Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PAJAK

SPT TAHUNAN PPH PRIBADI


Makalah ini dibuat untuk memenuhi Nilai Akuntansi Dasar
Guru : Ibu Dinda Nur Mawar, S.Pd

Di Susun Oleh :

EUIS SUKAWATI 0051836622

REYNAL KASALI ALULU

Tahun Pelajaran : 2022-2023


Bidang Keahlian : Bisnis dan Manajemen
Program Keahlian : Akuntansi dan Lembaga Keuangan

SMK PRIMA MA’ARIF NU

Jl. Swadaya No.40 RT006/004,Kelurahan Jatimurni,Kecamatan


Pondok Melati, Kota Bekasi
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata
kuliah “Pajak ”. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita
Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah
untuk keselamatan umat di dunia.
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dinda Nur
Mawar,S,Pd selaku Guru mata kuliah Akuntansi Dasar dan kepada segenap pihak yang
telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam
penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bekasi, 12 NOVEMBER 2023


Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Saat ini, pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi masyarakat Indonesia. Sebagian
kalangan telah menetapkan pajak secara proporsional dalam kehidupannya, bahwa sejak telah
dianggap sebagai salah satu kewajiban dalam membantu pelaksanaan tugas kenegaraan yang
ditangani pemerintah. Indikasi ini terlihat dari semakin banyaknya jumlah Wajib Pajak, demikian
juga dengan keikutsertaan masyarakat dari berbagai kalangan, apabila ada suatu penyelenggaraan
kegiatan mengenai perpajakan, seperti halnya penyuluhan, seminar dialog dan lain sebagainya.
Pajak merupakan perwujudan dari pengabdian dan peran serta wajib pajak untuk secara langsung
dan bersama-sama ikut melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan
Negara dan pembangunan Nasional. Tanggung jawab atas pelaksanaan pemungutan pajak
sebagai cermin kewajiban masyarakat itu sendiri. Dalam hal ini aparat perpajakan sesuai dengan
fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan dan pengawasan terhadap pemenuhan
kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan yang digariskan dalam peraturan perundang-
undangan perpajakan atau dalam Ketentuan Umum Perpajakan (KUP). Pajak adalah kontribusi
Wajib Pajak kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan 1 2 Negara bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat (M.
Iqbal Alamsjah, Direktorat Jenderal Pajak, 2010: 7). Pajak digunakan untuk membiayai
pembangunan bagi kepentingan bersama. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu
negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana dari dalam negeri yang
berupa pajak. Dari sudut pandang ekonomi, pajak merupakan penerimaan negara yang digunakan
untuk mengarahkan kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan atau sebagai motor penggerak
kehidupan ekonomi masyarakat (Waluyo, 2011:2). Jumlah Wajib Pajak di Indonesia dari tahun
ke tahun semakin meningkat, tetapi belum diikuti dengan besarnya tingkat kepatuhan pajak
dalam melaporkan kewajiban pajaknya. Keengganan untuk melaporkan kewajiban pajak masih
tinggi. Keadaan ini mungkin disebabkan oleh tingkat pengetahuan Wajib Pajak akan peraturan
perpajakan yang masih sangat kurang. Masalah ini membuat pemerintah mempunyai tugas ekstra
untuk mencari solusinya, karena tingkat kepatuhan Wajib Pajak memegang peran penting dalam
realisasi penerimaan pajak. Salah satu kendala dalam bidang perpajakan saat ini adalah tingkat
kepatuhan dan kesadaran masyarakat sebagai Wajib Pajak masih sangat rendah. Hal ini dapat
diliahat dari pelaksanaan sistem perpajakan yang belum maksimal di Indonesia. Saat ini
Indonesia menganut sistem Self assessment system, di mana Wajib Pajak diberikan wewenang
untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang dalam melaksanakan kewajibannya
sebagai Wajib Pajak tanpa adanya campur tangan pemerintah dan pihak pemerintah hanya
mengawasi mulai dari 3 mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak, menghitung, menyetorkan dan
melaporkan jumlah pajak yang terutang kepada pihak pemerintah yang dalam hal ini Direktorat
Jenderal Pajak (DJP) yang dibantu oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) terdekat (Riyandi
Saputra, 2012:3). Pemberlakuan self assessment system di Indonesia belum dapat dikatakan
