaan dalam


melakukan tax planning?

5. Bagaimana pengaruh tariff pajak terhadap motivasi manajemen perusahaan dalam


melakukan tax planning?

D. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh Kebijakan Perpajakan terhadap motivasi manajemen
perusahaan dalam melakukan tax planning?
2. Untuk mengetahui pengaruh Undang – Undang Perpajakan terhadap motivasi
manajemen perusahaan dalam melakukan tax planning?
3. Untuk mengetahui pengaruh Administrasi Perpajakan terhadap motivasi manajemen
perusahaan dalam melakukan tax planning?
4. Untuk mengetahui pengaruh Loopholes terhadap motivasi manajemen perusahaan dalam
melakukan tax planning?
5. Untuk mengetahui pengaruh tarif pajak, terhadap motivasi manajemen perusahaan dalam
melakukan tax planning?
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Memperluas pengetahuan peneliti dalam bidang perpajakan khususnya tentang
Faktor-Faktor Yang Memotivasi Manajemen Perusahaan Melakukan Tax Planning.
2. Bagi perusahaan
Menambah informasi dan wawasan tentang factor-faktor apa saja yang
mempengaruhi manajemen perusahaan dalam melakukan tax planning agar beban pajak
perusahaan dapat dihemat seminimal mungkin.

3. Bagi akademik
Menjadi referensi bacaan dan dapat memberikan pengetahuan bagi mahasiswa
khususnya tentang Faktor-Faktor Yang Memotivasi Manajemen Perusahaan Melakukan
Tax Planning.

F. Kerangka pemikiran/Telaah Pustaka/Tinjauan Pustaka


1. Kerangka Pemikiran
Skema Kerangka Pemikiran

Kebijakan Perpajakan

UU Perpajakan

Administrasi Tax Planning


Perpajakan

Loopholes

Tarif Pajak

2. Tinjauan Pustaka
A. Dasar – Dasar Perpajakan
1. Pengertian Pajak
Menurut Mardiasmo (2016:3) Pajak merupakan iuran yang dibayarkan oleh
rakyat kepada negara yang masuk dalam kas negara yang melaksanakan pada
undang-undang serta pelaksanaannya dapat dipaksaaan tanpa adanya balas jasa.
Iuran tersebut digunakan oleh negara untuk melakukan pembayaran atas
kepentingan umum.
Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH pajak adalah iuran rakyat kepada
Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada
mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian
dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut : Pajak adalah peralihan kekayaan
dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan
surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk
membiayai public investment.
N.J Feldman, dalam bukunya De overheidsmid delen van Indonesia 1949,
pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa
(menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya
kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-
pengeluaran umum.
Definisi pajak juga dikemukakan oleh Rochmat Soemitro, pajak adalah iuran
rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa :
a. Pajak dipungut berdasarkan undang – undang
b. Jasa timbal balik tidak dapat ditunjukkan secara langsung
c. Pajak dipungut oleh pemerintahan, baik pemerintahan pusat maupun
pemerintah daerah
d. Pajak dipergunakan untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah
e. Dapat dipaksakan

2. Asas – Asas Perpajakan


Menurut Adam Smith, seperti dikutip oleh Erly Suandy dalam I Kadek
Sumadi (2006), pemungutan pajak hendaknya didasarkan atas empat azas
perpajakan, yaitu :
a. Equality atau azas keadilan Pajak itu harus adil dan merata, yaitu dikenakan
kepada orang - orang pribadi sebanding dengan kemampuannya untuk
membayar (ability to pay) pajak tersebut, dan juga sesuai dengan yang
diterimanya
b. Certainty atau azas kepastian hukum Pajak itu tidak ditentukan secara
sewenang-wenang, sebaiknya pajak itu harus dari semula jelas bagi semua
wajib pajak dan seluruh masyarakat. Berapa jumlah yang harus dibayar,
kapan harus dibayar dan bagaimana cara membayarnya. Apabila tidak ada
kepastian bagi wajib pajak tentang kewajiban pajaknya, maka pajak terutang
bergantung kepada “kebijaksanaan” petugas pajak yang dapat menyalah
gunakan kekuasaannya untuk keuntungan dirinya.
c. Convenience of payment atau azas ketepatan waktu pemungutan Saat wajib
pajak harus membayar pajaknya, hendaknya ditentukan pada saat yang tidak
menyulitkan wajib pajak
d. Economy in collection atau azas pemungutan pajak yang ekonomis / efisien

Biaya pemungutan pajak bagi kantor pajak dan biaya memenuhi kewajiban
pajak (compliance cost) bagi wajib pajak hendaknya sekecil mungkin. Demikian
pula halnya dengan beban yang dipikul oleh wajib pajak hendaknya juga sekecil
mungkin. Pajak hendaknya tidak menghalangi wajib pajak untuk terus melakukan
kegiatan-kegiatan ekonomisnya.

