Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pajak memegang peran penting dalam perekonomian negara kita. Hal ini

dikarenakan pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2007 pasal 1, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak

merupakan sumber penerimaan negara yang sangat penting dalam menompang

pembiayaan pembangunan yang bersumber dari dalam negeri, besar kecilnya pajak

akan menentukan kapasitas anggaran negara dalam membiayai pengeluaran negara,

baik untuk pembiayaan pembangunan maupun untuk pembiayaan rutin

(Simanjuntak,2010:9).

Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling potensial dan

menempati persentase tertinggi dalam APBN apabila dibandingkan dengan

penerimaan lainnya. Berdasarkan data APBN yang di publikasikan oleh Kementerian

Keuangan Republik Indonesia, besarnya target dan realisasi penerimaan pajak pada

tahun 2012-2016, disajikan dalam Tabel 1 berikut.

1
2

Tabel 1.1

Target dan Realisasi dari Penerimaan Pajak Tahun 2012-2016

(dalam Triliun Rupiah)

Target Realisasi Persentase


Tahun
Penerimaan Penerimaan Penerimaan

2012 885,02 835,25 94,4%

2013 1.148,4 1.071,7 93,3%

2014 1.246,1 1.143,3 91,7%

2015 1.489,3 1.235,8 83%

2016 1.539,2 1.283,6 83,4%

Sumber : Kementerian Keuangan Republik Indonesia, diolah 2017

Berdasarkan Tabel 1 di atas, terlihat bahwa realisasi penerimaan negara yang

bersumber dari pajak di Indonesia belum mencapai target yang telah ditetapkan dan

mengalami fluktuasi. Persentase realisasi penerimaan pajak dari tahun 2012 sampai

tahun 2015 terus mengalami penurunan. Pada tahun 2015 ke tahun 2016 mengalami

peningkatan sebesar 0,4%. Pada Laporan Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan

APBN yang dipublikasikan oleh website Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Indonesia (2013) menyatakan bahwa tidak tercapainya target penerimaan negara

dikarenakan adanya penurunan tarif pajak, pemberian intensif pajak yang tidak tepat

sasaran, rendahnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak, tingginya praktik


3

penghindaran pajak (tax avoidance) dan penggelapan pajak (tax evasion) oleh wajib

pajak badan dan pribadi, rendahnya integritas para pegawai pajak dan adanya tekanan

dari ekonomi global.

Mardiasmo (2016:10) mengungkapkan bahwa hambatan-hambatan yang

dihadapi oleh Ditjen Pajak dalam melakukan pemungutan pajak disebabkan karena

adanya perlawanan dari Wajib Pajak, perlawanan tersebut dibedakan menjadi dua

meliputi perlawanan pasif dilakukan karena masyarakat enggan untuk membayar

pajak, yang diakibatkan oleh perkembangan intelektual dan moral, sistem perpajakan

yang sulit dipahami masyarakat, tidak dilaksanakannya sistem kontrol dengan baik.

Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan tindakan yang dilakukan oleh Wajib Pajak

yang bertujuan untuk menghindari pajak meliputi tax avoidance merupakan usaha

untuk mengurungkan beban pajak dengan tidak melanggar undang-undang. Tax

evasion merupakan usaha menurunkan beban pajak dengan melanggar undang-undang

yakni menggelapkan pajak.

Bagi negara, pajak merupakan salah satu sumber penerimaan penting yang

digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, baik untuk pengeluaran rutin maupun

pengeluaran pembangunan. Berbeda dengan perusahaan yang menganggap bahwa

pajak merupakan beban yang akan mengurangi laba bersih (Suandy, 2011:1).

Tindakan agresif terhadap pajak atau yang selanjutnya sering disebut

agresivitas pajak adalah suatu tindakan merekayasa pendapatan kena pajak yang

dirancang melalui perencanaan pajak dengan menggunakan cara secara legal (tax
4

avoidance) ataupun illegal (tax evasion) (Frank et al.,2009) dalam Purwanto (2016).

