Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara sekaligus menjadi


faktor yang potensial dalam rangka mensukseskan pembangunan nasional. Dana
yang dibutuhkan pemerintah akan meningkat seiring dengan adanya peningkatan
kebutuhan pembangunan, maka peran masyarakat dalam memenuhi kewajibannya
dalam membayar pajak akan dapat membantu berjalannya pertumbuhan negara.
Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak (DJP) berupaya untuk senantiasa
meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak. Berbagai upaya dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Pajak salah satunya melakukan reformasi dibidang perpajakan
(tax reform) yang lebih modern dengan memanfaatkan teknologi informasi. Tujuan
dari reformasi ini yaitu untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak, meningkatkan
kepercayaan wajib pajak terhadap administrasi perpajakan, dan meningkatkan
produktivitas aparat perpajakan atau fiskus (DJP 2007).

Sejak tahun 1984 Indonesia telah mengadopsi sistem perpajakan modern


yang memberikan kepercayaan penuh kepada Wajib Pajak untuk menghitung,
menyetorkan dan melaporkan sendiri kewajiban perpajakannya atau yang disebut
dengan self assesment system (DJP, 2007). Self assesment system adalah suatu
sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk
menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang (Mardiasmo,2011:7). Sistem
administrasi perpajakan modern juga mengikuti kemajuan teknologi dengan
pelayanan yang berbasis e-system seperti e-spt, e-Filing, e-Payment, dan e-
Registration. Selain itu Direktorat Jendral Pajak juga melakukan sosialisasi peduli
pajak, pengembangan bank data dan Single Identification Number serta langkah –
langkah lainnya yang terus dikembangkan dan disempurnakan yang diharapkan
meningkatkan mekanisme kontrol yang lebih efektif yang ditunjang dengan

1
2

penerapan Kode Etik Pegawai Direktorat Jendral Pajak yang mengatur perilaku
pegawai dalam melaksanakan tugas dan pelaksanaan good governance.

Pada tahun 2002, Direktorat Jendral Pajak telah meluncurkan program


perubahan atau reformasi administrasi perpajakan yang biasa disebut dengan
modernisasi (DJP, 2007). Perubahan – perubahan yang dilakukan meliputi : (1)
bidang struktur organisasi, dengan adanya posisi baru yaitu Account Representative
(AR). Bertugas memberikan bantuan konsultasi perpajakan kepada Wajib Pajak,
menginformasikan peraturan perpajakan yang baru, serta mengawasi kepatuhan
Wajib Pajak. (2) perbaikan Business Process dengan pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi. Keberadaan manajemen penanganan keluhan, sistem
dan prosuder kerja yang sekaligus berfungsi sebagai pengawasan internal, maupun
penyempurnaan manajemen arsip dan pelaporan. (3) manajemen sumber daya
manusia. Mapping kepada seluruh pegawai untuk mengetahui kemampuan dan
karakteristik dari setiap pegawai, sehingga dalam penempatan bidang pekerjaan
dapat disesuaikan dengan kemampuannya. (4) good governance, hal ini ditunjukan
dengan tersedianya dan terimplementasikannya prinsip – prinsip good governance
yang mencakup berwawasan kedepan, terbuka, melibatkan partisipasi masyarakat,
akuntabel, profesional dan didukung pegawai yang kompeten.

Dalam penelitian ini modernisasi administrasi perpajakan diproksikan


meggunakan (1) Struktur Organisasi sebagai variabel pertama, menurut
Reksohadiprojo dan Handoko (2007:90) menjelaskan bahwa struktur organisasi
merupakan perwujudan yang menunjukan hubungan diantara fungsi – fungsi dalam
suatu organisasi serta wewenang dan tanggung jawab setiap anggota organisasi
yang menjalankan tugasnya. (2) Business Process melalui teknologi informasi serta
komunikasi sebagai variabel kedua, menurut Haryani (2001:72) teknologi
merupakan alat, teknik, atau cara yang dapat membantu manusia dalam melakukan
pekerjaan sehingga pekerjaan menjadi lebih ringan, lebih cepat, lebih baik, atau
banyak hasilnya. (3) Manajemen Sumber Daya Manusia sebagai variabel ketiga,
menurut Mangkunegara (2013:2) manajemen sumber daya manusia merupakan
suatu perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksaan dan
3

pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa,


pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja dalam rangka mencapai
tujuan organisasi. (4) Good Governance sebagai variabel keempat, menurut United
Nations Development Program yang dikutip melalui Dwiyanto (2005:82) Tata
kelola pemerintahan yang baik adalah penggunaan wewenang ekonomi politik dan
administrasi untuk mengelola berbagai urusan negara pada setiap tingkatannya dan
merupakan instrumen kebijakan negara untuk mendorong terciptanya kondisi
kesejahteraan integritas, dan kohesivitas sosial dalam masyarakat..

Kepatuhan pajak merupakan masalah klasik yang dihadapi dihampir semua


negara yang menerapkan sistem perpajakan. Andreoni et al (1998) dalam Hutagaol
(2007) menyatakan bahwa masalah kepatuhan dapat dilihat dari segi keuangan
publik, penegakan hukum, struktur organisasi, tenaga kerja, etika, atau gabungan
dari semuanya.

Berikut ini adalah Tabel penerimaan pajak nasional tahun 2011 sampai
dengan tahun 2015 (dalam milyar rupiah):

Tabel 1.1

Penerimaan Pajak Nasional

Tahun Penerimaan Dalam Negeri Penerimaan Perpajakan Persentase

2011 1,205,346.00 873,874.00 72.50%

2012 1,332,322.90 980,518.10 73.59%

2013 1,432,058.60 1,077,306.70 75.23%

2014 1,545,456.30 1,146,865.80 74.21%

2015 1,496,047.33 1,240,418.86 82.91%

Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia.


4

Berdasarkan Tabel 1.1 bisa dilihat bahwa penerimaan negara pada


umumnya meningkat, hanya saja pada tahun 2013 ke 2014 mengalami penurunan.

Dalam menilai keberhasilan penerimaan pajak, perlu diingat beberapa


sasaran administrasi perpajakan, seperti: (1) meningkatkan kepatuhan para
pembayar pajak, dan (2) melaksanakan ketentuan perpajakan secara seragam untuk
mendapatkan penerimaan maksimal dengan biaya yang optimal. Pengukuran
efektifitas administrasi perpajakan yang lebih akurat adalah dengan mengukur
berapa besarnya jurang kepatuhan (tax gap), yaitu selisih antara penerimaan yang
sesungguhnya dengan pajak potensial dengan tingkat kepatuhan dari masing –
masing sektor perpajakan.

Doran (2009) menyatakan kepatuhan Wajib Pajak untuk memenuhi


kewajiban perpajakannya perlu ditingkatkan demi terciptanya target pajak yang
diinginkan. Faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak suatu negara diantaranya
adalah tingkat kepatuhan Wajib Pajak di negara tersebut (Chau, 2009). Kesadaran
dan kepatuhan masyarakat akan peraturan perpajakan tentunya akan berimbas pada
peningkatan penerimaan pajak negara. Kepatuhan Wajib Pajak (tax compliance)
dapat diidentifikasi dari kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri,
kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT), kepatuhan
dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang, dan kepatuhan dalam
pembayaran tunggakan. Isu kepatuhan menjadi penting karena ketidakpatuhan
secara bersamaan akan menimbulkan upaya menghindarkan pajak, seperti tax
evasion dan tax avoidance, yang mengakibatkan berkurangnya penyetoran dana
pajak ke kas Negara (Sofyan, 2005).

Penghindaran dan kecurangan pajak (Tax Avoidance and Tax Evasion)


merupakan suatu beban dalam masyarakat modern, suatu masalah dalam
pendapatan pemerintah dan ancaman bagi keadilan sosial (Andreoni, Erard and
Feinstein,1998). Menurut Cowell et al (1985) dalam Palupi (2010), pemerintah
perlu mengambil tindakan untuk menjamin kepatuhan dengan membuat hukum
perpajakan (tax law). Allingham and sandmo (1972) menyatakan bahwa perang
5

terhadap tax evasion ini tidak dapat dihapus hanya dengan mengandalkan kekuatan
hukum saja.

