Anda di halaman 1dari 11

KORUPSI SEBAGAI FENOMENA PENYIMPANGAN MORAL PARA

PELAKU PEMBANGUNAN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila

Disusun oleh
Rani Rahmawati (0218101181)
Manajemen E

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS BISNIS DAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Korupsi Sebagai Fenomena Penyimpangan Moral Para
Pelaku Pembangunan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar………………………………………………………………….. i
Daftar Isi………………………………………………………………………… ii
PEMBAHASAN
Pengertian Korupsi………………………………………………………………... 1
Sebab-Sebab Yang Melatar belakangi Terjadinya Korupsi………………………. 2
Keterkaitan antara korupsi dan moral……………………………………………. 3
Cara Memberantas Tindak Pidana Korupsi……………………………………… 4
Daftar Pustaka ………………………………………………………………….... 5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan dan keberhasilannya dalam
melaksanakan pembangunan. Pembangunan sebagai suatu proses perubahan yang
direncanakan mencakup semua aspek kehidupan masyarakat. Efektifitas dan keberhasilan
pembangunan terutama ditentukan oleh dua faktor, yaitu sumber daya manusia, yakni (orang-
orang yang terlibat sejak dari perencanaan sampai pada pelaksanaan) dan pembiayaan.
Diantaradua faktor tersebut yang paling dominan adalah faktor manusianya. Indonesia
merupakan salah satu negara terkaya di Asia dilihat dari keanekaragaman kekayaan sumber
daya alamnya. Tetapi ironisnya, negara tercinta ini dibandingkan dengan negara lain di
kawasan Asia bukanlah merupakan sebuah negara yang kaya malahan termasuk negara yang
miskin. Mengapa demikian? Salah satu penyebabnya adalah rendahnya kualitas sumber daya
manusianya. Kualitas tersebut bukan hanya dari segi pengetahuan atau intelektualnya tetapi
juga menyangkut kualitas moral dan kepribadiannya. Rapuhnya moral dan rendahnya tingkat
kejujuran dari aparat penyelenggara negara menyebabkan terjadinya korupsi.
Korupsi di Indonesia dewasa ini sudah merupakan patologi social (penyakit social) yang
sangat berbahaya yang mengancam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Korupsi telah mengakibatkan kerugian materiil keuangan negara yang sangat besar.
Namun yang lebih memprihatinkan lagi adalah terjadinya perampasan dan pengurasan
keuangan negara yang dilakukan secara kolektif oleh kalangan anggota legislatif dengan dalih
studi banding, THR, uang pesangon dan lainsebagainya di luar batas kewajaran. Bentuk
perampasan dan pengurasan keuangan negara demikian terjadi hampir di seluruh wilayah tanah
air. Hal itu merupakan cerminan rendahnya moralitas dan rasa malu, sehingga yang menonjol
adalah sikap kerakusan dan aji mumpung. Persoalannya adalah dapatkah korupsi diberantas?
Tidak ada jawaban lain kalau kita ingin maju, adalah korupsi harus diberantas. Jika kita tidak
berhasil memberantas korupsi, atau paling tidak mengurangi sampai pada titik nadir yang
paling rendah maka jangan harap Negara ini akan mampu mengejar ketertinggalannya
dibandingkan negara lain untuk menjadi sebuah negara yang maju. Karena korupsi membawa
dampak negatif yang cukup luas dan dapat membawa negara ke jurang kehancuran.
Korupsi di Indonesia sudah berada pada kondisi yang mengkhawatirkan, karena sudah
menjadikan orang tidak normal lagi dalam sikap, perilaku dan nalar berpikirnya. Korupsi tidak
lagi terbatas pada mencuri uang, tetapi lambat laun juga merasuk ke dalam mental, moral, tata
nilai dan cara berpikir. Salah satu akibatnya dalam praktik penyelenggaraan negara adalah
hilangnya integritas dan moral oleh materialisme, dan egosektoral/departemental yang sangat
besar. Ketidakmaksimalan upaya pemberantasan korupsi selama ini juga tidak lepas dari
kurangnya dukungan yang kuat serta kesungguhan segenap aparat penyelenggara negara
umumnya dan aparat penegak hukum khususnya serta peran aktif masyarakat dalam melakukan
pengawasan sehingga upaya memberantas korupsi akan sulit dilakukan. Berdasarkan kondisi
tersebut upaya-upaya untuk melakukan berbagai pembenahan dan perbaikan dalam
memberantas korupsi di Indonesia memerlukan kemauan dan tekad yang besar dari semua
pelaku pembangunan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari Korupsi?