Agresivitas pajak merupakan suatu hal yang umum terjadi dikalangan perusahaan besar

di seluruh dunia meskipun sampai saat ini masih menjadi perdebatan. Tindakan

agresivitas pajak yang dilakukan melalui strategi perencanaan pajak pada umumnya

berusaha untuk menghindari sanksi akibat dari penerapan pajak yang melanggar

peraturan dan perundang-undangan perpajakan di Indonesia, tetapi perencanaan pajak

merupakan penerapan kegiatan-kegiatan perusahaan terhadap peraturan dan

perundang-undangan perpajakan yang berlaku untuk mengecilkan beban pajak

perusahaan (Sumarsan:2013:115).

Meningkatnya tindakan agresivitas pajak di berbagai belahan dunia tidak

menutup kemungkinan terjadi kasus-kasus yang merugikan pemerintah, khususnya di

bidang perpajakan. Fenomena penghindaran pajak yang terjadi di Indonesia dimuat di

www.ekonomi.metrotvnews.com(2016) Google memanfaatkan tax treaty berupa

perjanjian penghindaran pajak berganda (P3B) yang dilakukan antara Indonesia dan

Singapura yang menekankan bahwa aktivitas online bukanlah yang termasuk bentuk

usaha tetap (BUT) sehingga tidak bisa dipajaki. Dengan mendirikan induk usaha di

Singapura, Google memanfaatkan tax treaty tersebut sehingga tidak masuk BUT.

Google tidak memiliki BUT di Indonesia. karena mereka tak mau menampakkan

kehadirannya secara fisik dengan membangun kantor di Indonesia sehingga hanya

menjalankan fungsi penunjang dan pelengkap sehingga tidak dikategorikan

terbentuknya BUT.
5

Dalam www.id.bersatu.com.Pada kasus Google ini, ditengarai persoalan

penghasilan ini yang menjadi pemicunya. Seharusnya seluruh penghasilan yang

diperoleh oleh Google di Indonesia, dikenakan pajak di Indonesia. Mereka mengakui

melakukan penghindaran pajak (Tax Avoidance), bukan penggelapan pajak (Tax

Evasion). Fenomena ini mendukung penjelasan Darmawan (2014) bahwa perusahaan

berusaha untuk membayar pajak serendah mungkin karena pajak akan mengurangi

pendapatan atau laba bersih, sedangkan bagi pemerintah menginginkan pajak setinggi

mungkin guna untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah.

Kasus penghindaran pajak juga terjadi pada salah satu perusahaan yaitu PT.

Dok dan Perkapalan Kodja Bahari. Perusahaan plat merah itu menunggak pajak hingga

11 miliar. Jumlah ini adalah tunggakan pajak dari tahun 1995 sampai 2015 terdiri dari

nilai kerwajiban pajak dan denda akibat keterlambatan pembayaran.

Menurut Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Utara PT. Dok dan Perkapalan Kodja

Bahari tidak membayar pajak sejak tahun 1995. Pada tahun itu tunggakan pajaknya

sebesar 125,3 juta. Kemudian pada tahun 2000 tunggakan pajaknya sebesar 107,2 juta.

Pada tahun 2008 PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari tidak membayar pajaknya

sehingga tunggakan pajaknya naik hingga 1,16 milyar. Pada tahun 2009 jumlah pajak

yang tidak mereka bayar sebesar 1,27 milyar dan untuk tahun 2010 sebesar 1,39 milyar.

