PENDAHULUAN
anggaran rutin. Oleh karena itu, guna mendapatkan penerimaan negara yang besar
dari sektor pajak, maka dibutuhkan serangkaian upaya yang dapat meningkatkan,
Indonesia sesuai dengan data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik, seperti
pada jumlah penerimaan negara sangat dominan dan meningkat setiap tahunnya.
Pada tahun 2013 penerimaan perpajakan sebesar 1.077.306 miliar, pada tahun 2014
meningkat sebesar 6,5% menjadi 1.146.865 miliar. Pada tahun 2015 penerimaan
perpajakan meningkat sebesar 8,2% dari tahun sebelumnya menjadi 1.240.418 miliar.
meningkat 3,6% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2017, penerimaan perpajakan
berjumlah 1.472.709 miliar meningkat 14,7% dari tahun sebelumnya. Hal ini
demi memperbaiki sistem perpajakan itu sendiri dan meningkatkan penerimaan pajak
di Indonesia.
perusahaan sebagai wajib pajak badan, pajak merupakan biaya yang akan mengurangi
usaha-usaha yang masih termasuk di dalam konteks dan tidak melanggar peraturan-
peraturan pajak yang berlaku untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang dari
memperbaiki arus kas dan keuntungan Wajib Pajak (Sibarani, 2018). Tetapi apabila
melebihi batas atau melanggar hukum dan ketentuan yang berlaku maka aktivitas
pajak adalah usaha untuk mengurangi hutang pajak yang bersifat illegal. Oleh karena
itu persoalan penghindaran pajak merupakan persoalan yang rumit dan unik, di satu
sisi penghindaran pajak diperbolehkan, tetapi di sisi lain penghindaran pajak tidak
Rp. 110 triliun yang merupakan angka penghindaran pajak, meliputi 80 persen badan
usaha dan sisanya merupakan wajib pajak perorangan. Dari 80 persen tersebut
mayoritas dari badan usaha yang bergerak di sektor mineral dan batubara, perusahaan
asing dan perusahaan berbadan hukum Indonesia tetapi kepemilikan yang sebenarnya
3
oleh asing (Sucipto, 2017).
negara dan Sofjan Wanandi (Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia) membenarkan hal
tersebut. Direktur Jenderal Pajak, mengalami kesulitan untuk menagih pajak pada
sektor pertambangan yang mana potensi jumlah penerimaan pajak sangat besar,
bahkan lebih besar dari penerimaan pajak dari sektor properti. (Deny, 2013).
membayar pajak. Hal ini terbukti dari data Kementrian Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM) yang berdasarkan catatan mineral dan batu bara (minerba), jumlah
perusahaan tambang baik Kontrak Karya dan Izin Usaha Pertambangan (IUP)
mencapai 10.922 perusahaan, namun hanya 6.042 yang statusnya clear and clean
(ESDM, 2014). Dari data Dirjen Pajak, terdapat 11.000 usaha pertambangan yang
memliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan izin usaha, tetapi hanya ada 2000
wajib pajak yang sudah membayar pajak (Simanungkalit, 2014). Hal ini
Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) masih sangat buruk. Direktorat Jenderal Pajak
merilis data penurunan penerimaan pajak pada sektor pertambangan sejak awal 2014.
Hingga 8 Agustus 2014, nilai penerimaan pajak pertambangan dan penggalian hanya
mencapai Rp. 36,4 triliun atau turun 11,8 persen dibanding pada tahun 2013
4
adanya perusahaan pertambangan yang melakukan praktik penghindaran pajak.
mengurangi besaran pajaknya. Salah satu cara yang digunakan yaitu memperbesar
utang sehingga bunga utang besar dan beban pajaknya menurun (Fuad, 2013).
sebuah perusahaan penanaman modal asing, anak perusahaan dari RMG Ltd di
Dalam laporan keuangan PT RNI tahun 2014, tercatat utang kepada induknya sebesar
Rp. 20,4 miliar. Sementara omzet perusahaan hanya sebesar Rp. 2,178 miliar. PT
RNI juga mengakui adanya rugi ditahan pada tahun yang sama senilai Rp. 26,12
akan memperoleh imbalan berupa bunga yang tidak dikenakan pajak. Dari sisi PT
RNI, bunga tersebut juga dapat dibiayakan (deductible expense). Penghindaran pajak
yang dilakukan oleh PT RNI dilakukan dengan menetapkan struktur modal dengan
nilai hutang yang tinggi dan modal yang rendah, yang dikenal dengan thin
capitalization (Suryowati,2016).
penting untuk perusahaan tambang. Namun masih sedikit perusahaan tambang yang
sadar dan serius melakukan program tanggung jawab sosial (CSR). Dari ribuan
5
secara serius dan berkelanjutan menjalankan program CSR (Jalal, 2012).
berkaitan dengan sumber daya alam maka dari itu sektor pertambangan wajib untuk
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. salah satu kasus yaitu pada tahun 2016
terdapat ribuan lubang bekas tambang batubara di Kalimantan Timur dibiarkan tetap
terbuka menganga, sehingga merusak lingkungan dan sebanyak 22 orang telah tewas
dalam lima tahun terakhir. Merah Johansyah, Dinamisator LSM jaringan Advokasi
tambang batubara tersebar di sejumlah kota dan kabupaten yang ada di provinsi itu.