B. Perencanaan Pajak (Tax Planning)


1. Pengertian
Secara umum perencanaan merupakan proses penentuan tujuan perusahaan
yang kemudian menyajikan dengan strategi-strategi (program) teknik-teknik
serta operasi (tindakan) yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan
secata menyeluruh. Salah satu unsur dari perencanaan yang merupakan fungsi
utama manajemen adalah membuat perencanaan pajak (tax planning), mulai dari
perencanaan yang paling sederhana berupa perencanaan pemenuhan kewajiban
(pembayaran) pajak sampai perencanaan yang lebih kompleks yang menyangkut
strategi untuk mengurangi beban pajak perusahaan. Perencanaan yang buruk
bukan saja dapat menurunkan kinerja serta menurunkan laba bersih setelah pajak
perusahaan tetapi lebih jauh dapat berakibat pada sanksi administrasi dan sanksi
pidana apabila terkandung unsur pelanggaran hukum di dalamnya. (I Kadek
Sumadi, 2004).
Perencanaan, termasuk perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan (tax
planning) menurut (Mohammad Zain, 2008) dalam (Marfuah, 2010) adalah
merupakan tindakan penstrukturan yang terkait dengan konsekuensi pajaknya,
yang tujuannya adalah bagaimana pengendalian tersebut dapat mengefisiensikan
jumlah pajak yang akan di transfer ke pemerintah, melalui apa yang
disebutdengan penghindaran pajak (tax evasion) yang merupakan tindak pidana
fiskal yang tidak akan ditoleransi.
Yenni Mangoting, (1999) dalam tax planning: Sebuah pengantar sebagai
alternatif meminimalkan pajak menyebutkan bahwa tax planning adalah proses
mengorganisasi usaha wajib pajak atau kelompok wajib pajak sedemikian rupa
sehingga hutang pajaknya baik pajak penghasilan maupun pajak-pajak lainnya
berada dalam posisi yang minimal, sepanjang hal ini memungkinkan oleh
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Tax planning memungkinkan perencanaan pajak yang akan dibayarkan, agar
tidak terjadi kelebihan dalam membayar pajak, tetapi tidak berarti sebagai upaya
menghindari pajak. Tax planning adalah upaya menekan jumlah kewajiban pajak
dengan cara legal. Di luar negeri terutama Amerika Serikat strategi ini sudah
cukup dikenal dan hampir semua perusahaan melakukannya. Cara ini cukup
efektif dalam rangka melakukan efisiensi dan penghematan.
Ada sebagian orang berpendapat tax planning bertentangan dengan moral,
karena penuh dengan trik-trik (siasat) yang mengarah pada pengelakan pajak.
Selain itu, pada prinsipnya hal ini akan mengurangi pendapatan negara dari
pajak yang merugikan negara. Jika tax planning lebih mengarah pada
pengelakan pajak, merupakan cerminan keengganan wajib pajak melaksanakan
kegotongroyongan nasional dalam menanggung biaya pembangunan. Untuk
menutupi tindakan yang cenderung pada tipu muslihat, ada yang mengaburkan
tax planning dengan manajemen pajak. Dilihat dari segi substansi, hampir tidak
ada bedanya antara tax planning dengan manajemen pajak. Bahkan ada yang
mengatakan tax planning adalah bagian yang tak terpisahkan dari manajemen
pajak. (Nur hidayat dalam Bisnis Indonesia, 2005).
2. Tujuan dan Manfaat Tax Planning
a) Tujuan Tax Planning
Tax planning dilakukan antara lain untuk tujuan: Memperkecil
pengeluaran perusahaan untuk membayar pajak sehingga biaya yang
dikeluarkan lebih efisien. Memperhitungkan dan menyiapkan pembayaran
pajak sesuai peraturan yang berlaku agar tidak timbul sanksi atau denda yang
justru memperbeasr pengeluaran pajak.
b) Manfaat tax planning
Manfaat tax planning itu sendiri adalah: (Yenni Mangoting, 1999) :
1) Penghematan kas keluar, karena pajak yang merupakan unsur biaya dapat
dikurangi
2) Mengatur aliran kas, karena dengan perencanaan pajak yang matang dapat
diestimasi kebutuhan kas untuk pajak dan menentukan saat pembayaran
sehingga perusahaan dapat menyusun anggaran kas secara lebih akurat.
3. Syarat – Syarat Tax Planning
Dalam melakukan Tax Planning, tentu saja ada syarat yang harus dipenuhi.
Syarat-syarat tersebut, antara lain:
a) Tidak menyimpang dari peraturan perpajakan. Apabila melanggar ketentuan
perpajakan, maka akan beresiko bagi Wajib Pajak. Hal ini dapat mengancam
keberhasilan dari Tax Planning tersebut.
b) Bukti transaksi dan data lainnya tidak fiktif (sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya)
c) Dapat diterima secara bisnis dan pajak. Hal ini berkaitan erat dengan
perencaan perusahaan secara menyeluruh. Jika pelaksaan Tax Planning
tidak masuk akal secara bisnis, maka akan melemahkan perencanaan itu
sendiri.
d) Tax Planning merupakan program yang diadakan pemerintah guna
meminimalkan pajak secara legal. Tax Planning dapat dilakukan melalui
beberapa strategi

4. Strategi dalam Tax Planning


Ada beberapa cara yang biasanya dilakukan atau dipraktekkan wajib pajak
untuk meminimalkan pajak yang harus dibayar, misalnya seperti yang
dikemukakan oleh Sophar Lumbantoruan (1996) dalam bukunya akuntansi
pajak, yaitu:
1) Pergeseran Pajak (tax shifting), ialah pemindahan atau mentransfer beban
pajak dari subjek pajak kepada pihak lain, dengan demikian, orang atau
badan yang dikenakan pajak mungkin sekali tidak menanggungnya.
2) Kapitalisasi, ialah pengurangan harga objek pajak sama dengan jumlah
pajak yang akan dibayarkan kemudian oleh pembeli
3) Transformasi, ialah cara pengelakan pajak yang dilakukan oleh pabrikan
dengan cara menanggung beban pajak yang dikenakan terhadapnya
4) Tax evasion, ialah penghindaran pajak dengan melanggar ketentuan
peraturan perpajakan
5) Tax avoidance, ialah penghindaran pajak dengan menuruti peraturan yang
ada
Jadi dapat disimpulkan, bahwa ada strategi-strategi yang bisa diambil oleh
wajib pajak terutama wajib pajak badan. Dalam usahanya melaksanakan tax
planning dengan tujuan mengatur atau meminimalkan jumlah pajak yang harus
dibayar. Di antara strategi – strategi tersebut ada yang legal maupun ilegal.
Untuk strategi – strategi atau cara-cara yang legal sesuai dengan aturan undang-
undang yang berlaku, biasanya dilakukan dengan memanfaatkan hal-hal yang
tidak diatur dalam undang-undang atau dengan ini memanfaatkan celah- celah
yang ada dalam undang-undang perpajakan (Loopholes).

5. Pengaruh – Pengaruh Perencanaan Pajak (Tax Planning)


A. Pengaruh Kebijakan Perpajakan (Tax Policy) Terhadap Tax Planning
Kebijakan perpajakan (tax policy) merupakan alternatif dari berbagai
sasaran yang hendak dituju dalam sistem perpajakan yang meliputi prosedur
perpajakan, objek pajak dan pengurang objek pajak, tarif pajak, dan jenis
pajak yang dipungut. Pada saat ini, sistem pembayaran pajak yang berlaku
di Indonesia dilandasi oleh sistem pemungutan dimana wajib pajak boleh
menghitung, membayar dan menyetorkan sendiri besarnya pajak yang harus
disetorkan (self assessment system).
Dikarenakan sistem pembayaran pajak yang berlaku di Indonesia
dilandasi oleh sistem self assessment dimana wajib pajak boleh menghitung,
memperhitungkan dan membayar sendiri besarnya pajak yang harus
disetorkan. Maka dapat dikatakan bahwa apabila pengetahuan mengenai
kebijakan perpajakan mengalami peningkatan maka perencanaan pajak juga
mengalami peningkatan. Sally Tanjung dan Elisa Tjondro (2013)
mengungkapkan dalam penelitiannya bahwa kebijakan perpajakan
berpengaruh terhadap motivasi manajemen perusahaan untuk melakukan tax
planning.
B. Undang-Undang Perpajakan
Undang-Undang Perpajakan Undang- undang perpajakan adalah
kumpulan peraturan- peraturan yang mengatur masalah perpajakan. Pada
kenyataannya di manapun tidak ada undang- undang yang mengatur setiap
permasalahan secara sempurna, maka dalam pelaksanaannya selalu diikuti
oleh ketentuan- ketentuan lain (Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden,
Keputusan Menteri Keuangan, dan Direktur Jenderal Pajak), maka tidak
jarang ketentuan pelaksanaan tersebut bertentangan dengan kepentingan
pembuat kebijaksanaan dalam mencapai tujuan yang lain yang ingin
dicapainya. Wajib pajak melaksanakan perencanaan pajak dengan
memanfaatkan celah- celah dari peraturan perundang- undangan yang
berlaku.
Menurut Kamus Hukum, Pajak adalah pungutan wajib yang harus
dibayar penduduk sebagai sumbangan wajib kepada negara atau pemerintah
sehubungan dengan pendapatan, pemilikan, harga beli barang, dan
sebagainya; Iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang
dengan tiada mendapat jasa timbal yang langsung dapat ditunjukkan dan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Dari Penjabaran pengertian yang ada, maka dapat dilihat bahwa hukum
dan pajak memiliki keterkaitan. Hadirnya pajak sebagai iuran wajib bagi
warga negaranya ini diharapkan dapat melindungi segenap kepentingan dan
hak warga negaranya, mensejahterahkan dan memakmurkan masyarakat,
melaksanakan ketertiban dan pertahanan keamanan negara sesuai dengan
UUD 1945.
C. Pengaruh Administrasi Perpajakan (Tax Administration)) Terhadap
Tax Planning
Administrasi perpajakan (tax administration) adalah cara–cara
pengenaan dan pemungutan pajak. Administrasi perpajakan diupayakan agar
bisa merealisasikan peraturan perpajakan dan penerimaan negara
sebagaimana amanat APBN. Wajib Pajak harus mengusai peraturan
perpajakan untuk menghindari sanksi perpajakan. Sanksi administrai berupa
bunga, denda atau kenaikan yang dapat menyebabkan pemborosan sumber
daya yang seharusya tidak terjadi bila wajib pajak mengerti dan mematuhi
ketentuan peraturan perpajakan. Untuk menghindari sanksi administratif,
wajib pajak harus mengetahui sarana, batas, waktu, angsuran dan penundaan
pembayaran pajak.
Hal yang mendorong perusahaan untuk melaksanakan perencanaan
pajak dengan baik agar terhindar dari sanksi administrasi maupun pindana
karena adanya penafsiran antara aparat fiskus dan wajib pajak akibat dari
begitu luasnya peraturan perpajakan yang berlaku dan sistem informasi yang
masih belum efektif.
D. Loopholes Terhadap Tax Planning