2. Apa yang melatarbelakangi terjadinya Korupsi?
3. Bagaimana keterkaitan antara korupsi dan moral?
4. Apa yang dapat dilakukan untuk memberantas Korupsi?

1.3 Tujuan

2. Untuk mengetahui pengertian korupsi


3. Untuk mengetahui penyebab atau latar belakang terjadinya korupsi
4. Untuk mengetahui hubungan korupsi dan moral
5. Untuk mengetahui langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk memberantas
korupsi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1Pengertian Korupsi
Korupsi adalah tindakan seseorang yang menyalahgunakan kepercayaan dalam suatu
masalah atau organisasi untuk mendapatkan keuntungan. Tindakan korupsi ini terjadi
karena beberapa faktor faktor yang terjadi di dalam kalangan masyarakat.
Menurut Prof. Subekti, korupsi adalah suatu tindak perdana yang memperkaya diri
yang secara langsung merugikan negara atau perekonomian negara. Jadi, unsur dalam
perbuatan korupsi meliputi dua aspek. Aspek yang memperkaya diri dengan menggunakan
kedudukannya dan aspek penggunaan uang negara untuk kepentingannya. Sementara itu,
Syed Hussen Alatas memberi batasan bahwa korupsimerupakan suatu transaksi yang tidak
jujur yang dapat menimbulkan kerugian uang, waktu, dan tenaga dari pihak lain. Korupsi
dapat berupa penyuapan (bribery), pemerasan (extortion) dan nepotisme. Disitu ada istilah
penyuapan,yaitu suatu tindakan melanggar hukum, melalui tindakan tersebut si penyuap
berharap mendapat perlakuan khusus dari pihak yang disuap.
Seseorang yang menyuap izin agar lebih mudah menyuap pejabat pembuat perizinan.
Agar mudah mengurus KTP menyuap bagian tata pemerintahan. Menyuap dosen agar
memperoleh nilai baik.Pemerasan, suatu tindakan yang menguntungkan diri sendiri yang
dilakukan dengan menggunakan sarana tertentu serta pihak lain denganterpaksa
memberikan apa yang diinginkan. Sarana pemerasan bisa berupa kekuasaan. Pejabat tinggi
yang memeras bawahannya.
Sedangkan nepotisme adalah bentuk kerjasama yang dilakukan atas dasar kekerabatan,
yang bertujuan untuk kepentingan keluarga dalam bentuk kolaborasi dalam merugikan
keuangan negara.
Adapun ciri-ciri korupsi, antara lain:
1. Melibatkan lebih dari satu orang. Setiap perbuatan korupsi tidak mungkin dilakukan
sendiri, pasti melibatkan lebih dari satu orang.Bahkan, pada perkembangannya acap
kali dilakukan secara bersama-sama untuk menyulitkan pengusutan
2. Serba kerahasiaan. Meski dilakukan bersama-sama, korupsi dilakukandalam koridor
kerahasiaan yang sangat ketat. Masing-masing pihak yang terlibat akan berusaha
semaksimal mungkin menutupi apa yang telah dilakukan.
3. Melibat elemen perizinan dan keuntungan timbal balik. Yang dimaksud elemen
perizinan adalah bidang strategis yang dikuasai oleh Negara menyangkut
pengembangan usaha tertentu. Misalnya izin mendirikan bangunan, izin
perusahaan,dan lain-lain.
4. Selalu berusaha menyembunyikan perbuatan/maksud tertentu dibalik kebenaran.
5. Koruptor menginginkan keputusan-keputusan yang tegas dan memiliki pengaruh.
Senantiasa berusaha mempengaruhi pengambil kebijakan agar berpihak padanya.
Mengutamakan kepentingannya dan melindungi segala apa yang diinginkan.
6. Tindakan korupsi mengundang penipuan yang dilakukan oleh badan hukum publik dan
masyarakat umum. Badan hukum yang dimaksud suatu lembaga yang bergerak dalam
pelayanan publik atau penyedia barang dan jasa kepentingan publik.
7. Setiap tindak korupsi adalah pengkhianatan kepercayaan. Ketika seseorang berjuang
meraih kedudukan tertentu, dia pasti berjanji akan melakukan hal yang terbaik untuk
kepentingan semua pihak. Tetapi setelah mendapat kepercayaan kedudukan tidak
pernah melakukan apa yang telah dijanjikan.
8. Setiap bentuk korupsi melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif dari koruptor sendiri.
Sikap dermawan dari koruptor yang acap ditampilkan di hadapan publik adalah bentuk
fungsi ganda yang kontradiktif. Di satu pihak sang koruptor menunjukkan perilaku
menyembunyikan tujuan untuk menyeret semua pihak untuk ikut bertanggung jawab,
di pihak lain dia menggunakan perilaku tadi untuk meningkatkan posisi tawarannya.