Khususnya bagi Wajib Pajak Badan, Badan menurut Undang – Undang


Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas Undang
– Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan, Pasal 1 ayat (3), adalah “Badan adalah sekumpulan orang
dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun
yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana
pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial
politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk
kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.” Badan atau perusahaan menjadi
pengaruh penting dalam pertumbuhan penerimaan pajak suatu Negara, dan
didorong untuk selalu patuh dalam pelaporan pajaknya.

Berikut ini adalah Tabel jumlah Wajib Pajak Badan yang menyampaikan
SPT Tahunan di Indonesia pada tahun 2011 sampai dengan 2015:

Tabel 1.2

Jumlah Wajib Pajak yang Terdaftar dan Wajib Pajak yang Menyampaikan
SPT Tahunan di Indonesia

Jumlah WP
Jumlah WP
Jumlah Wajib Pajak Badan Terdaftar Tingkat
Tahun Badan Lapor
Badan Terdaftar Wajib Lapor Kepatuhan
SPT
SPT

2011 1.760.108 1.590.154 431.022 27.11%

2012 1.898.547 1.026.388 497.131 48.43%


6

2013 2.116.049 1.141.797 546.346 47.85%

2014 2.322.686 1.166.036 552.714 47.40%

2015 2.472.632 1.184.816 681.331 58%

Sumber : Annual Report Direktorat Jendral Pajak Tahun 2011-2015 (Diolah


Kembali Oleh Penulis)

Berdasarkan Tabel 1.2 bisa dilihat bahwa dari tahun 2011 hingga 2015 di
Indonesia Wajib Pajak Badan memiliki tingkat kepatuhan yang meningkat.
Peningkatannya sangatlah baik dari 27.11% pada tahun 2011 menjadi 58% pada
tahun 2015. Peningkatan ini merupakan pertanda baik, namun pertumbuhan ini
tidaklah merata disetiap daerahnya. Setiap daerah memiliki tempat pelayanan
pajaknya masing – masing yang disebut dengan Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
setiap KPP memiliki data Wajib Pajak didaerahnya, setiap daerah memiliki tingkat
kepatuhan SPT yang berbeda – beda.

Berikut ini adalah Tabel jumlah Wajib Pajak Badan yang menyampaikan
SPT Tahunan di Kantor Pelayanan Pajak Bandung Madya pada tahun 2011 sampai
dengan 2015:

Tabel 1.3

Jumlah Wajib Pajak yang Terdaftar dan Wajib Pajak yang Menyampaikan
SPT Tahunan di KPP Bandung Madya

Jumlah WP
Jumlah WP
Jumlah Wajib Pajak Badan Terdaftar Tingkat
Tahun Badan Lapor
Badan Terdaftar Wajib Lapor Kepatuhan
SPT
SPT

2011 1030 809 679 83.93%

2012 1263 786 685 87.15%


7

2013 1263 786 717 91.22%

2014 1263 786 752 95.67%

2015 1264 786 698 88.80%

Sumber : Seksi Pengolahan data dan Informasi KPP Pratama Bandung Madya

Berdasarkan Tabel 1.3 kepatuhan Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan


Pajak Bandung Madya memiliki tingkat kepatuhan yang berfluktuasi tiap tahunnya
tetapi memiliki kecenderungan meningkat. Pada tahun 2011 tingkat kepatuhannya
berada di angka 83.93% dan mengalami peningkatan secara terus menerus hingga
tahun 2014 menjadi 95.67%, tetapi pada tahun 2015 terjadi penurunan yang cukup
signifikan menjadi 88.80%. Walaupun pada tahun 2015 mengalami penurunan
tetapi angkanya sangatlah baik, selama periode 2012 – 2015 tingkat kepatuhannya
selalu diatas angka 80%, angka ini sangatlah baik mengingat tingkat kepatuhan
nasional rata – rata berada di angka 40% - 50%. Bagusnya tingkat kepatuhan di
KPP Bandung Madya ini berbanding terbalik dengan tingkat kepatuhan di KPP
Bandung Karees.