Pada tahun 2011 PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari membayar pajak tahunan

mereka, namun pada tahun 2012 mereka kembali tidak membayar pajak. Tunggakan

pajak pada tahun 2012 sebesar 1,67 milyar. Pada tahun 2014 tunggakan pajak PT. Dok
6

dan Perkapalan Kodja Bahari meningkat. Tunggakan pajaknya sebesar 2,84 milyar dan

tahun 2015 tunggakan pajaknya sebesar 2,74 milyar (metronews.com, 2017)

Fenomena selanjutnya, PT Garuda Metalindo dari Neraca Perusahaan terlihat

peningkatan jumlah hutang (bank dan lembaga keuangan). Dalam laporan keuangan

nilai utang bank jangka pendek mencapai Rp200 miliar hingga Juni 2016, meningkat

dari akhir Desember 2015 senilai Rp48 miliar. Emiten berkode saham BOLT ini

memanfaatkan modal yang diperoleh dari pinjaman atau hutang untuk menghindari

pembayaran pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan.

Presiden Direktur Garuda Metalindo Ervin Wijaya di Jakarta Senin (8/5). Ia

mengatakan, Peningkatan nilai hutang perusahaan dikarenakan Perseroan menyiapkan

setidaknya Rp 350 miliar belanja modal (capital expenditure/capex) hingga

pertengahan tahun depan. "Tahun ini nilainya di bawah Rp 300 miliar,".. Adapun

sumber dana capex berasal dari pinjaman perbankan sekitar Rp 200 miliar dan

selebihnya akan diambil dari kas internal perusahaan.

Perusahaan tersebut diduga melakukan upaya-upaya penghindaran pajak,

padahal memiliki aktivitas cukup banyak di Indonesia. Namun yang menarik dari kasus

ini adalah banyak modus mulai dari administrasi hingga kegiatan yang dilakukan untuk

menghindari kewajiban pajak. Secara badan usaha, sudah terdaftar sebagai perseroan

terbatas. Namun, dari segi permodalan, perusahaan tersebut menggantungkan hidup

dari utang afiliasi. ungkap Bambang. Lantaran modalnya dimasukkan sebagai utang
7

mengurangi pajak, perusahaan ini praktis bisa terhindar dari kewajiban.

(http://investor.id)

Dari kasus di atas, terlihat bahwa masih banyak perusahaan yang agresif

terhadap pajak. Terlihat berbagai upaya dilakukan manajemen untuk menghindari

pajak. Untuk itu banyak perusahaan yang melakukan manajemen pajak (tax planning).

Tax planning merupakan salah satu fungsi manajemen pajak. Manajemen pajak disini

tidak hanya sekedar mengatur jumlah pajak yang harus dibayar, namun juga

memastikan bahwa peraturan telah memenuhi aturan perpajakan dengan benar,

sehingga dapat terhindar dari denda pajak dikemudian hari. Tax planning adalah

langkah awal dalam manajemen pajak. Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan

kewajiban perpajakan (tax implementation) dan pengendalian pajak (tax control). Pada

tahap tax planning ini, dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan

perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan

(Suandy, 2011).

Ketika perusahaan memiliki penghasilan kena pajak yang tinggi, maka

besarnya pajak yang dibayar oleh perusahaan juga akan meningkat. Hal ini

menyebabkan perusahaan menganggap pajak sebagai biaya yang akan mengurangi

keuntungan perusahaan. Kondisi itulah yang menyebabkan banyak perusahaan

berusaha mencari cara untuk mengurangi biaya pajak yang dibayar, dan tidak menutup

kemungkinan perusahaan akan menjadi agresif dalam perpajakan (Chen et al, 2010;

Prasista dan Setiawan, 2016). Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pengusaha
8

adalah dengan meminimalkan beban pajak dalam batas yang tidak melanggar aturan,

karena pajak merupakan salah satu faktor pengurang laba (Pohan, 2013:3).

Kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh laba tercermin dalam rasio

profitabilitas. Profitabilitas dianggap mempengaruhi tindakan agresivitas pajak karena

semakin tinggi laba yang dapat dihasilkan oleh perusahaan maka semakin tinggi beban

pajak perusahaan. Semakin tingginya profitabilitas perusahaan akan mempengaruhi

tindakan yang akan diambil oleh perusahaan terkait dengan beban pajak yang akan

dibayarkan (qRodriguez dan Arias 2012) dalam Kadek Ayu (2018).

