DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 7, dengan anggota:
No Nama Mahasiswa NPM No. Urut Paraf
Daftar Hadir
1 Awang Risky Ardian 1302160021 03
2 Hana Aulia Diany 1302160253 16
3 Davin Donovan Kairupan 153060021800 06
4 Nadaa Salsabila 1302160039 26
5 Safwatamal Al Zinji 1302160090 28
KELAS 4-7
PRODI D-III AKUNTANSI
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
MARET 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikanya
makalah ini dengan tepat waktu.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses pembuatan makalah Akuntansi Pemerintahan I ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sangat membangun. Akhir kata
penulis mengharapkan Makalah Akuntansi Pemerintahan I ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Penulis
PERTANYAAN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Secara garis
besar struktur APBN adalah :
Hal menarik yang dapat kita bahas lebih lanjut dari struktur APBN adalah mengenai
pendapatan negara, khususnya penerimaan negara yang berasal dari pajak. Menurut UU
KUP Pasal 1 ayat (1), Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa salah satu penopang pendapatan nasional yaitu berasal
dari penerimaan pajak yang menyumbang sekitar 70 % dari seluruh penerimaan negara.
Pajak memiliki peran yang sangat vital dalam sebuah negara, tanpa pajak kehidupan negara
tidak akan bisa berjalan dengan baik. Pajak sendiri berperan sangat penting sebagai sumber
dana yang digunakan untuk mulai dari belanja pegawai sampai dengan pembiayaan
berbagai proyek pembangunan. Pembangunan sarana umum, seperti: jalan, jembatan,
sekolah, dan rumah sakit dibiayai dari pajak. Pembangunan infrastruktur, biaya pendidikan,
biaya kesehatan, subsidi bahan bakar minyak (BBM), gaji pegawai negeri, dan
pembangunan fasilitas publik semua dibiayai dari pajak. Semakin banyak pajak yang
dipungut, maka semakin banyak fasilitas dan infrastruktur yang dibangun.
Karena itu, pajak merupakan ujung tombak pembangunan sebuah negara. Sehingga sudah
sepantasnya sebagai warga negara yang baik untuk taat membayar pajak.
PEMBAHASAN
1. Pendapatan negara
Sebesar 1.894,7 T yang berasal dari:
1. Perpajakan sebesar 1.618,1 T
2. Penerimaan bukan pajak sebesar 275,4 T
3. Hibah sebesar 1,2 T
2. Belanja negara
Sebeaar 2.220,7 T yang terdiri dari:
1. Belanja pemerintah pusat sebesar 1.454,5 T
2. Transfer ke daerah dan dana desa sebesar 766,2 T
3. Pembiayaan
Defisit APBN 2018 diperkirakan sebesar 325,9 T, yang akan ditutupi oleh pembiayaan
hutang dan investasi jangka pendek.
2. Berapa presentase kontribusi pajak terhadap penerimaan negara.
dilihat dari postur APBN diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi pajak sangatlah besar, yaitu
sekitar 85,4%
3. Jelaskan tax ratio, dan berapa tax ratio yang seharusnya (benchmarking)
Rasio pajak adalah perbandingan atau persentase penerimaan pajak terhadap produk
domestik bruto (PDB). Rasio ini menyatakan jumlah pajak yang dikumpulkan pada suatu
masa berbanding dengan pendapatan nasional atau PDB di masa yang sama. Rasio pajak
merupakan salah satu indikator untuk menilai kinerja penerimaan pajak.
a. Faktor yang bersifat makro, diantaranya tarif pajak, tingkat pendapatan perkapita dan
tingkat optimalisasi tata laksana pemerintahan yang baik .
b. Faktor yang bersifat mikro, diantaranya tingkat kepatuhan wajib pajak, komitmen dan
koordinasi antar lembaga negara serta kesamaan persepsi antara wajib pajak dan peugas
pajak.