2.2 Sebab-Sebab Yang Melatar belakangi Terjadinya Korupsi

Korupsi dapat terjadi karena beberapa factor yang mempengaruhi pelaku korupsi itu
sendiri atau yang biasa kita sebut koruptor
Adapun sebab-sebabnya, antara lain:
1. Klasik
a) Ketiadaan dan kelemahan pemimpin. Ketidakmampuan pemimpin untuk
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, merupakan peluang bawahan
melakukan korupsi. Pemimpin yang bodoh tidak mungkin mampu melakukan
kontrol manajemen lembaganya.kelemahan pemimpin ini juga termasuk ke
leader shipan, artinya, seorang pemimpin yang tidak memiliki karisma, akan
mudah dipermainkan anak buahnya. Leadership dibutuhkan untuk
menumbuhkan rasa takut,ewuh poakewuhdi kalangan staf untuk melakukan
penyimpangan.
b) Kelemahan pengajaran dan etika. Hal ini terkait dengan sistem pendidikan dan
substansi pengajaran yang diberikan. Pola pengajaran etika dan moral lebih
ditekankan pada pemahaman teoritis, tanpa disertai dengan bentuk-bentuk
pengimplementasiannya.
c) Kolonialisme dan penjajahan. Penjajah telah menjadikan bangsa ini menjadi
bangsa yang tergantung, lebih memilih pasrah daripadaberusaha dan senantiasa
menempatkan diri sebagai bawahan.Sementara, dalam pengembangan usaha,
mereka lebih cenderung berlindung di balik kekuasaan (penjajah) dengan
melakukan kolusidan nepotisme. Sifat dan kepribadian inilah yang
menyebabkan munculnya kecenderungan sebagian orang melakukan korupsi.
d) Rendahnya pendidikan. Masalah ini sering pula sebagai penyebab timbulnya
korupsi. Minimnya ketrampilan, skill, dan kemampuan membuka peluang
usaha adalah wujud rendahnya pendidikan. Dengan berbagai keterbatasan itulah
mereka berupaya mencsri peluang dengan menggunakan kedudukannya untuk
memperoleh keuntungan yangbesar. Yang dimaksud rendahnya pendidikan di
sini adalah komitmen terhadap pendidikan yang dimiliki. Karena pada
kenyataannya koruptor rata-rata memiliki tingkat pendidikan yang
memadai,kemampuan, dan skill.
e) Kemiskinan. Keinginan yang berlebihan tanpa disertai instropeksi diriatas
kemampuan dan modal yang dimiliki mengantarkan seseorang cenderung
melakukan apa saja yang dapat mengangkat derajatnya.Atas keinginannya yang
berlebihan ini, orang akan menggunakan kesempatan untuk mengeruk
keuntungan yang sebesar-besarnya.
f) Tidak adanya hukuman yang keras, seperti hukuman mati, seumur hidup atau
di buang ke Pulau Nusa kambangan. Hukuman seperti itulah yang diperlukan
untuk menuntaskan tindak korupsi.
g) Kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi.
2. Moderna
a) Rendahnya Sumber Daya Manusia.Penyebab korupsi yang tergolong modern
itu sebagai akibat rendahnya sumber daya manusia. Kelemahan SDM ada
empat komponen, sebagai berikut:
1) Bagian kepala, yakni menyangkut kemampuan seseorang menguasai
permasalahan yang berkaitan dengan sains dan knowledge.
2) Bagian hati, menyangkut komitmen moral masing-masing
komponen bangsa, baik dirinya maupun untuk kepentingan bangsa
dan negara, kepentingan dunia usaha, dan kepentingan seluruh umat
manusia.komitmen mengandung tanggung jawab untuk melakukan
sesuatu hanya yang terbaik dan menguntungkan semua pihak.
3) Aspek skill atau keterampilan, yakni kemampuan seseorang dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
4) Fisik atau kesehatan. Ini menyangkut kemanpuan seseorang
mengemban tanggung jawab yang diberikan. Betapa pun memiliki
kemampuan dan komitmen tinggi, tetapi bila tidak ditunjang dengan
kesehatan yang prima, tidak mungkin standar dalam mencapai
tujuan.
b) Struktur Ekonomi Pada masa lalu struktur ekonomi yang terkait dengan
kebijakan ekonomi dan pengembangannya dilakukan secara bertahap.Sekarang
tidak ada konsep itu lagi. Dihapus tanpa ada penggantinya,sehingga semuanya
tidak karuan, tidak dijamin. Jadi, kita terlalu memporak-perandakan produk
lama yang bagus.