Berikut ini adalah Tabel jumlah Wajib Pajak Badan yang menyampaikan
SPT Tahunan di Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees pada tahun 2011 sampai
dengan 2015:

Tabel 1.4

Penyampaian SPT di KPP Pratama Bandung Karees

Jumlah WP
Jumlah Wajib Pajak
Terdaftar Jumlah WP Tingkat
Tahun Badan (WP)
Wajib Lapor Lapor SPT Kepatuhan
Terdaftar
SPT

2011 11.085 5.327 2.308 43.30%

2012 12.889 5.392 4.493 83.30%


8

2013 13.732 5.356 3.285 61.30%

2014 14.576 5.787 3.653 63.10%

2015 15.227 5.906 3.230 54.7%

Sumber: Seksi Pengolahan data dan Informasi KPP Pratama Bandung Karees.

Berdasarkan Tabel 1.4 bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan pada
KPP Bandung Karees berfluktuatif, meningkat sangat tinggi pada 2012 menjadi
83.30%, tetapi mengalami penurunan kembali dari tahun 2012 sebesar 61.30%
menjadi sebesar 54.7% pada tahun 2015. Hal ini merupakan pencapaian yang buruk
bagi sebuah KPP mengingat secara nasional tingkat kepatuhan selalu mengalami
peningkatan, dan juga tingginya tingkat kepatuhan pada KPP Bandung Madya
berbanding terbalik dengan tingkat kepatuhan yang terjadi di KPP Bandung Karees
yang mengalami penurunan dari 2012 hingga 2015.

Untuk mengukur bagaimana besar penerapan teknologi modernisasi


administrasi perpajakan di sebuah Kantor Pelayanan Pajak, bisa menggunakan data
e-filling. e-filling merupakan cara bagi Wajib Pajak melaporkan SPT melalui
internet, berikut data e-filling pada KPP Pratama Bandung Karees.

Tabel 1.5

Wajib Pajak Pengguna e-filling pada KPP Pratama Bandung Karees

Jumlah Wajib Pajak Badan WP Pengguna Presentase pengguna


Tahun
(WP) Terdaftar e-filling e-filling

2011 11.085 0 0%
2012 12.889 28 0.22%
2013 13.732 536 3.90%
2014 14.576 845 5.80%
9

2015 15.227 975 6.40%


Sumber: Seksi Pengolahan data dan Informasi KPP Pratama Bandung Karees.

Berdasarkan tabel 1.5 diatas, mengindikasikan bahwa presentase pengguna


e-filling pada KPP Pratama Bandung Karees sangat rendah, penerapan e-filling
dimulai pada tahun 2012, hingga tahun 2015 pengguna e-filling hanya sebesar
6.40% dari jumlah WP Badan yang terdaftar. Hal ini mengindikasikan masih
rendahnya penggunaan teknologi dalam sistem administrasi perpajakan.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nurfanani dan Herwati (2013),


menunjukan bahwa modernisasi struktur organisasi berpengaruh positif terhadap
kepatuhan Wajib Pajak, modernisasi sumber daya manusia berpengaruh positif
terhadap kepatuhan Wajib Pajak, dan good governance berpengaruh positif
terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Menurut penelitian Chandra dkk (2013), proses
bisnis dan teknologi informasi serta komunikasi tidak berpengaruh terhadap
kepatuhan Wajib Pajak.