Definisi rasio pajak di suatu negara boleh jadi berbeda dengan di negara lain. Definisi yang
digunakan di negara-negara pada umumnya mengikuti definisi yang ditetapkan
oleh IMFatau OECD. Perbedaan utamanya terletak pada unsur atau komponen apa saja
yang dimasukkan sebagai penerimaan pajak. Suatu negara mungkin saja hanya
memasukkan unsur pajak pusat, sedangkan negara lain memasukkan unsur pajak pusat
dan daerah. Bahkan ada pula negara yang memasukkan komponen penerimaan pajak
pusat, pajak daerah dan penerimaan sumber daya alam sekaligus.
Acuan yang digunakan oleh IMF mengenai penerimaan pajak mencakup seluruh
penerimaan pajak, baik dari pusat dan daerah, bea cukai, keuntungan badan usaha yang
dikendalikan pemerintah yang ditransfer ke pemerintah (selain dividen), maupun
penerimaan negara dari sumber daya alam (SDA). Sedangkan definisi OECD terkait
cakupan penerimaan pajak lebih luas lagi, yaitu ditambah dengan kontribusi jaminan sosial.
Indonesia sendiri memiliki dua model dalam perhitungan tax ratio, yaitu tax ratio dalam arti
luas dan tax ratio dalam arti sempit . Tax ratio dalam arti luas membandingkan total nilai
penerimaan perpajakan (pajak pusat), penerimaan SDA migas dan pertambangan minerba
dengan PDB nominal. Sedangkan tax ratio dalam arti sempit membandingkan total nilai
penerimaan perpajakan (pajak pusat) dengan PDB nominal. Dalam mengukur rasio pajak,
pada umumnya Indonesia hanya memasukkan unsur penerimaan pajak pusat saja, yakni
pajak-pajak yang dihimpun oleh Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak. Perbedaan dalam
pengakuan penerimaan pajak yang dijadikan dasar perhitungan rasio pajak merupakan
salah satu alasan mengapa rasio pajak di Indonesia lebih kecil dibandingkan dengan
negara-negara ASEAN dan G20 lainnya.
Selama ini, perhitungan tax ratio yang ada di Indonesia dinilai masih kurang ideal yang
kemudian membuat angka tax ratio Indonesia terlihat lebih kecil daripada angka tax ratio
negara negara lain di dunia, bahkan di Asia Tenggara. Berikut adalah perbandinganya
Tax ratio Negara-Negara Asia Tenggara tahun 2011
Untuk itu, OECD memberikan beberapa rekomendasi untuk dapat meningkatkan tax ratio,
yaitu sebagai berikut:
Berdasarkan data dari APBN 2018 Indonesia, jumlah penerimaan pajak ditargetkan sebesar
1.618,1 T, sementara itu, defisit anggaran terhadap pdb adalah sebesar 2,19% dengan
angka defisit anggaran sebesar 325,9T. Sehingga besarnya PDB 2018 ditargetkan senilai
14.881,3 T. Menggunakan rumus
1618,1 𝑇
14881,3 𝑇
= 11%
Maka, seharusnya besaran tax ratio yang ada di Indonesia berada pada kisaran kurang
lebih 11%.
4. Entitas Akuntansi
KEMENTERIAN KEUANGAN
VISI
Kami akan menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi Indonesia yang inklusif di abad
ke-21.
MISI
1. Mencapai tingkat kepatuhan pajak, bea dan cukai yang tinggi melalui pelayanan
prima dan penegakan hukum yang ketat;
2. Menerapkan kebijakan fiskal yang prudent;
3. Mengelola neraca keuangan pusat dengan risiko minimum;
4. Memastikan dana pendapatan didistribusikan secara efisien dan efektif;
5. Menarik dan mempertahankan talent terbaik di kelasnya dengan menawarkan
proposisi nilai pegawai yang kompetitif
Fungsi :
Sementara itu, tugas Menteri/Pimpinan K/L selaku Pengguna Anggaran, antara lain:
Berdasarkan PP No.90 tahun 2010, yang dimaksud dengan belanja BUN atau
belanja Non K/L adalah: pembayaran Bunga Utang, Subsidi, belanja pegawai (kontribusi
sosial, Dana transito), Bantuan Sosial (Dana darurat/penanggulangan bencana alam),
belanja lain-lain (Kebutuhan mendesak (emergency), Cadangan untuk mengantisipasi 34
perubahan kebijakan (policy measures), transfer ke daerah, dan cadangan risiko fiskal.