2.3 Bagaimana keterkaitan antara korupsi dan moral

Edward Gibbon mengatakan, Kemerosotan moral adalah penyebab hancurnya


bangsa-bangsa di dunia. Kemrosotan moral atau bisa kita sebut “akhlaq” Sejarah umat
manusia telah banyak menyaksikan pelanggaran yang serupa dengan terjadinya
kemerosotan moral (degradasi moral), dan akibatnya rezim-rezim, bangsa-bangsa
runtuh, hancur tak tersisa. Sebab, semuanya itu akan menjerumuskan masyarakat
kepada kemerosotan moral. Kemerosotan moral dengan gejala gaya hidup mewah
berlebihan itulah penyebab utama hancurnya negara. Maka, usaha menegakkan standar
moral merupakan salah satu urgensi bagi bangsa kita. Sekali lagi, lemahnya standar
moral inilah yang menyebabkan kita sekarang mengalami banyak sekali
penyelewengan dan kejahatan terutama “korupsi”, lebih-lebih korupsi dalam bentuk
conflict of interest.
Perjalanan pemberantasan korupsi di Indonesia penuh dengan hambatan. Hal ini
tampaknya disebabkan oleh masih melekatnya budaya feodalisme yang dulu pernah
menggelayuti bangsa ini. Ciri utama feodalisme adalah penghambaan rakyat terhadap
penguasa, dengan hirarki tinggi-rendah. Diyakini banyak orang bahwa merajalelanya
korupsi merupakan lanjutan dari tradisi upeti masyarakat feodal itu.
Parahnya lagi, Jika kita lihat saat ini, korupsi muncul dari kebiasaan yang dianggap
lumrah dan wajar oleh masyarakat umum. Seperti memberikan hadiah kepada pejabat
atau pegawai negeri atau keluarganya sebagai imbal jasa sebuah pelayanan. Kebiasaan
seperti itu tampak sama dengan sistem upeti yang dulu pernah terjadi di bangsa ini.
Dan, kebiasaan koruptif inilah yang lama-kelamaan akan menjadi bibit-bibit korupsi
yang nyata.
Ditambah dengan mengendornya moral dan dimensi kerohanian dalam pola hidup
modern yang materialistik, orientasi hidup kebendaan, dikaitkan dengan feodalisme,
menjadi tolak ukur tinggi rendahnya gengsi dan harga diri banyak orang, yang
mengakibatkan semua ukuran manusia di Indonesia adalah materi dan hanya materi.