Berdasarkan semua data di atas menunjukkan bahwa modernisasi


administrasi perpajakan KPP Pratama Bandung Karees dalam mendorong
kepatuhan Wajib Pajak belum optimal, terlihat pada Tabel 1.3 bahwa masih banyak
wajib pajak yang tidak menyampaikan SPT dan persentase penyampaian SPT tiap
tahun makin menurun. Dan pada tabel 1.5 menunjukan bahwa rendahnya presentase
pengguna e-filling. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan Wajib Pajak
tentang caranya untuk membayar pajak dengan benar, membayar pajak tepat waktu,
dan ketentuan yang berlaku di dalam melaksanakan tugas wajib pajak seperti
pembayaran pajak, objek pajak, dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan
kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan di atas, maka penulis melakukan


penelitian dengan judul: “PENGARUH MODERNISASI ADMINISTRASI
PERPAJAKAN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
BADAN (Survei terhadap Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung
Karees)’’.
10

1.2 Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat di


identifikasi adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh struktur organisasi terhadap kepatuhan wajib


pajak badan di KPP Pratama Bandung Karees?
2. Bagaimana pengaruh business process terhadap kepatuhan wajib pajak
badan di KPP Pratama Bandung Karees?
3. Bagaimana pengaruh sumber daya manusia terhadap kepatuhan wajib
pajak badan di KPP Pratama Bandung Karees?
4. Bagaimana pengaruh good governance terhadap kepatuhan wajib pajak
badan di KPP Pratama Bandung Karees?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian


Maksud Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mendalam


mengenai pengaruh modernisasi administrasi perpajakan terhadap tingkat
kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak pratama Bandung Karees.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan modernisasi administrasi


perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.

2. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kepatuhan wajib pajak pada


Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh modernisasi administrasi


perpajakan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Bandung Karees.

1.4 Manfaat Penelitian


11

Dari tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak antara lain :

a. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan tentang modernisasi administrasi perpajakan


di kantor pelayanan pajak serta pengaruhnya terhadap tingkat kepatuhan
wajib pajak.

b. Bagi Kalangan Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan untuk memperkaya


wawasan bagi kalangan akademik mengenai modernisasi administrasi
perpajakan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di wilayah Kantor Pelayanan Pajak


(KPP) Bandung Karees, Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat yang beralamat di Jl.
Ibrahim Adjie No.372 dan waktu pelaksanaannya dimulai pada bulan Juli 2017
sampai dengan September 2017.

Anda mungkin juga menyukai

  • Pertemuan.5
    Pertemuan.5
    Dokumen21 halaman
    Pertemuan.5
    sarah sakinah
    Belum ada peringkat
  • Pertemuan 7
    Pertemuan 7
    Dokumen17 halaman
    Pertemuan 7
    sarah sakinah
    Belum ada peringkat
  • Pertemuan 4
    Pertemuan 4
    Dokumen3 halaman
    Pertemuan 4
    sarah sakinah
    Belum ada peringkat
  • Pertemuan 4
    Pertemuan 4
    Dokumen2 halaman
    Pertemuan 4
    sarah sakinah
    Belum ada peringkat
  • Pertemuan 4
    Pertemuan 4
    Dokumen2 halaman
    Pertemuan 4
    sarah sakinah
    Belum ada peringkat
  • Pertemuan 3
    Pertemuan 3
    Dokumen15 halaman
    Pertemuan 3
    sarah sakinah
    Belum ada peringkat
  • Pertemuan 1
    Pertemuan 1
    Dokumen11 halaman
    Pertemuan 1
    sarah sakinah
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen11 halaman
    Bab 1
    sarah sakinah
    Belum ada peringkat
  • Makalah Full
    Makalah Full
    Dokumen14 halaman
    Makalah Full
    sarah sakinah
    Belum ada peringkat
  • Bab 1-1
    Bab 1-1
    Dokumen13 halaman
    Bab 1-1
    sarah sakinah
    Belum ada peringkat
  • Makalah MKL Biaya Modal
    Makalah MKL Biaya Modal
    Dokumen11 halaman
    Makalah MKL Biaya Modal
    sarah sakinah
    Belum ada peringkat
  • Capital Budgeting
    Capital Budgeting
    Dokumen11 halaman
    Capital Budgeting
    sarah sakinah
    Belum ada peringkat