Profitabilitas merupakan rasio untuk mengukur tingkat imbalan atau perolehan

(keuntungan) dibanding penjualan atau aktiva, mengukur seberapa besar kemampuan

perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, aktiva maupun laba

dan modal mandiri (Sujarweni, 2017:64). Pendapatan yang diperoleh perusahaan

cenderung berbanding lurus dengan pajak yang dibayarkan, sehingga semakin besar

keuntungan yang diperoleh perusahaan maka semakin tinggi juga beban pajak yang

harus ditanggung perusahaan (Nugraha, 2015). Profitabilitas merupakan faktor penentu

beban pajak, laba yang meningkat mengakibatkan profitabilitas perusahaan juga

meningkat, sehingga jumlah pajak yang harus dibayarkan juga meningkat. Hal ini

memungkinkan adanya dari perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak (Hanafi

dan Halim, 2009:27).


9

Pengukuran agresivitas pajak dalam penelitian ini menggunakan Cash Effective

Tax Rate (CETR). CETR adalah kas yang dikeluarkan untuk biaya pajak dibagi dengan

laba sebelum pajak (Budiman dan Setiyono, 2012) Pengukuran ini digunakan karena

dapat lebih menggambarkan adanya aktivitas tax avoidance. Pengukuran tax acoidance

dengan CETR menurut Dyreng et.al (2010) baik digunakan untuk menggambarkan

adanya kegiatan tax avoidance karena CETR tidak berpengaruh dengan adanya

kegiatan tax avoidance karena CETR tidak berpengaruh dengan adanya perubahan

estimasi seperti adanya perlindungan pajak. Semakin tinggi tingkat presentase CETR

yaitu mendekati tarif pajak penghasilan badan sebesar 25% mengidikasikan bahwa

semakin rendah tingkat tax avoidance perusahaan, sebaliknya semakin rendah tingkat

presentase CETR mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat tax avoidance

perusahaan.

Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio return on

asset (ROA). Return on asset adalah merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk

menghasilkan keuntungan neto (Sujarweni, 2017:65). Return on asset memberikan

ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektivitas

manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan (Kasmir,

2015:201).

Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini pernah

dilakukan oleh Prasista dan Setiawan (2016), Nugraha dan Wahyu (2015) yang
10

menyatakan bahwa Profitabilitas atau ROA berpengaruh signifikan terhadap tindakan

pajak agresif. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Mustika (2017) yang

menyatakan ROA tidak berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif.

Berdasarkan latar belakang dan masalah penelitian diatas serta hasil penelitian

yang belum konsisten menyebabkan isu ini menjadi topik yang penting dan menarik

untuk diteliti kembali. Maka penulis tertarik untuk meneliti dengan judul yang diajukan

sebagai berikut: “Pengaruh Profitabilitas terhadap Agresivitas Pajak pada

Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama

periode 2012-2017"

1.2 Identifikasi Masalah

Agresivitas pajak merupakan usaha perusahaan untuk meminimalkan biaya

pajak melalui perencanaan pajak (tax planning) dengan tujuan memaksimalkan laba

perusahaan, dimana metode yang digunakan cenderung memanfaatkan kelemahan-

kelemahan yang terdapat dalam undang-undang dan agresivitas itu sendiri dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya profitabilitas. Berdasarkan uraian

dalam latar belakang penelitian diatas, maka penulis mengidentifikasi masalah pokok

yang akan diteliti adalah

Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap agresivitas pajak


11

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian adalah untuk mengetahui, memperoleh data maupun

informasi mengenai:

Pengaruh antara profitabilitas terhadap agresititas pajak

1.3.2 Tujuan Penelitian

Mengacu pada masalah yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian

yang ingin dicapai adalalah untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap

agresivitas pajak pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode

2012-2017.