Loopholes Terhadap Tax Planning Loopholes memiliki pengaruh


signifikan terhadap tax planning. Akan tetapi penelitian ini sejalan dengan
Marfuah (2010) yang menemukan bahwa Loopholes tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap tax planning. Dalam tax avoidance wajib pajak
memanfaatkan peluang–peluang (loopholes) yang ada dalam undang–
undang perpajakan, sehingga dapat membayar pajak yang lebih rendah.
Wajib pajak dapat mencari kelemahan dan memperbaiki kembalirencana
pajaknya. Pada awal mendirikan usaha, wajib pajak juga dapat melakukan
tax planning dengan cara memanfaatkan undang-undang perpajakan yang
berlaku. Dengan mengetahui kelemahan-kelemahan peraturan, perusahaan
dapat membuat pengurangan secara legal yang dilakukan dengan cara
memanfaatkan ketentuan-ketentuan di bidang perpajakan secara
optimal,seperti pengecualian dan pemotongan-pemotongan yang
diperkenankan maupun memanfaatkan hal-hal yang belum diatur dan
kelemahan-kelemahanyang ada dalam peraturan perpajakan.
Loopholes dalam peraturan dengan sengaja diciptakan oleh pembuat
kebijakan untuk memberikan fasilitas. Loopholes dapat dimanfaatkan untuk
membayar pajak lebih kecil atau tidak membayar pajak sama sekali. Wajib
Pajak dapat mengecilkan pajak secara legal dengan memanfaatkan
loopholes secara optimal, seperti pengecualian-pengecualian dan
pemotongan yang diperkenankan dalam peraturan perpajakan ataupun hal-
hal yang belum diatur dalam peraturan perpajakan. Pengetahuan yang
memadai mengenai peraturan perpajakan merupakan langkah penting bagi
Wajib Pajak untuk menentukan loopholes (Afifi, 2017). Walaupun
demikian, hasil penelitian ini menemukan bahwa Loopholes tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap tax planning, hal ini mungkin disebabkan
karena setelah periode tax amnesty, wajib pajak cenderung berusaha untuk
melakukan kewajiban pajaknya dengan lebih baik, agar terhindar dari sanksi
yang memberatkan pada masa yang akan datang. Sebab lainnya mungkin
karena keterbatasan pengetahuan wajib pajak atas peraturan undang-undang
yang mengandung unsur sengaja diberikan oleh pemerintah di dalam suatu
tax policy yang dibuat sedemikina rupa guna mendukung suatu aktivitas
atau kegiatan ekonomi tertentu. Kondisi ini membuat wajib pajak tidak mau
mengambil risiko dengan melakukan Loopholes karena apabila salah
dilakukan justru akan menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi wajib
pajak dalam bentuk sanksi dan denda dengan jumlah yang sangat besar.
E. Pengaruh Tarif Pajak Terhadap Perencanaan Pajak (Tax Planning)
Menurut Suandy (2011), perbedaan tarif yang diterapkan di Indonesia
mengakibatkan seorang perencana pajak berusaha sebisa mungkin
dikenakan tarif yang paling rendah. Demikian juga menurut Barry
Bracewell and Milnes seperti dikutip Suandy (2011), bahwa “semakin besar
beban pajak, semakin kuat motif, dan semakin luas ruang lingkup terjadinya
penghindaran pajak, karena wajib pajak dapat menghindari tarif pajak yang
lebih tinggi namun tetap terutang tarif pajak yang lebih rendah”. Maka dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi tarif pajak yang dikenakan, semakin
tinggi pula motivasi WP untuk melakukan perencanaan pajak