Belanja BUN juga dapat dikelompokan ke dalam belanja nondiscretionary (wajib) seperti
belanja subsidi dan pembayaran bunga utang serta belanja discretionary (tidak wajib)
seperti sebagian alokasi belanja lainlain.
1. BKF, antara lain untuk pengeluaran yang terkait dengan keperluan hubungan
internasional dan pembayaran kontribusi fiskal pemerintah dalam bentuk dukungan
kelayakan;
2. DJPb, antara lain untuk pengelolaan pembayaran belanja pensiun, belanja
asuransi kesehatan veteran, belanja asuransi kesehatan 35 PNS/TNI/POLRI, dan belanja
pembayaran utang unfunded past service liability.
Pada awal tahun anggaran berjalan, PPA BUN menyusun indikasi kebutuhan dana
masing-masing Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BA BUN) yang dapat
direncanakan untuk tahun anggaran yang direncanakan. Indikasi kebutuhan dana tersebut
disusun dengan mempertimbangkan Prakiraan Maju dan Rencana Strategis yang telah
disusun. Indikasi kebutahan dana ini digunakan sebagai dasar penyusunan indikasi
kebutuhan dana pengeluaran bendahara umum Negara yang harus disampaikan oleh PPA
BUN kepada Menteri Keuangan c.q. DJA paling lambat minggu pertama bulan Maret.
Indikasi kebutuhan Bendahara Umum Negara tersebut menjadi salah satu bagian
dari usulan belanja negara yang akan dilakukan exercise dan pembahasan dalam rangka
penyusunan kapasitas fiskal oleh Dit. P-APBN setelah berkoordinasi dengan Direktorat
Anggaran III. Selanjutnya Dit PAPBN mengundang masing-masing PPA BUN untuk
mengkonfirmasi dan membahas usulan indikasi anggaran belanja tersebut dan
menyesuaikan dengan kapasitas fiskal belanja Non-KL yang sebelumnya telah disusun oleh
Dit. P-APBN .
Di samping itu, unit lainnya yang terkait dalam rangka penyusunan proyeksi
pembiayaan anggaran ini adalah Direktorat Anggaran I, Direktorat Anggaran II, Dan
Direktorat Anggaran III di lingkungan DJA, BKF, DJPb, dan DJPK
Evaluasi dilakukan terhadap pelaksanaan program dan kegiatan, serta untuk menilai
pencapaian pelaksanaan agenda prioritas nasional (nawa cita), tujuan dan sasaran
strategis, sebagaimana ditetapkan dalam dokumen Renstra tersebut. Berdasarkan hasil
evaluasi renstra baik terhadap pencapaian agenda prioritas nasional (nawa cita) maupun
pelaksanaan program, dilakukan proses penyesuaian dalam pencapaian target jangka
menengah Kementerian Keuangan yang dituangkan dalam nota kesepakatan meliputi:
Laporan Kinerja Tahun 2016 53 No 1 Rasio Defisit APBN terhadap PDB -1,80% -2,15% 2
Rasio utang terhadap PDB 24% 26,87% 3 Rasio penerimaan pajak terhadap PDB 13%
12,17%.
Visi
Banten yang maju, mandiri, berdaya saing, sejahtera dan berakhlakul karimah
Misi
Dalam pemerintahan daerah provinsi Banten, mengikuti alur / siklus pengelolaan keuangan
yang ditetapkan oleh Kementerian Dalam Negeri, seperti berikut :
Dokumen Pelaksanaan
Penyusunan APBD APBD dan
Penatausahaan
Pengeluaran
Perubahan APBD
Pelaksanaan dan
Penatausahaan
Akuntansi dan
Penerimaan
Pelaporan
Dalam proses penyusunan APBD terdapat beberapa langkah, mulai dari penyusunan
KUA dan PPAS, penyiapan pedoman penyusunan RKA SKPD, penyiapan dan pembahasan
Raperda APBD, penyusunan Raper KDH Penjabaran APBD, sampai Penetapan Perda.