1.4 Kegunaan Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, penulis mengharapkan bahwa hasilnya dapat

memberikan manfaat atas dua aspek, yaitu:

1. Bagi aspek Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah informasi bagi

penelitian selanjutnya, khususnya yang berkaitan dengan topik mengenai

pengaruh profitabilitas terhadap agresivitas pajak.


12

2. Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengawasi

aktivitas penghindaran pajak (tax avoidance) yang dilakukan oleh perusahaan.

Sehingga pemerintah yang di dalam hal ini khususnya Direktorat Jenderal Pajak

untuk mempertimbangkan membuat kebijakan-kebijakan yang lebih baik

sehingga perusahaan tidak bisa memanfaatkan celah (loopholes) yang terdapat

dalam peraturan pemerintah.

3. Aspek Praktis

Hasil dari penelitian yang dilakukan peneliti, diharapkan dapat memberikan

kegunaan praktis bagi pihak:

a. Bagi Penulis

Dapat memberikan pengalaman dan tambahan pengetahuan mengenai

pengaruh profitabilitas terhadap agresivitas pajak dan mengembangkan

wawasan, khususnya dibidang akuntansi keuangan sesuai dengan teori yang

didapatkan.

b. Investor

Penelitian ini diharapkan dapat membantu investor dalam pengambilan

keputusan untuk investasi dengan melihat perusahaan dari sisi

perpajakannya.
13

c. Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan dalam

mempertimbangkan keputusan untuk melakukan agresivitas pajak sehingga

tidak menimbulkan kerugian akibat denda maupun sanksi perpajakan.

1.5 Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh serta mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan

sehubungan dengan masalah yang akan dibahas, maka penulis akan melakukan

penelitian terhadap perusahaan manufaktur melalui website resmi Bursa Efek

Indoneisa yaitu www.idx.co.id dan Perpustakaan Widyatama.

1.6 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2018 sampai dengan

Maret 2019. Periode penelitian ini menggunakan laporan tahunan Perusahaan

Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2012-2017.

Anda mungkin juga menyukai

  • Pertemuan 7
    Pertemuan 7
    Dokumen17 halaman
    Pertemuan 7
    sarah sakinah
    Belum ada peringkat
  • Pertemuan.5
    Pertemuan.5
    Dokumen21 halaman
    Pertemuan.5
    sarah sakinah
    Belum ada peringkat
  • Pertemuan 4
    Pertemuan 4
    Dokumen3 halaman
    Pertemuan 4
    sarah sakinah
    Belum ada peringkat
  • Pertemuan 4
    Pertemuan 4
    Dokumen2 halaman
    Pertemuan 4
    sarah sakinah
    Belum ada peringkat
  • Pertemuan 4
    Pertemuan 4
    Dokumen2 halaman
    Pertemuan 4
    sarah sakinah
    Belum ada peringkat
  • Pertemuan 3
    Pertemuan 3
    Dokumen15 halaman
    Pertemuan 3
    sarah sakinah
    Belum ada peringkat
  • Makalah Full
    Makalah Full
    Dokumen14 halaman
    Makalah Full
    sarah sakinah
    Belum ada peringkat
  • Pertemuan 1
    Pertemuan 1
    Dokumen11 halaman
    Pertemuan 1
    sarah sakinah
    Belum ada peringkat
  • Bab 1-1
    Bab 1-1
    Dokumen13 halaman
    Bab 1-1
    sarah sakinah
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen11 halaman
    Bab 1
    sarah sakinah
    Belum ada peringkat
  • Makalah MKL Biaya Modal
    Makalah MKL Biaya Modal
    Dokumen11 halaman
    Makalah MKL Biaya Modal
    sarah sakinah
    Belum ada peringkat
  • Capital Budgeting
    Capital Budgeting
    Dokumen11 halaman
    Capital Budgeting
    sarah sakinah
    Belum ada peringkat