C. Faktor Faktor Tax Planning


Ada lima faktor yang memotivasi manajemen perusahaan melakukan tax
planning yaitu kebijakan perpajakan, undang- undang perpajakan, administrasi
perpajakan, loopholes, dan tarif pajak.
Pada penelitian kali ini akan diuji apakah faktor kebijakan perpajakan, undang-
undang perpajakan, administrasi perpajakan, resiko deteksi, dan moral wajib pajak
mempengaruhi manajemen perusahaan melakukan tax planning. Berdasarkan
rumusan masalah yang dikemukakan di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui apakah faktor kebijakan perpajakan, administrasi perpajakan,
undang- undang perpajakan, resiko deteksi, dan moral wajib pajak memotivasi
managemen perusahaan untuk melakukan tax planning dalam perusahaannya.
Kebijakan perpajakan (tax policy) merupakan alternatif dari berbagai sasaran
yang hendak dituju dalam sistem perpajakan dari berbagai aspek kebijakan pajak.
Sistem perpajakan yang berlaku di Indonesia adalah dengan cara self assessment di
mana wajib pajak boleh menghitung sendiri, memperhitungkan sendiri, membayar
sendiri, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus disetorkan. Terdapat
faktor- faktor di dalam kebijakan perpajakan yang mendorong dilakukannya suatu
perencanaan pajak, yaitu: jenis pajak yang akan dipungut, subjek pajak, objek pajak,
tarif pajak, dan prosedur pembayaran pajak.
Undang- undang perpajakan adalah kumpulan peraturan- peraturan yang
mengatur masalah perpajakan. Pada kenyataannya di manapun tidak ada undang-
undang yang mengatur setiap permasalahan secara sempurna, maka dalam
pelaksanaannya selalu diikuti oleh ketentuan- ketentuan lain (Peraturan Pemerintah,
Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Keuangan, dan Direktur Jenderal Pajak),
maka tidak jarang ketentuan pelaksanaan tersebut bertentangan dengan kepentingan
pembuat kebijaksanaan dalam mencapai tujuan yang lain yang ingin dicapainya.
Wajib pajak melaksanakan perencanaan pajak dengan memanfaatkan celah- celah
dari peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Administrasi Perpajakan, dalam arti sempit adalah penata usahaan dan
pelayanan terhadap kewajiban-kewajiban dan hak-hak wajib pajak, baik penataausahaan
dan pelayanan tersebut dilakukan di kantor pajak maupun di kantor wajib pajakk.
Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan penyataan yang dikembangkan oleh
Murfuah (2010). Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah : mengisi dan
melaporkan SPT, membayar pajak tepat waktu, evaluasi berkala, sistem pengawasan
internal, dan administrasi perpajakan yang baik.
Loopholes, adalah celah-celah yang dapat dimanfaatkan dalam undang-undang
pengaruh tax avoidance (penghindaran pajak) untuk meminimalkan beban pajak
Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan penyataan yang dikembangkan oleh
Murfuah (2010). Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah : peluang-peluang
dalam UU Pajak, dan Tax Avoidance.
Tarif Pajak, adalah dasar pembebanan besarnya pajak yang harus dibayar oleh
Wajib Pajak yag ada umumnya tarif tersebut dinyatakan dalam bentuk persentasi (%).
Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan penyataan yang dikembangkkan oleh
Agus Subekti (2007). Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah : metode
meminimalisasi tarif pajak, dan perbedaan dan perlakuan tarif pajak.

D. Tahap – Tahap Dalam Membuat Perencanaan Pajak


Dalam arus globalisasi dan tingkat persaingan yang sedemikian tajam seorang
manajer dalam membuat suatu perencanaan pajak sebagaimana strategi perencanaan
perusahaan secara keseluruhan (Global Company’s Strategy) juga harus
memperhitungkan adanya kegiatan yang bersifat lokal maupun internasional, maka
agar tax planning dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan, maka menurut
Ismarita (2007) perencanaan seharusnya dilakukan melalui berbagai tahap-tahap
berikut :
1. Analisis Informasi yang ada
Tahap pertama dari proses pembuatan tax planning adalah menganalisis
komponen yang berbeda atas pajak terlibat dalam suatu proyek dan menghitung
seakurat mungkin beban pajak yang harus ditanggung. Hal ini hanya bisa
dilakukan dengan mempertimbangkan masing-masing elemen dari pajak baik
secara sendiri-sendiri maupun secara total pajak yang harus dapat dirumuskan
sebagai tax planning yang paling efisien.
2. Buat satu model / lebih rencana kemungkinan besarnya pajak
Model perjanjian internasional dapat melibatkan satu atau lebih atas
tindakan-tindakan berikut:
a. Pemilihan bentuk transaksi operasi atau hubungan internasional. Dividen,
bunga dan royalti dan capital gains sering memperoleh perlakuan
perpajakan yang berbeda baik di tingkat lokal maupun dalam treaty antar-
negara. Dengan demikian perlu diperhitungkan dalam memutuskan suatu
perencanaan pajak, sebagai contoh apakah investasi harus dilakukan dalam
bentuk saham sebagai hasil dari pemilikan saham atau dalam bentuk bungan
sebagai hasil peminjaman uang. Konsekuensi perpajakan atas operasi
melalui anak perusahaan atau melalui cabang atau melalui agen bebas juga
sering berbeda. Perbedaan ini mungkin penting dalam menentukan cara dari
operasi yang akan dilaksanakan. Di banyak negara pengertian dari Bentuk
Usaha Tetap (BUT) digunakan untuk penentuan kewajiban pajak bagi wajib
pajak Luar Negeri yang melaksanakan bisnis di negara tersebut. Sebagai
tambahan pengertian ini sering dipergunakan dalam tax treaties (perjanjian
pajak) sebagai dasar pembagian atas pajak penghasilan (khususnya dalam
hal laba industri maupun komersial).

b. Pemilihan negara asing sebagai tempat melakukan investasi atau menjadi


residen dari negara tersebut. Dalam rencana perpajakan internasional
mungkin dapat diperoleh perlakuan khusus dengan memilih antara dua atau
lebih kemungkinan investasi di negara – negara yang berbeda. Dalam
menguji keunggulan pengenaan pajaknya. Sebagai contoh dalam
memutuskan antara penawaran untuk memiliki saham perusahaan di
berbagai negara, pertimbangan – pertimbangan berikut harus
diperhitungkan :
 tarif yang dikenakan atas laba perusahaan di negara investasi.
 apakah dividen yang dibagikan terutang withholding taxes. Jika ya,
berapa tarifnya.
 apakah ada kredit pajak atau pengurangan pajak lainnya di
 negara domisili dari pemegang saham sehubungan dengan pajak yang
dibayar di negara investasi.

c. Pengunaan satu atau lebih negara tambahan. Dalam banyak kasus,


pertimbangan penghematan pajak tidak hanya dapat dipengaruhi oleh
pemilihan yang hati-hati dari bentuk transaksi, operasi maupun hubungan
internasional, tetapi juga oleh penggunaan satu atau lebih negara sebagai
tambahan dari negara yang bersangkutan yang sudah ada dalam data base.
Perencanaan pajak internasional sebetulnya merupakan perluasan yang
sederhana perencanaan pajak nasional melalui penggunaan elemen asing,
seperti pembentukan trust atau holding company di negara lain dimana tarif
pajaknya rendah biasa diterapkan.

3. Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pajak


Tax planning sebagai suatu perencanaan yang merupakan bagian kecil dari
seluruh perencanaan strategis perusahaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan
evaluasi untuk melihat sejauh mana hasil pelaksanaan suatu perencanaan pajak
terhadap beban pajak, perbedaan laba kotor, dan pengeluaran selain pajak atas
berbagai alternatif perencaan.
4. Mencari kelemahan dan kemungkinan memperbaiki kembali rencana
pajak
Untuk mengatakan bahwa hasil suatu perencanaan pajak baik atau tidak,
tentu harus dievaluasi melalui berbagai rencana yang dibuat. Dengan demikian
keputusan yang terbaik atas suatu perencanaan pajak harus sesuai dengan bentuk
transaksi dan tujuan operasi. Perbandingan berbagai rencana harus dibuat
sebanyak mungkin sesuai bentuk perencanaan pajak yang diinginkan. Kadang
suatu rencana harus di ubah mengingat adanya perubahan peraturan/perundang-
undangan. Tindakan perubahan (up to date planning) harus tetap dijalankan
walaupun diperlukan penambahan biaya besar, rencana tersebut harus tetap
dijalankan, karena bagaimanapun juga kerugian yang ditanggung merupakan
kerugian kriminal. Jadi sangat membantu jika pembuatan suatu rencana disertai
dengan gambaran/perkiraan berapa peluang kesuksesan dan beberapa laba
(benefit) potensial yang akan diperoleh jika berhasil maupun kerugian (loss)
potensial jika terjadi kegagalan.
5. Mutakhiran Rencana Pajak
Meskipun suatu rencana pajak telah dilaksanakan dan proyek juga telah
berjalan, tetap perlu diperhitungkan setiap perubahan yang terjadi, baik dari
undang-undang maupun pelaksanaannya sesuai negara di mana aktivitas tersebut
dilakukan yang dapat berdampak terhadap komponen suatu perjanjian.