maksimal. Karena sampai saat ini masih banyak Wajib Pajak yang tidak melaksanakan pelaporan
Surat Pemberitahuan (SPT) sesuai dengan prodesur yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang
Perpajakan dan Wajib Pajak belum patuh dalam menjalankan kewajibannya sebagai Wajib Pajak
dan masih banyak kesalahan-kesalahan dalam bidang perpajakan baik disengaja maupun
kesalahan yang tidak disengaja mulai dari kesalahan kecil hingga kesalahan besar sekalipun
(Rimsy, 2005:27). Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan
untuk melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek
pajak dan atau harta dan kewajiban menurut Undang-Undang Ketentuan Peraturan Perundang-
undangan Perpajakan. SPT merupakan salah satu sarana yang digunakan oleh Wajib Pajak, baik
itu pengusaha Kena Pajak (PKP) maupun bagi pemungut pajak untuk mempertanggungjawabkan
dan melaporkan jumlah pajak yang terutang dalam suatu masa pajak. Terdapat dua macam SPT
yaitu : SPT Masa dan SPT Tahunan. Salah satu SPT Tahunan adalah SPT Tahunan Pajak
Penghasilan (Anastasia Diana, 2009:121) Dalam pelaksanaannya masih banyak terdapat
kesalahan oleh Wajib Pajak dalam hal ini Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang status hukumnya
berbentuk 4 badan dan orang pribadi. Fakta di lapangan masih banyak PKP yang secara teoritis
sudah dapat dikenakan pajak tetapi tidak patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya
seperti mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak. Contoh lain dari kesalahan yang sering dilakukan
oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah masih banyak yang terlambat melaporkan Surat
Pemberitahuan (SPT) dan bahkan ada juga tidak melaporkan pajak terutangnya sama sekali
melalui Surat Pemberitahuan (Riyandi Saputra,2012:4) Fakta lainnya adalah ketidaktahuan
Wajib Pajak dalam melaporkan pajak terutangnya. Karena sistem pelaporan Surat Pemberitahuan
(SPT) selalu berubah- ubah. Pada awal tahun 2013 ini, sistem penyampaian SPT Tahunan bagi
Wajib Pajak orang pribadi dan badan mengalami perubahan pada sistem dan tata cara
penerimaan dan pengolahan. Namun pada kenyataannya, masih banyak Wajib Pajak tidak
mengerti atau kurang memahami dalam melaporkan pajaknya. Hal ini dapat dilihat dari tingkat
rasio penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) orang pribadi dan badan. Pada Tahun
2009 presantase tingkat penyampaian SPT Tahunan sebesar 8,04%, tahun 2010 tingkat
penyampian SPT Tahunan mengalami peningkatan, yakni dengan total 8,69% dan pada tahun
2011 mengalami penurunan sebesar 7,92%, namun pada tahun 2012 penyampaian SPT Tahunan
mengalami peningkatan yakni 8,31% bagi orang pribadi dan badan. Hal ini dapat disebabkan
kurangnya kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak (WP) dalam melaporkan pajaknya dan sistem
atau tata cara pelaporan SPT Tahunan yang dianggap WP rumit dan berbelit-belit yang akan
memakan waktu dan tenaga. Apalagi dengan adanya peraturan baru dan perubahan dalam proses
5 dan sistem Pelaporan SPT Tahunan yang telah disahkan oleh Direktorat Jenderal Pajak yang
diatur dalam Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-26/PJ2012 (Hasil wawancara dengan Pegawai
KP2KP Bagansiapiapi tanggal 04 Februari 2014). Pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) ini
harus dilakukan dengan benar, jelas, tepat waktu dan sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan oeh Undang- Undang Perpajakan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor
16 Tahun 2009. Hal ini berlaku untuk semua jenis pajak termasuk pajak penghasilan. Semua
pelaporan SPT harus diketahui oleh pemerintah yang dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak
(DJP) dan melalui Kantor Pelayanan Pajak (KPP) bahkan Kantor Pelayanan Pajak Penyuluhan
dan Konsutasi Perpajakan (KP2KP) setempat. Salah satu KP2KP yang berwenang dalam hal ini
adalah KP2KP Bagansiapiapi yang ditunjuk Pemerintah untuk melayani para Wajib Pajak dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya termasuk juga dalam Pelaporan SPT Tahunan PPh.
Berdasarkan uraian masalah diatas maka penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian
yang dituangkan dalam sebuah Tugas akhir yang berjudul : “Sistem Pelaporan SPT Tahunan PPh
Orang Pribadi dan Badan Pada K2KP Bagansiapiapi Kabupaten Rokan Hilir.”

2. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah “Apakah sistem pelaporan SPT
Tahunan PPh orang pribadi dan badan pada KP2KP Bagansiapiapi Kabupaten Rokan Hilir telah
sesuai dengan peraturan pada Undang-Undang Perpajakan Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan Nomor 16 Tahun 2009?

3. Tujuan
Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam
penyusunan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui Sistem Pelaporan SPT Tahunan orang
Pribadi dan Badan pada KP2KP Bagansiapiapi Kabupaten Rokan Hilir telah sesuai dengan
peraturan pada Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 16 Tahun
2009. 1.3.2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada beberapa pihak, antara lain :
1. Bagi penulis Tugas Akhir ini disusun sebagai saah satu syarat dalam mencapai kelulusan pada
prodi D3 Akuntansi UIN SUSKA RIAU, selain ini juga untuk meningkatkan pemahaman
mengenai perpajakan dan untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai perpajakan serta mampu
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh diperkuliahan pada dunia kerja.
2. Bagi mahsiswa sebagai langkah awal dalam mengaplikasikan semua ilmu yang telah diperoleh
selama duduk dibangku kuliah dan menambah pengetahuan mengenai sistem pelaporan SPT
Tahunan orang pribadi dan badan. Dan hal-hal yang berkaitan dengan perpajakan di Indonesia
sebagai sumber referensi bagi penulis lainnya pada masa yang akan datang. 3. Bagi akademisi
hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagi sumber informasi dan salah satu sumber referensi
kajian teori bagi peneliti yang berminat pada bidang dan topik permasalahan yang sama.
BAB II
PEMBAHASAN

1. SPT TAHUNAN ORANG PRIBADI

SPT Tahunan Orang Pribadi adalah surat pemberitahuan yang dikeluarkan oleh DJP (Direktorat
Jenderal Pajak) yang berisi informasi tentang jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh wajib
pajak orang pribadi pada tahun pajak yang bersangkutan.

Ada dua jenis SPT Tahunan Orang Pribadi, yaitu:

1. SPT Tahunan Orang Pribadi yang Memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak): SPT
yang dikeluarkan oleh DJP untuk wajib pajak orang pribadi yang sudah memiliki NPWP
dan memiliki penghasilan yang kena pajak sebesar Rp 4.800.000,- per tahun atau lebih.
Formulir yang digunakan untuk mengisi SPT Tahunan Orang Pribadi yang Memiliki
NPWP adalah formulir SPT 1107.
2. SPT Tahunan Orang Pribadi yang Tidak Memiliki NPWP: SPT yang dikeluarkan oleh
DJP untuk wajib pajak orang pribadi yang tidak memiliki NPWP dan memiliki
penghasilan yang kena pajak sebesar Rp 4.800.000,- per tahun atau lebih. Formulir yang
digunakan untuk mengisi SPT Tahunan Orang Pribadi yang Tidak Memiliki NPWP
adalah formulir SPT 1111.

Sesuai dengan peraturan yang sudah ada di Indonesia, setiap wajib pajak (WP) harus melaporkan
surat pemberitahuan tahunan (SPT) dengan batas waktu paling lambat di bulan April untuk WP
Badan atau perusahaan dan di bulan Maret untuk WP Orang Pribadi.