Ada 1.488 izin usaha pertambangan (IUP) di Kaltim. Masing-masing perusahaan ini
membuka setidaknya tiga lubang. Jadi totalnya mencapai 4.464 lubang. Menurut
lubang itu. Caranya, tanah yang digali untuk mengambil batubara disimpan dan saat
eksplorasi selesai dipakai menimbun lubang. Merah mengatakan ribuan lubang bekas
tambang itu imbas pemberlakuan otonomi daerah Indonesia. Setiap kepala daerah di
berkembang semakin besar. Semakin besar perusahaan, semakin banyak juga aset
yang dimiliki, maka perusahaan akan memperoleh laba yang semakin besar pula.
6
Begitu juga dengan fenomena yang terjadi pada PT. Bukit Asam (Persero)
meningkatkan aset dengan melakukan akuisisi Dua perusahaan itu antara lain PT
juta ton, atau naik 33 persen dari pada tahun lalu sebesar 17,96 juta ton
(liputan6.com). Selain untuk meningkatkan laba alasan mungkin dijadikan dasar oleh
Perusahaan dapat membawa kerugian pajak sampai lebih 20 tahun ke depan atau
sampai kerugian pajak dapat tertutupi. Perusahaan yang memiliki kerugian pajak
memanfaatkan kerugian pajak. Pada kasus ini perusahaan yang mengakuisisi akan
sebelum pajak dari perusahaan yang diakuisisi. Bagaimanapun akuisisi tidak hanya
bidang perpajakan di atas pada umumnya terkait dengan penghindaran pajak. Modus-
modus untuk mendapatkan hak penghindaran pajak pun banyak sekali dilakukan oleh
perusahaan. Beberapa uraian fenomena yang terpapar di atas merupakan bukti bahwa
7
penghindaran pajak ini menjadi isu yang penting untuk mendapatan perhatian lebih.
eksekutif, ukuran perusahaan, sales growth, dan leverage (Dyreng, Hanlon dan
Maydew, 2010)
akan mengakibatkan munculnya beban bunga yang harus dibayar oleh perusahaan.
Komponen beban bunga akan mengurangi laba sebelum kena pajak perusahaan,
sehingga beban pajak yang harus dibayar perusahaan akan menjadi berkurang
(Adelina, 2012). Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Noor, Syazwani,
terhadap Tax Avoidance. Tetapi terdapat perbedaan dengan penelitian yang dilakukan
Swingly & Sukatha ( 2015) yaitu Leverage berpengaruh negatif terhadap Tax
Avoidance dan penelitian yang dilakukan Cahyono, Andini, dan Raharjo (2016) yaitu
faktor lain yaitu bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap semua stakeholder atau
yang biasa disebut Corporate Social Responsibility (CSR). Salah satu bentuk
yang tidak bertanggung jawab sosial (Lanis dan Richardson, 2012). Watson (2011)
8
dalam Pradipta (2015) menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai peringkat
yang tidak bertanggung jawab secara sosial sehingga dapat melakukan strategi pajak
yang lebih agresif dibandingkan perusahaan yang sadar sosial. Semakin tinggi
semakin rendah. Hal ini dikarenakan penghindaran pajak merupakan tindakan yang
bisa mendapat insentif pajak antara lain, sumbangan untuk penanggulangan bencana,
terdahulu yang dilakukan Hidayati & Fidiana (2017) menyatakan bahwa CSR
Dharma & Noviari (2015) menyatakan bahwa CSR berpengaruh negatif terhadap Tax
9
Variabel lain yang mempengaruhi aktivitas penghindaran pajak adalah
satunya adalah dengan besar kecil nya asset yang dimiliki. Semakin besar asset yang
mengelola total aset perusahaan untuk mengurangi penghasilan kena pajak yaitu
pengeluaran untuk memperoleh aset tersebut karena beban penyusutan dan amortisasi
2015). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Dewinta & Setiawan, (2016) dan
Tetapi ada perbedaan hasil penelitian yang dilakukan oleh Munandar, Nazar, dan
bepengaruh negatif terhadap Tax Avoidance dan penelitian yang dilakukan Cahyono,
penelitian ini. Penelitian mengenai praktik penghindaran pajak (tax avoidance) yang
independen yang berbeda pula. Maka peneliti berniat untuk menguji lebih lanjut
10
mengenai Penghindaran Pajak (tax avoidance). Oleh karena itu, penulis melakukan
pajak yang besar dan berkelanjutan tentu bertolak belakang dengan kepentingan dari
meminimalisasi pajak yang dilakukan oleh perusahaan adalah perencanaan pajak (tax
planning) yang dibagi menjadi dua yaitu penghindaran pajak (tax avoidance) dan
meminimalkan pajak dengan cara legal atau tidak melanggar ketentuan hukum yang
mempengaruhi penghindaran pajak belum dipahami secara baik dan masih terus
dikaji dan terdapat perbedaan hasil penelitian dari peneliti-peneliti sebelumnya. Maka
dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan menggunakan faktor
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka penelitian ini dilakukan untuk
11
1. Seberapa besar pengaruh Leverage terhadap Penghindaran Pajak.
Penghindaran Pajak.
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Adapun tujuan dari penelitian
pengetahuan dan acuan penelitian pada bidang studi perpajakan terutama untuk
3. Peneliti
Dengan adanya penelitian ini diharapkan peneliti dapat menerapkan teori dan
sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini dilakukan
13