E. Motivasi Melakukan Perencanaan Pajak (Tax Planning)


Motivasi diartikan sebagai semua kondisi yang memberikan dorongan dalam
diri seseorang yang digambarkan sebagai keinginan, kemauan, dorongan dsb
(Gibson, Donnelly, Invancevich, 1997) dalam (Rini, Sartika, 2008). Motivasi
dilakukannya perencanaan pajak adalah keinginan untuk meminimalkan beban
pajak yang pada akhirnya dapat memaksimalkan laba setelah pajak karena pajak
ikut mempengaruhi pengambilan keputusan atas suatu tindakan dalam operasi
perusahaan. Dimana perencanaan pajak merupakan salah satu unsur penunjang
untuk mencapai tujuan perusahaan. Unsur penunjang lainnya yaitu usur
pendapatan atau penghasilan yang dihasilakan oleh perusahaan, dimana
pendapatan/penghasilan merupakan objek pajak tidak final dan ada juga yang
merupakan objek pajak final.

Dalam penelitian ini, membatasi faktor-faktor yang memotivasi manajemen


perusahaan melakukan tax planning menurut Ina Handyani (2004) dan Suandy
(2008) yaitu kebijakan perpajakan, undang – undang perpajakan, administrasi
perpajakan, loopholes dan tarif pajak (tax rates).

1. Kebijakan Perpajakan (Tax Policy)


Pada saat ini, sistem pembayaran pajak yang berlaku di Indonesia dilandasi
oleh sistem pemungutan dimana wajib pajak boleh menghitung,
memperhitungkan dan membayar sendiri besarnya pajak yang harus
disetorkan (self assessment system). Sistem ini diberlakukan untuk
memberikan kepercayaan sebesar-besarnya kepada masyarakat guna
meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam menyetorkan
pajaknya.
Self assessment system merupakan salah satu faktor yang dapat
memotivasi manajemen melakukan tax planning. Hal ini disebabkan, dalam
self assessment system para Wajib Pajak dapat merencanakan sendiri pajaknya
dengan cara menghitung serta membayar sendiri pajaknya serta melakukan
pembukuan. Dengan adanya kepercayaan yang diberikan kepada Wajib Pajak,
maka hal ini membuat Wajib Pajak termotivasi untuk merencanakan
pajaknya.
Oleh karena diberlakukannya sistem tersebut, juga akan membuka
peluang bagi manajer perusahaan untuk mengimplementasikan tax planning
dalam pengendalian pemenuhan kewajiban perpajakan perusahaan. Pada
perusahaan yang memperoleh penghasilan kena pajak yang telah dikenakan
tarif tertinggi (di atas Rp 100 juta) dan pengenaan PPh Badannya tidak final,
diupayakan seminimal mungkin memberikan kesejahteraan karyawan dalam
bentuk natura dan kenikmatan karena pengeluaran ini tidak dapat dibebankan
sebagai biaya.
Kebijakan perpajakan (tax policy) merupakan alternatif dari berbagai
sasaran yang hendak dituju dalam sistem perpajakan dari berbagai aspek
kebijaksanaan pajak, berikut akan diuraikan faktor- faktor yang mendorong
dilakukannya suatu perencanaan pajak yaitu:
a) Pajak yang akan dipungut
Di dalam sistem perpajakan ada berbagai tipe pajak yang harus
menjadi pertimbangan utama baik berupa pajak langsung maupun pajak
tidak langsung dan cukai seperti:
a. Pajak Penghasilan Badan dan Perseorangan.
b. Pajak atas capital gains.
c. Withholding tax atas gaji, dividen, sewa, bunga, royalty, lain- lain.
d. Pajak atas impor, ekspor, serta bea masuk.
e. Pajak atas undian/hadiah.
f. Bea materai.