Berikut merupakan beberapa tahap yang harus ditempuh oleh WP untuk melaporkan SPT secara
online, antara lain:

 Mempersiapkan Dokumen Bukti Potong

Setiap karyawan atau PNS harus meminta bukti potong 1721 A1/A2 ke kantor tempat WP
bekerja. Jika karyawan dari perusahaan swasta, maka bukti potong WP tersebut adalah A1 dan
jika merupakan PNS, maka bukti potong WP tersebut adalah A2.

 Mengunjungi Website DJP Online


Pengisian formulir pelaporan SPT secara online dilakukan melalui website DJP Online. Namun
sebelumnya, para WP harus memiliki akun DJP Online terlebih dahulu dan juga sudah
mengaktivasi electronic filing identification number (EFIN). Untuk mendapatkan EFIN, para WP
dapat melihat caranya disini. Jika WP sudah memiliki akun EFIN, WP data langsung
mengunjui https://djponline.pajak.go.id, lalu memasukkan nomor pokok wajib pajak (NPWP)
dan kata sandi untuk masuk ke website tersebut.

 Memilih e-Filing atau e-Form Untuk Pelaporan

Setelah berhasil masuk ke website DJP Online, klik menu “Lapor” untuk melakukan pelaporan
SPT. Kemudian akan muncul dua pilihan antara e-Filing dan e-Form. E-Filing digunakan untuk
melakukan pelaporan secara online, sehingga WP harus terhubung ke internet selama pengisian
data. Sedangkan e-Form dapat dilakukan tanpa terhubung ke internet

 Menjawab Pertanyaan di Website

Setelah memilih menu e-Filing, WP akan diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan. WP
perlu menjawab pertanyaan dengan benar dan lengkap. WP pun tidak perlu bingung dalam
menjawab formulir 1770 yang akan digunakan karena formulir 1770 yang ada akan secara
otomatis mengikuti pendapatan dari tiap WP. Formulir 1770S digunakan untuk WP dengan
penghasilan diatas 60 juta/tahun dan 1770SS untuk WP dengan penghasilan dibawah 60
juta/tahun.

 Pajak yang Dipungut

Pada halaman ini tertera secara otomatis nama pemotong/pemungut pajak, yang merupakan
kantor tempat WP bekerja dan data-data lain yang berisi jumlah nominal potongan pajak

 Harta Wajib Pajak

Pada halaman selanjutnya, WP diminta untuk mengisi harta atau kekayaan yang dimiliki oleh
WP secara jujur dan benar karena ini yang akan menentukan keberhasilan dari pelaporan SPT
yang ada. Lalu pada halaman berikutnya, WP akan ditanya mengenai jumlah utang yang dimiliki
baik kredit tanpa agunan (KTA), kredit kepemilikan rumah (KPR), ataupun yang lainnya
(kecuali kartu kredit), serta ada beberapa pertanyaan-pertanyaan lain yang harus dilengkapi.

 Kewajiban Perpajakan Suami Istri


Pada halaman ini, WP diminta untuk mengisi status perkawinan antara “kawin atau tidak kawin”.
Jika sudah kawin, WP diminta untuk mengisi jumlah tanggungan yang dimiliki serta menjawab
pertanyaan-pertanyaan lain yang tertera, begitupun jika “tidak kawin”

 Pajak Penghasilan (PPh)

Pada halaman mengenai pajak penghasilan di DJP Online, WP akan dapat melihat nilai
penghasilan neto, penghasilan yang dikenakan pajak, serta PPh yang dipotong. Jika tidak ada lagi
tambahan penghasilan di luar gaji yang terlah dipotong pajak, maka akan muncul informasi yang
menyatakan jika SPT dari WP tersebut sudah nihil

 Pengiriman SPT

Setelah menyelesaikan langkah-langkah serta menjawab semua pertanyaan dengan lengkap dan
benar, maka akan muncul tombol verifikasi. Setelah itu DJP akan mengirimkan token verifikasi
ke surel WP. Token tersebut kemudian di masukkan ke nomor verifikasi DJP, lalu pilih “kirim
SPT”.