2.4 Cara Memberantas Tindak Pidana Korupsi

1. Strategi Preventif Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan dengan diarahkan pada
hal-hal yang menjadi penyebab timbulnya korupsi. Setiap penyebab yangterindikasi
harus dibuat upaya preventifnya, sehingga dapat meminimalkan penyebab korupsi.
Disamping itu perlu dibuat upaya yang dapat meminimalkan peluang untuk
melakukan korupsi dan upaya ini melibatkan banyak pihak dalam pelaksanaanya
agar dapat berhasil dan mampu mencegah adanya korupsi.
2. Strategi Deduktif Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan
diarahkan agar apabila suatu perbuatan korupsi terlanjur terjadi, maka perbuatan
tersebut akan dapat diketahui dalam waktu yang sesingkat-singkatnya danseakurat-
akuratnya, sehingga dapat ditindak lanjuti dengan tepat. Dengan dasar pemikiran
ini banyak sistem yang harus dibenahi, sehingga sistem-sistem tersebut akan dapat
berfungsi sebagai aturan yang cukup tepat memberikan sinyal apabila terjadi suatu
perbuatan korupsi. Hal ini sangat membutuhkan adanya berbagai disiplin ilmu baik
itu ilmu hukum,ekonomi maupun ilmu politik dan sosial.
3. Strategi Represif Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan
diarahkan untuk memberikan sanksi hukum yang setimpal secara cepat dan
tepatkepada pihak-pihak yang terlibat dalam korupsi. Dengan dasar pemikiran ini
proses penanganan korupsi sejak dari tahap penyelidikan, penyidikan dan
penuntutan sampai dengan peradilan perlu dikaji untuk dapat disempurnakan di
segala aspeknya, sehingga proses penanganan tersebut dapat dilakukan secara cepat
dan tepat.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Korupsi adalah suatu tindak perdana yang memperkaya diri yang secara langsung merugikan
negara atau perekonomian negara. Jadi, unsur dalam perbuatan korupsi meliputi dua aspek. Aspek
yang memperkaya diri dengan menggunakan kedudukannya dan aspek penggunaan uang Negara
untuk kepentingannya.Adapun penyebabnya antara lain, ketiadaan dan kelemahan
pemimpin,kelemahan pengajaran dan etika, kolonialisme, penjajahan rendahnya pendidikan,
kemiskinan, tidak adanya hukuman yang keras, kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku
korupsi, rendahnya sumber daya manusia, serta struktur ekonomi.Korupsi dapat diklasifikasikan
menjadi tiga jenis, yaitu bentuk, sifat,dan tujuan.Dampak korupsi dapat terjadi di berbagai bidang
diantaranya, bidang demokrasi, ekonomi, dan kesejahteraan negara.

B. SARAN
Sikap untuk menghindari korupsi seharusnya ditanamkan sejak dini.Dan pencegahan korupsi
dapat dimulai dari hal yang kecil
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/dzikriramadhan/57f693238823bd2d1a4c749e/pengertian-
korupsi-dan-faktor-penyebab-korupsi?page=all
https://www.ngelmu.id/pengertian-korupsi/
http://s-ipoel.blogspot.com/2014/01/korupsi-dan-moral-pejabat.html

Anda mungkin juga menyukai

  • Pertemuan.5
    Pertemuan.5
    Dokumen21 halaman
    Pertemuan.5
    sarah sakinah
    Belum ada peringkat
  • Pertemuan 4
    Pertemuan 4
    Dokumen3 halaman
    Pertemuan 4
    sarah sakinah
    Belum ada peringkat
  • Pertemuan 7
    Pertemuan 7
    Dokumen17 halaman
    Pertemuan 7
    sarah sakinah
    Belum ada peringkat
  • Pertemuan 4
    Pertemuan 4
    Dokumen2 halaman
    Pertemuan 4
    sarah sakinah
    Belum ada peringkat
  • Pertemuan 4
    Pertemuan 4
    Dokumen2 halaman
    Pertemuan 4
    sarah sakinah
    Belum ada peringkat
  • Pertemuan 3
    Pertemuan 3
    Dokumen15 halaman
    Pertemuan 3
    sarah sakinah
    Belum ada peringkat
  • Bab 1-1
    Bab 1-1
    Dokumen13 halaman
    Bab 1-1
    sarah sakinah
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen11 halaman
    Bab 1
    sarah sakinah
    Belum ada peringkat
  • Pertemuan 1
    Pertemuan 1
    Dokumen11 halaman
    Pertemuan 1
    sarah sakinah
    Belum ada peringkat
  • Makalah Full
    Makalah Full
    Dokumen14 halaman
    Makalah Full
    sarah sakinah
    Belum ada peringkat
  • Makalah MKL Biaya Modal
    Makalah MKL Biaya Modal
    Dokumen11 halaman
    Makalah MKL Biaya Modal
    sarah sakinah
    Belum ada peringkat
  • Capital Budgeting
    Capital Budgeting
    Dokumen11 halaman
    Capital Budgeting
    sarah sakinah
    Belum ada peringkat