Terdapat berbagai kewajiban jenis pajak yang harus dibayar di mana


masing-masing jenis pajak tersebut mempunyai sifat perlakuan pajak
sendiri-sendiri. Misalnya bea masuk dianggap sebagai biaya yang dapat
dikurangkan dari penghasilan kena pajak atau bisa dimintakan restitusi
apabila kita melakukan ekspor barang, sedangkan pajak penghasilan
adalah pajak atas laba atau penghasilan kena pajak yang dapat
mengurangi besarnya penghasilan bersih setelah pajak. Maka agar tidak
mengganggu atau tidak memberatkan arus kas perusahaan, diperlukan
perencanaan pajak yang baik untuk bisa menganalisis atas transaksi apa
akan terkena pajak yang mana dan berapa dana yang diperlukan, sehingga
dapat diketahui berapa penghasilan bersih setelah pajak.
b) Subjek Pajak
Subjek pajak adalah istilah dalam peraturan perundang-undangan
perpajakan untuk perorangan atau organisasi berdasarkan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Seseorang atau suatu badan
merupakan subjek pajak, tetapi bukan berarti orang atau badan itu punya
kewajiban pajak.
c) Objek Pajak
Yang merupakan objek pajak adalah setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi
atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apapun. Adanya perlakuan perpajakan yang
berbeda atas objek pajak yang secara ekonomis hakikatnya sama akan
menimbulkan usaha perencanaan pajak agar beban pajaknya rendah.
d) Tarif Pajak
Adanya tarif yang diterapkan di Indonesia mengakibatkan seorang
perencana pajak akan berusaha sedapat mungkin dikenakan tarif yang
paling rendah. Menurut Barry Bracewell and Milnes, (1980), bahwa: “The
heavier the burden, the stroner the motive and the wider the scope for tax
avoidance, since the taxpayer may avoid the higher rates of tax while still
remaining liae to the lower.”
e) Prosedur Pembayaran Pajak
Adanya self assessment system dan payment system mengharuskan
seseorang perencana pajak untuk merencanakan pajak dengan baik. Sistem
pembayaran pajak yang berlaku di Indonesia dilandasi oleh sistem
pemungutan dimana Wajib Pajak boleh menghitung, memperhitungkan
dan membayar sendiri besarnya pajak yang harus disetorkan (self
assessment system).
2. Undang – Undang Perpajakan
Undang-undang perpajakan adalah kumpulan peraturan- peraturan yang
mengatur masalah perpajakan. Pada kenyataannya dimanapun tidak ada
undang-undang yang mengatur setiap permasalahan secara sempurna, maka
dalam pelaksaannya selalu diikuti oleh ketentuan-ketentuan lain (Peraturan
Pemerintah Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Keuangan dan Direktur
Jenderal Pajak), maka tidak jarang ketentuan pelaksanaan tersebut
bertentangan dengan undang-undang itu sendiri karena disesuaikan dengan
kepentingan pembuat kebijaksanaan dalam mencapai tujuan yang lain yang
ingin dicapainya.
Seperti diketahui, tax planning merupakan suatu proses yang mendeteksi
cacat teoritis dalam ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan
tersebut. Melaksanakan tax planning dengan memanfaatkan celah-celah dari
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Keadaan ini menyebabkan
munculnya celah bagi wajib pajak untuk menganalisis dengan cermat atas
kesempatan tersebut untuk digunakan merencanakan pajak yang baik. wajib
pajak dapat mencari kelemahan dan memperbaiki kembali rencana pajaknya.
Pada awal mendirikan usaha, wajib pajak juga dapat melakukan tax
planning dengan cara memanfaatkan undang-undang pajak yang berlaku.
Pada masa sekarang ini, wajib pajak harus cermat dalam memilih lokasi usaha
yang akan didirikan. Hal ini disebabkan, adanya lokasi-lokasi usaha tertentu
yang memperoleh fasilitas yang lebih dibanding dengan lokasi/kawasan
lainnya. Apabila wajib pajak ingin mendapatkan fasilitas yang diberikan oleh
Pemerintah maka wajib pajak dapat memilih lokasi usaha di daerah tertentu,
misalnya di Indonesia Bagian Timur.
Hasil suatu tax planning bisa dikatakan baik atau tidak tergantung dengan
apa yang kita lakukan dan semua itu harus sesuai dengan kebutuhan
perusahaan. Kadang-kadang suatu rencana harus diubah mengingat adanya
peraturan perundang-undangan. Tindakan perubahan tersebut harus tetap
dijalankan walaupun diperlukan penambahan biaya/kemungkinan
keberhasilannya sangat kecil. Sepanjang masih besar penghematan pajak yang
bisa diperoleh rencana tersebut harus tetap dijalankan, karena bagaimanapun
juga kerugian yang ditanggung merupakan kerugian minimal. Meskipun suatu
tax planning sudah dijalankan dan proyek sudah berjalan, masih perlu
mempertimbangkan setiap perubahan yang terjadi termasuk perubahan
undang-undang.
3. Administrasi Perpajakan
Administrasi pajak pada dasarnya adalah kelanjutan dari pelaksanaan tax
planning. Administrasi pajak adalah metode untuk meyakinkan bahwa apa
yang dilaksanakan telah sesuai dengan yang direncanakan. Pada intinya
administrasi adalah bentuk dari suatu sistem untuk mengendalikan masalah
pajak perusahaan. Dalam sistem itu minimal harus mencakup hal-hal berikut:
a) Memonitor transaksi-transaksi utama yang mempunyai dampak
perpajakan cukup signifikan, menjamin bahwa transaksi utama tersebut
telah dicatat atau diperlakukan sesuai dengan undang- undang dan
kebijaksanaan perusahaan.
b) Menciptakan sistem pengawasan internal untuk menjamin bahwa berbagai
kewajiban perpajakan telah diikuti dengan benar, dengan demikian resiko
sanksi administrasi maupun sanksi pidana dapat dihindari atau
diminimumkan sehingga tidak menimbulkan pemborosan sumber dana
perusahaan.

Untuk menghindari sanksi administratif, wajib pajak harus mengetahui


sarana, batas, waktu, angsuran dan penundaan pembayaran pajak. Dengan
demikian wajib pajak dapat merencanakan kebutuhan kas untuk pajak dan
menentukan saat pembayaran sehingga perusahaan dapat menyusun cash
budget dengan lebih akurat.
4. Loopholes
Loopholes dapat dimanfaatkan untuk membayar pajak lebih kecil dari
atau bahkan tidak membayar sama sekali atas suatu income tertentu. Dalam
tax avoidance wajib pajak memanfaatkan peluang- peluang (loopholes) yang
ada dalam undang-undang perpajakan, sehingga dapat membayar pajak yang
lebih rendah. Tax avoidance (penghindaran pajak) adalah suatu usaha
pengurangan secara legal yang dilakukan dengan cara memanfaatkan
ketentuan-ketentuan di bidang perpajakan secara optimal, seperti
pengecualian dan pemotongan-pemotongan yang diperkanankan maupun
memanfaatkan hal-hal yang belum diatur dan kelamahan-kelamhan yang ada
dalam peraturan perpajakan. Seperti diketahui, tax planning merupakan suatu
proses yang mendeteksi cacat teoritis dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Keadaan ini munculnya celah bagi wajib pajak untuk
menganalisis dengan cermat atas kesempatan tersebut untuk digunakan
merencanakan pajak yang baik. wajib pajak dapat mencari kelemahan dan
memperbaiki kembali rencana pajaknya. Pada awal mendirikan usaha, wajib
pajak juga dapat melakukan tax planning dengan cara memanfaatkan undang-
undang perpajakan yang berlaku.
5. Tarif Pajak
Tarif Pajak, dimana semakin besar tarif pajak maka semakin besar
motivasi wajib pajak untuk melakukan tax planning. Sebagai contoh adalah
pemberian natura kepada karyawan tidak dapat diperlukan sebagai deductible
expense. Sehingga bagi perusahaan hal ini tidak menguntungkan, oleh karena
itu perusahaan memberikannya dalam bentuk cash dan memasukannya ke
dalam daftar gaji karyawan sehingga perusahaan bisa diperlakukan sehingga
deductible expense. Dengan adanya perbedaan tarif pajak atas objek pajak,
memotivasi perusahaan untuk memanfaatkannya agar beban pajaknya rendah.
Perencanaan yang dapat dilakukan untuk menghemat beban pajak atau
meminimalisasi beban pajak penghasilan yaitu dengan melihat dari segi siapa
yang menanggung beban, maka PPh pasal 21 dapat di lakukan melihat tiga
bentuk :
a. PPh pasal 21 ditanggung oleh karyawan
Dalam hal ini jumlah PPh pasal 21 yang terutang akan ditanggung
karyawan itu sendiri sehingga benar-benar mengurangi penghasilan.
Istilah yang sering digunakan adalah PPh pasal 21 yang dipotong oleh
perusahaan.
b. PPh pasal 21 ditanggung perusahaan
Dalam hal ini, jumlah PPh pasal 21 yang terutang akan ditanggung
oleh perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian, gaji yang diterima
oleh karyawan tersebut tudak dikurangi dengan PPh pasal 21 karena
perusahaan yang menanggung beban PPh pasal 21. penghitungan PPh
pasal 21 tersebut tidak dilakukan dengan cara gross up, karena tidak
menambah secara langsung penghasilan bruto karyawan tersebut tidak
boleh dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan.
c. PPh pasal 21 diberikan dalam bentuk tunjangan dengan menggunakan
metode gross up
Jika PPh pasal 21 diberikan dalam bentuk tunjangan, maka jumlah
tunjangan tersebut akan menambah penghasilan karyawan dan kemudian
baru dikenakan PPh pasal 21. dalam hal ini perhitungan dilakukan dengan
cara gross up dimana besarnya tunjangan pajak sama dengan jumlah PPh
pasal 21 terutang untuk masing – masing karyawan.
Penelitian Terdahulu
Berikut ini akan dipaparkan mengenai penelitian yang dilakukan terkait
dengan pengaruh penerapan Tax Planning dalam meminimalkan pajak terutang
wajib pajak badan.
Nama Judul Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Penelitian
Stephanie Analisis Faktor - Memperoleh hasil yang menunjukkan Variable Variable
Wibowo dan Faktor yang bahwa seluruh variabel kebijakan bebas: bebas:
kebijakan Loopholes dan
Yenni Memotivasi perpajakan, undang – undang
perpajakan, tarif pajak.
Mangoting Manajemen perpajakan, administrasi perpajakan, undang –
(2013) Perusahaan resiko deteksi, dan moral wajib pajak undang
perpajakan,
Melakukan Tax berpengaruh signifikan dan positif
administrasi
Planning terhadap variabel tax planning. Faktor perpajakan,
yang paling berpengaruh adalah moral resiko deteksi,
dan moral
wajib pajak
wajib pajak.