Jika terdapat masalah yang tidak dapat diselesaikan secara pribadi, WP dapat menghubungi call
center DJP ataupun langsung datang ke kantor KPP terdekat.
BAB III
PENUTUPAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dari data Wajib Pajak yang terdaftar dalam SPT wajib pajak Orang
Pribadi pada KPP Pratama Sukoharjo, dapat ditarik kesimpulan wajib pajak yang terdaftar dalam
SPT Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Pratama Sukoharjo sebagai berikut.
1. Dengan adanya pelaporan surat pemeberitahuan secara sistem e-filing dapat mempengarui
tingkat kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Sukoharjo karena di tahun 2018 mengalami
pengingkatan dalam pelaporan SPT Tahunan, hal ini Wajib Pajak akan sadar diri adanya wajib
dalam pelaporan SPT Tahunan Orang Pribadi. Meskipun realisasi penyampaian SPT melalui e-
filing belum tercapai sepenuhnya yang direncanakan KPP Pratama Sukoharjo, tetapi dapat dilihat
dari tahun 2017 ke 2018 sudah menunjukkan hasil yang baik dalam pelaporan SPT Tahunan
Orang Pribadi melalui efiling.
2. Berdasarkan pengalaman selama magang di KPP Pratama Sukoharjo, penulis menemukan
beberapa manfaat saat melaporkan SPT Tahunan orang pribadi dengan e-filing yaitu. Efiensi
waktu, dibandingkan dengan manual harus menulis blangko berlembar-lembar, Wajib Pajak
lebih 44 dimudahkan dengan sistem online dan dapat diakses dimanapun berada selama ada
koneksi internet.
3. Banyak Wajib Pajak yang belum mengetahui pelaporan SPT Tahunan secara online, karena di
KPP Pratama Sukoharjo menerapkan pelaporan SPT Tahunan melalui online di bulan Februari
dan tidak menerima secara manual, sedangkan yang melaporkan di bulan Januari KPP Pratama
Sukoharjo masih menerima pelaporan secara manual, serta Wajib Pajak yang tidak membawa
bukti potong PPh maupun 1721-A1 atau 1721-A2.
4. Adanya suatu hubungan antara kualitas pelayanan dan rasio kepatuhan karena kualitas
pelayanan yang diberikan Wajib Pajak dapat berpengaruh terhadap rasio kepatuhan dan
kesadaran Wajib Pajak dan akan berdampak juga dengan jumlah penerimaan pajaknya.