Untuk selanjutnya, terdapat proses pelaksanaan dan penatausahaan penerimaan
dari APBD pada tahun berjalan seperti penyiapan rancangan DPA SKPD, penyediaan dana,
penerbitan SP2D, pembelanjaan dana untuk gaji dan tunjangan, UP, dan barang dan jasa ,
pengajuan SPP, sampai pembuatan SPJ.
Setelah itu dibuat dokumen pelaksanaan APBD dan penatausahaan penerimaan dan
pengeluaran seperti pelaksanaan pendapatan daerah oleh bendahara penerimaan,
bendahara penerimaan pembantu, dan bank kas daerah. Lalu, dilakukan juga akuntansi dan
pelaporan seperti menyusun laporan keuangan SKPD, laporan keuangan PEMDA,
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, dan pembahasan laporan keuangan PEMDA.
Perubahan APBD juga bisa terlaksana bila ada perubahan – perubahan perencanaan
anggaran pada tahun pelaksanaan APBD berjalan.
PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG
VISI
" JOMBANG SEJAHTERA UNTUK SEMUA "
MISI
Meningkatkan Kualitas Kehidupan Sosial dan Beragama.
Efektivitas upaya pemerintah daerah dalam implementasi SAP berbasis akrual ditandai
dengan adanya komitmen dari Kepala Daerah dan personil kunci serta dukungan dari pihak
DPRD. Seluruh pihak tersebut harus bersamasama mendukung efektivitas implementasi
SAP berbasis akrual melalui persetujuan anggaran kegiatan, perencanaan yang memadai,
serta proses internalisasi perencanaan tersebut kepada pihak-pihak yang terkait dengan
implementasi SAP berbasis akrual.
Namun demikian selain upaya tersebut di atas, masih terdapat kendala terkait dengan
regulasi dan kebijakan pemerintah daerah untuk implementasi Standar Akuntansi
Pemerintahan berbasis akrual, khususnya perangkat regulasi dan kebijakan yang belum
sepenuhnya mendukung SAP berbasis akrual dan diimplementasikan, yaitu :
a. Regulasi dan kebijakan SAP berbasis akrual, belum sepenuhnya relevan dan
mutakhir meskipun Pemkab Jombang telah mempunyai Peraturan Bupati Jombang
Nomor 21 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntansi Pemerintah Kabupaten Jombang
dan Peraturan Bupati Jombang Nomor 22 Tahun 2014 tanggal 23 Mei 2014 tentang
Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Jombang.
b. Regulasi dan kebijakan SAP berbasis akrual belum sepenuhnya diimplementasikan.
Masih terdapat kebijakan SAP berbasis akrual yang belum diimplementasikan. Hal
ini dapat dilihat dari Laporan Keuangan Semester I Tahun 2015 khususnya pada
bagian neraca
c. Pengelolaan Sumber Daya Manusia Kewajiban penerapan SAP berbasis akrual
mengharuskan pemerintah daerah menyesuaikan sistem akuntansi berbasis kas
menuju akrual (cash towards accrual) yang sedang diterapkan saat ini ke sistem
akuntansi berbasis akrual, sesuai amanat Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2010. Penyesuaian tersebut berdampak pada sistem penatausahaan keuangan
pemerintah daerah sehingga pemerintah daerah perlu menyiapkan sumber daya
yang memadai terutama Sumber daya manusia.