Pusat Jurnal Analisis Faktor - Hasil penelitian inimenunjukkan Variabek Variable


Mahasiswa Faktor yang bahwa kebijakan perpajakan, bebas: bebas: undang
kebijakan -undang
Ekonomi, Memotivasi administrasi perpajakan, dan tarif
perpajakan, perpajakan
Sudirman Manajemen pajak berpengaruh signifikan terhadap administrasi
Muslim (2018) Perusahaan pencairan perencanaan pajak. Celah perpajakan,
dan tarif
Melakukan Tax tidak berpengaruh signifikan terhadap
pajak.
Planning (Studi pencairan perencanaan pajak. Hasil
Empiris Pada penelitian juga menunjukkan bahwa
Wajib Pajak kebijakan perpajakan, administrasi
Yang Terdaftar perpajakan, celah, dan tarif pajak,
Di KPP Madya secara bersama-sama (simultan)
Makassar) berpengaruh terhadap pencairan
perencanaan pajak.
Risma Ridha Analisis Faktor - Hasil penelitian menunjukkan bahwa Variable Variable
Anissa dan Faktor yang kebijakan perpajakan, undang-undang bebas: bebas:
kebijakan Loopholes dan
Bestari Dwi Memotivasi perpajakan, administrasi perpajakan
perpajakan, tarif pajak.
Handayani Manajemen berpengaruh positif terhadap motivasi undang-
(2015) Perusahaan manajemen perusahaan dalam undang
Melakukan Tax melakukan tax planning. Sedangkan perpajakan,
administrasi
Planning moral wajib pajak tidak berpengaruh
perpajakan,
negatif terhadap motivasi manajemen dan moral
perusahaan dalam melakukan tax wajib pajak.
planning.

G. Hipotesis
H1: Kebijakan Perpajakan (KP) secara signifikan berpengaruh terhadap Tax Planning
(TP).
H2: Undang – Undang Perpajakan (UP) secara signifikan berpengaruh terhadap Tax
Planning (TP)
H3: Administrasi Perpajakan (AP) secara signifikan berpengaruh terhadap tax Planning
(TP).
H4: Loopholes (LP) secara signifikan berpengaruh terhadap Tax Planning (TP).
H5: Tarif Pajak (TR) secara signifikan berpengaruh terhadap Tax Planning (TP).

H. Metode penelitian
A. Desain Penelitian
Penelitian kuantitatif menurut Uma Sekaran (2017:76) adalah metode ilmiah yang
datanya berbentuk angka atau bilangan yang dapat diolah dan di analisis dengan
menggunakan perhitungan matematika atau statistika.
Penelitian ini dilakukan adalah penelitian lapangan dalam bentuk studi kasus yaitu
dengan pengumpulan data, menyusun atau menata kasus yang telah diperoleh, dan
penulisan laporan akhir penelitian, yang dilakukan secara langsung.
Desain penelitian ini adalah survey, yaitu sumber penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh kebijakan perpajakan, administrasi perpajakan, loopholes, dan
terhadap perencanaan pajak wajib pajak yang terdaftar di KPP Madya Pekanbaru.
B. Jenis Data
a. Jenis Data Primer
Menurut Uma Sekaran (2011:242) data primer adalah data yang diperoleh dari
tangan pertama untuk analisis berikutnya untuk menemukan solusi atau masalah
yang diteliti. Dalam penelitian ini data yang diperoleh langsung melalui wawancara
dan kuesioner.
b. Jenis Data Sekunder
(Uma Sekaran 2017) data sekunder adalah data yang mengacu pada informasi
yang dikumpulkan oleh seseorang, selain peneliti yang melakukan studi saat ini.
Data yang terdapat di KPP Madya Pekanbaru menjadi sumber data sekunder
penelitian ini .
Jenis data yang digunakan untuk melakukan tax planning sesuai dengan
undang undang perpajakan yang berlaku adalah data kuantitatif, yaitu jenis data yg
dapat diukur dan dihitung.

C. Populasi dan sampel.


Menurut Uma Sekaran (2006; 121) populasi adalah keseluruhan kelompok orang,
kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi. Didalam penelitian ini
populasinya adalah perusahaan yang terdaftar di KPP Madya Pekanbaru.
Menurut Uma Sekaran (2006; 123) sampel adalah sebagian dari populasi.
Perusahaan yang akan diwawancara oleh peneliti.
D. Metode Pengumpulan Data
a. Teknik wawancara, yaitu peneliti melakukan serangkaian tanya jawab atau
wawancara langsung kepada karyawan yang ada di KPP Madya Pekanbaru.
b. Teknik Dokumentasi, yaitu dengan cara melakukan pencatatan atau pengcopyan
terhadap dokumen-dokumen yang dibutuhkan.
E. Operasional Variabel
Menurut Uma sekaran (2009.115) “Variabel adalah apa pun yang dapat
membedakan atau membawa variasi pada nilai. Nilai bisa tidak berbeda pada berbagai
waktu untuk objek atau orang yang sama untuk objek atau orang yang berbeda”.
a) Operasional Independent
Menurut Uma Sekaran (2009:117) ”variabel independen adalah variabel yang
mempengaruhi variabel terikat (dependen), entah secara positif atau negatif”.
5 variabel independen (variabel bebas) ini adalah kebijakan perpajakan, undang –
undang perpajakan, administrasi perpajakan, administrasi perpajakan, Loopholes,
dan tarif pajak.
b) Operasional Dependent
Menurut Uma Sekaran (2009:116) ”variabel dependen merupakan variabel yang
menjadi perhatian utama peneliti”. Dalam penelitian ini, kinerja auditor
dikonotasikan sebagai variabel dependen. tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Variabel dependen ini
adalah perencanaan pajak.
F. Metode Analisis Data
 Dalam pembuatan penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif.
Metode deskriptif adalah metode mengumpulkan, menyusun, mengimplementasikan,
dan menganalisa data sehingga memberikan keterangan lengkap bagi masalah yang
dihadapi.
 Teknik analisis yang digunakan adalah metode kuantitatif, dimana peneliti
mengambil data-data yang berhubungan dengan perusahaan yang terdaftar di KPP
Madya Pekanbaru.