2. Saran

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dihadapi atau menjadi kendala bagi KPP Pratama
Sukoharjo dalam penerapan e-filing dalam pelaporan SPT Wajib Pajak Orang Pribadi, penulis
memberikan saran dalam menangani masalah serta tingkat kepatuhan Wajib Pajak agar tercapai
sesuai harapan di setiap tahunnya adalah sebagai berikut.
1. KPP Pratama Sukoharjo dalam menangani masalah wajib pajak yang kurang paham dengan
teknologi yang sedang berkembang adalah pihak KPP Pratama Sukoharjo perlu adanya
pendampingan Wajib Pajak saat 45 melakukan atau pengisian SPT Orang Pribadi secara e-filing
di KPP. Saat pegawai KPP mendampingi Wajib Pajak saat pelaporan SPT Tahunan, pegawai
menerangkan sistem e-filing dengan bahasa sederhana. Selanjutnya pegawai KPP mengajarkan
langkah-langkah dan hal apa saja yang dilakukan pada saat pelaporan SPT orang pribadi dengan
sistem efiling di laman DJP online dan membantu pengisian bagi Wajib Pajak yang sudah lanjut
usia.
2. Adanya perbaikan sistem website DJP online, sehinnga tidak ada lagi hambatan yang
dirasakan Wajib Pajak pada saat pelaporan SPT secara eSPT, e-filing maupun e-FORM karena
sistem tersebut yang bermasalah (error) dari pusat.
3. Ada sebagian petugas KPP Pratama Sukoharjo yang tidak mau membuatkan email, diharapkan
di counter Help-Desk membantu Wajib Pajak dalam membuatkan email, supaya Wajib Pajak
tidak kembali pulang karena tidak memiliki email. Lantai tiga bisa ditambahkan kembali counter
e-filing supaya antrean tidak menumpuk. Serta ditambahkan kembali kantor pos, di KPP Pratama
Sukoharjo sudah memiliki kantor pos yaitu di lantai satu, diharapkan kantor pos ditambahkan di
lantai tiga supaya Wajib Pajak yang kurang bayar tidak harus ke lantai satu.
4. Pegawai KPP Pratama Sukoharjo pada saat penyuluhan terhadap Wajib Pajak, harus lebih
jelas saat mengajari Wajib Pajak mengisi dan melaporkan SPT Tahunannya, sehingga Wajib
Pajak memahami langkah- 46 langkah pelaporan SPT Tahunan secara online. Kedepannya Wajib
Pajak tidak perlu datang lagi ke KPP untuk melaporkan SPT Tahunanya dengan bantuan petugas
pajak. Serta sanksi dan tindakan tegas apabila Wajib Pajak tidak melapor SPT Tahunan. Adanya
sanksi dan tindakan tegas untuk Wajib Pajak, membuat Wajib Pajak akan lebih patuh dalam
melaporkan SPT Tahunan.
5. Meningkatkan kinerja dari pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukoharjo demi terciptanya
hasil yang ingin dicapai dan ditargetkan setiap tahunnya. Misalnya saat pembuatan efin dan
melapor SPT Tahunan secara online antrean Wajib Pajak semakin banyak, disediakan tempat
yang nyaman untuk menunggu antrean. Supaya Wajib Pajak yang menunggu antrean bisa duduk
senyaman mungkin.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrohman, S., & Dkk. (2015). Implementasi Program E-Filing dalam Upaya
Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Bojonegoro). Jurnal Administrasi Publik.
Agung, N. (2011). Analisis Perilaku Wajib Pajak Terhadap Penerapan Sistem E-Filing
Direktorat Jenderal Pajak. Jakarta: Universitas Indonesia.
Agustiningsih, W. (2015). Pengaruh Penerapan E-Filing Tingkat Pemahaman
Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di KPP
Pratama Yogyakarta. Jurnal Nominal, 5(2).
Amalia, R. F. (2016). Pengaruh Penerapan E-Filing terhadap Tingkat Kepatuhan
Penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi
dengan Pelayanan Account Representative sebagai Variabel Intervening di Kota
Palembang. Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis.
Amijaya, & Rizky, G. (2010). Pengaruh Persepsi Teknologi Informasi, Kemudahan,
Resiko, dan Fitur Layanan Terhadap Minat Ulang Nasabah Bank Dalam
Menggunakan Internet Banking. Semarang: Universitas Diponegoro.
Citra, N. (2012). Pengaruh Persepsi Kebermanfaatan, Persepsi Kemudahan, dan
Kepuasan Wajib Pajak terhadap Penggunaan E-Filing bagi Wajib Pajak di
Yogyakarta. Jurnal Nominal, 1(1), 15-22.
Davis, F. (1989). Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and Acceptance of
Information System Technology. MIS Quarterly, 13(3), 319-339.
Deloitte, & Touche LLP. (2008). E-Filing In the Netherlands. Part of the Move Tax
Forward Series, 1-2.
Desmayanti, E. (2012). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Fasilitas E-
Filing oleh Wajib Pajak Sebagai Sarana Penyampaian SPT Masa Secara Online
dan Realtime (Studi Empiris di Kota Semarang). Semarang: Universitas
Diponegoro.
Dewi, R. (2009). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Wajib Pajak
terhadap Penggunaan E-Filing. Tembalang: Universtas Diponegoro.
Direktorat Jenderal Pajak. (2004). Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP
88/PJ/2004 tentang "Penyampaian Surat Pemberitahuan Secara Elektronik".
Jakarta..

Anda mungkin juga menyukai