Salah satu aspek yang dapat mendukung kesuksesan implementasi SAP berbasis akrual
pada pemerintah adalah aspek pengelolaan teknologi informasi yang memadai. Hal ini
disebabkan karena jumlah transaksi yang besar dan semakin kompleks memiliki risiko
tingkat kesalahan yang tinggi jika dilaksanakan secara manual. Dengan pengelolaan aplikasi
teknologi informasi yang memadai, pemerintah daerah dapat mengolah transaksi keuangan
secara akurat dan tepat waktu untuk menghasilkan laporan keuangan guna pengambilan
keputusan.
b. Pemda telah memberlakukan pembatasan akses fisik ke ruang data server, pembatasan
akses logical ke aplikasi dan database melalui penggunaan user id dan password. Ruangan
server SIMDA terletak di ruangan server DPPKAD bersama dengan server SIMDA BMD.
Pembatasan akses fisik dalam ruangan server telah diterapkan oleh DPPKAD. Ruangan
server selalu dalam keadaan terkunci dengan pemegang kunci adalah Kabid Akuntansi
DPPKAD. Sedangkan ruangan server dan jaringan Pemkab Jombang yang menghubungkan
jaringan pada SKPD dan server SIMDA terletak di Kantor Arsip, PDE dan Perpustakaan
pada Gedung Sekretariat Daerah. Adapun ruangan server tersebut selalu dalam keadaan
terkunci.
Disamping hal-hal yang telah dicapai Pemkab Jombang dalam persiapan SAP berbasis
akrual dalam aspek pengelolaan IT tersebut, masih terdapat kendala yaitu Sistem aplikasi
yang dimiliki belum sepenuhnya terintegrasi secara vertikal (sistem aplikasi SKPD kepada
SKPKD) dan horisontal (antar aplikasi dalam sistem).
Sistem aplikasi yang dimiliki Pemkab Jombang belum terintegrasi secara vertikal dan
horizontal. Terintegrasi vertikal yaitu sistem aplikasi SIMDA antara SKPD dengan SKPKD
belum semuanya terintegrasi secara otomatis. Dari 64 SKPD terdapat 57 SKPD yang sudah
terintegrasi secara online dan tujuh SKPD yang masih offline/belum terintegrasi. Pada SKPD
yang masih offline, Bendahara SKPD masih menggunakan media rekonsiliasi manual
dengan membawa data SIMDA per SKPD untuk direkonsiliasikan ke DPPKAD secara
periodik.
Terintegrasi horizontal yaitu sistem aplikasi SIMDA dan SIMDA BMD belum terintegrasi
secara memadai, sehingga diperlukan waktu untuk melakukan rekonsiliasi antara SIMDA
dan SIMDA BMD. Aplikasi lain yang belum terintegrasi secara horizontal adalah Sistem
Informasi Manajemen Pendapatan Daerah (SIMPATDA), Sistem Informasi Manajemen Gaji
Taspen (SIM Gaji Taspen), Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG) dan
aplikasi pada BLUD.
Pengelolaan teknologi informasi dengan adanya aplikasi SIMDA yang bekerja sama dengan
BPKP tidak dapat dipungkiri sangat membantu Pemerintah Kabupaten Jombang dalam
pembuatan laporan keuangan. Dengan adanya aplikasi SIMDA ini diharapkan laporan
keuangan dapat dibuat tepat waktu, akurat dan akuntabel. Pemerintah Kabupaten Jombang
telah berupaya mencegah dan melindungi database aplikasi SIMDA dari akses pihak luar
dan kerusakan atau kehilangan database.
REFERENSI
https://www.kemenkeu.go.id/apbn2018
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/167-artikel-pajak/12643-quo-vadis-tax-
ratio-indonesia
https://berkas.dpr.go.id/puskajianggaran/kamus/file/kamus-134.pdf
http://www.ortax.org/ortax/?mod=berita&page=show&id=6914&q=&hlm=8
http://www.dpr.go.id/doksetjen/dokumen/apbn_Meningkatkan_Tax_Ratio_Indonesia20140
602100259.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Rasio_pajak
https://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/laporan%20kinerja%20kemenkeu%20
2016%20final_0.pdf
http://www.anggaran.depkeu.go.id/content/publikasi/buku%20pokok%20siklus%20ap
bn.pdf
https://www.bantenprov.go.id/id/read/sda-lh.html
www.jombangkab.go.id
Lampiran