I. Sistematika penyajian
Sistematika penulisan ini yaitu :
A. Judul Penelitian
Judul penelitian adalah pernyataan yang mengandung keseluruhan isi dari suatu
penelitian terkait objek penelitian yang ingin diteliti, lokasi, tujuan dan sasaran yang
ingin dicapai.
B. Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah merupakan informasi yang tersusun sistematis berkenaan
dengan fenomena dan masalah problematik yang menarik untuk diteliti. Masalah terjadi
saat harapan ideal akan sesuatu hal tidak sama dengan realita yang terjadi.
C. Permasalahan Rumusan Masalah
Rumusan masalah umumnya berisi pertanyaan mengapa dan bagaimana terkait
penelitian atau topik yang dibahas. Pertanyaan tersebut memuat masalah-masalah yang
hendak dipecahkan oleh penulis karya ilmiah. Rumusan masalah juga menjadi penentu
bab atau subab dalam pembahasan.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian secara Umum Untuk memperoleh pengetahuan atau penemuan
baru. Sebagai pembuktian atau pengujian tentang kebenaran dari pengetahuan yang
sudah ada. Sebagai pengembangan pengetahuan suatu bidang keilmuan yang sudah ada.
E. Kerangka Penelitian / Telaah Pustaka / Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka adalah bagian yang menyediakan panduan praktis tentang topik
tertentu. Tinjuan ini sangat membantu bagi yang memiliki waktu penelitian terbatas.
Sehingga tinjauan pustaka memberikan gambaran umum mengenai penelitian-penelitian
yang serupa.
F. Hipotesis
Hipotesis atau anggapan dasar adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih
bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Dugaan jawaban tersebut
merupakan kebenaran yang sifatnya sementara, yang akan diuji kebenarannya dengan
data yang dikumpulkan melalui penelitian.

G. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah langkah yang dimiliki dan dilakukan oleh peneliti dalam
rangka untuk mengumpulkan informasi atau data serta melakukan investigasi pada data
yang telah didapatkan tersebut. Metode penelitian memberikan gambaran rancangan
penelitian yang meliputi antara lain: prosedur dan langkah-langkah yang harus
ditempuh, waktu penelitian, sumber data, dan dengan langkah apa data-data tersebut
diperoleh dan selanjutnya diolah dan dianalisis.
a. Desain Penelitian
Desain Penelitian adalah rangkaian prosedur dan metode yang dipakai untuk
menganalisis dan menghimpun data untuk menentukan variabel yang akan menjadi
topik penelitian.
b. Jenis Data
Menurut sifatnya, data dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu data
kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang disajikan dalam
bentuk kata-kata (tulisan), gambar (audio) atau video yang memiliki makna. Data-
data tersebut diperoleh dari wawancara, pengamatan, pemotretan, perekaman dan
lain-lain. Data kuantitatif adalah data yang disajikan dalam bentuk bilangan angka,
sehingga data kualitatif diolah secara statistik.
c. Populasi dan sampel
Menurut Uma Sekaran (2006; 123) sampel adalah sebagian dari populasi.
Perusahaan yang akan diwawancara oleh peneliti.
Menurut Uma Sekaran (2006; 121) populasi adalah keseluruhan kelompok
orang, kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi.
d. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah teknik atau metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Secara umum, terdapat 4 teknik, data yang dapat digunakan,
yaitu wawancara, observasi, serta dokumentasi.
e. Operasional Variabel
Pengertian operasional variabel menurut Sugiyono (2010:58) adalah “segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya”
Tax Loopholes/celah pajak adalah eksploitasi dari hukum pajak yang dapat
emngurangi atau meghilangkan kewajiban pajak atas filter tersebut
Tarif pajak adalah suatu dasar penanganan pajak atas objek yang menjadi tanggung
jawab para wajib pajak. Tarif pajak dapat berupa presentase yang ditentukan oleh
pemerintah. Ada berbagai jenis tarif pajak dan setiap jenis pajak memiliki nilai tarif
pajak yang berbeda-beda.
f. Metode Analisis Data
Metode analisis data merupakan bagian dari proses analisis dimana data yang
dikumpulkan lalu diproses untuk menghasilkan kesimpulan dalam pengambilan
keputusan.
H. Sistematika penyajian
Sistematika penulisan merupakan sebuah metode atau urutan dalam menyelesaikan
sebuah penelitian. Hal ini penting untuk diperhatikan agar karya tulis yang dihasilkan
bisa tersusun secara runtut dan rapi.
I. Daftar Pustaka
Daftar pustaka merupakan daftar yang berisi semua buku atau tulisan ilmiah yang
menjadi rujukan dalam melakukan penelitian.

I. Daftar pustaka

Hamadah, I. (2010). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Manajemen


Perusahaan Melakukan Tax Planning (Studi Empiris Pada Perusahaan di DKI Jakarta).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1.

Resmi, S. (2008). Perpajakan . Yogyakarta: Penerbit Salemba Empat.


Suronoto, V. F. (2013). Penerapan Tax Planning Pajak Pertambahan Nilai Terhutang Pada
UD. TRI MURNI. Jurnal EMBA, 2.

Widayati dan Nurlis. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kemauan Untuk Membayar
Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas (Studi Kasus Pada
KPP Pratama Gambir Tiga). Prosiding Simposium Nasional Akuntansi
Mardiasmo. 2009. Perpajakan edisi Revisi, Yogyakarta: Andi
Muslim, S. d. (2018). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Perusahaan
Melakukan Tax Planning (Studi Empiris Pada Wajib Pajak yang Terdaftar Di KPP
Madya Makassar). Center of Economic Student Journal, 1-2.
Martha Tanuwardi. “Analisis Faktor-Faktor Yang Memotivasi Manajemen Perusahaan
Melakukan Tax Planning” Universitas Kristen Petra, 2009

Agus Subekti. ”Analisis Faktor-faktor yang Memotivasi Manajemen Perusahaan


Melakukan Tax Planning”,UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007.

Kadariyanty, Jofita Meida, Dwi Suhartini, and Tamadoy Thamrin. "Analisis Faktor-Faktor
Yang Memotivasi Manajemen Perusahaan Melakukan Tax Planning (Studi Pada
Perusahaan Industri Kimia Yang Terdaftar Di Disperindag Surabaya 2010)." AKRUAL:
Jurnal Akuntansi 4.1 (2012): 19-34.

Wibowo, Stephanie, and Yenni Mangoting. "Analisis Faktor-Faktor yang Memotivasi


Manajemen Perusahaan Melakukan Tax Planning." Tax & Accounting Review 1.1 (2013):
152.

Sudirman, Sudirman, and Muslim Muslim. "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Manajemen Perusahaan Melakukan Tax Planning (Studi Empiris Pada Wajib Pajak Yang
Terdaftar Di KPP Madya Makassar)." CESJ: Center Of Economic Students Journal 1.1
(2018): 1-13..

Tanuwardi, Martha. Analisis faktor-faktor yang memotivasi manajemen perusahaan


melakukan tax planning. Diss. Petra Christian University, 2006.

Anda mungkin juga menyukai